Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TERAPI KOGNITIF (COGNITIVE BEHAVIORALTHERAPY) / CBT

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II

Dosen: Iin Aini Isnawati, S.Kep.,Ns.,M.kes

Disusun Oleh

Kelompok 06:

1. Ahmad Nurul F
2. Eka Wati
3. Lerisa Nur Liana
4. Miftahul Jannah

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah


SWT.Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar
menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di


STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan
judul”Terapi Kognitif atau CBT"dengan selesainya penyusunan makalah ini,
kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok


pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Dr H.Nur Hamim, S.Kep., Ns.M.Kep. Sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Shinta WS,S.kep.,Ns.,M.kep.,Sp.Mat.Sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Rizka Yunita, S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Iin Aini Isnawati, S.Kep.,Ns.,M.kes sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Jiwa II

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa


sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo,20 Maret 2020


DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.......................................................................................
1.2. Rumusan masalah.................................................................................
1.3. Tujuan...................................................................................................
1.4. Manfaat.................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi terapi kognitif..........................................................................
2.2. Tujuan terapi kognititf..........................................................................
2.3. Indikasi Terapi Kognitif........................................................................
2.4. Teknik-teknik terapi kognitif................................................................
2.5. Teknik kontrol mood.............................................................................
2.6. Pelaksanaan terapi kognitif...................................................................
2.7. SOP terapi kognitif................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...........................................................................................
3.2. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi
kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area
organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep
stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif dikostrukkan sebagai tahapan
mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor
pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang
dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu
tersebut adaptif atau maladaptif.
Perilaku adaptif adalah bentuk perilaku yang masih dapat diterima oleh
norma-norma, sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat. Sedangkan perilaku maladaptif adalah perilaku yang
menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan.
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang
dimaksud dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien
gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan
jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Terapi kognitif merupakan terapi yang digunakan dalam jangaka pendek
dan dilakukan secar teratur untuk memberikan dasar berpikir pada pasien agar
mampu mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya,
mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu memecahkan masalah
tersebut. (Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan terapi kognitif?
1.2.2 Apa saja tujuan terapi kognitif?
1.2.3 Apa saja indikasi terapi kognitif?
1.2.4 Apa saja teknik-teknik terapi kognitif?
1.2.5 Bagaimana teknik kontrol mood?
1.2.6 Bagaimana pelaksanaan terapi kognitif?
1.2.7 Bagaimana SOP terapi kognitif?

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui definisi terapi kognitif
1.3.2 Agar mengetahui tujuan terapi kognitif
1.3.3 Agar mengetahui indikasi terapi kognitif
1.3.4 Agar mengetahui teknik-teknik terapi kognitif
1.3.5 Agar mengetahui teknik kontrol mood
1.3.6 Agar mengetahui pelaksanaan terapi kognitif
1.3.7 Agar mengetahui SOP terapi kognitif

1.4 Manfaat

Bagi Institusi pendidikan

1. Terciptanya mahasiswa yang paham tentang terapi kognitif atau


CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
2. Menambah referensi pendidikan mengenai Keperawatan Jiwa II.
Bagi Mahasiswa

Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan


manfaat sebagai berikut :
1. Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan di bidang kesehatan untuk menambah bahan
informasi.
2. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengembangkan membaca yang efektif dan mampuberfikir logis.
3. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai terapi
kognitif atau CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,
yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya, memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta
mampu memecahkan masalah tersebut. Teori kognitif sebenarnya rangkaian
dengan terapi perilaku yang disebut sebagai terapi kognitif dan perilaku, karena
menurut sejarahnya merupakan aplikasi dari beberapa teori belajar yang bervariasi
(Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).

Peran perawat dalam pelaksanaan terapi kognitif diharapkan mampu


menerapkan terapi kognitif ini serta mendampingi pasien untuk memodifikasi cara
pikir, sikap dan keyakinan untuk memutuskan perilaku yang tepat dalam
menghadapi pengobatan yang sedang dijalaninya.

Terapi Kognitif adalah jenis terapi yang menggunakan pendekatan aktif,


kolaboratif, berorientasi masalah, dan relatif dalam memberikan pengobatan untuk
jangka waktu yang singkat. Pandangan yang paling menonjol mengenai terapi ini
adalah, diasumsikan bahwa terapi ini dapat memberikan efek sebagai moderator
terhadap perubahan kognitif yang melibatkan cara berpikir, kepercayaan dan
skema, dan menekankan pada perubahan kognitif. Namun, Terapi Kognitif
menggunakan strategi langsung dengan beberapa pendekatan modifikasi perilaku
lainnya untuk mengubah cara berpikir seseorang (misalnya, situasi untuk
menciptakan rangsangan panik, kegiatan yang dijadwalkan, dan latihan
keterampilan sosial). Dengan demikian, dasar dari strategi ini adalah untuk
membuat perubahan dalam struktur kognitif disfungsional klien (Wan Anor Wan
Sulaiman, 2017)

2.2 Tujuan Terapi Kognitif

Beberapa tujuan menggunakan terapi kognitif menurut (Setyoadi, 2011)


anatara lain sebagai berikut:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang
keakuratan kognisi negatif klien. Selain itu untuk memperkuat persepsi
yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk
mengatasi gejala depresi. Dalam beberapa penelitian, terapi ini sama
efektifnya dengan terapi depresan.

2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.

3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien


mengubah cara berpikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional.

4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang


maladaptif, pikiran yang mengganggu secara otomatis serta proses pikir
yang tidak logis. Berfokus pada pikiran individu yang menetukan sifat
fungsional.

5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan


gejala depresi dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu mengubah
cara berpikir maladaptif dan otomatis. Dengan perspektif kognitif, klien
dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran dan harapan
– harapan negatif.

6. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang


meneyebabkan dan mempertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan
dengan cara penyuluhanklien, restrukrisasi kognitif, pernapasan relaksasi
terkendal, umpan balik biologis dan reframing.

7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku


gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah respon.

8. Membantu individu mempelajari respon rileksasi, membentuk hirarki


situasi fobia dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya
sambil tetap mempertahankan respon rileksasi misalnya dengan
desentisasi sistematis.
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil
bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara
restrukrisasi kognitif.

10.Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukrisasi sistem


keyakinan yang salah.

11.Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan


praktikuntuk meningkatkan aktivitas sosialnya.

12.Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan – pesan internal.

2.3 Indikasi Terapi Kognitif

Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi
psikiatri yang lazim, terutama:

1. Depresi (ringan sampai sedang).


2. Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan.
3. Individu yang mengalami stress emosional.
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang
seringterjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi
perilaku dan antidepresan. Jarang terjadi pada awal masa anak-anak,
meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi.
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik).
6. Gangguan stress pacatrauma (post traumatic stress disorder).
7. Gangguan makan (anoreksia nervosa).
8. Gangguan mood.
9. Gangguan psikoseksual.
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.
Menurut Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati (2015) indikasi atau karakteristik
pasien yang mendapatkan terapi kognitif, sebagai berikut:
1. Menarik diri.
2. Penurunan motivasi.
3. Defisit perawatan diri.
4. Harga diri rendah.
5. Menyatakan ide bunuh diri.
6. Komunikasi inkoheran dan ide/topic yang berpindah-pindah (flight of
idea).
7. Delusi, halusinasi terkontrol, tidak ada manik deperesi, tidak mendapat
ECT.

2.4 Teknik-teknik Terapi Kognitif

Menurut Yosep (2009, dikutip Afiya, 2016) perawat jiwa harus mengetahui
beberapa teknik dalam melakukan terapi kognitif. Pengetahuan tentang teknik ini
merupakan syarat agar peran perawat jiwa bisa berfungsi secara optimal. Dalam
pelaksanaan tehnik-teknik ini harus dipadukan dengan kemampuan lain seperti
tehnik konter, milieu therapi dan konseling. Beberapa tehnik tersebut antara lain:

1. Tehnik Restrukturisasi kognitif.

Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan


pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan yang muncul. Tehnik
restrukturisasi dimulai dengan cara memperluas kesadaran diri dan
mengamati perasaan dan pemikiran muncul.

2. Tehnik penemuan fakta-fakta

Tehnik yang digunakan untuk mencari fakta-fakta untuk mendukung


keyakinan dan kepercayaan. Teknik penemuan fakta juga mencakup
pencarian sumber-sumber data yang berkaitan. Klien yang mengalami
distorsi dalam pemikirannya seringkali memberikan bobot yang sama
terhadap semua sumber dan atau data yang tidak disadarinya. Data
tersebut bisa diperoleh dari staf, keluarga atau anggota lain dalam
masyarakat sebagai support dalam lingkungan sosialnya dalam hal ini
penemuan fakta dapat berfungsi sebagai penyeimbang pendapat klien
tentang pikiran buruknya.

3. Tehnik penemuan alternatif

Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak
adanya alternatif pemecahannya lagi. Latihan menemukan dan mencari
alternatif-alternatif pemecahan masalah klien bisa dilakukan antara
klien dengan bantuan perawat. Klien dianjurkan untuk menuliskan
masalahnya, mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu,
kemudian mencari dan menemukan alternatifnya. Disini penting sekali
bagi perawat jiwa untuk merangsang klien agar berani berpikir lain dari
yang biasanya atau berani berfikir beda.

4. Dekatastropik

Tehnik Dekatastropik di kenal juga teknik bila dan apa. Hal ini meliputi
upaya menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situasi
dimana klien mencoba memandang masalahnya secara berlebihan dari
situasi alamiah untuk melatih beradaptasi dengan hal terburuk dengan
apa-apa yang mungkin terjadi. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat
diajukan perawat adalah: “ apa hal terburuk yang terjadi bila…?, dan
apakah akan gawat sekali bila hal tersebut memang betul-betul
terjadi…. ?, serta tindakan pemecahan masalah apa, bila hal tersebut
benar-benar terjadi….? Tujuan dari tehnik dekatastropik adalah untuk
menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan.

5. Reframing

Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap


situasi atau perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu
atau aspek lain dari masalah atau mendukung klien untuk melihat
masalahnya dari sudut pandang yang lain. Klien seringkali melihat
masalah hanya dari satu sudut pandang saja. Tehnik ini memberi
kesempatan pada klien untuk merubah dan menemukan makna baru dan
merubah perilaku klien.

6. Thought stopping

Tehnik berhenti memikirkannya (thought stopping) sangat baik


digunakan pada saat klien mulai memikirkan sesuatu sebagai masalah,
sehingga klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya sudah selesai.
7. Learning new behavior with modeling

Modeling adalah sebuah strategi untuk merubah perilaku baru dalam


meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak sesuai.
Sasaran perilaknya adalah memecahkan masalah-masalah yang disusun
dalam beberapa urutan kesulitannya. Kemudian klien melakukan
observasi pada seseorang yang berhasil memecahkan masalah yang
serupa dengan klien dengan cara memodifikasi dan mengontrol
lingkungannya setelah itu klien meniru perilaku orang yang dijadikan
model. awalnya klien melakukan melakukan pemecahan secara bersama
dengan fasilitator. Selanjutnya klien mencoba memecahkannya sendiri
sesuai dengan pengalaman yang diperoleh selama bersama terapis
(perawat).

8. Membuat pola

Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan


reinforcement (pujian). Setiap perilaku yang diperkirakan sukses dari
apa-apa yang diniatkan klien untuk melakukannya akan diberi
reinforcement (pujian).

9. Token economy

Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering


digunakan pada kelompok anak-anak. Hal ini dilakukan secara
konsisten pada saat klien mampu menghindari perilaku buruk atau
melakukan hal yang positif.

10. Role play

Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku


negatifnya melalui kegiatan-kegiatan sandiwara yang dapat dievaluasi
oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain.
Klien dapat menilai dan belajar mengambil keputusan berdasarkan
konsekuensi - konsekuensi yang ada dalam cerita.
11. Aversion therapy
Aversion therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan
negatif klien dengan cara membayangkan kegiatan negatif tersebut
dengan sesuatu yang tidak disukai.
12. Contingency contracting

Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara


terapis (perawat jiwa), perjanjian dibuat dengan punishment dan
reward.

13. Social skill trining

Teknik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa ketrampilan apapun


diperoleh sebagai hasil belajar.

2.5 Teknik Kontrol Mood

1. Teknik tiga kolom


a. Pikiran otomatis, yaitu pikiran-pikiran negatif yang sering keluar
seperti “…tidak pernah” dan “….selalu”.
b. Distorsi kognitif.
c. Tanggapan rasional.

Pikiran Otomatis Distorsi Kognitif Tanggapan Rasional


(kritik diri) (pembelaan diri)

1. Saya tidak pernah 1. Overgeneralisasi 1. Omong kosong!


benar. Saya juga
melakukan banyak
hal yang baik.
2. Saya selalu terlambat 2. Overgeneralisasi 2. Saya tidak selalu
terlambat. Coba
saja ingat-ingat saat
saya datang tepat
waktu. Meskipun
kini terlambat lebih
sering daripada
biasanya, saya akan
mengatasi masalah
ini serta mencari
cara agar saya lebih
dapat tepat waktu.
Seseorang mungkin
kecewa karena saya
terlambat, tetapi itu
bukan berarti
kiamat. Mungkin
pertemuan juga
tidak mulai pada
waktunya.
2. Panah vertikal
Yaitu belajar memberi pendapat secara rasional, yang bisa diterima oleh
akal berdasarkan bukti dan fakta yang ada.

Pikiran Otomatis Tanggapan Rasional


1. Dr. K mungkin berpikir saya 1. Hanya karena Dr. K
adalah seorang ahli terapi yang menunjukkan kesalahan saya
buruk, “Jika memang ia berpikir itu bukan berarti bahwa
demikian, mengapa harus selanjutnya ia akan berpikir
mengecewakan saya?” bahwa saya adalah seorang
“ahli terapi” yang buruk. Saya
harus menanyakan kepadanya
hal yang sebenarnya dia
pikirkan, tetapi dalam beberapa
kesempatan ia telah memuji
saya dan berkata bahwa saya
mempunyai bakat unggul.
2. Itu artinya bahwa saya memang 2. Seorang yang berpengalaman
seorang terapis yang bodoh karena pun hanya dapat menunjukkan
dia seorang yang kekuatan serta kelemahan
berpengalaman,“Andaikan saya spesifik saya sebagai seorang
memang seorang ahli terapi yang terapis. Setiap kali seseorang
buruk, lalu apa artinya bagiku?” memberi cap “buruk” pada
saya, maka semua itu hanya
suatu pernyataan yang terlalu
global, merusak, dan tidak
terlalu berguna. Saya telah
banyak berhasil dengan
kebanyakan pasien saya,
sehingga tidak benarlah saya
“buruk”, tidak peduli siapapun
yang mengatakannya.

2.6 Pelaksanaan Terapi Kogrnitif

Terapi kognitif terdiri atas sembilan sesi, yang masing-masing sesi


dilaksanakan secara terpisah. Setiap sesi berlangsung selama 30–40 menit dan
membutuhkan konsentrasi tinggi Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati (2015).

1. Sesi I: Ungkap pikiran otomatis.


Jelaskan tujuan terapi kognitif.
a. Identifikasi masalah dengan apa, di mana, kapan, siapa (what, where,
when, who).
b. Diskusikan sumber masalah.
c. Diskusikan pikiran dan perasaan.
d. Catat pikiran otomatis dan klasifikasikan dalam distorsi kognitif.
2. Sesi II: Alasan.
a. Review kembali sesi I.
b. Diskusikan pikiran otomatis.
c. Tanyakan penyebabnya.
d. Beri respons atau tanggapan.
e. Tanyakan tindakan pasien.
f. Anjurkan menulis perasaan.
g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien dibahas pada
pertemuan berikutnya.
3. Sesi III: Tanggapan.
a. Diskusikan hasil tulisan pasien.
b. Dorong pasien untuk memberi pendapat.
c. Berikan umpan balik.
d. Dorong pasien untuk ungkapkan keinginan.
e. Beri persepsi/pandangan perawat terhadap keinginan tersebut.
f. Beri penguatan (reinforcement) positif.
g. Jelaskan metode tiga kolom.
h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom.
i. Rencana tindak lanjut, yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan
cara penyelesaiannya.
4. Sesi IV: Menuliskan
a. Tanyakan persaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut pada
sesi III.
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisan.
c. Beri respons/tanggapan dan umpan balik.
d. Anjurkan untuk menuliskan buku harian.
e. Rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas.
5. Sesi V: Penyelesaian masalah.
a. Diskusikan kembali prinsip teknik tiga kolom.
b. Tanyakan stresor/masalah baru dan cara penyelesaiannya.
c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negatif.
d. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
e. Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat
menghadapi masalah.
6. Sesi VI: Manfaat tanggapan.
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional.
b. Berikan umpan balik.
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional.
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah.
e. Tanyakan hambatan yang dialami.
f. Berikan persepsi/tanggapan perawat.
g. Anjurkan mengatasi sesuai kemampuan.
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
7. Sesi VII: Ungkap hasil.
a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapi kognitif.
b. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat.
c. Diskusikan manfaat yang dirasakan.
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah.
e. Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi.
f. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasinya.
g. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan.
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
8. Sesi VIII: Catatan harian.
a. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian.
b. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
c. Diskusikan manfaat buku harian.
d. Anjurkan membuka buku harian bila menghadapi masalah yang sama.
e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan cara penggunaan yang efektif.
9. Sesi IX: Sistem dukungan
a. Jelaskan keluarga tentang terapi kognitif.
b. Libatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah dimiliki pasien.
d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menagggapi masalah
pasien.

2.7 SOP Terapi Kognitif


1. SOP terapi kognitif: Menghentikan Pikiran
a. Menyampaikan salam.
b. Mengingatkan nama perawat.
c. Menegaskan kembali kontrak untuk terapi.
d. Menyampaikan tujuan terapi.
e. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi.
f. Menyiapkan kursi atau mengambil tempat.
g. Memberikan kesempatan pasien untuk BAK atau BAB (k/p).
h. Menanyakan keluhan utama atau memberi kesempatan pasien
bertanya atau menyampaikan sesuatu (k/p tindak lanjuti sementara).
i. Menjelaskan prosedur terapi sekaligus memperagakan.
j. Membimbing pasien melakukan perasat :
1) Letakkan tubuh pasien dan semua anggota badan termasuk
kepala (bersandar) pada kursi senyaman mungkin.
2) Tutup mata.
3) Ambil nafas melalui hidung (secukupnya) tahan sebentar,
keluarkan melalui mulut perlahan – lahan (Lakukan sampai
merasa tenang).
4) Minta pasien untuk menghadirkan pikiran – pikiran yang tidak
menyenangkan atau menyakitkan yang telah disepakati untuk
dihentikan. (Diawali dari hal positif – negatif atau
menyenangkan – menyekitkan).
5) Pastikan pasien mampu menghadirkan (Perhatikan responnya).
6) Minta pasien untuk mengatakan pada dirinya “STOP!”
(Dengan penuh kesungguhan).
7) Buka mata.
k. Tanyakan atau evaluasi respon pasien.
l. Kesimpulan dan support (telah melakukan dengan baik dan mampu
menerapkannya).
m. Memberikan follow up, apa yang harus dilakukan selanjutnya.
(Terapkan dalam kehidupan sehari – hari apabila datang lagi pikiran
seperti itu).
n. Salam teraupetik.
2. SOP Terapi Kognitif: Mengganti Pikiran
a. Menyampaikan salam
b. Mengingatkan nama perawat
c. Menegaskan kembali kontrsk untuk terapi termasuk alihan pikiran
d. Menyampaikan tujuan terapi
e. Menanyakan kesiapan klien untuk terapi
f. Menyiapkan kursi/mengambil tempat
g. Memberikan kesempatan klien untuk bak/bab (k/p)
h. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya/menyampaikan
sesuatu  (k/p tindak lanjuti sementara)
i. Bersama klien merumuskan dan menetapkan alihsn pikiran
j. Menjelaskan prosedur sekaligus memperagakan
k. Membimbing klien melakukan perasat :
1) Letkkan tubuh dan semua anggota badn termasuk kepala
(bersandar) pad kursi senyaman mungkin
2) Tutup mata
3) Ambil nafas melalui hidung (secukupnya) tahan sebentar,
keluarkan melalui mulut perlahan – lahan. (lakukan ampai
merasa tenang)
4) Mengambil pikiran negatif yang mengganggu
5) Pastikan klien mampu mengambil pikiran negatif, kemudian
induksi klien agar ia mampu memikirkan akibat negatif dan
pikiran negatif
6) Alihkan pikiran yang menyenangkan/positif/yang telah
disepakati
7) Bantuinduksi klien agar mudah mengalihkan pikiran.
Perintahkan klien untuk mengatakan dengan mantap “alihkan
pikiran” yang telah disepakati.
8) Buka mata
l. Tanyakan/evaluasi respon klien (perasaan klien sekarang)
m. Kesimpulan dan support
n. Memberikan follow up apa yang harus dilakukan selanjutnya
(gunakan cara yang sama ketika datang pikiran distorsi)
o. Salam terapeutik

3. SOP Terapi Kognitif: Penangkapan Pikiran

a. Menyampaikan sala
b. Perkenalan
c. Menyampaikan maksud pertemuan
d. Menyampaikan tujuan terapi
e. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
f. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p
tindaklanjuti sementara)
g. Menanyakan keluhan utama
h. Tanggapi secukupnya
i. Jelaskan, bagaimana kaitan antara pikiran-perasaan dengan prilaku
(Prilaku yang ingin dihilangkan)
j. Mintai respon klien akan penjelasan tersebut, khususnya kaitan
antara perasaan-pikiran dengan dirinya, over generalisasi, missal dst.
k. Bantu klien mengenali distorsi kognitifnya. Catat pada lembar/form
yang tersedia.(Distorsi kognitif mungkin lebih dari satu)
l. Sepakati distorsi kognitif yang akan diintervensi.
m. Mintai respon klien
n. Kesimpulan dan support
o. Memberikan follow up, untuk mengikuti tahap II
p. Kontrak untuk tahap II.
q. Salam
4. SOP Terapi Kognitif: Uji Realitas
a. Menyampaikan salam
b. Perkenalan
c. Menyampaikan maksud pertemuaan
d. Menyampaikan tujuan terapi
e. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
f. Memberi kesempatan pasien bertanya /menyampaikan sesuatu (K/P
Tindak lanjuti sementara )
g. Validasi distorsi kognitif yang telah disepakati untuk diintervensi
h. Tanyakan bukti bukti yang mendukung distorsi kognitif dan atau
keuntungan apa yang didapatnya (gunakan UJi Form Realitas)
i. Hadirkan atau tanyakan bukti bukti yang melemahkan dan atau
kerugian yang didapatkannya.
j. Mintai respon klien(seberapa besar keyakinan yang masih
dimilikinya )
k. Kesimpulan dan support
l. Memberikan follow up. Untuk mengikuti tahap III.
m. Kontrak untuk tahap III
n. Salam

5. SOP Terapi Kognitif: Guide Imagery

a. Menyampaikan salam.
b. Mengingatkan mana perawat.
c. Menegaskan maksud pertemuan.
d. Menyampaikan tujuan terapi.
e. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi.
f. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p
tindak lanjuti sementara)
g. Menanyakan keluhan utama
h. Tanggapi secukupnya
i. Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia. (Duduk atau tiduran)
j. Perawat berada disamping klien.
k. Melakukan bimbingan:
1) Klien menutup mata.
2) Letakkan tubuh senyaman-nyamannya.
3) Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks.
4) Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan
melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
5) Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan
atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
6) Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal.
7) Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan
imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
8) Biarkan klien menikmati imaginasinya.
9) setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu
dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka mata.
l. Mintai respon klien.
m. Kesimpulan dan support.
n. Memberikan follow up.
o. Kontrak (bila diperlukan)
p. Salam.

6. SOP Terapi Kognitif: Meditasi

a. Menyampaikan salam
b. Mengingatkan nama perawat
c. Menegaskan maksud pertemuan
d. Menyampaikan tujuan terapi
e. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
f. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p
tindaklanjuti sementara)
g. Menanyakan keluhan utama
h. Tanggapi secukupnya
i. Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia.(Duduk atau tiduran)
j. Perawat berada disamping klien
k. Melakukan bimbingan:
1) Klien menutup mata
2) Letakkan tubuh senyaman-nyamannya
3) Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks
4) Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan
melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
5) Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan
atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
6) Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal,
Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan
imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
7) Biarkan klien menikmati imaginasinya
8) Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu
dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka mata
l. Mintai respon klien
m. Kesimpulan dan support
n. Memberikan follow up
o. Kontrak (bila diperlukan)
p. Salam
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,
yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya, memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta
mampu memecahkan masalah tersebut. Teori kognitif sebenarnya rangkaian
dengan terapi perilaku yang disebut sebagai terapi kognitif dan perilaku, karena
menurut sejarahnya merupakan aplikasi dari beberapa teori belajar yang bervariasi
(Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).

Menurut Yosep (2009, dikutip Afiya, 2016) Beberapa tehnik tersebut antara
lain:

1. Tehnik Restrukturisasi kognitif


2. Tehnik penemuan fakta-fakta
3. Tehnik penemuan alternatif
4. Dekatastropik
5. Reframing
6. Thought stopping
7. Learning new behavior with modeling
8. Membuat pola
9. Token economy
10. Role play
11. Aversion therapy
12. Contingency contracting
13. Social skill trining

3.2 Saran
Mengenai makalah yang kami buat,bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi mengenai keperawatan jiwa dalam asuhan keperawatan
pada pasien dengan prilau kekerasan, dan kami sadar makalah yang kami susun
penuh kekurangan dan kami mengharap kritik dan saran serta bimbingannya yang
dapat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyah, Nor. 2016. Penerapan Terapi Kognitif Pada Klien Isolasi Sosial Di Rsjd
Dr.Amino Gondohutomo Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Setyoadi, dkk. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada klien Psikogeriatrik.


Jakarta: Salemba Medika.

Yosep & Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.

Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Sulaiman Wan Anor Wan, Mohd Dahlan HA Malek. 2017. Effectiveness of


Group Counseling Using Cognitive and Behavior Therapy Intervention to
Reduce Stress among Nurses. Faculty of Psychology and Education,
University Malaysia Sabah,

Anda mungkin juga menyukai