Psikoterapi Suportif
Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
Jalalludin 20156310262
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai
psikoterapi suportif. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah program studi Keperawatan Jiwa. Pada penulisan makalah ini, kami
berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua
orang, sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca. Makalah penulisan ilmiah
ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa
kesehatan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih
banyak kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah kami, baik dalam
segi bahasa dan pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi mencapainya suatu
kesempurnaan dalam makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak berabad yang lalu, para ahli telah menyadari bahwa psikoterapi
berperan penting pada penyembuhan gangguan-gangguan pikiran dan perasaan,
dan dokter berperan penting dalam hal itu (A healer is a person to whom a
sufferer tells things; and out of his or her listening, the healer develops the basis
1
2
for therapeutic interventions. The good listener is the best physician for those who
are ill in thought and feeling). Oleh karena itu dahulu psikoterapi sering disebut
sebagai the talking cure. Psikoterapi diterima sebagai ilmu dan ketrampilan
tersendiri, sebagai pengembangan lebih lanjut dari prinsip-prinsip the talking cure
tersebut, oleh karena terdiri atas teknik-teknik dan metode khusus yang dapat
diajarkan dan dipelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian psikoterapi ?
2. Apa itu psikoterapi suportif ?
3. Apa tujuan dari pelaksanaan psikoterapi suportif ?
4. Apa indikasi dan syarat dari psikoterapi suportif ?
5. Apa saja komponen psikoterapi suportif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari psikoterapi
2. Untuk mengetahui apa itu psikoterapi suportif
3. Untuk mengetahui tujuan psikoterapi suportif
4. Untuk mengetahui indikasi dan syarat dari psikoterapi suportif
5. Untuk mengetahui komponen psikoterapi suportif
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian psikoterapi
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa
psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara
psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin
hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan
untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan
akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau
pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi
ketidakserasian atau gangguan mental.
3
4
B. Psikoterapi Suportif
1. Menguatkan daya tahan mental yang ada, dengan kata lain membuat
seseorang itu bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih
baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat
seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya.
3. Mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri).
4. Menaikkan fungsi psikologi dan sosial.
5. Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin.
6. Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima.
7. Mencegah terjadinya relaps..
8. Bertujuan agar penyesuaian baik.
9. Mencegah ketergantungan pada dokter.
10. Memindahkan dukungan.
6
1. Seseorang yang dalam keadaan kritis dan kacau serta tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, yang menghasilkan
kecemasan berat dan kebingungan (contoh, orang yang mengalami kesedihan
yang berat, kesakitan, perceraian, atau kehilangan pekerjaan ataupun mereka
yang pernah menjadi korban kejahatan, penganiayaan, bencana alam, ataupun
kecelakaan).
2. Pasien dengan penyakit yang berat dan kronik disertai dengan kerapuhan
ataupun kelemahan fungsi ego (contoh, mereka dengan psikosis yang laten,
gangguan impuls, gangguan kepribadian berat).
3. Pasien dengan defisit kognitif dan gejala-gejala fisik yang membuat mereka
menjadi lemah dan tidak cocok dilakukan pendekatan insight-oriented
(contoh, pasien psikosomatik).
4. Pasien dengan toleransi kecemasan yang rendah dan kesulitan mengendalikan
frustasi.
5. Pasien dengan kelemahan psikologi yang sesuai dengan fungsi kognitifnya.
6. Mereka yang kesulitan membedakan kenyataan luar dengan dari dalam
dirinya.
7. Pasien yang mengalami gangguan berat dalam hubungan interpersonal.
8. Mereka yang mengalami kelemahan dalam mengontrol impuls dan akhirnya
mereka melakukan tindakan yang buruk.
9. Pasien dengan intelegensia yang kurang dan kapasitas yang lemah terhadap
pengamatan dirinya sendiri.
10. Pasien yang memiliki keterbatasan yang berat untuk mengadakan hubungan
terapeutik dengan terapis.
7
3. Sugesti
Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada
pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan
hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas
profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga
kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi
sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak
terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif,
umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal
atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.
Sikap terapis, meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien akan hilang.
Topik pembicaraan, gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik dan
timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis.
9
5. Bimbingan
6. Penyuluhan
7. Terapi kerja
8. Hipno-terapi
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada
dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat
digunakan dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dari
dinamika pasien menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi
baru. Beberapa pasien dapat menginduksi regresi usia, selama mana mereka
mengalami kembali peristiwa yang terjadi pada kehidupan yang lebih awal.
Apakah pasien mengalami peristiwa seakan-akan terjadi adalah kontroversial;
tetapi, material yang diungkapakan dapat digunakan untuk terapi lebih lanjut.
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat
mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga
telah digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.
Kontraindikasi
Sistem nilai etik yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan
khususnya untuk hipnoterapi, dimana pasien (khususnya mereka yang berada
dalam trance dalam) adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan.
Terdapat pertentangan tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama
keadaan trance yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang
bertentangan dengan kode moral mereka.
9. Narkoterapi
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan materi yang ada dalam makalah ini dapat diterapkan dalam
proses keperawatan yang sesungguhnya.
13
DAFTAR ISI
Kaplan, Harold I., dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.
http://blogsyurika.blogspot.com/2013/06/bentuk-bentuk-psikoterapi.html diakses
pada 31 Januari 2017 pukul 20.36 WIB
https://health.detik.com/read/2009/07/17/141957/1167103/770/psikoterapi-
suportif diakses pada tanggal 31 Januari 2017 pukul 20.42 WIB