Anda di halaman 1dari 16

TERAPI KOGNITIF PADA LANSIA

DOSEN PENGAMPU

YULIATI AMPERANINGSIH,.SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


TINGKAT III REGULER 1
1. Agisni Muhammad 2014401038
2. Amalia husna 2014401039
3. Annisa gustiana 2014401040
4. Annisa regita cahyani 2014401041
5. Ayu Indry miranda 2014401043
6. Annisa rizqiani hapsari 2014401042
7. Azzahra nur safitri 2014401044
8. Bagas taufiqurahman 2014401045
9. Bagus taufiq hidayat 2014401046
10. Cucum Nurasih 2014401047
11. Delia faramita 2014401049
12. Deni maksum arya 2014401050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan Hidayah -Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Terapi Kognitif Pada Lansia” sesuai dengan
waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan makalah ini.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang
mengajar mata kuliah Keperawatan Kritis yang memberikan pengajaran dan arahan dalam
penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut
berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada gading
yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah

ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar lampung, 06 September 2022

penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...……………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...…………......ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...………iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN
A. Mengetahui pengertianTerapi Kognitif …………………………………………………..3
B. Mengetahui Tujuan Terapi Kognitif ……………………………………………………...3
C. Mengetahui Indikasi Terapi Kognitif …………………………………………………….4
D. Mengetahui Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia …………………………4
E. Mengetahui Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif ………………………………….4
F. Mengetahui Prinsip dasar dari Terapi Kognitif …………………………………………..5
G. Mengetahui Teknik Terapi Kognitif ……………………………………………………...5
H. Mengetahui Pelaksanaan Terapi Kognitif ………………………………………………...9
I. Mengetahui Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia……………………………………….11

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA……………………………….…………………………………………13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan
pada lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap memberian
motivasi agar lansia dapat hidup secara produktif sesuai kemampuannya (Darmajo,
2009).
Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak maupun penurunannya, untuk mempertahankan fungsi kognitif
pada lansia upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak secara
terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca,
mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan
hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu
orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga bahasa. Penurunan ini
dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan proses informasi,
dalam memori panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali
informasi baru atau cerita maupun kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya.
Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck dan
berkaitan dengan terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih
bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di
disatukan dan dikenal dengan terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy).
Terapi ini memperlakukan individu sebagai agen yang berpikir positif dan
berinteraksi dengan dunianya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Terapi Kognitif ?
2. Apa saja Tujuan Terapi Kognitif ?
3. Apa saja Indikasi Terapi Kognitif ?
4. Apa Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia ?
5. Apa saja Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif ?
6. Apa saja Prinsip dasar dari Terapi Kognitif ?
7. Bagaimana Teknik Terapi Kognitif ?
8. Bagaimana Pelaksanaan Terapi Kognitif ?
9. Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia

1.3 Tujuan
A. Mengetahui pengertianTerapi Kognitif
B. Mengetahui Tujuan Terapi Kognitif
C. Mengetahui Indikasi Terapi Kognitif
D. Mengetahui Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia
E. Mengetahui Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif
F. Mengetahui Prinsip dasar dari Terapi Kognitif
G. Mengetahui Teknik Terapi Kognitif
H. Mengetahui Pelaksanaan Terapi Kognitif
I. Mengetahui Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terapi Kognitif


Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,yang
memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya,memahami masalahnya,mampu mengatasi perasaan negatifnya,serta mampu
memecahkan masalah tersebut.
Peran perawat dalam pelaksanaan terapi kognitif diharapkan mampu menerapkan
terapi kognitif ini serta mendampingi pasien untuk memodifikasi cara pikir,sikap,sikap
dan keyakinan untuk memutuskan perilaku yang tepat dalam menghadapi pengobatan
yang sedang dijalaninya.

Kognitif adalah suatu konsep yang komplek yang melibatkan aspek memori ,perhatian,
fungsi eksekutif, persepsi , bahasa dan fungsi psikomotor (Nehlic, 2010)

2.2 Tujuan Terapi Kognitif


1. Mengubah pikiran dari tidak logis dan negative menjadi objektif,rasional dan
positif
2. Meningkatnta aktivitas
3. Menurunkan perilaku yang tidak di inginkan
4. Meningkatkan keterampilan social
5. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang mal
adaptif,pikiran yang mengganggu secara otomatis,serta proses pikiran yang tidak
logis
6. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasi bertahan
hidup dan bukan sebagai korban
7. Membantu individu mempelajari respons relaksaksi

(Sumber: Lilik,dkk,2016)
2.3 Indikasi Terapi Kognitif
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panic dan gannguan cemas menyeluruh atau keemasan
3. Individu yang mengalami stress atau emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif
5. Gangguan fobia
6. Gangguan stress pasca trauma
7. Gangguan makan
8. Gangguan psikoseksual
9. Gangguan mood
10. Gangguan kemungkinan kekambuhan berikutnya
(Sumber : Lilik,dkk,2016)

2.4 Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia

Terkait dengan perubahan fisik terjadi pada system perubahan saraf pada lansia
yaitu berat otak yang menurun yang mengalami penurunan seiring dengan penuaan.hal
ini dikarenakan terjadi penurunan sel otak serta terganggu nya mekanisme perbaikan sel
otak.

2.5 Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif


1. Menarik diri
2. Penurunan motivasi
3. Defisit perawatan diri
4. Harga diri rendah
5. Menyatakan ide bunuh diri
6. Komunikasi inkoheran dan ide atau topic yang berpindah-pindah (fightof idea)
7. Delusi halusinasi terkontrol,tidak ada manik depresi
2.6 Prinsip dasar dari Terapi Kognitif
antara lain (Westbrook, Kennerley & Kirk, 2007):
1. Prinsip kognitif: masalah psikologis merupakan hasil interpretasi dari sebuah keja
dian, bukan kejadian itu sendiri.
2. Prinsip perilaku: perilaku individu dapat sangat mempengaruhi pikiran dan emosi
nya.
3. Prinsip kontinum: gangguan bukanlah suatu proses mental yang berbeda dengan p
roses mental normal, melainkan proses mental normal yang berlebihan hingga me
njadi masalah.
4. Prinsip here-and-now: lebih baik berfokus pada proses masa kini daripada masa la
lu.
5. Prinsip sistem yang saling berinteraksi: melihat masalah sebagai interaksi dari pik
iran, emosi, perilaku, fisiologi, dan lingkungan yang dimiliki individu.
6. Prinsip empiris: penting untuk mengevaluasi teori dan terapi secara empiris.

2.7 Teknik Terapi Kognitif

Menurut Yosep (2009) ada beberapa teknik kognitif terapi yang harus diketahui
oleh perawat. Pengetahuan teknik ini merupakan syarat agar peran perawat bisa berfungsi
secara optimal. Dalam pelaksanaan teknik-teknik ini harus dipadukan dengan
kemampuan lain seperti teknik komter,millieu therapy dan caunseling. Beberapa teknik
tersebut antara lain:

1. Teknik Restrukturisasi Kognisi (Restructuring Cognitive)

Perawat berupa untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap


pemikiran dan perasaan yang muncul. Teknik restrukturasasi dimulai dengan cara
memperluas kesadara diri dan mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul.
Biasanya dengan mengggunakan pendekatan 5 kolom. Masing-masing kolom terdiri atas
perasaan dan pikiran yang muncul saat menghadapi masalah terutama yang dianggap
menimbulkan kecemasan.
2. Teknik Penemuan Fakta-fakta (Questioning the evidence)

Perawat mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan menuangkan pikiran-


pikiran abstraknya secara konkrit dalam bentuk tulisan untuk memudahan
menganalisanya. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan perawat saat memfasilitasi
kognitif terapi adalah mencari fakta untuk mendukung keyakinana dan kepercayaan.
Klien yang mengalami disttorsi dalam pemikirannya seringkali memberikan bobot yang
sama terhadap samua sumber data atau data-data yang tidak disadarinya, seringkali klien
menganggap data-data itu mendukung pemikiran buruknya. Data bisa diperoled dari staf,
keluarga maupun masyrakat yang ada dilingkungan sekitarnya.Lingkungan tersebut dapat
memberikan masukan yang lebih realistik kepada klien dibandingkan denga pemikiran-
pemikiran buruknya.Dalam hal ini penemuan fakta dapat berfungsi sebagai penyeimbang
klien tentang pemikiran buruknya. Berdasarkan data- data tersebut klien bida dapat
mengambil kesimpulan yang tepat tentang perasaan klien selama ini

3. Teknik penemuan alternatif (examing alternatives)

Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya
alterative pemecahan lagi .maka dari tu klien dianjurkan untuk menulisakan masalahnya.
Mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu.Kemudian mencari dan menemukan
alternatifnya.

4. Dekatastropik (decatastrophizing)

Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa. Hal ini meliputi upaya
menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situais dimana klien mencoba
memandang masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatig
beradapytasi dengan hal terburuk dengan apa-apa yang mungkin terjadi.Tujuannya adalah
untuk menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan.Dimana tidak selamanya
sesuati itu terjadi atau tidak terjadi. Sebagai contoh klien yang ditinggal dipantai hars
berani berfikir “ apa yang akan saya lakukan bila stunami tiba-tiba datang”.
5. Reframing

Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau
perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau aspek lain dari masalah
atau mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang saja. Perawat
penting untuk memperluas kesadaran tentang keuntungan-keuntungan dan kerugian –
kerugian dari masalah.Hal ini dapat menolong klien melihat masalah secara seimbang
dan melihat dalam prespektif yang baru.Dengan memahami aspek positif dan negatif dari
masalah yang dihadapi klien dapat memperluas kesadaran dirinya. Strategi ini juga dapat
memicu kesemoatan pada klien untuk merubah dan menemukan makna baru , sebab
begitu makna berubah maka akan berubah perilaku klien.

6. Thought Stopping

Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien.
Awalnya masalah tersebut kecil, tetapi lama-kelamaan menjad sulit dipecahkan.teknik
berheni memikirkannya (thought stopping) sangat bauk digunakan pada saat klien mulai
memikirkan sesuatu sebagai masalh.Klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya
sudah selesai.Klien diminta untuk menceritakan masalahnya dan mengatakan rangkuman
masalahnya dalam khayalan. Perawat menyela khayalan klien dengan cara mengatakan
keras-keras “berhenti” .Setelah itu klien mencoba sendiri untuk melakukan sendiri tanpa
selaan dari perawat.Selanjutnya klien mencoba menerapkan dalam situasi keseharian.

7. Learning New Behavior With Modeling

Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan


kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima.Sasaran perilakunya
adalah memecakan masalah – asalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya.
Kemudian klien melakkan observasi pada seseorang yang berhasil memecahkan masalah
yang serupa dengan klien dengan cara memodifikasi dan mengontrol lingkungan. Setelah
itu klien klien meniru perilaku orang yang dijadikan model. Awalnya klien melakukan
pemecahan secara bersamaan dengan fasilitator .selanjutnya klien mencoba
memecahkannya sendiri sesuai pengalaman yang diperoleh klien bersama fasilitaor
8. Membentuk Pola (Shaping)

Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang siberikan reinforcement. Misalnya
anak yang bandal dan tidak akur dengan orang lain berniat untuk damai dan hangat
dengan orang lain , maka pada saat niatnya itu menjadi kenyataan, klien diberi pujian.

9. Token Economy

Token economy adalah bentuk reinforcementpositif yang sering digunakan pada


kelompok anak –anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik.Hal ini dilakukan
secara konsisten pada saat klien mampu menghindar perilaku uruk atau melakukan hal
yang baik.

10. Role Play

Role play memungkinkan klien belajar menganalisa perilaku salahnya malalui


kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan
perilaku orang lain. Klien dapat memahami dan belajar mengambil keputusan
berdasarkan kosenkuensi-kosenkuensi yang ada dalam cerita. Klien bisa melihat akibat-
akibat yanga akan terjadi mealui cerita yang disungguhkan.

11. Social Skill Training

Teknik ini didasari oleh sebuah keyakiann bahwa keterampilan apapun diperoleh
sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh keterampilan baru bagi klien
adalah sebagai contoh bagi klien pemalas(abuilia). Setelah itu baru perwat memberikan
feedback dengan cara menilai dan memperaiki kegiatan yang masih belum selesai
harapan

12. Anversion Theraphy

Anversion theraphy bertujuan untuk menghentikan kebiasan-kebiasan buruk klien


dengan cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai.
Misalnya kebiasaan menggigit penghapus saat boring dengan cara membayangkan bahwa
penghapus itu dianggap sebagai cacing atau ulat yang menjijikkan.
13. Congtingency Contracting

Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal
ini perawat dengan klien.Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward.Konsekuensi
yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat terutama bila klien melanggar
kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan.

Menurut Setyoadi,dkk (2011) teknik yang digunakan dalam melakukan terapi


kognitif adalah sebagai berikut:

1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan
yang menyebabkan khawatir
2. Menggunakan teknik Socratic yaitu meminta klien untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang meredakan dirinya sendiri.
Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak logis atau tidak
rasional
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai dirinsendiri, nilai diri
dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan baru, dan
distress emmosional menjadi hilang.

2.8 Pelaksanaan Terapi Kognitif

Terapi kognitif terdri atas sembilan sesi,yang masing-masing sesi dilaksanakan secara
terpisah. Setiap sesi berlangsung selama 30-40 menit membutuhkan konsentrasi inggi.

1. Sesi I : Ungkap pikiran otomatis


a. Identifikasi masalah dengan apa,dimana,kapan saja,siapa (what,where,when,who)
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis dan diklasifikasikan dalam distorsi kognitif
2. Sesi II : Alasan
a. Review kembali sesi 1
b. Diskusikan pikiran otomatis
c. Tanyakan penyebabnya
d. Beri respon atau tanggapan
e. Tanyakan tindakan pasien
f. Anjurkan menulis perasaan
g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien dibahas pada pertemuan
berikutnya.
3. Sesi III : Tanggapan
a. Diskusikan hasil tulisan pasien
b. Dorong pasien untuk memberikan pendapat
c. Berikan umpan balik
d. Dorong pasien untuk ungkapan keinginan
e. Beri persepsi/ pandangan perawat terhadap keinginan tersebut
f. Beri penguatan (reinforcement) positif
g. Jelaskan metode tiga kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom
i. Rencana tindak lanjut , yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara
penyelesaiannya
4. Sesi IV : Menuliskan
a. Tanyakan perasaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut paada sesi III
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisam
c. Beri respon / tanggapan dan umpan balik
d. Anjurkan untuk menulisakn buku harian
e. Rencana tindak lanjut , yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas
5. Sesi V : Penyelesaian masalah
a. Diskusikan kembaali prinsip teknik tiga kolom
b. Tanyakan stressor / masalah baru dan cara penyelesaiannya
c. Tanyakan kemamouan menanggapi pikiran otomatis negative
d. Berikan penguatan ( reinformacment) positif
e. Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat menghadapi
masalah
6. Sesi VI : Manfaat tanggapan
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional
b. Berikan umpan balik
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Tanyakan hambatan yang dialami
f. Berikan persepsi / tanggapan perawat
g. Anjurkan mengatasi sesuai kemampuan
h. Berikan penguatan (reinforcement) posistif
7. Sesi VII : Ungkap hasil
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapo kognitif
b. Beri rreinforcement positif dan pendapat perawat
c. Diskusikan manfaat yang dirasakan
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi
f. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasinya
g. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif
8. Sesi VIII : Catatan Harian
a. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian
b. Berikan penguatan (reinforcement) positf
c. Diskusikan manfaat buku harian
d. Anjurkan membukan buku harian bila mengahadapi masalaah yang sama
e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan

2.9 Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia

Terapi Bermain Puzzle


Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah dengan
mengajak mereka bermain puzzle. Ha ini bertujuan untuk melatih organ otak untuk
mengingat hal dan tidak mudah pikun. Dengan permainan ini maka lansia akan
terangsang daya ingat dan kreatifnya untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan
yang riang gembira serta antusia tinggi.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Terapi kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih klien
untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat
klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat
bertindak lebih produktif.
Penilaian fungsi kognitif pada lanjut usia penting karena dengan
bertambahnya umur, terjadi perubahan pada otak yang memicu perubahan proses
berpikir dan perilaku. Perbedaan tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda
pada tahap awal proses, yang dipengaruhi oleh fungsi sosial dan aktifitas
pekerjaan.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah The Mini Mental State
Examination (MMSE) dan Abbreviated Mental Test Score (AMT). MMSE
menilai orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, ingatan, bahasa dan praktek,
dan menirukan. Interpretasi penilaian MMSE adalah kelainan kognitif didapatkan
pada skor < 24. AMT merupakan instrumen untuk menilai fungsi kognitif pada
lanjut usia dengan waktu yang lebih singkat dan sederhana daripada MMSE.
Sensitifitas dan spesifisitas AMT lebih rendah daripada MMSE. AMT menilai
memori baru dan lama, atensi, dan orientasi. Skor <8 menunjukkan adanya defisit
kognitif yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Likik Ma’rifatul,dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.

http://www.jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/46

Anda mungkin juga menyukai