A. Pengertian Osteomylitis
B. Etiologi
3. Pseudomonas
4. Escerehia Coli
1
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan
lengan (pada anak-anak) dan ditulang belakang (pada dewasa). Infeksi
bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)
dikarenakan fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat
penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
2. Penyebaran langsung
C. Manifestasi Klinis
4. Lemas.
2
5. Demam dan menggigil.
7. Mual
8. Lemas.
3
D. Patofisiologi
4
E. Pemeriksaa Penunjang
Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya,
harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri.
Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh jaringan tulang
melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan. Pemeriksaan-pemeriksaan
lain yang dapat digunakan untuk menunjang diagnosa osteomielitis, adalah :
1. Pemeriksaan darah, meliputi :
a. CBC (Complete Blood Count)
Digunakan untuk menentukan ukuran, jumlah dan usia dari
berbagai sel darah yang berbeda pada volume darah yang spesifik.
Selain itu digunakan untuk melihat adanya infeksi pada darah. Pada
osteomielitis akut dapat ditemukan jumlah leukosit yang meningkat,
namun jumlahnya jarang meningkat diatas 15.000/mm3. Sedangkan
pada osteomielitis kronis, jumlah leukositnya biasanya normal.
b. ESR (Erytricyte Sedimentation Rate)
Digunakan untuk mengukur kecepatan sel darah merah turun
mencapai tempat yang paling dasar pada tes pembuluh darah. Ketika
mendapat pembengkakan (swelling) dan inflamasi (radang), protein -
protein darah bergerombol bersama-sama dan menjadi berat dari pada
normal. Jadi ketika diukur, sel-sel darah merah turun. Pada
osteomielitis akut dan kronis, terjadi peningkatan sel darah merah
(eritrosit) dan eritrosit menurun setelah diberi penanganan dengan
baik.
c. CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan tes darah untuk membantu mendeteksi adanya
inflamasi atau peradangan. Pada osteomielitis akut dan kronis, terjadi
peningkatan CRP.
2. Aspirasi atau biopsy tulang
Merupakan sebuah jarum kecil yang dimasukkan kedalam daerah
yang tidak normal pada bagian tubuh, dengan suatu teknik untuk
mendapatkan jaringan biopsi. Jenis biopsi ini dapat memnberikan diagnosa
tanpa melalui pembedahan.
5
3. X-Rays
Suatu tes diagnostik dimana menggunakan sinar energi elektromagnet
yang tidak terlihat untuk menghasilkan gambaran dari jaringan-jaringan
bagian dalam, tulang- tulang dan organ-organ ke dalam film.
4. Scan Tulang Radionucleide
Suatu gambaran atauX-rays yang diambil dari tulang setelah sebuah
pewarna dimasukkan kemudian diserap oleh jaringan tulang. Alat ini
digunakan untuk mendeteksi tumor dan abnormalitas tulang.
5. CT-Scan (ComputedTomography Scan)
Merupakan suatu gambaran prosedur diagnostik yang menggunakan
kombinasi dari sinarX dab teknologi komputer untuk menghasilkan
gambaran cross sectional (slice), keduanya horizontal dan vertikal dari
tubuh. Sebuah CT-Scan dapat menunjukkan gambaran secara menyeluruh
dari bagian tubuh tersebut, termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ.
CT-scan lebih mendetail daripada X-rays.
6. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Merupakan suatu prosedur diagnostik yang menggunakan kombinasi
dari magnet yang besar, radiofrekuensi dan sebuah komputer untuk
menghasilkan gambaran yang mendetail dari organ-organ dan struktur-
struktur dalam tubuh. CT-Scan dan MRI tidak selalu dapat membedakan
infeksi dengan kelainan tulang lainnya.
7. USG ( Ultra sonografi)
Merupakan suatu teknik diagnostik dimana menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi dan sebuah komputer untuk menghasilkan gambaran
dari pembuluh darah, jaringan-jaringan dan organ-organ. USG digunakan
untuk melihat organ-organ dalam seperti fungsi organ tersebut dan melihat
darah mengalir melalui bermacam-macam pembuluh darah.
6
2) Indentifikasilokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,
itensitasnyeri
3) Identifikasi factor yang memperberatmemperingannyeri
b. Terapeutik:
1) Fasilitas istirahat dan tidur
2) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Berikan teknik nonfarmakologi suntuk mengurangi rasa
nyri ( missal: TENS, hypnosis akupresur, terapi music,
biofeedback, terapipijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
c. Edukasi:
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Anjurkan memonito rnyeri secaramandiri
3) Jelaskanpenyebab, periode, dan pemicu nyeri
7
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan gerak
Intervensi:
a. Obervasi:
identifikasitoleransifisikmelakukanpergerakan
Monitor kondisiumumselamamelakukanmobilisasi
Identifikasiadanyanyeriataukeluhanfisik lain
a. Terapeutik:
fasilitasiaktivitasmobilisasidenganalat bantu( mis:
pagartempattidur)
Fasilitasimelakukanpergerakanjikaperlu
Libatkankeluargauntukmembantupasiendalammeningkatkanp
ergerakan
b. Edukasi:
jelaskantujuandanprosedurmobilisasi
Anjurkanmelakukanmobilisasidini
Ajarkan mobilisas8i sederhana yang harusdilakukan
(mis: duduk di tempat
tidur,duduk di sisitempattidur,
pindahdaritempattidurkekursi)
G. Penatalaksanaan
8
perawatan pasien dengan immunocompromised sangat membantu
perawatan osteomielitis. Misalnya, mengontrol gula darah pada pasien
diabetes untuk mendapatkan respon yang baik terhadap terapi
osteomielitis. Pengobatan antibiotik empiris harus dilakukan berdasarkan
hasil pewarnaan Gram atau berdasarkan patogen yang mungkin diduga
terlibat di daerah maxillofacial. Kultur definitif dan laporan sensitivitas
biasanya memakan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya,
tetapi hal ini sangat membantu dokter bedah untuk mendapatkan antibiotik
yang paling sesuai berdasarkan organisme yang terlibat.
9
keefektifan terapi ini. Sesudah tindakan bedah, pasien harus di
instruksikan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup dan
bergizi karena hal ini juga menentukan apakah osteomielitis akan sembuh
atau memburuk. Penyembuhan osteomielitis juga harus dipantau secara
klinis, laboratoris dan radiografis.
10
demikian akan mengurangi efek samping dan resiko komplikasi.
H. Farmakologi
11
1. Dosis cefotaxime untuk osteomyelitis
Bisa diberikan sebanyak 1-2 gram suntikan atau infus setiap 6-8
jam. Dosis Maksimal: 2 g IV setiap 4 jam. Durasi: 4-6 minggu.
3,375 g infus setiap 6 jam; 4,5 g infus setiap 8 jam juga telah
digunakan.
2. Vitamin c
12
Bahan makanan yang dapat di gunakan untuk membantu
penyembuhan luka, mencegah infeksi, dan memeper baiki tulang.
Contoh: bayam, cabe rawit, daun singkong, daun pepaya, jeruk,
pepaya, rambutan ,jambu mete, jambu biji.
J. Pembedahan
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan
salin fisiologis steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, kecacatan
berupa dekstruksi sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram
epifisis, dan osteomyelitis kronik. Pada dasarnya penanganan yang
dilakukan adalah :
a. Adanya sequester (tulang yang sudah mati yang sudah terpisah atau
dalam proses pemisahan diri dari tulang yang lainnya)
b. Adanya abses
c. Rasa sakit yang hebat
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epidermoid)
13
Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan anjuran terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana
suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah
yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan
tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
14
keluarganya, misal: tempat perwatan dan jenis perawatan.
2. Non-malaficence, mendikusikan risiko dan masalah denga klien perawat
dan tim kesehatan dalam pemberian perawatan, perawat berhati-hati
terhadap penyakit pasien agar tidak terjadi atau bertambah parahnya
penyakit pasien. Perawat dalam melakukan perawatan kepada klien
hindari hal-hal yang menyebabkan injuri, misalnya dalam merubah posisi
klien saat istirahat jangan sampai membahayakan terutama daerah perut
yang buncit akibat limpa yang membesar.
3. Beneficence, yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat
berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien, serta merahasiakan tentang penyakit yang diderita
kepada orang lain.
4. Justice, dengan tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras,
social budaya, keadaan ekonomi, dsb. tetapi diperlukan klien sebagai
individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Oleh
karena itu, perawat memberikan perawatan yang memenahg harus
didapat.
5. Inform consent, Perawat harus memberikan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan, misalnya kapan tindkaan itu akan diberikan, apa
tujuannya dari pemberian tindakan itu, apa manfaatnya, apa resiko yang
akan timbul dari tindakan itu, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
tindakan, apa yang harus dipersiapkan klien,,dan lain-lain
Sedangkan prinsip sekunder dari prinsip etis adalah kejujuran,
kerahasiaan,dan kesetiaan.kejujuran berarti kewajiban untuk
mengungkapkan kebenaran,dalam kasus ini tim medis harus transparan
dalam mengungkapkan tindakan apa saja yang akan dilakukan pada
pasien,misalnya dampak amputasi,dampak pemberian obat analgetik
harus meminta persetujuan pihak keluarga dalam menentukan tindakan
tersebut. Kerahasiaan berarti kewajiban untuk melindungi informasi
rahasia.kesetiaan juga berarti selalu ada saat pasien membutuhkan
bantuan dari tim medis,khususnya kita sebagai perawat.
15
L. Health Education
1. Pencegahan
16
DAFTAR PUSTAKA
Putra dan Sulistyani : Psteomyelitis kronis mandibula pada anak-anak dan dewasa
Jurnal PDGI 58 (3) hal 20-24 © 2009
17