Anda di halaman 1dari 17

TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian Osteomylitis

Kata “Osteomyelitis” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu osteon


(bone) dan muelinos (marrow) dan menggambarkan suatu infeksi pada
bagian ruang medula dari tulang. Literatur saat ini memberikan definisi
yang lebih luas yaitu proses inflamasi pada keseluruhan tulang termasuk
korteks dan periosteum, yang menjelaskan bahwa proses patologis jarang
terjadi hanya di endosteum saja. Proses ini biasanya melibatkan korteks dan
periosteum. Oleh karena itu osteomyelitis dapat dinilai sebagai suatu
kondisi inflamasi tulang yang berawal dari ruang medula dan sistem
haversian dan meluas sehingga melibatkan periosteum daerah sekitarnya.
Infeksi ini menjadi stabil pada bagian tulang yang mengalami kalsifikasi
ketika pus dan edema didalam ruang medula dan dibawah periosteum
menghalangi aliran darah lokal atau terjadi obstruksi. Setelah terjadi iskemia
tulang yang terinfeksi menjadi nekrotik dan akan terbentuk sequester yang
merupakan tanda klasik dari osteomyelitis. (Putra dan Sulistyani Jurnal PDGI
58 (3) hal 20-24. 2009)

Osteomielitis adalah infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada


infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).

B. Etiologi

1. Staphylococcus aureus hemoliticus 70% – 80 %

2. Hemophilus influenza 5-50% pada anak anak usia 4 tahun

3. Pseudomonas

4. Escerehia Coli

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa


mengalami infeksi melalui 3 cara:

1
1. Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan
lengan (pada anak-anak) dan ditulang belakang (pada dewasa). Infeksi
bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)
dikarenakan fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah


tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang
tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya
didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
dekatnya. Atau dapat pula melaui cedera traumatik seperti luka
tembak, pembedahan tulang.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke


tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Dapat pula
melalui Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler)

C. Manifestasi Klinis

1. Area infeksi berwarna merah dan bengkak.

2. Area yang terinfeksi menjadi kaku atau tidak bisa digerakkan.

3. Keluarnya cairan dari area infeksi.

4. Lemas.

2
5. Demam dan menggigil.

6. Merasa gelisah atau tidak enak badan.

7. Mual

8. Lemas.

3
D. Patofisiologi

4
E. Pemeriksaa Penunjang
Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya,
harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri.
Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh jaringan tulang
melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan. Pemeriksaan-pemeriksaan
lain yang dapat digunakan untuk menunjang diagnosa osteomielitis, adalah :
1. Pemeriksaan darah, meliputi :
a. CBC (Complete Blood Count)
Digunakan untuk menentukan ukuran, jumlah dan usia dari
berbagai sel darah yang berbeda pada volume darah yang spesifik.
Selain itu digunakan untuk melihat adanya infeksi pada darah. Pada
osteomielitis akut dapat ditemukan jumlah leukosit yang meningkat,
namun jumlahnya jarang meningkat diatas 15.000/mm3. Sedangkan
pada osteomielitis kronis, jumlah leukositnya biasanya normal.
b. ESR (Erytricyte Sedimentation Rate)
Digunakan untuk mengukur kecepatan sel darah merah turun
mencapai tempat yang paling dasar pada tes pembuluh darah. Ketika
mendapat pembengkakan (swelling) dan inflamasi (radang), protein -
protein darah bergerombol bersama-sama dan menjadi berat dari pada
normal. Jadi ketika diukur, sel-sel darah merah turun. Pada
osteomielitis akut dan kronis, terjadi peningkatan sel darah merah
(eritrosit) dan eritrosit menurun setelah diberi penanganan dengan
baik.
c. CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan tes darah untuk membantu mendeteksi adanya
inflamasi atau peradangan. Pada osteomielitis akut dan kronis, terjadi
peningkatan CRP.
2. Aspirasi atau biopsy tulang
Merupakan sebuah jarum kecil yang dimasukkan kedalam daerah
yang tidak normal pada bagian tubuh, dengan suatu teknik untuk
mendapatkan jaringan biopsi. Jenis biopsi ini dapat memnberikan diagnosa
tanpa melalui pembedahan.

5
3. X-Rays
Suatu tes diagnostik dimana menggunakan sinar energi elektromagnet
yang tidak terlihat untuk menghasilkan gambaran dari jaringan-jaringan
bagian dalam, tulang- tulang dan organ-organ ke dalam film.
4. Scan Tulang Radionucleide
Suatu gambaran atauX-rays yang diambil dari tulang setelah sebuah
pewarna dimasukkan kemudian diserap oleh jaringan tulang. Alat ini
digunakan untuk mendeteksi tumor dan abnormalitas tulang.
5. CT-Scan (ComputedTomography Scan)
Merupakan suatu gambaran prosedur diagnostik yang menggunakan
kombinasi dari sinarX dab teknologi komputer untuk menghasilkan
gambaran cross sectional (slice), keduanya horizontal dan vertikal dari
tubuh. Sebuah CT-Scan dapat menunjukkan gambaran secara menyeluruh
dari bagian tubuh tersebut, termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ.
CT-scan lebih mendetail daripada X-rays.
6. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Merupakan suatu prosedur diagnostik yang menggunakan kombinasi
dari magnet yang besar, radiofrekuensi dan sebuah komputer untuk
menghasilkan gambaran yang mendetail dari organ-organ dan struktur-
struktur dalam tubuh. CT-Scan dan MRI tidak selalu dapat membedakan
infeksi dengan kelainan tulang lainnya.
7. USG ( Ultra sonografi)
Merupakan suatu teknik diagnostik dimana menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi dan sebuah komputer untuk menghasilkan gambaran
dari pembuluh darah, jaringan-jaringan dan organ-organ. USG digunakan
untuk melihat organ-organ dalam seperti fungsi organ tersebut dan melihat
darah mengalir melalui bermacam-macam pembuluh darah.

F. Diagnosis dan tindakan keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi
a. Observasi:
1) Identifikasi skala nyeri

6
2) Indentifikasilokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,
itensitasnyeri
3) Identifikasi factor yang memperberatmemperingannyeri
b. Terapeutik:
1) Fasilitas istirahat dan tidur
2) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Berikan teknik nonfarmakologi suntuk mengurangi rasa
nyri ( missal: TENS, hypnosis akupresur, terapi music,
biofeedback, terapipijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
c. Edukasi:
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Anjurkan memonito rnyeri secaramandiri
3) Jelaskanpenyebab, periode, dan pemicu nyeri

2. Defisit perawatan diri : Personal hygiene berhubungan dengan


kelemahan terhadap gerak terbatas
1. Intervensi:
a. Observasi:
1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
2) Memonitor tingkat kemandirian
3) Identifikasikebutuhanalatbantu kebersihandiri, berpakaian,
berhias, danmakan
b. Terapeutik:
1) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat,
rileks, privasi)
2) Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Edukasi:
1) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

7
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak
Intervensi:
a. Obervasi:
 identifikasitoleransifisikmelakukanpergerakan
 Monitor kondisiumumselamamelakukanmobilisasi
 Identifikasiadanyanyeriataukeluhanfisik lain
a. Terapeutik:
 fasilitasiaktivitasmobilisasidenganalat bantu( mis:
pagartempattidur)
 Fasilitasimelakukanpergerakanjikaperlu
 Libatkankeluargauntukmembantupasiendalammeningkatkanp
ergerakan
b. Edukasi:
 jelaskantujuandanprosedurmobilisasi
 Anjurkanmelakukanmobilisasidini
 Ajarkan mobilisas8i sederhana yang harusdilakukan
(mis: duduk di tempat
 tidur,duduk di sisitempattidur,
pindahdaritempattidurkekursi)

G. Penatalaksanaan

Langkah pertama dalam penatalaksanaan osteomielitis adalah


mendiagnosa kondisi pasien dengan benar. Diagnosis dibuat berdasarkan
pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan jaringan.
Jaringan yang terkena osteomielitis harus dikirim ke lab untuk dilakukan
pewarnaan gram, kultur bakteri, tes sensitivitas dan pemeriksaan
histopatologis. Operator harus mencurigai faktor malignansi yang
memiliki tampilan klinis yang sama dengan osteomielitis, dan harus
dicantumkan dalam diagnosa banding. Evaluasi dan kontrol medis pada

8
perawatan pasien dengan immunocompromised sangat membantu
perawatan osteomielitis. Misalnya, mengontrol gula darah pada pasien
diabetes untuk mendapatkan respon yang baik terhadap terapi
osteomielitis. Pengobatan antibiotik empiris harus dilakukan berdasarkan
hasil pewarnaan Gram atau berdasarkan patogen yang mungkin diduga
terlibat di daerah maxillofacial. Kultur definitif dan laporan sensitivitas
biasanya memakan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya,
tetapi hal ini sangat membantu dokter bedah untuk mendapatkan antibiotik
yang paling sesuai berdasarkan organisme yang terlibat.

Penentuan waktu untuk melakukan tindakan bedah sangatlah penting,


terutama untuk sequestrektomi. Tulan nekrotik yang terjadi selama
terserang osteomielitis harus dikeluarkan secara pembedahan. Apabila
sekuesternya kecil, pengambilannya secara intraoral, namun apabila
melibatkan daerah yang luas dilakukan dengan diseksi perkutaneus yang
lebar. Ukuran dan sifat dari sekuester dapat sedemikian rupa sehingga
sekuester harus dipecah (seperti pada pengeluaran gigi impaksi) sehingga
memudahkan pengeluaran dan memungkinkan untuk mempertahankan
lebih banyak tulang yang normal disekitarnya. Jaringan disekitar sekuester
merupakan jaringan granulasi yang juga harus di hilangkan. Kemudian
daerah teresebut di irigasi dengan larutan antibiotik topikal
(Neomycin/Bacitracin atau Kanamycin) dan letakkan kasa yang
mengandung antibiotik dan diamkan selama 3-5 hari, tergantung respon
klinis atau diganti dua atau tiga kali sehari.

Apabila sekuestrasi terjadi dengan lambat atau difus maka perlu


dilakukan dekortikasi. Dekortikasi biasanya memerlukan pengambilan
segmen lateral /korteks bukal dari mandibula. Injeksi fluoroscein
intravena (bahan pewarna vital) dapat dilakukan untuk mengetahui tulang
yang nekrotik. Namun, uji klinis yang paling sering dilakukan pada tulang
vital adalah melihat perdarahan tulang. Selain mengambil tulang nekrotik,
dekortikasi juga mengambil daerah yang terinfeksi yang vaskularisasinya
relatif sedikit hingga pada jaringan lunak disekitarnya yang
tervaskularisasi dengan baik. Gangguan pada suplai darah mengurangi

9
keefektifan terapi ini. Sesudah tindakan bedah, pasien harus di
instruksikan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup dan
bergizi karena hal ini juga menentukan apakah osteomielitis akan sembuh
atau memburuk. Penyembuhan osteomielitis juga harus dipantau secara
klinis, laboratoris dan radiografis.

Pilihan terbaik adalah dengan sekuestrektomi dan saucerization.


Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menghilangkan jaringan nekrotik
atau vaskularisasi tulang sequestra yang buruk pada area yang terinfeksi
dan untuk memperbaiki aliran darah. Sekuestrektomi meliputi
pengambilan tulang yang terinfeksi dan bagian yang tak tervaskularisasi
pada tulang, umumnya kortikal plate pada area yang terinfeksi.

Saucerization meliputi pengambilan korteks tulang yang bersebelahan


untuk mempermudah penyembuhan melalui tindakan sekunder yang akan
dilakukan setelah tulang yang terinfeksi dihilangkan. Dekortikasi meliputi
penghilangan jaringan yang padat, sering kali merupakan infeksi kronis
dan vaskularisasi yang buruk pada tulang korteks dan penempatan
periosteum vaskular yang bersebelahan pada tulang medular untuk
meningkatkan aliran darah dan penyembuhan pada area yang terlibat.
Kunci utama dari prosedur ini secara klinis ditentukan oleh cutting back
untuk perdarahan tulang yang baik. Penilaian klinis menjadi hal yang
sangat penitng pada tahap ini, namun hal tersebut dapat dibantu dengan
gambaran preoperative yang menunjukkan patologi yaitu adanya
pelebaran tulang. Hal tersebut diperlukan untuk mengekstraksi gigi
tetangga pada area osteomielitis. Saat mengekstraksi gigi tetangga dan
melakukan pengambilan tulang, operator harus menyadari bahwa prosedur
bedah ini dapat melemahkan tulang rahang dan rentan terhadap fraktur
patologis.

Terdapat metode perawatan lainnya dengan memasukkan antibiotik


dosis tinggi pada area yang melemah dengan menggunakan antibiotic
impregnated beads atau dengan sistem wound irrigation. Terapi ini
didasari oleh premis bahwa tingkat antibiotic local yang tinggi akan
mengakibatkan, keseluruhan beban sistemik menjadi rendah, dengan

10
demikian akan mengurangi efek samping dan resiko komplikasi.

Perawatan Hyperbaric oxygen (HBO) juga didukung sebagai


perawatan refractory osteomielitis. Metode perawatan ini bekerja dengan
meningkatkan tingkat oksigenasi jaringan yang akan membantu melawan
bakteri anaerob yang terdapat pada luka. Penggunaan yang luas dari
perawatan HBO sebagai perawatan untuk osteomielitis masih menjadi
kontroversi.(Syamsoelily,L,.Mappangara,S, 2013)

H. Farmakologi

11
1. Dosis cefotaxime untuk osteomyelitis

Bisa diberikan sebanyak 1-2 gram suntikan atau infus setiap 6-8
jam. Dosis Maksimal: 2 g IV setiap 4 jam. Durasi: 4-6 minggu.

Osteomyelitis kronis mungkin membutuhkan terapi antibiotik oral


tambahan, mungkin membutuhkan waktu sampai 6 bulan.

2. Dosis Piperacillin + Tazobactam untuk Osteomyelitis:

3,375 g infus setiap 6 jam; 4,5 g infus setiap 8 jam juga telah
digunakan.

Durasi: Terapi harus dilanjutkan selama sekitar 4 sampai 6 minggu,


tergantung pada sifat dan keparahan infeksi. Osteomyelitis kronis
mungkin memerlukan terapi antibiotik oral tambahan, mungkin
sampai 6 bulan. Pembedahan debridement pada tulang yang
terdevitalisasi sangatlah penting untuk pengelolaan osteomyelitis.

I. Diet atau Nutrisi

1. Tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

Bermanfaat menyediakan mkanan secukupnya untuk memenuhi


kebutuhan kalori dan protein yang bermanfaat mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh, memulihkan luka dan
menambah berat badan contoh: makanan TKTP

a. Bahan makanan kalori tinggi yang dapat menghasilkan energi


atau tenga. Contoh: nasi, bubur beras, jagung, kentang,
singkong, ubi, tepung, mie.

b. Protein tinggi bahan makanan yang sangat di butuhkan untuk


tumbuh kembang, pertumbuhan jaringan, sumber panas dana
energi protein hewani maupun nabati contoh: daging, hati,
babat,telur, ikan, udang,kacang kacangan, tahu tempe.

2. Vitamin c

12
Bahan makanan yang dapat di gunakan untuk membantu
penyembuhan luka, mencegah infeksi, dan memeper baiki tulang.
Contoh: bayam, cabe rawit, daun singkong, daun pepaya, jeruk,
pepaya, rambutan ,jambu mete, jambu biji.

J. Pembedahan
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan
salin fisiologis steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, kecacatan
berupa dekstruksi sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram
epifisis, dan osteomyelitis kronik. Pada dasarnya penanganan yang
dilakukan adalah :

a. Perawatan di rumah sakit.


b. Pengobatan supportif dengan pemberian infus dan antibiotika.
c. Pemeriksaan biakan darah.
d. Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram positif
diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah dan
dilakukan secara parenteral selama 3-6 minggu.
e. Imobilisasi anggota gerak yang terkena.
f. Tindakan pembedahan

Indikasi dilakukannya pembedahan ialah :

a. Adanya sequester (tulang yang sudah mati yang sudah terpisah atau
dalam proses pemisahan diri dari tulang yang lainnya)
b. Adanya abses
c. Rasa sakit yang hebat
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epidermoid)

13
Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan anjuran terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana
suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah
yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan
tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

K. Aspek Legal Etis


1. Respect for autonomi, yang berarti mandiri dan bersedia menanggung
resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan
yang dilakukan, termasuk dalam menentukan dan mengatur dirinya
sendiri. Dalam hal ini perawat memberikan penjelasan yang sebenarnya
tetntang penyakit yang diderita kepada pasien dan keluarganya, serta
membrikan pilihan tentang perawatan yang dipilih oelh pasien dan

14
keluarganya, misal: tempat perwatan dan jenis perawatan.
2. Non-malaficence, mendikusikan risiko dan masalah denga klien perawat
dan tim kesehatan dalam pemberian perawatan, perawat berhati-hati
terhadap penyakit pasien agar tidak terjadi atau bertambah parahnya
penyakit pasien. Perawat dalam melakukan perawatan kepada klien
hindari hal-hal yang menyebabkan injuri, misalnya dalam merubah posisi
klien saat istirahat jangan sampai membahayakan terutama daerah perut
yang buncit akibat limpa yang membesar.
3. Beneficence, yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat
berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien, serta merahasiakan tentang penyakit yang diderita
kepada orang lain.
4. Justice, dengan tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras,
social budaya, keadaan ekonomi, dsb. tetapi diperlukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Oleh
karena itu, perawat memberikan perawatan yang memenahg harus
didapat.
5. Inform consent, Perawat harus memberikan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan, misalnya kapan tindkaan itu akan diberikan, apa
tujuannya dari pemberian tindakan itu, apa manfaatnya, apa resiko yang
akan timbul dari tindakan itu, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
tindakan, apa yang harus dipersiapkan klien,,dan lain-lain
Sedangkan prinsip sekunder dari prinsip etis adalah kejujuran,
kerahasiaan,dan kesetiaan.kejujuran berarti kewajiban untuk
mengungkapkan kebenaran,dalam kasus ini tim medis harus transparan
dalam mengungkapkan tindakan apa saja yang akan dilakukan pada
pasien,misalnya dampak amputasi,dampak pemberian obat analgetik
harus meminta persetujuan pihak keluarga dalam menentukan tindakan
tersebut. Kerahasiaan berarti kewajiban untuk melindungi informasi
rahasia.kesetiaan juga berarti selalu ada saat pasien membutuhkan
bantuan dari tim medis,khususnya kita sebagai perawat.

15
L. Health Education

1. Pencegahan

Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran


hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi
tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap
lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden
osteomielitis pascaoperasi.

Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan


yang memadai saat pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi
aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial
terjadinya osteomielitis.

2. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah

Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi


antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam
keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga
mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap
promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.

Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika.


Selain itu, penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres hangat
harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah
sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di
rumah sangat penting dalam keberhasilan.

3. Penatalaksanaan osteomielitis di rumah.

Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai


bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak.
Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi
peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ann M. Arvin; editor edisi bahasa indonesia : A. Samik Wahab-Ed.15. Jakarta :


EGC. 2009

Putra dan Sulistyani : Psteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak dan dewasa
Jurnal PDGI 58 (3) hal 20-24 © 2009

Syamsoelily,L,.Mappangara,S,. Chandha,M.H., Ruslin,M.,2013, Osteomielitis


Supuratif Kronis pada Mandibular Edentulous. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin.
Petersen, Gordon W., 2009, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Penerbit Buku
Kedokteran EGC

17

Anda mungkin juga menyukai