DOSEN PENGAMPU
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan Hidayah -Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Terapi Kognitif Pada Lansia” sesuai dengan
waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan makalah ini.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang
mengajar mata kuliah Keperawatan Kritis yang memberikan pengajaran dan arahan dalam
penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut
berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada gading
yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...……………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...…………......ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………....2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mengetahui pengertianTerapi Kognitif …………………………………………………..3
B. Mengetahui Tujuan Terapi Kognitif ……………………………………………………...3
C. Mengetahui Indikasi Terapi Kognitif …………………………………………………….4
D. Mengetahui Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia …………………………4
E. Mengetahui Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif ………………………………….4
F. Mengetahui Prinsip dasar dari Terapi Kognitif …………………………………………..5
G. Mengetahui Teknik Terapi Kognitif ……………………………………………………...5
H. Mengetahui Pelaksanaan Terapi Kognitif ………………………………………………...9
I. Mengetahui Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia……………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA……………………………….…………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
A. Mengetahui pengertianTerapi Kognitif
B. Mengetahui Tujuan Terapi Kognitif
C. Mengetahui Indikasi Terapi Kognitif
D. Mengetahui Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia
E. Mengetahui Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif
F. Mengetahui Prinsip dasar dari Terapi Kognitif
G. Mengetahui Teknik Terapi Kognitif
H. Mengetahui Pelaksanaan Terapi Kognitif
I. Mengetahui Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
Kognitif adalah suatu konsep yang komplek yang melibatkan aspek memori ,perhatian,
fungsi eksekutif, persepsi , bahasa dan fungsi psikomotor (Nehlic, 2010)
(Sumber: Lilik,dkk,2016)
2.3 Indikasi Terapi Kognitif
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panic dan gannguan cemas menyeluruh atau keemasan
3. Individu yang mengalami stress atau emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif
5. Gangguan fobia
6. Gangguan stress pasca trauma
7. Gangguan makan
8. Gangguan psikoseksual
9. Gangguan mood
10. Gangguan kemungkinan kekambuhan berikutnya
(Sumber : Lilik,dkk,2016)
Terkait dengan perubahan fisik terjadi pada system perubahan saraf pada lansia
yaitu berat otak yang menurun yang mengalami penurunan seiring dengan penuaan.hal
ini dikarenakan terjadi penurunan sel otak serta terganggu nya mekanisme perbaikan sel
otak.
Menurut Yosep (2009) ada beberapa teknik kognitif terapi yang harus diketahui
oleh perawat. Pengetahuan teknik ini merupakan syarat agar peran perawat bisa berfungsi
secara optimal. Dalam pelaksanaan teknik-teknik ini harus dipadukan dengan
kemampuan lain seperti teknik komter,millieu therapy dan caunseling. Beberapa teknik
tersebut antara lain:
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya
alterative pemecahan lagi .maka dari tu klien dianjurkan untuk menulisakan masalahnya.
Mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu.Kemudian mencari dan menemukan
alternatifnya.
4. Dekatastropik (decatastrophizing)
Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa. Hal ini meliputi upaya
menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situais dimana klien mencoba
memandang masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatig
beradapytasi dengan hal terburuk dengan apa-apa yang mungkin terjadi.Tujuannya adalah
untuk menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan.Dimana tidak selamanya
sesuati itu terjadi atau tidak terjadi. Sebagai contoh klien yang ditinggal dipantai hars
berani berfikir “ apa yang akan saya lakukan bila stunami tiba-tiba datang”.
5. Reframing
Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau
perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau aspek lain dari masalah
atau mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang saja. Perawat
penting untuk memperluas kesadaran tentang keuntungan-keuntungan dan kerugian –
kerugian dari masalah.Hal ini dapat menolong klien melihat masalah secara seimbang
dan melihat dalam prespektif yang baru.Dengan memahami aspek positif dan negatif dari
masalah yang dihadapi klien dapat memperluas kesadaran dirinya. Strategi ini juga dapat
memicu kesemoatan pada klien untuk merubah dan menemukan makna baru , sebab
begitu makna berubah maka akan berubah perilaku klien.
6. Thought Stopping
Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien.
Awalnya masalah tersebut kecil, tetapi lama-kelamaan menjad sulit dipecahkan.teknik
berheni memikirkannya (thought stopping) sangat bauk digunakan pada saat klien mulai
memikirkan sesuatu sebagai masalh.Klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya
sudah selesai.Klien diminta untuk menceritakan masalahnya dan mengatakan rangkuman
masalahnya dalam khayalan. Perawat menyela khayalan klien dengan cara mengatakan
keras-keras “berhenti” .Setelah itu klien mencoba sendiri untuk melakukan sendiri tanpa
selaan dari perawat.Selanjutnya klien mencoba menerapkan dalam situasi keseharian.
Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang siberikan reinforcement. Misalnya
anak yang bandal dan tidak akur dengan orang lain berniat untuk damai dan hangat
dengan orang lain , maka pada saat niatnya itu menjadi kenyataan, klien diberi pujian.
9. Token Economy
Teknik ini didasari oleh sebuah keyakiann bahwa keterampilan apapun diperoleh
sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh keterampilan baru bagi klien
adalah sebagai contoh bagi klien pemalas(abuilia). Setelah itu baru perwat memberikan
feedback dengan cara menilai dan memperaiki kegiatan yang masih belum selesai
harapan
Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal
ini perawat dengan klien.Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward.Konsekuensi
yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat terutama bila klien melanggar
kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan.
1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan
yang menyebabkan khawatir
2. Menggunakan teknik Socratic yaitu meminta klien untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang meredakan dirinya sendiri.
Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak logis atau tidak
rasional
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai dirinsendiri, nilai diri
dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan baru, dan
distress emmosional menjadi hilang.
Terapi kognitif terdri atas sembilan sesi,yang masing-masing sesi dilaksanakan secara
terpisah. Setiap sesi berlangsung selama 30-40 menit membutuhkan konsentrasi inggi.
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Terapi kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih klien
untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat
klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat
bertindak lebih produktif.
Penilaian fungsi kognitif pada lanjut usia penting karena dengan
bertambahnya umur, terjadi perubahan pada otak yang memicu perubahan proses
berpikir dan perilaku. Perbedaan tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda
pada tahap awal proses, yang dipengaruhi oleh fungsi sosial dan aktifitas
pekerjaan.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah The Mini Mental State
Examination (MMSE) dan Abbreviated Mental Test Score (AMT). MMSE
menilai orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, ingatan, bahasa dan praktek,
dan menirukan. Interpretasi penilaian MMSE adalah kelainan kognitif didapatkan
pada skor < 24. AMT merupakan instrumen untuk menilai fungsi kognitif pada
lanjut usia dengan waktu yang lebih singkat dan sederhana daripada MMSE.
Sensitifitas dan spesifisitas AMT lebih rendah daripada MMSE. AMT menilai
memori baru dan lama, atensi, dan orientasi. Skor <8 menunjukkan adanya defisit
kognitif yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/46