Anda di halaman 1dari 70

Makalah

Psikoterapi Suportif

Pembimbing :

Ibu Antonia Helena Hamu, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh

Lucky W. Radja Pono

Mardiana Tenggu Nalu

Maria Elvira Sea

Magdalena Y. Tulung

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang

Jurusan Keperawatan

Prodi Pendidikan Profesi Ners

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas rahmat
dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul psiko
suportif dengan tepat waktu.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana
didalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun
isi. Oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan makalah ini

Kupang, 22 september 2021

Penulis

2
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................................3
Bab I..................................................................................................................................4
Pendahuluan.......................................................................................................................4
1.1. Latar belakang....................................................................................................4
1.2. Tujuan................................................................................................................4
1.2.1. Tujuan khusus............................................................................................4
Bab II.................................................................................................................................5
Tinjauan Pustaka................................................................................................................5
2.1. Konsep Dasar Psikoterapi Suportif.....................................................................5
2.2. Tujuan psikoterapi suportif.................................................................................6
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi....................................................................6
2.4. Jenis Psikoterapi Suportif...................................................................................7
2.5. Komunikasi Terapeutik....................................................................................13
2.6. Strategi Membuat Analisa Proses Interaksi......................................................14
Bab III Contoh Analisa Proses Interaksi..........................................................................18
Bab IV..............................................................................................................................48
Kesimpulan dan Saran......................................................................................................48
3.1. Kesimpulan......................................................................................................48
3.2. Saran................................................................................................................48
Daftar Pustaka..................................................................................................................49

3
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar belakang


Psikoterapi merupakan metode pengobatan terhadap gangguan
emnosional dengan cara merubah pola berpikir dan pola perasaaan agar
terjadi keseimbangan didalam diri individu tersebut. Psikoterapi dapat
juga didefinisikan dengan metode pengobatan terhadap gangguan
kesulitan yang bersifat emosional dengan cara psikologi. Dalam
psikoterapi sangat diperlukan hubungan yang baik antara pasien dan
tenaga kesehatan.
Psikoterapi dapat diklasifikasikan menurut prosesnya yaitu
psikoterapi suportif, reedukatif dan rekonstruksi. Bila berdasarkan
lamanya ada psikoterapi jangka pendek dan ada juga jangka panjang. Bila
dilihat dari jumlah pasiennya, maka ada psikoterapi individual dan
psikoterapi kelompok.
1.2. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami materi tentang
psikoterapi suportif.
mmm
1.2.1. Tujuan khusus
1. Mampu enjelaskan tentang konsep dasar psikoterapi suportif
2. Mampu menjelaskan tentang tujuan psikoterapi suportif
3. Mampu menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi terapi
4. Mampu menjelaskan jenis psikoterapi suportif
5. Mampu menjelaskan komunikasi terapeutik
6. Membuat analisa proses interaksi
7. Membuat literature review mengenai terapi suportif

4
Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1. Konsep Dasar Psikoterapi Suportif
Psikoterapi adalah suatu proses menemukan yang aktif dimana
tujuannya adalah untuk menghilangkan, menghambat, mengubah atau
mengontrol gejala atau perilaku yang menganggu atau menyakitkan,
sehingga pasien dapat kembaliberfungsi secara normal [ CITATION Put11 \l
1057 ].
Psikoterapi adalah proses yang digunakan oleh profesional
dibidang kesehatan mental untuk membantu mengenali, mendefinisikan
dan mengatasi kesulitan interpersonal dan psikologis yang dihadapi
individu dan meningkatkan penyesuaian diri mereka.
Psikoterapi dibagi menjadi psikonalaisis dan pskioterapi yang
berorientasi kepada psikoanalisis, yang terdiri dari psikoterapi ekspresif
dan psikoterapi suportif. Psikoterapi suportif adalah suatu bentuk terapi
alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi
dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi untuk mendapatkan
suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.

5
2.2. Tujuan psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif bertujuan sebagai berikut :
 Mendukung fungsi-fungsi ego, atau memperkuat mekanisme
defensi yang ada
 Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang
baru dan lebih baik
 Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif
 Menguatkan daya tahan mental yang ada
 Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan
yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
ataupun seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya
 Mengembalikan keseimbangan adaptif
 Menaikan fungsi psikologi dan sosial
 Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak
mungkin
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi
Indikasi secara umum dari psikoterapi suportif adalah pada pasien
yang mana kontraindikasi terhadap psikoanalisi ataupun psikoterapi
insight-orianted psychoanalitic, mempunyai ego yang kurang.
 Seseorang yang dalam keadaan kritis dan kacau serta tidak
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah,
yang menghasilkan kecemasan berat dan kebingungan
 Pasien dengan penyakit yang berat dn kronik disertai kerapuhan
ataupun kelemahan fungsi ego (contoh, mereka dengan psikosis
yag laten, gangguan impuls, gangguan kepribadian berat)
 Pasien dengan defisit kognitif dan gejala fisik yang membuat
mereka menjadi lemah
 Pasien dengan tolerasni kecemasan yang rendah dan kesulitan
mengendalikan frustasi

6
 Pasien yang mengalami gangguan berat dalam hubungan
interpersonal
 Pasien dengan intelegensia yang kurang dan kapasitas lemah
terhadap pengamatan dirinya sendiri
2.4. Jenis Psikoterapi Suportif
Psikoterapi suportif memiliki beberapa jenis yang disesuaikan dengan
kondisi pasien, sebagai berikut [ CITATION Sov18 \l 1033 ]:
1) Ventilasi atau katarisis emosional
Psikoterapi ini memberikan kebebasan kepada pasien untuk
mengemukakan isi hatinya sehingga pasien merasa lega dan
keluhannya berkurang. Berusaha memverbalisasikan aspek yang
membuat inndividu merasa malu atau atkut, tega, puas dan
sebagainya akan menolong untuk mengembangkan sikap yang
lebih konstruktif dari individu tersebut. Ventilasi tentang perasaan
takut, harapan, ambisi dan kebutuhan seringkali akan menolong,
khususnya bila menapat simpati dan tidak dikritik oleh pendengar.
Banyak gangguan pada pasien bersifat fantasi dan
misinterpretasi terhadap masa kehidupan dirinya karena pasien
mengungkapkan pikirannya.Hal ini memberikan kesempatan
kepada terapis untuk membetulkan miskonsepsi terssebut.Bila
terapis dapat menerima bahwa keinginnan pasien juga biasa
ditemukan pada orang banyak, pasien mungkin malah dapat
melihat bahwa sikapnya selama ini adalah salah.
Mengulangi verbalisasi dari sikap dan pengalaman yang
tidak menyenangkan akan memberi kesempatan kepada pasien
untuk menghadapi konflik dan rasa takutnya pada masa lalu,
sehingga gejolak pada diri pasien semakin berkuang. Keuntungan
dari katarisis emosional ini adalah, pasien didesensitasi terhadap
situasi dan konflik yang mengganggunya.

7
2) Persuasi
Psikoterapi ini dilakukan dengan menerangkan secara
masuk akal gejala yang timbul akibat cara berpikir terhadap
masalah yang dihadapi. Terapi ini membangun mental pasien,
serta meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa
gejalanya akan hilang. Tujuannya adalah untuk mengubah sikap
dan menemukan tujuan dan cara baru dalam beradaptasi dengan
realitas. Kepada pasien diterangkan mengenai konsep yang salah
tentang penyakitnya dan kebiasaan maladaptive yang telah ia
bentuk.
Metode persuasi modernmemberikan penekanan kepada :
 Mengusahakan sikap mental yang layak dalam
menghadapu kemalangan, menerima kesulitan lingkungan
dan metolerir keterbatas diri
 Pasien didorong untuk mengembangkan kualitas
kepribadian yang positif
 Pasien dilatih untuk mengendalikan emosi, hidup dengan
anxietas, menerima dan menahan deprivasi, frustasi dan
ketegangan
Kelemahan dari metode ini adalah :
 Sangat superfisial dan berdasarkan pada kemampuan
pasien untuk menerima ucapan terapis yang
menggunakan peribbahasa dan contoh dari kehidupan
 Terlalu menekankan pada kemampuan penalaran pasien
yang dianggap mampu mengatasinya dengan berusaha
sendiri
 Konflik yang tidak disadari dan emosi merupakan hal
yang sangat menentukan gangguan nefrotik, maka
penalaran, pengetahuan dan kekuatan berkehendak
seringkali gagal dalam mengatasinya

8
3) Psikoterapi reassurance
Psikoterapi jenis ini berusaha meyakinkan kembali
kemampuan pasien untuk menghadapi masalahnya.Terapi ini
diberikan khususnya pada pasien yang sangat kecewa atau frustasi
dan biasanya sangat emosional, tegang, tidak mampu mengatasi
kecemasannya sendiri dan mencari ketenangan dari figure orang
tua atau orang yang dianggap mampu melerai ketegangan
emosinya.
Tujuan terapi adalah untuk menciptakan suasana yang
menentramkan sehingga ketegangan emosi pasien menjadi
berkurang. Terapi ini akan lebih berhasil bila dilakukan kepada
pasien yang membutuhkan dorongan dari luar dan kurang berhasil
pada pasien yang mengalami gangguan kepribadian yang sulit
percaya kepada orang lain (ada kecenderungan paranoid, parnoia
atau psikopati, dan anti sosial).
4) Psikoterapi sugestif
Psikoterapi ini menanamkan kepercayaan pada pasien
bahwa gangguannya akan hilang.Sugesti diri adalah bentuk sugesti
langsung terhadap diri sendiri.individu menggunakan gambaran
otoriter diri yang memerintah dirinya sendiri. bila pasien
meragukan kemampuan dan kekuaatan dari terapis maka motivasi
dan kepatuhan pasien akan berkurang dan ia akan melawan
perintah terapis.
Sugesti sulit berhasil pada pasien yang memakai gejalanya
untuk menghilangkan ansietasnya, misalnya pada gangguan
obsesif compulsive. Juga akan sulit berhasil pada pasien dengan
kepribadian psikopati, karena ada kecenderungan kuat untuk
melawan otoritas.

9
5) Bimbingan
Bimbingan merupakan cara pertolongan atau bantuan
secara aktif dan langsung yang diberikan kepada individu untuk
membantu mengatasi kesulita ketergangguannya. Psikoterapi
inidiberikan dengan penuh wibawa dan pengertian dengan cara
memberikan nasihat kepada pasien. Terapis biasanya bersikap
otoriter dan secara langsung merencanakan sesuatu sebagai
penyelesaian yang sekiranya dapat dilakukan oleh klien dan bila
perlu diberikan contoh.
Kelemahan :
 Pasien yang dependen/ mudah ketergantungan terhadap
sesame akan menganggap berlebihan terhadap kemampuan
terapis. Sebaiknya apabila terjadi keraguan terhadap
kekuatan dan kebijaksanaan dari terapis akan
menyebabkan perasaan tidak aman
 Pasien akan menuntut perhatian yang berlebihan dan
bahkan dapat memperlihatkan invaliditas dalam
menghadapi masalah kehidupannya
 Pasien angsung diberikan pengarahan mengenai apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak baik dilakukan. Hal ini
akan mengurangi kesempatan untuk menggunakan
kemampuannya sendiri untuk berpikir atau mencari jalan
keluar sehingga tidak memungkinkan pasien bersikap kritis
Kelebihan :
 Bagi pasien yang tidak mempunyai motivasi bekerja,
kekuatan ego lemah atau dependen maka bimbingan
memiliki kemungkinan berhasil tinggi
 Bila bimbingan diberikan bersama dengan terapi lain agar
menjadi independen maka kesukaran fundamental dapat
diatasi

10
 Pasien dapat belajar mengoreksi kekurangan atau
beradaptasi terhadap keadaan yang tidak dapat diubah
6) Psikoterapi kelompok
Terapi kelompok merupakan psikoterapi yang
menggunakan media kelompok dengan berbagai mecam teknik
seperti psikodrama, sosiadrama, kelompok didaktik, kelompok
sosial terapeutik dan lainnya. Masing-masing kteknik memiliki
prinsip yang berbeda dalam penerapannya namun menggunakan
media yang sama yaitu ‘sekelommpok pasien’ untuk meakukan
interkasi sosial terapeutik yang dipimpin oleh seorang terapis.
Pada umumnya kelompok bertemu sekali seminggu selama
satu jam dan diikuti oleh satu atau dua terapi dengan 5-10 pasien.
Terapi dapat dilakukan berhutung bulan (orientasi CBT) hingga
tahun (orientasi psikodinamik). Terapi kelompok memberi pasien
dan terapis kesempatan untuk melihat dan menganalisis respons
psikologis dan perilaku mereka terhadap anggota lain dari grup
dalam suatu keadaan sosial yang’aman’.
7) Terapi perilaku
Terapi perilaku dilakukan untuk mengubah pola perilaku
maladaptive yang seringkali dipelajari (pembeleajaran klasikla
atau instrumental. Anggapannya adalah apabila pasien mengubah
perilakunya menjadi lebih adaptif, hal ini akan membawa efek
positif mengenai bagaimana mereka memikirkan segala sesuatu.
8) Terapi tekanan dan paksaan
Teknik ini menggunakan sikap otoriter yang bertujuan
merangsang pasien kea rah suatu tindakan yang baik dengan jalan
memberikan imbalan dan hukuman. Cara ini akan berhasil dengan
baik pada pasien dengan kepribadian dependen yang seakan tidak
mau menghadapi kehidupannya selain dari dipaksa menuruti
perintah.

11
Tekanan yang terapeutik diberikan dalam bentuk tugas
yang harus dikerjakan dengan tujuan utnuk melawan :
 Impuls yang mempertahankan neurotic dab berusahan
utnuk menghilangkan atau mengurangi gejala
 Rintangan terhadap pemuasan dari impuls
 Factor yang meningkatkan neurotic
 Factor yang memperlambat sehingga mencegah
pemenuhan kebutuhan yang esensial

Sebaliknya teknik inni dapat mengingatkan pasien kepada


disiplin yang keras yang dialami dari orang tuanya sehingga ia
cenderung bereaksi dengan hostilitas, keras kepala, menghukum
diri seperti cara yang dilakukannya dulu untuk melawan perintah
orang tuanya. Sebaiknya teknik ini hanya digunakan untuk
sementara.

9) Terapi seni
Terapi seni adalah terapi patologis yang mempergunakan
media seni atau karya seni dan semacamnya.Hal ini sangat
tergantung keahlian terapisnya dan minat pasiennya, bila terjadi
keselarasan antara keahlian terapis dan minat atau hobi pasien
maka terapi ini dapat dilakukan.Terapi seni sangat banyak
macamnya misalnya melukis, menari, music, drama, karya sastra,
dan sebagainya.
10) Manipulasi lingkungan
Terapis dalam manipulasi lingkungan berusaha untuk
menguubah situasi lingkungannya agar dapat memberikan support
atau dukungan seusia dengan kebutuhan pasien. Terapis dalam
terapi ini perlu secara aktif memengaruhi lingkungan agar tercipta
lingkungan yang mendukung perbaikan pasien.

12
Kelebihan :
 Pertolongan yang diberikann dapat mengenai berbagai
aspek dalam kehidupan
 Tidak hanya memberikan pertolongan terhadap pasien
tetapi juga terhadap keluarga pasien
 Membantu peningkatan perkembangan kepribadian pasien
dengan mengarhkan pikirannya untuk berperilaku secara
lebih baik/lebih rasional/lebih produktif untuk melakukan
aktivittas dalam kehidupannya
Kekurangan :
 Tidak efektif terhadap beberapa pasien dengan kondisi
mental tertentu
 Jika lingkungan tidak selaras dengan kebutuhan pasien
dapat maka terapi tidak akan berhasil bahkan dapat
memberikan efek negative
 Pasien yang tidak suportif tidak mampu mengikuti terapi
dengan baik
2.5. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dierencanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien
[ CITATION Sut19 \l 1057 ].
Tujuan diterapkannya komunikasi terapeutik adalah :
1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan
pasien melalui hubungan perawat dan pasien
2) Melalui komunikasi perawat dapat mengungkapkan perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
3) Komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku
pasien dan membantu pasien dalam mengatasi masalah yang
dihadapi

13
4) Pada tahap preventif dapat mencegah adanya tindakan yang negatif
terhadap diri pasien
2.6. Strategi Membuat Analisa Proses Interaksi
Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim
keperawatan dan tim kesehatan lainnya. Aspek penting yang dicata dan
dilaporkan dalam keperawatan kesehatan jiwa adalah pola perilaku dan
hubungan interpersonal perawat-klien.Catatan harus mencakp contoh
bukan hanya interpretasi[ CITATION Put11 \l 1033 ].
Ada 3 macam catatan, yaitu catatan perkembangan (proses
keperawatan), hubungan perawat klien, dan resume. Catatan hubungan
perawat klien adalah resume interaksi yang terjadi selama perawat
berinteraksi secara individu dengan pasien, kelompok pasien, pada terapi
modalitas keperawatan.
Catatan hubungan perawat klien secara verbal dapat
berupa[ CITATION Muh15 \l 1033 ] :
 Video tape, tape recording
 Catatan secara garis besar
 Catatan interaksi

Analisa Proses Interaksi merupakan alat kerja yang dipakai


perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara
perawat dan klien.

Tujuan analisa proses interaksi adalah [ CITATION Muh15 \l 1033 ]:

 Meningkatkan kemampuan mendengar


 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
 Memberi dasar belajar, artinya berupa alat untuk mengkaji
kemampuan perawat/mahasiswa dalam berinteraksi dengan klien,
dan data bagi CI/supervisor/pembimbing untuk memberikan arahan
 Meningkatkan kepekaaan perwat terhadp kebutuhan klien, serta
mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat

14
 Membantu operawat merencanakan tindakan keperawatan

Analisa proses interaksi sebaiknya terdiri dari :

 Komunikasi verbal dan non verbal perawat klien


 Analisa dann identifikasi perasaan perawat terhadap emosi dan
komunikasi klien
 Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi
berdasarkan data 1 sampai dengan 4
 Rencana kelanjutan tindakan keperawatan

Petunjuk pengisian analisa proses interaksi adalah sebagai berikut [


CITATION Muh15 \l 1033 ]:

1) Inisial pasien bukan nama lengkap


2) Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase hubungan
3) Lingkungan
 Tempat interaksi
 Situasi tempat interasksi
 Posisi mahasiswa dan klien
4) Deskripsi penampian umum klien
5) Tujuan
 Tujuan yang akan di capai dalan interaksi selama 20-30
menit
 Tujuan ini berpusat pada klien
 Tujuan terkait ddengan proses keperawatan klien
6) Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7) Kommunikasi non verbal : nonverbal klien da perawat pada saat
berbicara atau mendengarkan

15
8) Analisa berpusat pada perawat
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen
sebagai berikut :
 Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri dan
menunjukan peningkatan kemampuan untuk menjelaskan
riwayat/ latar belakang arus dan analisa, apa dan mengapa
perasaan itu muncull. Bagaimana perasaan perawat
dipengaruhi oleh klien
 Tingkah laku nonverbal
Cari/kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal
diri sendiri
 Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari/kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi
yang digunakan
 Tujuan interaksi
 Perawat berperan sebagai apa? Pasien sebagai apa?
 Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah
terjadi?
 Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi?
 Bagaimana pengaruh proses interaksi terhadap
mereka?
 Apakah mereka perlu berubah? Jika perlu berubah,
mengapa?
 Apakah interkasi ini memengaruhi tujuan dan
rencana interaksi yang akan datang?
 Berdasarkan tujuan anda saat ini, bagaimana anda
mengkaji interkasi ini
 Mengubah intervensi yang sudah ada

16
9) Analisa berpusat pada klien
Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :
 Tingkah laku nonverbal
Cari/kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku nonverbal
klien
 Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (laten)
Cari/kenali, bedakan dn diskusikan
 Perasaan klien
Temukan/ cari arti tingkah laku pasien.Bagaiaman perasaan
dipengaruhi oleh perawat?
 Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari
interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat
klien dan teori
10) Alasan teoritis (rasional)
Sintesa dan terapkan teori pada proses interpersonal : berikan
alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan tunjukan
peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan tingkah laku klien
dalam rangka teori psikodinamika, etori adaptasi, dan setiap
sumber-sumber teori lain yang dikenal.

17
Bab III Contoh Analisa Proses Interaksi

ANALISA PROSES INTERAKSI PERTAMA

Initial klien : Ny. S

Umur : 33 tahun

Status Interaksi ke : Ke-satu

Lingkungan : Di ruang tamu, duduk berhadapan suasana tenang. Beberapa klien lain sedang duduk di meja makan

Deskripsi Klien : Klien mengenakan baju motif bunga, tidak memakai sandal

Tujuan Interaksi : Klien mampu membina hubungan saling percaya

Tgl/Jam :

Ruang :

Nama Mahasiswa :

18
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT
RASIONAL
VERBAL VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P:
Tersenyum dan menatap
klien yang sedang duduk di Mengharapkan klien mau Dengan mengucapkan salam
Klien menyadari kehadiran
P : selamat pagi ibu kursi ruang tamu mengawali perkenalan diharapkan klien mau
perawat
K: dengan perawat berkenalan dengan perawat
Menoleh dan tersenyum
pada perawat
K:
Klien mau menjawab salam
Klien menjawab salam,
Klien mengawai percakapan perawat menunjukan klien
menatap perawat
K : Selamat pagi mbak Perawat menghargai klien dengan membalas salam mau mengawali
P:
perawat pembicaraan dengan
Menatap pasien sambil
perawat
tersenyum
P : Perkenalkan nama P: Melakukan pendekatan Klien mau memulai perkealan Dengan memperkenalkan
saya LRP, saya senang Sambil menatap klien dan secara fisik untuk dengan perawat diri pada klien diharapkan
di panggil L. Saya tersenyum mengulurkan membangkitkan keakraban klien mau berkenalan
mahasiswa poltekkes tangan untuk berjabat dalam interaksi dengan perawat
kemenkes kupang. tangan

19
Saya yang akan K:
merawat ibu selama di Klien mengulurkan tangan
rumah sakit ini. Nama sebagai wujud terhadap
ibu siapa? ajakan perawat
K:
Klien menatap perawat dan
Menatap klien untuk tetap
melepaskan jabatan tangan Klien mebuka diri untuk
mempertahankan
K : Saya S, saya biasa P: Klien mau menerima berkenalan atau klien mulai
komunikasi dan
dipanggil S Perawat menatap klien perkenalan perawat menerima hubungan dengan
meyakinkan klien bahwa
sambil tersenyum dan perawat
perawat ingin membantu
mendengarkan dengan
kesungguhan
P: Dengan menanyakan
P : Ibu S senang Menatap klien kemudian panggilan kesukaan klien
Memberikan perasaan Memperhatikan pertanyaan
dipanggil dengan nama tersenyum diharapkan klien akan
nyaman kepada klien perawat
apa? K: merasa dihargai oleh
Diam, menatap perawat perawat
K : terserah mbak L, K: Klien mau membina hubungan Klien percaya dengan
kalau di RS Saya Klien menatap perawat dan saling percaya dengan perawat perawat dan mau
Lipanggil S menyebutkan namanya Dengan mendengarkan klien menyebutkan panggilan

20
dengan senang
P: akan mempertahankan
kesukaan
Mendengarkan jawaban hubungan yang sudah terbina
klien
P: Memberikan kesempatan
Menatap mata klien dengan pada klien untuk
Menunjukan adanya perhatian
P : Bagaimana perasaan tersenyum Menunjukan perhatian mengungkapkan
terhadap pertanyaan yang
Ibu S hari ini? K: kepada klien perasaannya sehingga klien
diajukan oleh perawat
Kelihat perawat sambil akan merasa diperhatikan
menata duduknya oleh perawat
K:
Menatap perawat
Menunjukan perhatian Klien mau mengungkapkan Klien mau mengungkapkan
K : biasa saja P:
kepada klien perasaannya kepada perawat perasaannya kepada perawat
Menatap klien sambil
menganggukan kepala
P : Bagaimana kalau
P:
sekarang kita Memberikan kesempatan
Menatap klien Memperhatikan pertanyaan
berbincang-bincang Memintta persetujuan klien kepada klien untuk
K: perawat
untuk lebih saling memutuskan tindakan
Menatap perawat
mengenal

21
K:
Klien menatap perawat dan Pertanyaan persetujuan dari
Meyakinkan klien bahwa
menganggukan kepala Klien memberikan persetujuan klien akan memudahkan
K : ya keputusan klien diharapkan
P: pada perawat klien dan perawat untuk
oleh perawat
Menatap klien, menunggu lebih saling mengenal
jawaban klien
P:
Berapa lama kita akan P: Dengan meminta
berbincang-bincang. Menatap klien sambil persetujuan klien untuk
Bagaimana kalau 15 tersenyum Menunjukkan tempat yang memilih tempat akan
menit? Dimana tempat akan digunakan untuk membuat klien merasa
yang menurut Ibu S K: berbincang-bincang nyaman dan lebih leluasa
Menunjukkan perhatian pada
cocok? Bagaimana Menatap perawat dan dalam berinteraksi dengan
perawat
kalau ditempat ini saja? mengangguk perawat
Setuju ?
K: Menunjukkan kesediaan Dengan tanggapan yang
Mengangguk Mendampingi klien selama berinteraksi dengan perawat baik dari klien menunjukkan
K : Ya
P: interaksi dan menerima keberadaan klien percaya dengan
Menatap klien perawat perawat
P : Kalau boleh saya P: Menunjukkan perhatian Memperhatikan pertanyaan Dengan menanyakan

22
Menatap klien dan
tahu rumahnya Ibu S tersenyum penyebab klien dibawa ke
didaerah mana? Dan K: rumah sakit akan membantu
pada klien perawat
Mengapa Ibu S sampai Menatap perawat dan perawat dalam merawat
dibawa kemari sambil membetulkan tempat klien
duduk
K : Saya memukul
tetangga, tidak tahu
mengapa tiba – tiba K:
Jawaban klien menunjukkan
saja saya jengkel. Sejak Menatap perawat
Menunjukkan perhatian Menunjukkan keterbukaan bahwa klien merasakan
sering menengar sura – P:
pada klien pada perawat kalau keadaannya perlu
suara saya jadi emosian Mendengarkan penjelasan
perawatan di rumah sakit
mbak karena terasa klien
terganggu ditelinga.
Bikin pusing
P : Apakah Ibu S tahu P: Mempertahankan kontak Klien memastikan Mengarahkan klien terhadap
sekarang berada Menatap klien dengan klien keberadaannya orientasi tempat dan waktu
dimana? Siapa yang K:
membawa Ibu S Melihat sekeliling kemudian
kemari? Dan sejak menatap perawat lagi

23
kapan Ibu S disini ?
K:
Klien menjawab sambil
K: menatap perawat dan
Di rumah sakit. Yang tamIbu mengingat sesuatu Menunjukkan perhatian Klien beusaha mengingat Klien orientasi terhadap
membawa ibu saya. 1,5 P: pada klien peristiwa yang dialaminya tempat, waktu
bulan yang lalu Mendengarkan jawaban
klien dan menganggukkan
kepala
P:
Saya senang sekali Ibu P:
S mau berkenalan Menatap klien dan Menunjukkan rasa senang Mengetahui perasaan klien
dengan saya. tersenyum pada klien sambil setelah berinteraksi dengan setelah berbincang-bincang
Menunjukkan perhatian pada
Bagaimana perasaan melihat jam klien dan meyakinkan membantu perawat untuk
perawat
Ibu S setelah kita K: bahwa waktu yang telah mengadakan kontrak
berbincang-bincang Mendengarkan ucapan diseIbuati telah berakhir selanjutnya dengan klien
selama kurang lebih 15 perawat, menatap perawat
menit
K: K: Menunjukkan perhatian Menunjukkan rasa senang Ungkapan rasa senang klien
Senang Menatap perawat dan pada klien dan rasa senang setelah berinteraksi dengan akan semakin membuat

24
tersenyum setelah berinteraksi dengan
P: klien perawat klien percaya pada perawat
Tersenyum pada klien
P:
Ibu S tadi mengatakan
kalau Ibu S mendengar
P:
suara-suara. Bagaimana
Menatap klien dan berbicara Pertanyaan yang Kontrak dengan klien akan
kalau besok kita Klien memperhatikan
dengan pelan dan jelas disampaikan akan lebih meningkatkan kepercayaan
berbincang-bincang pertanyaan perawat
K: mudah diterima oleh klien klien pada perawat
lagi tentang suara-suara
Menatap perawat
yang Ibu S dengar?
Waktu dan tempat
sama disini. Setuju ?

25
ANALISA PROSES INTERAKSI KEDUA

Initial klien : Ny. S

Umur : 33 tahun

Status Interaksi ke : Ke-dua

Lingkungan : Di ruang tamu, duduk berhadapan suasana tenang

Beberapa klien lain sedang duduk di meja makan

Deskripsi Klien : Klien mengenakan baju motif bunga, tidak memakai sandal

Tujuan Interaksi : Klien dapat mengenal halusinasinya

Tgl/Jam :

Ruang :

KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL


VERBAL VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P : Selamat pagi, Ibu P : Mengharap klien mau Klien menyadari kehadiran Dengan mengucapkan salam
S?” Tersenyum dan menatap menjawab salam perawat perawat diharapkan klien mau
klien yang sedang duduk di dengan perawat berinteraksi dengan perawat

26
teras
K:
Menoleh dan tersenyum
pada perawat
K : Pagi. K: Perawat menghargai klien Klien mengawali Klien mau menjawab salam
Klien menjawab salam percakapan dengan perawat menunjukkan klien
P: membalas salam perawat mau berinteraksi dengan
Menatap klien dengan perawat.
tersenyum
P : Ibu S masih ingat P : Perawat berharap klien Klien berusaha mengingat Menstimulasi klien terhadap
nama saya?” Apakah Sambil menatap klien, mengingat namanya nama perawat ingatan dan perhatiannya
Ibu S sudah makan?” tersenyum dan memegang kepada perawat
pundak klien
K:
Klien menatap perawat dan
tersenyum
K : Mbak L. Sudah K: Memberi reinforcement atas Klien menanggapi Klien masih mengenal
Klien menatap perawat, kemampuan klien kehadiran perawat dengan perawat menandakan
kontak mata lama dan mengingat nama perawat baik perhatian dan kesediannya
tersenyum menerima hubungan

27
P:
Perawat menatap klien
dengan tersenyum dan
mengangguk
P : Bagaimana khabar P : Memberikan perasaan Memperhatikan pertanyaan Dengan menanyakan khabar
Ibu S hari ini ?” Menatap klien kemudian nyaman pada klien perawat klien diharapkan klien akan
tersenyum merasa diperhatikan oleh
K: perawat
Menatap perawat, tersenyum
K : Baik. K: Meyakinkan klien bahwa Klien meyakinkan perawat Klien mengungkapkan
Klien menatap perawat, jawaban klien sangat bahwa jawaban yang perasaannya dengan senang
berbicara dengan nada jelas dibutuhkan perawat disampaikan sesuai dengan hati
P: kenyataan
Mendengarkan jawaban
klien sambil tersenyum
P : Sesuai dengan P : Menunjukkan perhatian Menunjukkan adanya Menawarkan pilihan pada
kontrak kita kemarin, Menatap mata klien, bicara pada klien dan berharap perhatian terhadap klien akan membuat klien
hari ini kita akan dengan pelan dan nada jelas peertanyaan perawat pertanyaan yang diajukan merasa dihargai oleh
membicarakan tentang K : diterima dengan jelas oleh oleh perawat perawat
suara-suara yang sering Menatap perawat klien

28
Ibu S dengar. Berapa
lama kita akan
berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15
menit? Dimana tempat
yang menurut Ibu S
cocok untuk kita
berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di
ruang tamu seperti
kemarin. Ibu S setuju?”
K : Ya K: Meyakinkan bahwa jawaban Meyakinkan perawat atas Klien memberikan
Menatap perawat, berbicara klien sangat dibutuhkan jawaban yang dipilih klien persetujuan pada perawat
dengan jelas
P:
Mendengarkan jawaban
klien sambil tersenyum
P : Coba sekarang Ibu S P : Meminta persetujuan klien Memperhatikan pertanyaan Perawat mengklariikasi
ceritakan suara-suara Menatap klien perawat masalah yang dialami oleh
yang sering Ibu S K: klien

29
dengar! Apa yang Menatap perawat
dikatakan oleh suara-
suara itu? Apakah suara
itu mengancam Ibu S
atau menyuruh Ibu S
melakukan sesuatu.”
K : Suara itu tidak jelas K : Meyakinkan klien bahwa Klien meyakinkan perawat Klien berusaha mejelaskan
mbak, malah rasanya Klien menatap perawat jawaban yang diberikan bahwa jawaban yang suara-suara yang didengar
jadi terganggu ditelinga. P : sangat dibutuhkan oleh diberikan sesuai kenyataan pada perawat
Tetapi terkadang suara Mendengarkan klien sambil perawat
itu menyuruh saya untuk menganggukan kepala
marah dan berbuat
sesukaku, malah kadang
menyuruh saya pergi

P : Apakah Ibu S P: Menunjukkan perhatian Menunjukkan perhatian Perawat mencoba menggali


mengenali suara itu ? Menatap klien pada klien pada pertanyaan perawat masalah yang dialami oleh
Kalau Ibu S kenal suara K : klien
siapa itu? menatap perawat

30
K : kadang tidak jelas, K : Menunjukkan perhatian Berusaha meyakinkan Klien memberikan jawaban
tapi sepertinya suara laki Klien menatap perawat pada klien perawat pada perawat
– laki dan perempuan. P :
Tetapi terkadang seperti Menatap klien
suara family saya yang
sudah meninggal
P : Kapan saja suara itu P : Berusah memberikan Memperhatikan pertanyaan Memberikan alternatif
muncul? Apakah pada Menatap klien, bicara pertanyaan yang jelas pada perawat jawaban pada klien
saat mau tidur, bangun dengan nada jelas klien
tidur atau pada saat Ibu K :
S melamun?” Menatap perawat
K : Setiap waktu, K : Menunjukkan perhatian Berusaha meyakinkan Memberikan jawaban yang
terutama saat saya Menatap perawat, nada suara pada klien perawat jelas pada perawat
sendiri jelas
P:
Mendengarkan penjelasan
klien
P : Berapa kali suara itu P : Mempertahankan kontak Mendengarkan pertanyaan Mencoba mengklarifikasi
muncul dalam sehari? Menatap klien sambil dengan klien perawat jawaban klien
memegang tangan klien

31
K:
Menatap perawat

32
ANALISA PROSES INTERAKSI KETIGA

Initial klien : Ny. S

Umur : 33 tahun

Status Interaksi ke : Ke-tiga

Lingkungan : Di ruang tamu, duduk berhadapan suasana tenang

Beberapa klien lain sedang duduk di meja makan

Deskripsi Klien : Klien mengenakan baju motif bunga, memakai sandal

Tujuan Interaksi : Klien dapat mengetahui cara mengatasi suara-suara yang selalu mengganggunya

Tgl/Jam :

Ruang :

33
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT PADA ANALISA BERPUSAT RASIONAL
VERBAL VERBAL PERAWAT PADA KLIEN
P : Selamat pagi, Ibu P : Mengharap klien mau menjawab Klien menyadari kehadiran Dengan mengucapkan
S?” Tersenyum dan menatap salam perawat dengan perawat perawat salam diharapkan klien
klien yang sedang duduk mau berinteraksi dengan
di teras perawat
K:
Menoleh dan tersenyum
pada perawat
K : Pagi. K: Perawat menghargai klien Klien mengawali Klien mau menjawab
Klien menjawab salam percakapan dengan salam perawat
P: membalas salam perawat menunjukkan klien mau
Menatap klien dengan berinteraksi dengan
tersenyum perawat.

P : Bagaimana khabar P : Memberikan perasaan nyaman Memperhatikan Dengan menanyakan


Ibu S hari ini ?” Menatap klien kemudian pada klien pertanyaan perawat khabar klien diharapkan

34
tersenyum klien akan merasa
K: diperhatikan oleh perawat
Menatap perawat,
tersenyum
K : Baik. K: Meyakinkan klien bahwa Klien meyakinkan perawat Klien mengungkapkan
Klien menatap perawat, jawaban klien sangat dibutuhkan bahwa jawaban yang perasaannya dengan
berbicara dengan nada perawat disampaikan sesuai dengan senang hati
jelas kenyataan
P:
Mendengarkan jawaban
klien sambil tersenyum
P : Sesuai dengan P : Menunjukkan perhatian pada Menunjukkan adanya Menawarkan pilihan pada
kontrak kita kemarin, Menatap mata klien, klien dan berharap peertanyaan perhatian terhadap klien akan membuat klien
hari ini kita akan bicara dengan pelan dan perawat diterima dengan jelas pertanyaan yang diajukan merasa dihargai oleh
membicarakan tentang nada jelas oleh klien oleh perawat perawat
bagaimana cara K :
mengatasi suara-suara Menatap perawat
yang sering Ibu S
dengar. Berapa lama kita
akan berbincang-

35
bincang? Bagaimana
kalau 15 menit? Dimana
tempat yang menurut
Ibu S cocok untuk kita
berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di
ruang tamu. Ibu S
setuju?”

K : Ya K: Meyakinkan bahwa jawaban Meyakinkan perawat atas Klien memberikan


Menatap perawat, klien sangat dibutuhkan jawaban yang dipilih klien persetujuan pada perawat
berbicara dengan jelas
P:
Mendengarkan jawaban
klien sambil tersenyum
P : Saya mau bertanya P : Berusaha memberikan Memperhatikan Memberikan pengarahan
pada Ibu S, apa yang Menatap klien, bicara pertanyaan yang jelas pada klien pertanyaan perawat pada klien akan
sudah ibu lakukan untuk dengan nada jelas mempermudah klien
mengatasi suara-suara K : dalam menjawab
yang selalu Menatap perawat pertanyaan perawat

36
menggannggu ibu?
K : Saya diamkan saja K: Menunjukkan Berusaha meyakinkan Menyebutkan situasi pada
Menatap perawat, perhatian/menghargai klien perawat dan memikirkan saat halusinasi muncul
tamIbu sedang jawaban yang tepat dengan jelas dan cara
mengingat sesuatu mengatasi suara tersebut
P:
Mendengarkan
penjelasan klien
P : Ya..apa yang telah P : Meyakinkan klien bahwa Mendengarkan komentar Perawat berusaha
ibu lakukan memang Menatap klien dan jawabannnya sudah cukup bagus perawat mengetahui cara yang
sudah cukup bagus mengomentari jawaban klien lakukan untuk
klien mengatasi sehubungan
K: dengan suara-suara yang
Menatap perawat klien dengar

K: K: Menunjukkan perhatian pada Meyakinkan perawat Klien mengungkapkan


Tetapi kadang suara Menatap perawat klien perasaan yang
terseburt masih sering P : sesungguhnya dan
mengganggu saya Menatap klien meyakinkan perawat
padahal saya sudah

37
membiarkannya
P: P: Pertanyaan yang disampaikan Klien tampak tertarik Ada kesempatan bagi
Nah, sekarang saya mau Menatap klien dan akan lebih mudah diterima oleh dengan tawaran perawat perawat untuk
tanya pada Ibu S. berbicara dengan pelan klien menyampaikan cara
apakah ibu bersedia jika dan jelas mengatasi halusinasi klien
saya memberitahukan K :
cara-cara yang lainnya Menatap perawat
untuk mengatasi suara-
suara yang mengganggu
ibu?
K : Ya Saya bersedia K: Menghargai keinginan klien Klien menunjukkan rasa Dengan mengatakan
Menatap perawat antusias bersedia berarti ada
P: kemungkinan halusinasi
Menatap klien sambil pada klien dapat teratasi
menganggukan kepala
P: P: Mengharapkan jawaban mudah Memperhatikan jawaban Akan mempermudah
 Yang pertama adalah Menatap klien, bicara diterima oleh klien perawat perawat dalam
kalau Ibu S dengan nada pelan dan memberikan cara dalam
mendengar suara- jelas mengontrol halusinasi
suara itu lagi langsung K :

38
katakan dalam hati… Menatap perawat dan
Saya tidak mau sesekali mengangguk
dengar… Pergi! Pergi!
Coba Ibu S lakukan
seperti apa yang saya
lakukan tadi. Bagus,
ya seperti itu cara
yang pertama.”
 Cara yang kedua
adalah Ibu S langsung
pergi ke perawat.
Katakan pada perawat
bahwa Ibu S
mendengar suara-
suara. Nanti perawat
akan mengajak Ibu S
ngobrol sehingga
suara itu akan hilang
dengan sendirinya.

39
 Cara ketiga adalah Ibu
S menyibukkan diri
dengan berbagai
kegiatan yang
bermanfaat. Jangan
biarkan waktu luang
untuk melamun saja.
Coba sekarang Ibu S
sebutkan kegiatan
yang biasa Ibu S
lakukan dari bangun
tidur sampai tidur lagi.
Saya akan tulis di
kertas atau Ibu S yang
mau nulis. Nah kira-
kira kegiatan ini yang
bisa dilakukan disini
apa saja?” Kegiatan
yang bisa dilakukan

40
disini coba Ibu S
lakukan, ya?”
 Cara yang keempat
adalah dengan minum
obat secara teratur.
Tolong nanti Ibu S
minta obat kepada
perawat jika waktu
pemberian obat sudah
tiba.
 Cara yang terakhir
dengan berdoa
sebelum tidur.” Dari
semua cara itu, mana
yang akan Ibu S coba
dahulu.”
K : Saya akan langsung K : Meyakinkan klien bahwa Menegaskan jawaban yang Klien menegaskan
pergi ke perawat jika Menjawab sambil jawabannya dihargai oleh diberikan jawaban yang diberikan
suara-suara itu muncul menganggukan kepala perawat pada perawat

41
P:
Menatap klien
P :Bagus..Ibu bisa P : Berharap diterima klien dengan Memperhatikan perawat Halusinasi akan cepat
mencoba cara itu Menatap klien, bicara jelas terkontrol jika semua cara
terlebih dahulu, kalau dengan pelan dan jelas untuk mengendalikannya
ibu merasa ingin K : telah dicoba
mencoba yang lainnya Mendengarkan dan
akan lebih bagus lagi menatap perawat
K : K: Menunjukkan perhatian pada Meyakinkan perawat Penyampaian perawat
Iya saya juga akan Menatap perawat klien dapat diterima oleh klien
mencoba cara yang P : sehingga klien bersedia
lainnya juga Menatap klien sambil mencoba semua cara untuk
menganggukan kepala mengontrol halusinasinya
P : tidak terasa kita P : Berharap diterima klien dengan Memperhatikan perawat Pertanyaan terbuka setelah
sudah berbincang- Menatap klien, bicara jelas interaksi akan membuat
bincang lama. Saya dengan pelan dan jelas klien lebih bebas untuk
senang sekali Ibu S mau K : mengungkapkan
berbincang-bincang Mendengarkan dan perasaannya dan merasa
dengan saya. Bagaimana menatap perawat lebih dihargai
perasaan Ibu S setelah

42
kita berbincang-
bincang?”
K : Ya senang sekali K: Meyakinkan klien bahwa Menunjukkan bahwa klin Klien mengungkapkan
Menatap perawat dan jawabannya diharapkan oleh senang berinteraksi dengan perasaan yang
tersenyum perawat perawat sesungguhnya dan
P: berharap klien percaya
Menatap klien, padanya
menunggu jawaban
klien
P : Jadi seperti yang Ibu P : Berusaha penjelasan yang Memperhatikan penjelasan Perawat mengklarifikasi
S katakan tadi, Ibu S Menatap klien bicara diberikan bisa diterima oleh perawat dari apa yang sudah
dapat mencoba salah dengan nada jelas dan klien dengan jelas diungkapkan oleh klien
satu atau semua cara pelan
untuk mengatasi suara- K :
suara yang mengganggu Menatap perawat
ibu yang telah saya
sampaikan.

43
Bab IV
Literatur Review

4.1. Literature Review Terapi Okupasi

N Methode Research Result


Author Tahun/Vol Title Desain Sampel Variable Instrument Analyze
o
1 Yendrizal Prosding Terapi Okupasi Penelitian ini  Populasi : 37  Pre test  Lembar observasi Penelti melakukan Berdasarkan penelitia
Jafril, Esa Seminar Bina Diri terhadap menggunakan orang siswa  Post test Numeric Ranting penelitian dengan diketahui bahwa rata-rata
Purti Nabella, Kesehatan Kemandirian pada metode tunagrahita Scale sebelum menggunakan skor kemandiria responden
Nofriadi Perintis Anak Tunagrahita penelitian pra- usia sekolah dan sesudah metode penelitian sebelum intervensi adalah
Nofriadi Volume 2 eksperimen  Sample : 13 intervensi. pra-eksperimen 85,92 dengan Standar Deviasi
Nomor 1 dengan uji orang  Data di analisis dengan uji statistic 18,36, skor kemandirian
Tahun statistic test. dengan uji t test. Sampel diambil terendah adalah 51 dan
2019 Sampel diambil dependen dengan cara ttertinggi adalah 119.
dengan cara Probability Sebelum intervensi diketahui
Probability Sampling. Populasi bahwa terdapat sebagaian
Sampling yang diambil oleh besar responden dengn
peneliti adalah 37 kategori kemandirian
orang siswa membutuhkan bantuan fisik.

44
tunagrahita usia Berdasarkan hasil penelitian
sekolah dengan diketahui bahwa secara
sampel 13 orang umum ebagain besar
yang diambil secara responden yaitu sebanyak
acak. Instrument 84,62% dengan kategori
dalam penelitian ini kemandirian membutuhkan
mengukur tentang bantuan fisik, dimana tingkat
kemandirian dengan kemandirian terendah terlihat
kopetensi dan 45 pada indicator keterampilan
indikator dengan hidup, dimana 61,5%
jawaban 4 mandiri, 3 responden tindak mampu
dengan bantuan mandiri (membutuhkan
verbal, 2 dengan bantuan fisik dan verbal)
bantuan fisik, 1 untuk mengenali uang,
dengan bantuan mengenal fungsi uang dan
verbal dan fisik. tidak mampu membelanjakan
Data kemudian uang dengan benar, hanya
dianalisis dengan 38,5% responden yang
nilai rerata untuk mampu membelanjakan uang
data univariat dengan bantuan fisik saja.

45
sedangkan untuk
data bivvariat Rata-rata skor kemandirian
dianalisis dengan uji responden sesudah intervensi
t dependen. adalah 144,38 dengan standar
Penelitian dilakukan deviasi 18,07, skor
dengan pedoman kemandirian terendah adalah
anonimitas. 107 dan tertinggi 170.
Berdasarkan hasil intervensi
interval diyakini bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%
rata-rata tingkat kemandirian
responden sesudah intervensi
berkisar antara 1333,46-
155,60. Sesudah intervensi
diketahui bahwa sebagain
besar responden dengan
kategori kemandirian
membutuhkan bantuan
verbal. Sesudah intervensi
ditemuka bahwa sebagain

46
besar yaitu 84,62 responden
dengan kategori tingkat
kemandirian hanya
membutuhkan bantuan verbal
dan hanya 15,38% responden
yang masih membutuhkan
bantuan fisik dalam
kemandirian bina diri.

Hasil penelitian menunjukan


bahwa sebelum pemberian
intervensi terapi okupasi
sebagian besar yaitu 84,62%
responden membutuhkan
bantuan kemandirian bina diri
secara fisik dan setelah 4
minggu intervensi pemberian
terapi okupasi diketahui
bahwa sebagian besar yaitu
84,62% tingkat kemandirian

47
bina diri responden hanya
membutuhkan bantuan secara
verbal saja.
Berdasarkan hasil diatas
maka dapat disimpulkan
bahwa terapi okupasi dapat
meningkatkan tingkat
kemandirian bina diri
respondengan tunagrahita.
2 Nindy Eriyana Jurnal Terapi Okupasi Metode yang  Populasi  Penyajian  Instrument yang Pelaksanaan Setelah diberikan penguatan
Rositasari, Agro Jiwa Sebagai digunakan ODGJ : 47 materi akan digunakan kegiatan terapi melalui kegiatan ini eks odgj
Nurhuda, Dedikasi Upaya adalah orang  Sesi tanya adalah e-angket okupasi jiwa telah mampu membuat
Cahya Adha Masyaraka Meningkatkan questioning  Sampel : 17 jawab  Sarana dan dilakukan dengan rencana untuk penerapan
Husada, t Volume Kemandirian dan lecture atau orang eks prasarana materi menggunakan sektor unggulan secara
Anggada 1 Nomor 2 Sociopreneurship metode ODGJ metode ceramah langsung.
Primatara, November EKS-ODGJ di pendekatan yang diawali dengan
Diah Ayu 2020 pedesaan guna denga penyajian tahap persiapan, Meningkatnya kemandirian
Widya Nastiti, mendukung SDGS materi disertai tahap pelaksanaan, dan sociopreneurship eks
Restu Lusiana dengan tanyya tahap monitoring ODGJ setelah mengikuti
jawab serta dan evaluasi, tahap kegiatan dapat diukur dari

48
menggunakan e- penyusunan laporan, hasil observasi melalui
angket respon dan tahap publikasi. laporan hasil pendampingan
untuk Terapi diawali pada e-angket respon yang
mengetahu dengan pembuatan dbierikan. Hasil e-angket
implementasi, video tutorial yang menunjukan bahwa eks
respon da hasil berisi cara ODGJ tidak mengalami
penerapan perawatan, tips dan kendala yang signifikan.
program. trik serta informasi
setiap sektor Setelah menjalani terapi
unggulan kemudian okupasi eks ODGJ dapat
video tersebut mengimplementasi terapi
disakikan dalam e- okupasi jiwa serta
modul pada laman memberikan respon yang baik
google site dan dalam melaksanakan setiap
selanjutnya sektor sehingga hal ini dapat
digunakan pada saat meningkatkan kemandirian
sosialisasi dan kewirausahaan jiwa eks
ODGJ.

4.2. Literature Review Terapi Aktivitas Kelompok

49
N Methode
Author Tahun/Vol Title Desain Sampel Variable Instrument Analyze Research Result
o
1 Ilham Anggi Volume 2 Efektivitas Terapi Penelitian  Populasi : 15  Variable  Kuisioner Peneliti melakukan Berdasarkan penelitian
Putra dan Nomor 1 Kelompok kuantitatif dengan mahasiswa bebas : berisikan penelitian pada didapatkan bahwa setelah
Lafina Dewi April 2018 terhadap Test menggunakan  Sample : Mahasiswa identitas serta alat mahasiswa fakultas dijalankan terapi kelompok 3
Pohan Anxiety dan Self one group 61% dari Fakultas ukur (Test psikologi untuk dari 5 partispan mengalami
Efficacy pada pretest-posttest populasi. 5 Psikologi Anxiety Inventory mengetahui perubahan dalam skor anxiety
Mahasiswa design yang orang  Variable dan General Self- efektivitas terapi test yaitu 2 orang berubah dari
mengukur self- partisipan terikat : efficacy Scale) kelompok terhadap kategori tinggi ke menengah dan
efficacy dan test Tingkat awal Test anxiety dan 1 orang berubah dari kategori
anxiety sebelum anxiety  Wawancara Self-Efficacy pada tinggi ke menengah. Begitu pula
dan sesudah di menengah dan partisipan mahasiswa pada saat dengan 2 partisipan lainnya yang
lakukan intervensi tinggi dalam  Terapi kelompok Ujian Tengah mengalami penurunan skor
menghadapi selama 4 sesi. 1 Semester dan Ujian namun tidak mengalami
ujian sesi per minggu. Akhir Semester. perubahan kategori. Berdasarkan
 Variable Tiap sesi 90-120 Penelitian diawali hasil tersebut maka dapat
kontrol : menit dengan pemberian dikatakan bahwa terapi
Memiliki self  UAS 2 minggu kuisioner untuk kelompok yang dilakukan dapat
efficacy rendah  Test Anxiety and mengetahui menurunkan tingkat kecemasan

self efficacy akhir partisipan yang dalam menghadapi ujian.

50
sesuai dengan
kriteria sebagai Pada tes Self-Efficacy 2 dari 5
baseline. partisipan memiliki perubahan
Berdasarkan pada skor dari kategori rendah ke
survey awal terhadap tinggi, sedangkan 3 orang
15 orang mahasiswa lainnya tidak terlihat adanya
didapatkan bahwa perubahan kategori. Namun
61% dari populasi terjadi peningkatan skor.
memiliki tingkat Berdasarkan hal ini maka dapat
ansietas yang tinggi disimpulkan bajwa terapi
pada saat akan kelompok dapat meningkatkan
dilaksanakannya tingkat Self-Efficacy partisipan.
ujian. Berdasarkan
data tersebut peneliti Berdasarkan hasil temuan
mengambil 5 sampel peneliti menunjukan bahwa
untuk mengikuti terapi kelompok dapat
wawancara wal demi membantu mengatasi ansietas
mengetahui dan meningkatkan Self-efficacy
gambaran awal pada partispan. Jika dilihat dari
partisipan. Setelah aspek kognitif menunjukan

51
wawancara bahwa partispan dapat
dilaksanakan terapi mengubah pemikiran negative
kelompok selama 4 menjadi lebih rasional dan
sesi yang dilakukan realistis. Hal ini juga
1 Sesi per minggu memengaruhi aspek afektif
dengan durasi 90- terutama repon fisik yang
120 menit. Setelah tadinya terganggu. Semua
seluruh terapi partisipan merasakan
kelompok selesai peningkatan kondisi fisik.
makan partisipan Melalui terapi kelompok ini
akan melaksanakan membuat semua partisipan
UAS selama 2 merasa bahwa mereka tidak
minggu kemudian sendiri dan merasa mendapatkan
Test Anxiety dan banyak bantuan dari partisipan
Self-Efficacy diukur lain yang memiliki masalah yang
kembali untuk sama.
mendapatkan hasil
akhir.
2 Rohmani, Ni Jurnal Pengaruh Terapi Penelitian  Populasi : 26  Variabel  Kuisioner pre dan Penelitian dilakukan Berdasarkan penelitian hasil
Luh Nadya Keperawatan Aktivitas menggunakan orang bebas : post test dengan pengukuran sebelum perlakuan

52
Lestari, Tropis Papua, Kelompok penelitian  Sampel : 19 pengaruh  Standar menggunakan terapi aktivitas kelompok
Kismiyati Volume 3 terhadap eksperimen semu orang terapi operasional penelitian kemampuan komunikasi verbal
Nomor 1 Kemampuan (Quasy aktivitas prosedur terapi eksperimen semu pada 19 responden didapatkan
Maret 2020 Komunikasi exsperiment) pada pasien aktivitas dengan hasl 4 responden (21,1%)
Verbal Pasien dengan halusinasi kelompok menggunakan desain memiliki kemampuan untuk
Halusinasi di menggunakan  Variabel penelitian one group memperkenalkan diri sesi 1 dan
Rumah Sakit Jiwa desain penelitian terikat : pre post test. 15 responden (78,9%) tidak
Abepura one group pre- pengaruh Penelitian ini mampu memperkenalkan diri
post test untuk terapi menilai 4 sesi terapi sesi 1. Kemampuan berkenalan
menjelaskan aktivitas aktivitas kelompok sesi 2 didapatkan hasil 2
pengaruh terapi kelompok yang dilakukan responden (10,5%) memiliki
aktivitas terhadap selama 2 minggu kemampuan untuk berkenalan
kelompok kemampua berturut-turut dengan dan 17 responden (89,9%) tidak
stimulasi persepsi n verbal durasi 45 menit mampu berkenalan sesi 2.
terhadap dan non dalam setip sesi, Kemampuan bercakap sesi 3
kemampuan verbal dilakukan oleh didapatkan hasil 4 responden
komunikasi peneliti dan asisten (21,1%) dikategorikan mampu
pasien halusinasi peneliti yang dan 15 responden (78,9%)
menggunakan dikategorikan tidak mampu. Sesi
standar operasional 4 dengan topik bercakap-cakap

53
prosedur yang telah dengan topik tertentu didapatkan
disusun.. pengkajian hasil 1 responden (5,3%)
data umum dikategorikan mampu, 18
responden dengan responden (94,7%)
melakukan dikategorikan tidak mampu.
pendekatan kepada Kemampuan pre test non verbal
responden untuk sesi 1, 4 (21,1%) responden
endapatkan dikategorikan mampu dan 15
persetujuan menjadi responden (78,9%)
responden. Seubjek dikategorikan tidak mampu. Pre
penelitian yang telah test non verbal pada sesi 2, 4
memenuhi kriteria responden (21,1%)
inklusi berjumlah 19 dikategorikan mampu dan 15
responden. Hari responden (78,9%)
pertama penelitian dikategorikan tidak mampu. Pre
dilakukan test non verbal sesi 3, 2
pengkajian data responden (10,5%)
karakteristik dikategorikan mampu, dan 17
responden meliputi responden (89,5%)
nama, umur, jenis dikategorikan tidak mampu. Pre

54
kelamin, agama, tetst sesi 4, 1 responden (5,3%)
pekerjaan dan status dikategorikan mampu dan 8
pernikahan. Hari rsponden (94,7%) dikategorikan
kedua penelitian tidak mampu.
dilakukan pre test
pada masing-masing Hasil pengukuran sesudah TAK
pasien halusinasi. pada 19 responden pasien
Tahap selanjutnya halusinasi pada post test
memberikan kemampuan verbal ses 1 yaitu
intervensi berupa 17 responden (89,5%)
terapi aktivitas dikategorikan mampu dan 2
kelompok stimulasi responden (10,5%)
persepsi dan dikategorikan tidak mampu. Post
selanjutnya test sesi 2, 16 responden (84,2%)
dilakukan post test. dikategorikan mampu dan 3
Data kemudian responden (15,8%)
dilakukan uji dikategorikan tidak mampu. Post
wiloxon untuk test sesi 4, 17 responden (89,5%)
menganalisis hasil dikategorikan mampu dan 2
intervensi terapi responden (10,5%)

55
aktivitas kelompok dikategorikan tidak mampu.
stimulasi persepsi
pada saat pre test Hasil post test non verbal sesi 1,
dan post test agar 18 rsponde (94,7%)
diketahui perbedaan dikategorikan mampu dan 1
serta memperhatikan responden (5,3%) dikategorikan
besar relatif dari tidak mampu. Post test non
perbedaan serta verbal sesi 2, 19 responden
untuk melihat (100%) dikategorikan mampu.
adanya pengaruh
terapi aktivitas Post test terapi aktivitas
kelompok terhadap kelompok sebagian besar terjadi
kemampuan peningkatan terhadap kemajuan
komunikasi pasien perawatan pada pasien
halusinasi halusinasi. Hal ini disebabkan
karena pasien mendapatkan
stimulus dalam bentuk TAK
halusinasi sehingga responden
sudah mampu mengekspresikan
perasaan dan mampu melakukan

56
kegiatan TAK dimulai dari sesi
1-4 serta melakukan seperti yang
diajarkan oleh rapais
atauperawat.

57
4.3. Literature Review Art Theraphy

N Methode Research Result


Author Tahun/Vol Title Desain Sampel Variable Instrument Analyze
o
1 Haryati, Aulia Jurnal Efektivitas Art Penelitian ini Subjek  Variable  Instrument Penelitian ini Berdasarkan penelitian yang
Diah Safitri, Psikostudia Therapy dalam dilakukan dengan penelitian terdiri kontrol : untuk menggunakan dilakukan oleh peneliti
Khairunnisa Universitas Meningkatkan menggunakan dari 20 orang tempat menyulam tusuk eksperimen dengan diketahui bahwa rata-rata usia
Kaharudding Mulawarman Ketelitian Belajar eksperimen responden. 10 sekolah yang silang dengan memasukan subjek sampel penelitian adalah 13
Boru kelompok dengan orang pada sama, menggunakan ke dalam 2 buah tahun yang berjumlah 80%
Manullang, desain penelitian kelompok dikenai pre kain aida atau kelompok yaitu atau 16 orang, 10% atau 2
Rita Haryanti, Treatment by kontrol, 10 test atau post kain strimin kelompok kontrol anak berusia 12 tahun, 10%
Elda Trialisa Level Design (T- orang pada test dan kelompok atau 2 anak berusia 14 tahun.
Putri L) kelompok  Variable eksperimen. Pada pre test, post test 1 dan
eksperimen terikat : Kelompok kontrol post test 2 skor tingkat
kelompok berdasarkan tempat ketelitian siswa terdapat
eksperimen sekolah yang sama perbedaan skor pada 20
 Variable dan dikenai pre test objek, pada pre test yang
bebas : atau post test. memiliki tingkat ketelitian
konsentrasi Setelah itu dilakukan tinggi sebanyak 4 siswa, 16
belajar manipulasi yang siswa lainnya memiliki

58
bentuk tingkat ketelitian sedang dan
perlakukannya tidak ada siswa yang
adalah penelitian memiliki tingkat ketelitian
aktivasi art terapi. rendah.
Selanjutnya Sedangkan pada post tes 1
kemudian dilakukan terdapat 14 siswa memiliki
pengukuran ulang tingkat ketelitian tinggi, 6
pada variable siswa dengan tingkat
konsistensi belajar. ketelitian sedang dan tidak
Metode ada siswa dengan tingkat
pengumpulan data ketelitian rendah. Pada post
yang digunakan test 2 siswa yang memiliki
dalam penelitian tingkat ketelitian tinggi
eksperimen ini sebanyak 18 siswa, 2
adalah tes pauli yaitu memiliki tingkat ketelitian
aliran yang ingin sedang dan tidak ada siswa
membuat psikologi memiliki tingkat ketelitian
menjadi ilmu yang rendah.
pasti, yaitu membuat
psikologi sebagai

59
suatu bidang Berdasarkan hhhasil yang
eksperimen. diperoleh terdapat pengaruh
Prosedur eksperimen yang signifikan antara art
dibagi menjadi 3 terapi terhadap ketelitian
tahapan yaitu pra belajar siswa. Hal ini terlihat
eksperimen, dari hasil pre test dan post test
pelaksanaan yang mengalami peningkatan.
pelatihan art terapi Dimana pada pre test dan post
dan pasca test tingkat ketelitian belajar
eksperimen subjek terdapat perbedaan
pada 6 subjek, pada ssaat pre
test semua siswa berada di
tingkat ketelitian sedang
meskipun tingkat yang
dicapai berbeda-beda.
2 Andy Saputra, Jurnal Muara Penerapan Art Penelitian ini  Populasi : 20  Variable  Lembar biodata Terapis melakukan Berdasarkan hasil
Sandi Ilmu Sosial, Therapy untuk menggunakan orang terikat :  Informant screening awal pada perbandingan post test
Kartasasmita, Humaniora Mengurangi desain kuasi-  Sampel : 5 narapidana consent kelompok populasi dengan pre test untuk
Untung dan Seni Gejala Depresi eksperimen untuk orang penjual  Alat kemudian mengukur gejala depresi
Subroto Volume 2 pada Narapidana melihat dampak narkoba yang menggambar menggunakan secara umum para partisipan

60
Nomor 1 sampel setelah dihukum (kertas gambar kuisioner dipilih memiliki gejala depresi yang
April 2018 diberikan pertama kali A3, penghapus, yang memiliki kriteri berkurang. Namun perubahan
perlakuan dengan tisu, kuas, cat hukuman pertama terbesar ditemukan pada
intervensi tanpa hukuman poster, palet, kali sebagai Bandar partisipan dengan tingkat
adanya kelompok diatas 5 gelas plastic, oil narkoba diatas 5 depresi moderat dari pada
kontrol tahun dan pastel tahun dengan tingkat tingkat depresi ringan. Hal ini
memiliki  Kuisioner depresi sedang dan menunjukan art terapi
gejala depresi The ringan. Sebelum bermanfaat dalam
depresi Patient Health intervensi dimulai mengurangi gejala depresi
tingkat mild Questionnaire terapis menjelaskan pada narapidana yang
atau (PHQ-9) tentang gejala pertama kalu dihukum dan
moderate depresi pada dengan hukuman yang lebih
partisipan dan dari 5 tahun.
menjelaskan proses
intervensi untuk Penurunan poin tingkat
mengurangi gejala- depresi paling besar terjadi
gejala tersebut pada S dan Z (11 dan 10
poin) yag dapat menjelaska
bahwa art terapi paling
bermanfaat bagi kedua

61
partisipan tersebut. Kedua
partisipan yang sebelum
intervensi memiliki tingkat
keparahan depresi palinh
tinggi dari 5 partisipan dapat
menunjukan bahwa art terapi
dapat bermanfaat bagi
partisipan yang memiliki
simtom depresi yang lebih
tinggi dan yang lebih rendah.

Kemudahan mengekspresikan
diri akhirnya membuat
individu menjadi lega dan
akhirnya mengurangi gejala
depresi. Selain itu individu
yang mengekspresikab
perasaanya melalui media
seni akan lebih mudah
menyadari perasaannya,

62
sehingga membantunya untuk
mencari jalan keluar untuk
membantu individu menjadi
lebih sejahtera. Individu juga
tidak merasa sendiri karena
berdiskusi dengan partisipan
lain yang mengalami kondisi
yang sama. Selain itu para
partisipan aktif dan koperatif
dalam mengikuti intervensi
sehingga proses intervensi
dapat berjalan dengan lancar

4.4. Literature Review Terapi Hipnotis

63
N Methode
Author Tahun/Vol Title Desain Sampel Variable Instrument Analyze Research Result
o
1 Agnes Silvina Jurnal Efektivitas Terapi Penelitian  Populasi :  Variable  Kuisioner Peneliti melakukan Berdasarkan penyebaran kuisioner
Marbun, Jek Keperawatan Hipnotis Lima dilakukan dengan 180 orang bebas : untuk penelitian pada seluruh yang dilakukan mayoritas
Amidos Priority Jari terhadap menggunakan ibu pre ibu hamil pre mengukur pasien pre partum pada responden berusia antara 26-35
Pardede, Surya Volume 2 Kecemasan Ibu metode Quasy partum partum tingkat Klinik Chelsea Husada tahun sebanyak 86,7%, mayoritas
Indah Perkasa Nomor 2 Juli Pre Partum di experiment One  Sampel : 15  Variable kecemasan Tanjung Beringin responden yang berpendidikan
2019 Klinik Chelsea Group Pre and orang terikat : (Hamilton sebanyak 180 orang. SMP sebanyak 53,3%, mayoritas
Husada Tanjung Post test Design responden Tingkat Anxiety Setelah dilakukan responden bekerja sebagai ibu
Berangin yang bertujuan per bulan kecemasan Ranting survey awal diambil 15 rumah tangga sebanyak 73,3%.
Kabupaten untuk mengetahui ibu pre Scale) sampel ibu pre partum
Serdang Bedagai pengaruh sebelum partum sebelum dan dengan teknik Quota Selisih perbedaan nilai sebelum
dan sesudah sesudah sampling. Pengambilan dan sesudah diberikan terapi
dilakukan terapi terapi data dilakukan dengan hipnotis dimana sebelum
hipnotis membagikan lembar diberikan terapi hipnotis lima jari
kuisioner pada tingkat kecemasan ibu pre partum
responden sebelum dan didapatkan nilai 21-34 atau berada
esudah pelaksanaan di antara kecemasan sedang dan
terapi. Terapi hipnotis berat, sedangkan sesudah diberika
lima jari diberikann terapi hipnotis lima jari tingkat

64
kepada iu-ibu hamil kecemasan ibu pre partum
yang akan melahirkan didapatkan nilai 7-20 yaitu berada
dan dilakukan selama 5 diantara tidak ada kecemasan atau
menit setelah ibu kecemasan ringan.
merasa tenang, Kecemasan umumnya muncul
kemudian dilanjutkan pada ibu yang sedang dalam tahap
kembali sampai 30 menanti kelahiran karena dibenak
menit. mereka dihinggapi oleh rasa
khawatir akan kelahirannya,
seperti khawatir pendarahan, bayi
cacat, khawatir terjadi komplikasi,
bahkan hal yang tidak masuk akal
pun muncul dibenak seorang ibu
yang sedang menanti kelahiran
anaknya.
Adanya efektivitas terapi hipnotis
lima jari terhadap kecemasan ibu
pre partum menyebabkan ibu pre
partum dapat mengatasi rasa
cemas sebelum proses persalinan.

65
2 Ni Wayan Jurnal Pengaruh Penelitian ini  Populasi :  Variabel  Instrumen Penelitian ini Berdasarkan pengumpulan data
Sukmawati, Keperawatan Hipnotis 5 jari merupakan jenis 55 orang bebas : pengumpula menggunakan jenis yang telah dilakukan kepada
Desak Made Jiwa, Volume terhadap pre eksperimen responden keluarga n data dalam penelitian pre sampel 21 orang yang diteliti
Ari Dwi 1 Nomor 3 Penurunan dengan rancangan keluarga pasien penelitian ini eksperimen dengan angka kejadian stress tertinggi
Jayanti, Dewa Tahun Maret Tingkat Stress one group pre test pasien skizofrenia adalah rancangan one group dialami oleh jenis kelamin
Putu 2021 pada Keluarga post test. Skizofrenia  Variabel kuisioner pre test post test. perempuan sebanyak 12 orang
Arwidiana Pasien Penelitian ini  Sampel: terikat : DASS 14 Teknik pengambilan responden wanita (57,1%).
Skizofrenia di mengungkapkan 21 orang tingkat yang baku sample dengan Berdasarkan data angka kejadian
wilayah kerja hubungan sebab responden stress  Standar purposive sampling stress tertinggi dialami oleh usia
Puskesmas II akibat dengan keluarga operasionalp yaitu penetapan sampe 45-49 tahun berjumlah 7 orang
Denpasar Timur melibatkan satu pasien rosedur dengan cara memilih (33,3%). Berdasarkan data angka
kelompok subjek. skizofrenia hipnotis 5 sampel diantara kejadian stress tertinggi dialami
jari populasi yang sudah oleh responden yang
dikehendaki peneliti. pendidikannya SMA berjumlah 12
Teknik analisa data orang. Berdasarkan data angka
yang digunakan yaitu kejadian stress tertinggi dialami
analsis univarian dan oleh pekerja swasta berjumlah 10
bivariat dengan orang (47,6%)
menggunakan uji
wilcoxon sign rank test Berdasarkan analisa penelitian

66
karena data variabel pada hasil pre test diperoleh tidak
bebas nominal dan data ada satu pun orang (100%) yang
variabel terikat ordinal tidak mengalami stress, sebanyak
4 orang (19,05%) yang
mengalami tingkat stress ringan,
sebanyak 17 orang (80,95%) yang
mengalami stress sedang. Hasil
post test diperoleh data yang tidak
mengalami stress sebanyak 4
orang (19,05%) yang mengalami
stress ringan sebanyak 17 orang
(80,95%) dan tidak ada satupun
orang yang mengalami tingkat
stress sedang, berat dan sangat
berat.

Berdasarkan penelitian ini peneliti


berpendapat bahwa mempunyai
salah satu anggota keluarga
skizofrenia berdampak pada

67
tingkat stress kaluarga dimana
pasien hidup dan tinggal bersama,
banyak menimbulkan masalah
yang akan dihadapi keluarga
seperti stress.

Berdasarkan hasil analisis maka


dapat disimpulka bahwa terapi
hipnotis 5 jari berpengaruh
terhadap tingkat stress responden.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
salah satu bentuk terapi yang
dapat diterapkan pada orang yang
mengalami stress adalah dengan
terapi hipnotis 5 jari

68
Bab V

Kesimpulan dan Saran


3.1. Kesimpulan
Psikoterapi merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang
bermanfaat untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnyan
kejiwaaan khususnyan dan problem kesehatan pada umumnya. Ilmu dan
ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namu memerlukan waktu
yang tidak sedikit ketekunan serta kepribadaian terapis yang juga tidak
kalah pentingnya. Psikoterapi penting untuk dipelajari walaupun
memerlukan waktu yang khusus dan cukup lama untuk mempelajari
kembali karna terdiri atas teknik-teknik dan metode tertentu. Oleh karna
itu, minimal konseling dan psokoterapi suportif hendaknya dapat
dipahami dengan baik.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan kepada makalah ini adalah
dalam makalah psikoterapi sangatlah dibutuhkan komunikasi yang
terapeotik karna dalam psikoterapi kita banyak berinteraksi dengan pasien
dengan menggunakan komunikasi. Jadi sebagai perawat yang ingin
melakukan psikoterapi haruslah menguasai tehnik komunikasi terapeotik
yang baik.

69
Daftar Pustaka

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Putra, S. T., Asnar, E. S., & Yudiarto, F. L. (2011). Psikoneuroimonologi.


Surabaya: Airlangga University Press.

Sovitrinia, R., & K., Z. S. (2018). Psikoterapi Suportif. Jakarta.

Sutejo. (2019). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

70

Anda mungkin juga menyukai