Anda di halaman 1dari 120

LAPORAN PENDAHULUAN

DOWN SYNDROME
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Stase Komunitas

DISUSUN OLEH :

VALENCIA DIANA PATTIPEILOHY

(1490120094)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
IMMANUEL
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan bagian
dari anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak dengan
disabilitas sama halnya dengan anak lainnya, yaitu upaya pemenuhan
kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh,dan berkembang
secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh yang dapat
diperoleh melalui upaya di bidang kesehatan maupun pendidikan dan sosial
(Kemenkes RI, 2015).
Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan masalah yang
dialami anak, sangat membutuhkan peran dari orang tua, keluarga, guru
sekolah dan perawat. Pengasuhan dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan
perkembangan pada anak berkebutuhan khusus. Masalah pada anak
berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain tunarungu, tunagrahita
(Retardasi mental), tunanetra, tunadaksa, autisme (Praptono, 2017).
Down syndrome merupakan salah satu bentuk penyakit retardasi mental,
salah satu penyebab down syndrome adalah adanya kelainan genetik yang
dapat terjadi pada pria dan wanita, kelainan ini tidak selalu diturunkan kepada
keturunan berikutnya. Kelainan genetik yang merupakan hasil dari kelainan
kromosom yang sering ditemukan adalah kelebihan kromosom 21 atau
trisomy 21, adanya abnormalitas kromosom menyebabkan retardasi mental
atau keterbelakangan mental yang terjadi pada penderita down syndrome
(Yusuf & Hanik, 2015).
Berdasarkan estimasi WHO (2016), kejadian anak lahir dengan down
syndrome terdapat 1 kejadian down syndrome per 1.000 kelahiran hingga 1
kejadian per 1.100 kelahiran di seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar 3.000
hingga 5.000 anak lahir dengan kondisi ini, WHO memperkirakan sekitar 8
juta anak lahir dengan menderita down syndrome. Selain itu di Indonesia,
insiden 1 dalam 600 sampai 1 dalam 700 kelahiran, lebih dari separuh bayi
yang terkena mengalami abortus spontan selama kehamilan dini, dan
ditemukan 1 dalam 600 kelahiran hidup.
Menurut data yang diperoleh berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) didapatkan bahwa tahun 2013, jumlah penderita down syndrome
mengalami peningkatan sejumlah 0,01% dibandingkan pada tahun 2010. Pada
tahun 2010, penderita down syndrome ini menempati posisi ketiga dengan
penderita terbanyak setelah tuna daksa dan tuna wicara yaitu sebesar 0,12%
dan pada tahun 2013 menduduki posisi keempat sebagai penderita terbanyak
yaitu sebesar 0,13%.. Pada tahun 2018 jumlah penderita down syndrome
mengalami peningkatan sejumlah 0,08% sehingga menjadi 0,21% (Riskesdas,
2018).
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat tahun 2015
menunjukan bahwa prevalensi down syndrome terbanyak terjadi di kota
Bandung (52,94%), dengan jenis kelamin laki-laki (55,89%) dan pada rentang
umur 0 – 5 tahun (25,87%). Distribusi proporsi tertinggi kejadian down
syndrome berdasarkan umur > 35 tahun (32%) dan berdasarkan umur ayah
adalah umur > 35 tahun (40%).
Anak down syndrome memiliki tiga karakteristik yang berbeda dengan
anak normal pada umumnya, yaitu memiliki taraf Intelligence Quotient (IQ)
rendah, keterbelakangan fisik, dan keterbelakangan mental. Berdasarkan
penampilan fisik penderita down syndrome secara umum sangat mudah
dikenali dengan wajah yang khas dengan mata sipit yang menyudut ke atas,
jarak antara kedua mata atau fundus mata berjauhan dengan tampak sela
hidung yang rata, kepala agak kecil, lalu mulut kecil dengan lidah yang
menjulur keluar, dan gambaran telapak tangan yang tidak normal terdapat satu
garis besar melintang (Soetjiningsih, 2016).
Komplikasi jika anak dengan down syndrome tidak tertangani dengan baik
akan menimbulkan antara lain : sakit jantung berlubang (mis: Defek septum
atrium atau ventrikel dan tetralogi fallot), mudah mendapat selesema, radang
tenggorok, radang paru-paru, kurang pendengaran, lambat/bermasalah dalam
berbicara, penglihatan kurang jelas, penyakit azheimer’s (penyakit
kemunduran susunan syaraf pusat) dan Leukemia (penyakit dimana sel darah
putih melipat ganda tanpa terkendalikan) (Nurarif, 2015).
Pada kasus dengan down syndrome dimasyarakat harus mendapatkan
penanganan dari tenaga kesehatan guna dalam meningkatkan derajat
kehidupan anak maupun keluarga. Perencanaan dan penatalaksanaan asuhan
keperawatan komunitas yang dapat dilakukan diantaranya meningkatan
kesehatan komunitas mengubah dan mengelola perilaku kesehatan cenderung
beresiko efektifan pemeliharaan kesehatan , efektifan manajemen kesehatan
diri dan menambah pengetahuan tentang penyakit down syndrome tersebut.
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada anak dengan down syndrome ”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu berwawasan luas memahami konsep medis dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami down
syndrome.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi down syndrome.
b. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala down syndrome.
c. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab down syndrome.
d. Mahasiswa mampu mengetahui carrier down syndrome.
e. Mahasiswa mampu mengetahui factor pendukung kejadian down
syndrome.
f. Mahasiswa mampu mengetahui eradikasi down syndrome.
g. Mahasiswa mampu mengetahui patogenesis down syndrome.
h. Mahasiswa mampu mengetahui prevalensi down syndrome.
i. Mahasiswa mampu mengetahui tatakelola down syndrome.
j. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak
dengan down syndrome.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Medis
A. Definisi
Down Syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan fisik dan
mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom yang
gagal memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wiyani, 2014).
Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan
kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom
untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down syndrome adalah
abnormalitas kromosom yang ditandai dengan berbagai derajat retardasi
mental dan efek fisik yang berhubungan;dikenal juga sebagai trisomy 21
(Bernstein & Shelov, 2017).

B. Tanda dan Gejala


Menurut Soetjiningsih (2016), anak dengan down syndrome seringkali
memiliki berbagai kelainan mental dan malformasi karena ada bahan
ekstragenetik dari kromosom 21. Fenotipnya bervariasi, tetapi umumnya
didapat gambaran konstitusional yang cukup bagi klinis untuk menduga down
syndrome seperti : derajat gangguan mental bervariasi antara ringan (IQ=50-
70), sedang (IQ=35-50), berat (IQ=20-35). Terjadi pula peningkatan risiko
kelainan jantung kongential sebesar 50% dan <1% akan kehilangan
pendengaran.
Adapun ciri fisik pada anak dengan down syndrome anatara lain
brakisefali, celah antara jari kaki pertama dan kedua, kulit berlebih di pangkal
leher, hiperfleksibilitas, telinga yang abnormal (letak rendah, terlipat, stenosis
meatus), protursi lidah akibat palatum kecil dan sempit, batang hidung datar,
jari kelima pendek dan bengkok kedalam, tangan pendek dan lebar, gemuk
dan garis transversal tunggal pada telapak tangan.
Beberapa bentuk kelainan pada anak dengan syndrom down :
1. Sutura sagitalis yang terpisah
2. Fisura parpebralis yang miring
3. Jarak yang lebar antara kaki
4. Fontanela palsu
5. Plantar crease jari kaki I dan II
6. Hyperfleksibikit
7. Peningkatan jaringan sekitar leher
8. Bentuk palatum yang abnormal
9. Hidung hipoplastik
10. Kelemahan otot dan hypotonia
11. Bercak brushfield pada mata
12. Mulut terbuka dan lidah terjulur
13. Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut
mata sebelah dalam.
14. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
15. Jarak pupil yang lebar.
16. Oksiput yang datar.
17. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar.
18. Bentuk/struktur telinga yang abnormal.
19. Kelainan mata, tanga, kaki, mulut, sindaktili
20. Mata sipit

C. Penyebab
Sindrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya
kelebihan kromosom 21, sindrom ini juga disebut Trisomi 21, karena terdapat
3 kromosom 21.
1. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
Kelebihan kromosom 21 pada sindrom Down ”trisomi murni’ diduga
terjadi akibat non-disjunction yaitu proses dua buah kromosom pada
pembelahan sel gamet (meiosis), yang secara normal mengalami segresi
menuju kutub yang berlawanan (mengalami pembelahan yanag sekual),
tetapi menjadi abnormal pergi bersamaan menuju kutub yang sama.
Gangguan pembelahan pada sel gamet (meiosis) yang menyebabkan non-
disjunction ini berhubungan dengan usia ibu saat pembuahan (konsepsi)
dan akan menghasilkan pembentukan gamet-garnet dengan jumlah
kromosom aneuploid jumlah tidak normal. Kromosom anak berasal dari
bapak dan ibu yaitu masing-masing separuh. (23 kromosom) dari jumlah
kromosom normal. Karena ada gangguan pembelahan set telur ibu,
penderita sindrom Down yang mempunyai jumlah kromosom 47 diduga
mendapat jumlah kromosom 23 dari ayah dan 24 dari ibu. Resiko memiliki
anak dengan sindrom Down meningkat seiring dengan meningkatnya usia
ibu hamil.
Factor – factor pendukung yang menyebabkan terjadinya down syndrome
pada anak terjadi karena kelainan kromosom. Kelainan kromosom
kemungkinan disebabkan oleh :
a. Faktor Genetik
Keluarga yang mempunyai anak dengan down syndrome memiliki
kemungkinan lebih besar keturunan berikutnya mengalami down
syndrome dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak
dengan down syndrome.
b. Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan melahirkan anak
dengan down syndrome semakin besar karena berhubungan dengan
perubahan endokrin terutama hormone seks antara lain peningkatan
sekresi androgen, peningkatan kadar LH (Luteinizing Hormone) dan
peningkatan kadar FSH (Follicular Stimulating Hormone).
c. Radiasi
Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan radiasi terutama
diarea sekitar perut memiliki kemungkinan melahirkan anak dengan
down syndrome.
d. Autoimun
Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down syndrome
berbeda dengan ibu yang melahirkan anak normal.
e. Umur Ayah
Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30 % bersumber dari
ayahnya.
2. Translokasi kromosom
Penyebab kelebihan kromosom 21 karena pewarisan adalah bila ibu atau
ayah mempunyai dua buah kromosom 21 tetapi terletak tidak pada tempat
yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut menempel
pada kromosom lain (translokasi) sehingga pada waktu pembelahan sel
benih kromosom 21 tersebut tidak selalu berada pada masing-masing sel
belahan. Pada kasus-kasus translokasi robertsonian pada grup-D
(kromosom 13,14, dan 15), kira-kira 40% diturunkan dari salah satu orang-
tua (ayah atau ibu) yang memiliki kariotipe translokasi seimbang 45,-D,-
21,+ translokasi Robertsonian (D;21). Individu dengan translokasi
robertsonian grup-G (kromosom 21 dan 22), hanya kira-kira 7% yang
mempunyai pasangan orang tua sebagai pewaris, dan biasanya ibu adalah
sebagai pembawa.
3. Kejadian Mosaik
Sisa kasus trisomi 21 adalah karena kejadian mosaik. Orang- orang ini
memiliki campuran garis sel, beberapa diantaranya memiliki sejumlah
kromosom normal dan lainnya memiliki trisomi 21. Dalam mosaik sel,
campuran ini terlihat berbeda dari jenis yang sama. Dalam mosaik
jaringan, satu set sel , seperti semua sel darah mungkin memiliki
kromosom normal dan juga tipe yang lain, seperti semua sel-sel kulit,
mungkin memiliki trisomi 21 (Soetjiningsih, 2016).

D. Carrier
Jika seorang pasien telah memiliki riwayat kehamilan dengan trisomi 21
sebelumnya, risiko kekambuhan pada kehamilan berikutnya meningkat
menjadi sekitar 1 persen di atas risiko dasar yang ditentukan oleh umur ibu.
Diagnosis translokasi kromosom 21 pada janin atau bayi baru lahir
merupakan indikasi untuk analisis kariotipe kedua orang tua. Jika kedua orang
tua memiliki kariotipe normal, risiko terulangnya adalah 2 sampai 3 persen.
Jika salah satu orangtua merupakan karier translokasi seimbang, risiko
terulangnya tergantung pada jenis kelamin orang tua pembawa dan kromosom
tertentu yang melebur.
Pentingnya riwayat keluarga sindroma Down tergantung pada kariotipe
dari orang yang terkena (probond). Jika proband memiliki trisomy 21,
kemungkinan kehamilan dengan trisomi 21 setidaknya meningkat untuk
anggota keluarga lain selain orang tua. Jika proband memiliki kromosom 21
translokasi atau jika kariotipe tidak diketahui, anggota keluarga harus
diberikan konseling genetik dan analisis kariotip. Resiko untuk memiliki anak
sindrom Down pada orang tua karier translokasi dan partial trisomi : tidak ada
hubungannya dengan usia ibu dan ayah.
1. Resiko berulang (reccurence risk) : 1%
2. Ibu kurang dari 30 tahun : 1.4 %
3. Ibu lebih dari 30 tahun
4. Ibu yang karier translokasi memiliki resiko berulang memiliki anak sindrom
Down lebih besar daripada ayah karier
5. Resiko berulang : 1.5% pada amniocentesis 1% kelahiran
6. Bila usia ibu >35 tahun, maka harus diperhitungkan pula resiko untuk
memiliki anak sindrom down yang meningkat
7. Tidak ada laporan mengenai pria sindrom Down yang menjadi ayah, tetapi
wanita sindrom down bisa memiliki keturunan dengan kemungkinan 50%
anaknya akan menderita sindrom Down pula (Bernstein & Shelov, 2017).

E. Faktor Pendukung Kejadian


Menurut Soetjiningsih (2016), factor – factor pendukung yang
menyebabkan terjadinya down syndrome pada anak terjadi karena kelainan
kromosom. Kelainan kromosom kemungkinan disebabkan oleh :
1. Faktor Genetik
Keluarga yang mempunyai anak dengan down syndrome memiliki
kemungkinan lebih besar keturunan berikutnya mengalami down
syndrome dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak dengan
down syndrome.
2. Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan melahirkan anak
dengan down syndrome semakin besar karena berhubungan dengan
perubahan endokrin terutama hormone seks antara lain peningkatan
sekresi androgen, peningkatan kadar LH (Luteinizing Hormone) dan
peningkatan kadar FSH (Follicular Stimulating Hormone).
3. Radiasi
Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan radiasi terutama
diarea sekitar perut memiliki kemungkinan melahirkan anak dengan down
syndrome.
4. Autoimun
Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down syndrome berbeda
dengan ibu yang melahirkan anak normal.
5. Umur Ayah
Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30 % bersumber dari ayahnya.
F. Eradikasi
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down
antara lain :
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal
kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas
usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down
syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down
Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau
Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu
saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip sindrom
down dapat di non aktifkan (Kemenkes RI, 2015).

G. Patogenesis
Kromosom adalah suatu struktur seperti benang yang terdiri dari DNA dan
protein lain. Mereka hadir di setiap sel tubuh dan membawa informasi genetik
yang diperlukan untuk sel itu berkembang. Gen merupakan unit informasi,
yang "dikodekan" dengan DNA. Sel manusia normal memiliki 46 kromosom
yang dapat diatur dalam 23 pasang. Dari 23 jumlah tersebut, 22 adalah sama
pada laki-laki dan perempuan; ini disebut "autosom." Pasangan ke 23 adalah
kromosom seks ('X' dan 'Y'). Setiap anggota dari sepasang kromosom
membawa informasi yang sama, dalam gen yang sama berada di tempat yang
sama pada kromosom. Namun, variasi dari gen ("allele") dapat terjadi.
(Contoh:"Alel" informasi genetik untuk warna mata adalah "gen" variasi
untuk biru, hijau, dll).
Sel manusia mengalami pembelahan dalam dua cara yaitu pertama adalah
pembelahan mitosis, dimana tubuh tumbuh dalam metode ini, satu sel
menjadi dua sel yang mempunyai jumlah dan jenis kromosom yang sama
dengan sel induk. Metode kedua pembelahan sel terjadi pada ovarium dan
testis "meiosis" dan terdiri dari satu sel membelah menjadi dua, dengan sel-
sel yang dihasilkan memiliki setengah jumlah kromosom sel induk. Jadi, telur
normal dan sel-sel sperma hanya memiliki 23 kromosom, bukan 46. Ini
merupakan gambaran satu set kromosom atau kariotip normal. Terdapat 22
pasang kromosom ditambah kromosom seks. XX berarti bahwa orang ini
adalah perempuan. Banyak kesalahan dapat terjadi selama pembelahan sel.
Pada meiosis, pasangan kromosom yang seharusnya berpisah dan pergi ke
kutub berlawanan saat pembelahan (disjunction) ,kadang-kadang satu pasang
tidak membagi, dan pergi ke satu kutub yang sama. Ini berarti bahwa dalam
sel-sel yang dihasilkan, seseorang akan memiliki 24 kromosom dan yang lain
akan memiliki 22 kromosom. Kejadian ini disebut "nondisjunction”. Jika
sperma atau telur dengan jumlah abnormal kromosom menyatu dengan
pasangan yang normal, dihasilkan telur yang dibuahi akan memiliki jumlah
kromosom abnormal. Pada sindrom down, 95% dari semua kasus disebabkan
oleh: satu sel memiliki dua sel kromosom 21, bukan satu, sehingga telur
dibuahi yang dihasilkan memiliki tiga kromosom 21. karena itu nama ilmiah,
trisomy. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam kasus ini, sekitar 90%
dari sel-sel abnormal adalah telur. Penyebab kesalahan nondisjunction tidak
diketahui, tetapi pasti ada hubungannya dengan usia ibu. Penelitian saat ini
bertujuan mencoba untuk menentukan penyebab dan waktu dari peristiwa
nondisjunction.
Tiga sampai empat persen dari semua kasus trisomi 21 adalah karena
Translokasi Robersonian. Dalam kasus ini, dua pembelahan terjadi di
kromosom yang terpisah, biasanya pada kromosom 14 dan 21. Ada penataan
ulang materi genetik sehingga beberapa dari kromosom 14 digantikan oleh
kromosom 21 tambahan (ekstra). Jadi pada saat jumlah kromosom normal,
terjadi triplikasi dari kromosom 21. Beberapa anak mungkin hanya terjadi
triplikasi pada kromosom 21 bukan pada keseluruhan kromosom, yang biasa
disebut dengan trisomi 21 parsial. Translokasi yang hasilkan dari trisomi 21
mungkin dapat diwariskan, jadi penting untuk memriksa kromosom orang tua
dalam kasus ini untuk melihat apakah anak mungkin memiliki sifat pembawa
(carrier). Sisa kasus trisomi 21 adalah karena kejadian mosaik. Orang- orang
ini memiliki campuran garis sel, beberapa diantaranya memiliki sejumlah
kromosom normal dan lainnya memiliki trisomi 21. Dalam mosaik sel,
campuran ini terlihat berbeda dari jenis yang sama. Dalam mosaik jaringan,
satu set sel , seperti semua sel darah mungkin memiliki kromosom normal
dan juga tipe yang lain, seperti semua sel-sel kulit, mungkin memiliki trisomi
21 (Bernstein & Shelov, 2017).

H. Prevalensi
Menurut data yang diperoleh berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) didapatkan bahwa tahun 2013, jumlah penderita down syndrome
mengalami peningkatan sejumlah 0,01% dibandingkan pada tahun 2010. Pada
tahun 2010, penderita down syndrome ini menempati posisi ketiga dengan
penderita terbanyak setelah tuna daksa dan tuna wicara yaitu sebesar 0,12%
dan pada tahun 2013 menduduki posisi keempat sebagai penderita terbanyak
yaitu sebesar 0,13%.. Pada tahun 2018 jumlah penderita down syndrome
mengalami peningkatan sejumlah 0,08% sehingga menjadi 0,21% (Riskesdas,
2018).
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat tahun 2015
menunjukan bahwa prevalensi down syndrome terbanyak terjadi di kota
Bandung (52,94%), dengan jenis kelamin laki-laki (55,89%) dan pada rentang
umur 0 – 5 tahun (25,87%). Distribusi proporsi tertinggi kejadian down
syndrome berdasarkan umur > 35 tahun (32%) dan berdasarkan umur ayah
adalah umur > 35 tahun (40%).

I. Tatakelola
1. Penatalaksanaan Keperawatan Mandiri
a. Memberikan terapi bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan
yang sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya.
Namun, karena perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua
kurang menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut.
Dengan demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih
permainan dan aktivitas olahraga yang sesuai. Jenis permainan
didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun kebutuhan
terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai
beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan
untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara, pandangan, dan
sensasi yang berbeda.
Permainan yang sesuai meliputi suara musik yang bergerak,
mainan yang diisi, bermain air, menghanyutkan mainan, kursi atau
kuda yang dapat bergoyang, bermain ayunan, bermain lonceng, dan
bermain mobil-mobilan. Anak harus dibawa bermain keluar, misalnya
jalan-jalan ke toko makanan atau pusat pembelanjaan; orang lain harus
diberi semangat untuk berkunjung kerumah; dan anak seharusnya
berhubungan langsung, misalnya mendekap, memeluk, mengayun,
berbicara kepada anak dalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah),
dan menaikkan anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan
merupakan mainan air yang baik;yang mendorong permainan interaktif
dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric,
misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar.
Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis kancing yang
berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian.
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat
belajar memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang
mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt
digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan
tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada
ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi,
dan Kesehatan anak
b. Edukasi pada orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena
kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu,
hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan.
Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan
anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa
anak dengan syndrome down itu juga memiliki hak yang sama dengan
anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan dan edukasi
terkait dengan hygiene pada masalah gigi.
c. Intervensi dini
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang
dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan
lingkungan bagi anak dengan sindrom Down. Akan mendapatkan
manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus
dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian
diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar
makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk
perkembangan fisik dan mental (Bernstein & Shelov, 2017).
2. Penatalaksanaan Kolaborasi
a. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi
adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih
cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
b. Pemeriksaan Dini
1) Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal
kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal
kehidupannya.
2) Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
3) Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom Down akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada
masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah
dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
4) Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan
tulang yang dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa
(spina servikalis)
c. Pemberian obat
Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:
1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril],
haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda deficit
perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
(Bernstein & Shelov, 2017).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Jenis data komunitas
a. Data inti komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari :
1) Sejarah/riwayat (riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
2) Demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis)
3) Tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok)
4) Status perkawinan (kawin, janda/duda, single)
5) Statistic vital (kelahiran, kematian kelompok usia dan penyebab
kematian)
6) Nilai-nilai dan keyakinan dan agama
b. Data subsistem komunitas
Data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas
meliputi :
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik : kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara,
flora, ruang terbuka, perumahan,, daerah hijau, musim, binatang,
kualitas makanan dan akses
2) Pelayanan Kesehatan dan Social
Pelayanan kesehatan dan social perlu dikaji di komunitas :
Puskesmas, Klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen
pelayanan kesehatan di rumah, pusat emergens, rumah perawatan,
fasilitas pelayanan social, pelayanan kesehatan mental, apakah ada
yang mengalami sakit kronis atau akut.
3) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi meliputi
karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerja,
kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi
industry, pasar dan pusat bisnis.
4) Transportasi dan Keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan
keamanan meliputi alat transportasi penduduk datang dan keluar
wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot, dll) dan
transportasi privat (sumber transportasi, transportasi untung
penyandang cacat). Layanan perlindungan kebakarab, polisi,
sanitasi dan kualitas udara.
5) Politik dan Pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan meliputi : Pemerintahan (RT, RW,
desa/kelurahan, kecamatan, dsb); kelompok pelayanan masyarakat
(posyandu, PKK, karang taruna, posbindu, poskesdes, panti, dll);
politik (kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut dan peran
peserta partai politi dalam pelayanan kesehatan).
6) Komunikasi
Data yang dikumpulka terkait dengan komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
(a) Komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan televise,
telepon, internet dan hotline
(b) Komunikasi informal meliputi : papan pengumuman, poster,
brosur, pengeras suara dari masjid, dll.
7) Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan meliputi sekolah yang ada di
komunitas, tipe pendidika, perpustakaan, pendidikan khusus,
pelayanan kesehatan di sekolah, program makan siang di sekolah,
akses pendidikan yang lebih tinggi.
8) Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi:
taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat,
fasilitas khusus.
c. Data persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi
1) Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu
bagaiman perasaan masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat
yang dirasakan di lingkungan tempat tinggal mereka, apa yang
menjadi kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada
masyarakat dalam kelompok yang berbeda (misalnya, lansia,
mereja, pekerja, professional, ibu rumah tangga, dll).
2) Persepsi Perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi
kesehatan dari masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial masalah yang dapat diidentifikasi.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Pemeriksaan fisik meliputi Keadaan umum
2) GCS
3) Tanda-tanda vital: nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan
pernafasan.
4) Pemeriksaan head to toe antara lain :
a) Kepala :
- Sutura sagitalis yang terpisah
- Fontanela palsu
b) Mata :
- Fisura palpebralis yang miring
- Terdapat bercak brushfield
- Terdapat lekukan epikantus
- Jarak pupil yang lebar
c) Telinga :
- Ukuran telinga yang abnormal (kecil)
- Letak telinga yang abnormal.
d) Mulut :
- Mulut terbuka.
- Lidah terjulur
- Bentuk palatum yang abnormal
e) Leher :
- Peningkatan jaringan sekitar leher.
f) Ekstremitas :
- Jarak yang lebar antara jari kaki ke 1 dan jari ke 2.
- Plantar clase jari kaki ke 1 dan ke 2.
- Hiperfleksibilitas.
- Kelemahan otot.
- Hipotonia.
- Tangan yang pendek dan lebar.
- Kaki yang pendek dan lebar.
g) Pengkajian fisik lainnya sesuai dengan usia pada anak yang
tidak menderita down sindrom
- Lakukan pengkajian perkembangan
- Dapatkan riwayat keluarga : Usia ibu atau anak lain dalam
keluarga dengan keadaan serupa
- Observasi manifestasi klinik: Tanda fisik, intelegensia,
anomali kongenital, masalah sensori, masalah pertumbuhan
dan perkembangan seksual
- Tes diagnostik: analisis kromosom

B. Diagnosa Keperawatan Komunitas


Adapun diagnosa keperawatan komunitas menurut NANDA, NIC-NOC
tahun 2015 antara lain yaitu :
1. Defisiensi kesehatan komunitas
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit
C. Intervensi Keperawatan
No Data Diagnosa Keperawatan Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Definisi : Defisiensi kesehatan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen perilaku
Terdapat masalah komunitas (00215) keperawatan selama 2x24 (4350)
kesehatan atau factor jam diharapkan defisiensi 2. Modifikasi perilaku
risiko yang dapat kesehatan komunitas dapat (4350)
mengganggu teratasi dengan 3. Skrining kesehatan
kesejahteraan pada Kriteria hasil : (6520)
suatu kelompok a. Derajat kesehatan 4. Monitoring kebijakan
Data subjektif : - masyarakat meningkat kesehatan (7970)
Data objektif : b. Tingkat partisipasi 5. Konsultasi (7910)
1. Tidak tersedia dalam pelayanan
program untuk perawatan keseatan
meningkatkan preventif
kesejahteraan bagi c. Adanya buktinya
komunitas tindakan perlindungan
2. Tidak tersedia kesehatan masyarakat
program untuk d. Adanya perilaku
mencegah masalah pemeriksaan kesehatan
kesehatan pribadi
komunitas
3. Tidak tersedia
program untuk
mengurasi masalah
kesehatan
komunitas
4. Tidak tersedai
program untuk
mengatakasi
masalah kesehatan
komunitas
5. Terjadi masalah
kesehatan yang
dialami komunitas
6. Terdapat factor
risiko fisiologis
dan/atau psikologis
yang menyebabkan
anggota komunitas
menjalani
perawatan
2 Definisi : Perilaku kesehatan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan Promosi
Hambatan kemampuan cenderung beresiko keperawatan selama 2x24 kesehatan (6710)
dalam mengubah gaya (00188) jam diharapkan perilaku 2. Berikan Pendidikan
hidup/perilaku untuk kesehatan cenderung kesehatan (5510)
memperbaiki status beresiko dapat teratasi 3. Manajemen penularan
kesehatan. dengan penyakit (8820)
Data subjektif : - Kriteria hasil : 4. Manajemen lingkungan
Data objektif : a. Klien dan keluarga (6484)
1. Menunjukkan berpartisipasi dalam 5. Peningkatan system
penolakan terhadap promosi kesehatan dukungan (5440)
perubahan status b. Adanya Perilaku 6. Membangun hubungan
kesehatan promosi kesehatan yang kompleks (5000)
2. Gagal melakukan c. Klien dan keluarga
tindakan dapat melakukan
pencegahan Perawatan diri secara
masalah kesehatan mandiri
3. Menunjukkan upaya d. Peningkatan Koping
peningkatan status keluarga
kesehatan yang e. Partisipasi keluarga
minimal dalam perawatan
4. Gagal mencapai secara professional
pengendalian yang f. Adanya Dukungan
optimal. social
g. Perilaku pemeriksaan
kesehatan pribadi.
3 Definisi : Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan Pendidikan
Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan keperawatan selama 2x24 kesehatan (5510)
mengidentifikasi, (00099) jam diharapkan 2. Manajemen penularan
mengelola, dan/atau ketidakefektifan penyakit (8820)
menemukan bantuan pemeliharaan kesehatan 3. Identifikasi risiko
untuk mempertahankan dapat teratasi dengan (6610)
kesehatan Kriteria hasil : 4. Berikan Dukungan
Data subjektif : - a. Keyakinan kesehatan : terhadap caregiver
Data objektif : kemampuan yang (7040)
1. Kurang minat dirasakan untuk 5. Berikan Dukungan
dalam melakukan keluarga (7140)
meningkatkan b. Keyakinan kesehatan : 6. Manajemen lingkungan
perilaku sehat perceived untuk (6484)
2. Menunjukan mengontrol
perilaku kurang c. Adanya Dukungan
adaptif terhadap social
perubahan d. Partisipasi tim
lingkungan kesehatan dalam
3. Menunjukan kurang keluarga
pengetahuan
tentang praktik
dasar kesehatan
4. Riwayat kurang
perilaku sehat
5. Gangguan sistem
pendukung pribadi
6. Tidak mampu
mengemban
tanggung jawab
untuk memenuhi
praktek kesehatan
dasar
7. Riwayat gejala
kronis, Proses
penyakit yang tidak
diobati
8. Terbatasnya
penggunaan
lembaga dan tenaga
layanan kesehatan
9. Terbatasnya
tindakan
pencegahan
kesehatan
10. Kewajiban
mematuhi
keyakinan budaya
dan keagamaan
4 Definisi : Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pemahaman
Pola pengaturan dan manajemen kesehatan keperawatan selama 2x24 klien tentang penyakit,
pengintengrasian ke diri jam ketidakefektifan komplikasi, dan
dalam program (00078) manajemen kesehatan diri pengobatan yang
teraupetik hidup sehari- teratasi dengan direkomendasikan
hari untuk pengobatan Kriteria hasil : untuk menentukan
penyakit dan sekuelnya a. Menunjukkan perilaku defisiensi pengetahuan
yang tidak memuaskan kepatuhan 2. Wawancarai klien dan
untuk memenuhi tujuan b. Melakukan program keluarga untuk
kesehatan spesifik. pengobatan yang menentukan area
Data subjektif : diprogramkan masalah dalam
1. Melaporkan melakukan aktifitas mengintegrasikan
keinginan untuk kehidupan sehari-hari program pengobatan
mengelola penyakit yang diprogramkan 3. Bantu klien membuat
2. Melaporkan rencana yang realistis
kesulitan dengan untuk mencapai
program yang kepatuhan terhadap
direkomendasikan program teraupetik
Data objektif : tanpa membahayakan
1. Gagal untuk kesehatan klien
mengikutsertakan 4. Beri pelatihan dan
program dukungan untuk
pengobatan dalam memotivasi
kehidupan sehari- melanjutkan kepatuhan
hari terhadap terapi
2. Gagal melakukan 5. Bantu klien dalam
tindakan untuk mengidentifikasi tujuan
mengurangi resiko spesifik untuk
kegagalan perubahan
6. Beri informasi tentang
penyakit, komplikasi
dan pengobatan yang
direkomendasikan
5 Definisi : Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat
Ketiadaan atau kurang tentang penyakit keperawatan selama 2x24 pengetahuan klien dan
informasi kognitif yang (10029286) jam diharapkan kurang keluarga
berkaitan dengan topic pengetahuan tentang 2. Jelaskan patofisiologi
tertentu penyakit dapat teratasi dari penyakit dan
Data subjektif : dengan bagaimana hal tersebut
1. Menanyakan Kriteria hasil : berhubungan dengan
masalah yang a. Klien dan keluarga anatomi dan fisiologi
dihadapi menyatakan telah dengan cara yang tepat
Data objektif : memahami tentang 3. Gambarkan tanda dan
1. Menunjukkan penyakit yang diderita gejala yang biasa
perilaku tidak sesuai pasien, bagaimana muncul pada penyakit
anjuran kondisi pasien saat ini, dengan cara yang tepat
2. Menunjukkan prognosis dan program 4. Identifikasi
persepsi yang keliru pengobatan kemungkinan penyebab
terhadap masalah b. Klien dan keluarga dengan cara yang tepat
3. Menjalani mampu melaksanakan 5. Diskusikan piliha retapi
pemeriksaan yang prosedur atau penanganan
tidak tepat penatalaksanaan yang 6. Dukung klien untuk
4. Menunjukkan telah dijelaskan oleh mengeksplorasi atau
perilaku berlebihan tenaga kesehatan mendapatlan second
(misalnya apatis, secara benar opinion dengan cara
bermusuhan, c. Klien dan keluarga yang tepat atau
agitasi, hysteria) mampu menjelaskan diindikasikan
kembali apa yang telah
dijelaskan oleh tenaga
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Daniel & Shelov, Steven. 2017. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Mahasiswa Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: EGC

Dinas Kesehatan JABAR. Profil Kesehatan Tahun 2015. Dinas Kesehat Provinsi
Jawa Barat. 2016; (Dinas Kesehatan JABAR):205.

Kemenkes.2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Praptono, dkk. 2017. Anak Berkebutuhan Khusus Spirit Edisi 1. Jakarta:


Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018

Soetjiningsih.2016. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wiyani, Novan Adri. 2014. Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

World Health Organization (WHO).2016. World Report on Disability.

Yusuf, Rizky Fitriyasari., & Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Lampiran 1
SIMULASI KASUS
Mahasiswa STIK Immanuel Bandung sedang melakukan pengolahan asuhan
keperawatan komunitas di Desa Margahayu RW 10 terdiri dari 2 RT dengan
jumlah Kepala keluarga 90 KK. Memiliki 1 orang Ketua RW, 2 orang ketua RT,
dan 2 Kader yang aktif. Kemudian Mahasiswa melakukan SMD (Survei Mawas
Diri) atau Pendataan di RW 10 dengan menggunakan Format pengkajian yang
sudah disediakan oleh koordinator mata kuliah (tanggal 8 Juni 2021 s/d 10 Juni
2021), setelah itu melakukan Tabulasi data (11 juni s/d 13 Juni 2020), setelah
melakukan tabulasi data dari hasil pengkajian di Margahayu RW 10 dilakukan
editing pada data dengan memilih tiap – tiap sub pokok dan masalah, data
dikhususkan pada masalah masyarakat mengenai penyakit retardasi mental (down
syndrome). Mahasiswa menentukan masalah dan Pembuatan POA (15 juni 2020),
setelah itu mahasiwa menetapkan waktu pelaksanaan MMD (Musyawarah
Masyarakat desa) dilakukan pada hari ke IV, setelah melakukan MMD,
mahasiswa melakukan Implementasi dan Evaluasi disetiap masalah keperawatan
yang sudah didapatkan.

A. Profil Kelurahan RW 12 Margahayu


RW 10 adalah RW yang terbentuk karena pemekaran RW di Desa Margahayu,
dengan luas wilayah yang belum diketahui (belum diukur). Dengan batar-batas
wilayah sebagai berikut:
1. Letak, Luas dan Aksebilitas
a. Batasan Kawasan Wilayah RW 10
Sebelah Utara berbatasan dengan Pom bensin pertama
Sebelah Barat berbatasan dengan RW 4
Sebelah Timur berbatasan dengan RW 9
Sebelah Selatan berbatasan dengan RW 7
2. Lokasi Pelayanan Kesehatan
a. Prasarana Kesehatan
1) Puskesmas : ada (1 unit)
2) Posyandu : ada (1 unit)
b. Sarana Kesehatan
1) Dokter : ada (1 orang)
2) Bidan : ada (1 orang)
3) Mantri Kesehatan : ada
4) PPKBD : tidak ada
c. Jarak pelayanan kesehatan : jarak + 5 Km
d. Cara mencapai lokasi pelayanan kesehatan
Sarana kesehatan terdekat adalah Puskesmas Caringin dengan jarak ± 5
Km dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda
empat.
3. Keadaan Alam
Lingkungan alam dan buatan: ada
4. Keadaan Sosial
a. Komposisi penduduk pada RW 10 berdasarkan umur
1) Balita (0 – 5 tahun) : 20 Jiwa
2) Anak (6 – 12 tahun) : 29 jiwa
3) Remaja (13 – 20 tahun) : 38 jiwa
4) Dewasa (21 – 55 tahun) : 110 jiwa
5) Pra Lansia (55 – 60 tahun) : 23 jiwa
6) Lansia (>65 tahun) : 30 jiwa
b. Kelembagaan RW 10
1) Jumlah Kader Desa : ada (2 orang)
2) Stasiun Kereta Api : tidak ada
3) Terminal (opelet, bus dan pangkalan ojek): ada
4) Pelabuhan
a) Udara : tidak ada
b) Laut : tidak ada
c) Sungai : tidak ada
c. Adat istiadat/upacara adat
1) Upacara perkawinan : tidak ada
2) Upacaya kelahiran : tidak ada
3) Upacara kematian : tidak ada
4) Upacara nyekar : tidak ada
5) Upacara khitanan : tidak ada
d. Prasarana RW 10
1) Jalan Beton : ada
2) Jalan tanah : ada
3) Jembatan kayu : tidak ada
4) Jembatan beton : tidak ada
5) Jembatan gantung : tidak ada
6) Jembatan bamboo : tidak ada
7) Gorong-gorong : ada
e. Prasarana reproduksi
1) Bendungan air : tidak ada
2) Saluran air : ada
3) Mata air : tidak ada
4) Listrik : ada
5) Penggilingan padi : tidak ada
f. Prasaraan pemasaran
1) Pasar : ada
2) Pasar hewan : tidak ada
3) Bank BRI : tada
4) KUD/koperasi : ada
5) Kios pupuk : tidak ada
6) Depot minyak : ada
g. Prasarana sosial
1) Gedung pemerintahan
a) Balai RW 10 : ada
b) Kantor RW 10 : tidak ada
c) Kantor BPD : tidak ada
d) Kantor LPM : tidak ada
e) Kantor UED : tidak ada
f) Gedung PKK RW 10 : tidak ada
g) Puskesmas : ada
h) Tempat rekreasi : ada
2) Gedung pendidikan
a) Sekolah dasar : ada
b) Sekolah menengah pertama : ada
c) Sekolah menengah atas : ada
d) Sekolah menengah kejuruan : ada
h. Fasilitas kesehatan, olahraga dan kesenian
1) Fasilitas kesehatan
a) Puskesmas : ada (1 unit)
b) BKIA : tidak ada
c) Posyandu : ada
d) Dokter : ada
e) Bidan : ada
f) Mantri kesehatan : ada
g) PPKBD : tidak ada
2) Fasilitas olahraga
a) Lapangan sepak bola : tidak ada
b) Lapangan volley ball : tidak ada
c) Lapangan tenis meja : tidak ada
d) Lapangan/gor bulu tangkis : tidak ada
3) Fasilitas kesenian
a) Perkumpulan wayang golek : tidak ada
b) Perkumpulan pencak silat : tidak ada
c) Perkumpulan reog : tidak ada
d) Perkumpulan seni calung : tidak ada
e) Tari-tari : tidak ada
f) Kasidahan : tidak ada
B. Interpretasi Data Hasil Survei Mawas Diri (SMD)
1. DATA DEMOGRAFI
a. Struktur Keluarga
1) Jumlah Kepala Keluarga
Tabel 4. 1 Jumlah Kepala Keluarga di RW 10
No RT 01 RT 02 JUMLAH
1 46 44 90
2 51,1% 48,9% 100%
Interpretasi Data :
Distribusi jumlah kepala keluarga yang tinggal di RW 10 Desa Mekarsari
berjumlah 70 kepala keluarga, yang terdiri dari RT 01 sebanyak 37
(51,1%) kepala keluarga, RT 02 sebanyak 33 (48,9%) kepala keluarga
(KK).
2) Kelompok Umur
Tabel 4. 2 Kelompok Umur
No Umur RT % RT % Total %
01 02
1 Bayi-balita (0 bulan - 5 12 9,3% 8 6,7% 20 8%
tahun)
2 Anak (6 - 12 tahun) 15 11,6 14 11,6% 29 11,6
% %
3 Remaja (13 - 21 tahun) 22 17,1 16 13,2% 38 15,2
% %
4 Dewasa (22 - 55 tahun) 58 45% 52 43% 110 44%

5 Pralansia (55 - 60 tahun) 9 7% 14 11,5% 23 9,2%

6 Lansia ( > 60 tahun) 13 10,% 17 14% 30 12%

TOTAL 129 100% 121 100% 250 100%

Interpretasi Data :
Distribusi kelompok berdasarkan umur menunjukkan 44% dewasa
dengan umur 22-55 tahun, 15,2% anak remaja dengan umur 13-21
tahun, 11,6% anak dengan umur 6-12 tahun, 12% lansia dengan umur
> 60 tahun, 8% anak dengan umur 0 bulan-5 tahun, 9,2% Pralansia
dengan umur 55-60 tahun.
3) Jenis Kelamin
Tabel 4. 3 Distribusi Jenis Kelamin
N Jenis kelamin RT 01 % RT 02 % Total %
o
1 Laki-laki 65 50,4% 71 58,7% 136 54,4%
2 Perempuan 64 49,6% 50 41,3% 114 45,6%
3 Jumlah 129 100% 121 100% 250 100%
Interpretasi Data :
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 54,4%
berjenis kelamin laki-laki dan 45,6% berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4. 3.1 Distribusi Jenis Kelamin berdasarkan usia


N Jenis kelamin RT 01 % RT 02 % Total %
o
1 Laki-laki < 35 29 22,4% 20 16,5% 59 23,6%
tahun
2 Laki-laki > 35 36 28% 51 42,2% 87 34,8%
tahun

3 Perempuan < 25 19,4% 16 13,2% 41 16,4%


35 tahun
4 Perempuan > 39 30,2% 34 28,1% 73 29,2%
35 tahun
3 Jumlah 129 100% 121 100% 250 100%
Interpretasi Data :
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 34,8 %
berjenis kelamin laki-laki > 35 tahun 29,2 berjenis kelamin perempuan
> 35 tahun.
4) Distribusi Agama
Tabel 4. 4 Distribusi Agama
Agama
No yang dianut RT 01 % RT 02 % Total %
masyarakat
1 Islam 129 100% 121 100% 250 100%
2 Kristen 0 0% 0 0% 0 0%
3 Hindu 0 0% 0 0% 0 0%
4 Budha 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 129 100% 121 100% 250 100%
Interpretasi Data:
Distribusi agama menunjukkan 100% warga RW 10 beragama Islam.
5) Tingkat Pendidikan
Tabel 4. 5 Distribusi Tingkat Pendidikan
N
Pendidikan RT 01 % RT 02 % Total %
O
TK/PAUD 3 2,3% 1 0,8% 4 1,6%
SD 70 54,3% 56 46,3% 126 50,4%
SMP 24 18,6% 40 33,1% 64 25,6%
SMA/SMK/STM 17 13,2% 15 12,4% 32 12,8%
S1/D3/D4 0 0% 0 0% 0 0%
Tidak sekolah 15 11,6% 9 7,4% 24 9,6%
TOTAL 129 100% 126 100% 270 100%
Interpretasi Data:
Distribusi tingkat pendidikan RW 10 menunjukkan 50,4% tingkat
pendidikannya SD, 25,6% tingkat pendidikannya SMP, 9,6% belum
sekolah, 12,8% tingkat pendidikannya SMA/SMK/STM, 4% tingkat
pendidikannya TK/PAUD.
6) Pekerjaan
Tabel 4. 6 Distribusi Pekerjaan
No Pekerjaan RT 01 % RT 02 % Total %
1 Petani 0 0% 0 0% 0 0%
2 Pelajar 37 28,7% 21 17,4% 58 23,2%
3 Wiraswasta 6 4,7% 13 10,7% 19 7,6%
4 Buruh 13 10,1% 31 25,6% 44 17,6%
5 IRT 24 18,6% 10 8,3% 34 13,6%
6 PNS 15 11,6% 9 7,4% 24 9,6%
7 Karyawan 15 11,6% 13 10,7% 28 11,2%
Swasta
8 Tidak Bekerja 19 14,7% 24 19,8% 43 17,2%
TOTAL 129 100% 121 100% 250 100%
Interpretasi Data :
Distribusi pekerjaan di RW 10 menunjukkan bahwa, 17,6% warga
berprofesi sebagai buruh, 23,2% pelajar, 17,2% tidak/belum bekerja,
13,6% ibu rumah tangga (IRT), 11,2% karyawan swasta dan 7,6%
wiraswasta dan 9,6 pegawau negeri sipil.
7) Suku
Tabel 4. 7 Distribusi Suku
No Suku RT 01 % RT 02 % Total %
1 Sunda 129 100% 121 100% 250 100%
2 Lain-lain 0 0% 0 0% 0 0
Jumlah 129 100% 121 100% 250 100%
Interpretasi Data :
Distribusi suku di RW 10, 100% merupakan suku sunda.
b. Sistem Nilai dan Waktu Keluarga
1) Keyakinan Keluarga Mendukung Kesehatan
Tabel 4. 8 Distribusi keyakinan keluarga mendukung kesehatan
Keyakinan yang
No mendukung RT 01 % RT 02 % Total %
kesehatan
1 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
2 Ya 46 100% 44 100% 90 100%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% keyakinan keluarga mendukung pelayanan kesehatan.
2) Konsep Agama Mendukung Perilaku Sehat
Tabel 4. 9 Konsep agama mendukung perilaku sehat
Konsep agama
N mendukung RT RT
% % Total %
o perilaku sehat 01 02
keluarga
1 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
2 Ya 46 100% 44 100% 90 100%

46 100% 44 100% 90 100%


TOTAL
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% konsep agama masyarakat mendukung perilaku sehat.
3) Keberadaan Keluarga Bersama
Tabel 4. 10 Distribusi Keberadaan Keluarga Bersama
Keberadaan
keluarga
bersama RT RT
No % % Total %
anggota 01 02
keluarga di
rumah
1 Pagi hari 0 0% 0 0% 0 0%
2 Siang hari 0 0% 0 0% 0 0%
3 Sore hari 21 45,7% 26 59,1% 47 52,2%
4 Malam hari 25 54,3% 18 40,9% 43 47,8%
TOTAL 46 100% 44 100% 70 100%
Interpretasi Data :
Distribusi keberadaan keluarga bersama menunjukkan pagi dan siang
hari memiliki presentase 0%, sore hari memiliki presentase 52,2% dan
malam hari memiliki presentase 47,8%.
4) Waktu Anggota Keluarga Keluar Rumah
Tabel 4. 11 Waktu Anggota Keluarga Keluar Dari Rumah
Waktu anggota
RT
No keluarga keluar RT 01 % % Total %
02
dari rumah
1 05:00 6 13% 18 41% 24 27%
2 06:00 20 43% 16 36% 36 40%
3 07:00 17 37% 7 16% 24 27%
4 08:00 3 7% 3 7% 6 7%
Total 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Sebagian besar warga RW 10 keluar rumah pada pukul 06.00 dengan
presentase 40%, kemudian pukul 05.00WIB dan 07.00 WIB dengan
presentase 27%, dan 7% keluar pada pukul 08.00 WIB.
5) Anggota Keluarga Sering Keluar Rumah
Tabel 4. 12 Distribusi Anggota Keluarga Sering Keluar Rumah
Anggota
keluarga yang
NO RT 01 % RT 02 % Total %
sering keluar
dari rumah
1 Ayah 44 96% 41 93% 85 94%
2 Ibu 2 4% 1 2% 3 3%
3 Anak 0 0% 2 5% 2 2%
4 Menantu 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Anggota keluarga yang sering keluar rumah di RW 10, sebanyak 94%
adalah ayah, 3% ibu, dan 2% Anak.
2. LINGKUNGAN FISIK DAN PERUMAHAN
a. Status kepemilikan
Tabel 4. 13 Distribusi Status Kepemilikan
No Status RT 01 % RT 02 % Total %
kepemilikan
1 Sewa 0 0% 0 0% 0 0%
2 Numpang 7 15% 5 11% 12 13%
3 Milik sendiri 39 85% 39 89% 78 87%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi status kepemilikan rumah, 87% milik sendiri, dan 13%
menumpang.
b. Tipe Rumah
Tabel 4. 14 Distribusi Tipe Rumah
No Tipe Rumah RT 01 % RT 02 % Total %
1 Permanen 11 24% 20 45% 31 34%
2 Semi 27 59% 17 39% 44 49%
permanen
3 Tidak 8 17% 7 16% 15 17%
Permanen
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi tipe rumah semi permanen memiliki presentase 49%,
permanen 34% dan tidak permanen 17%.
c. Lantai Rumah
Tabel 4. 15 Distribusi lantai rumah
NO Lantai Rumah RT 01 % RT 02 % Total %
1 Tanah 0 0% 0 0% 0 0%
2 Papan 17 37% 17 39% 34 38%
3 Tegel 19 41% 21 48% 40 44%
4 Semen 10 22% 6 14% 16 18%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi lantai rumah di RW 10 sebagian besar dengan presentase 44%
adalah Tegel, 38% papan, dan 18% semen.
d. Ada Jendela Di Setiap Kamar
Tabel 4. 16 Ada Tidaknya Jendela di setiap kamar
Ada jendela
NO RT 01 % RT 02 % Total %
disetiap kamar
1 Ya 41 89% 37 84% 78 87%
2 Tidak 5 11% 7 16% 12 13%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 13% tidak memiliki jendela di setiap kamar.
e. Ada Jendela Di Setiap Rumah
Tabel 4. 17 Distribusi Jendela di setiap Rumah
Ada jendela RT RT
No % % Total %
disetiap rumah 01 02
1 Ya 43 93% 37 84% 80 89%
2 Tidak 3 7% 7 16% 10 11%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi jendela disetiap rumah, yang memiliki jendela di setiap rumah
89% dan yang tidak memiliki jendela di setiap rumah 11%.
f. Jendela dibuka
Tabel 4. 18 Distribusi Jendela Dibuka
NO Jendela RT 01 % RT 02 % Total %
dibuka
1 Ya 34 74% 37 100% 71 79%
2 Tidak 12 26% 7 0% 19 21%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi jendela yang dibuka, sebagian besar (79%) membuka jendela
setiap hari, dan sebagian kecil (21%) tidak membuka jendela setiap hari.
g. Pencahayaan Rumah di Siang Hari
Tabel 4. 19 Distribusi Pencahayaan Rumah di Siang Hari
N Pencahayaan RT 01 % RT 02 % Tota %
O dalam rumah di l
siang hari
1 Terang 37 80% 33 75% 70 78%
2 Remang-remang 9 20% 11 25% 20 22%
3 Gelap 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi Pencahayaan rumah di siang hari sebagian besar (78%) terang,
dan sebagian kecil (22%) remang-remang.

h. Ventilasi
Tabel 4. 20 Distribusi ventilasi
Kondisi ventilasi
NO RT 01 % RT 02 % Total %
dirumah
1 Baik 31 67% 29 66% 60 67%
2 Cukup 8 17% 12 27% 20 22%
3 Kurang 7 15% 3 7% 10 11%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi ventilasi di rumah warga RW 10 sebagian besar (67%)
memiliki kondisi ventilasi yang baik (>20% luas lantai), (22%) memiliki
kondisi Cukup (15-20% luas lantai), dan sebagian kecil (11%) memiliki
kondisi ventilasi yang kurang (<15% luas tanah).
i. Kondisi Pencahayaan Rumah
Tabel 4. 21 Distribusi Kondisi Pencahayaan Rumah
Kondisi pencahayaan RT RT
NO % % Total %
rumah 01 02
1 Baik 39 85% 34 77% 73 81%
2 Kurang 7 15% 10 23% 17 19%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi kondisi pencahayaan rumah RW 10, sebagian besar (81%)
memiliki kondosi pencahayaan rumah yang baik baik, dan sebagian kecil
(19%) memiliki kondisi pencahayaan rumah yang kurang.
j. Kebersihan Rumah
Tabel 4. 22 Distribusi Kebersihan Rumah
Kondisi kebersihan RT RT
NO % % Total %
rumah 01 02
1 Bersih 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak Bersih 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi kebersihan rumah RW 10 menunjukkan bahwa keseluruhan
warga (100%) memiliki kondisi rumah yang bersih.
k. Jarak Rumah Dengan Tetangga
Tabel 4. 23 Distribusi Jarak Rumah Dengan Tetangga
NO Jarak rumah dengan RT 01 % RT 02 % Total %
tetangga
1 Bersatu 0 0% 0 0% 0 0%
2 Dekat 46 100% 43 98% 89 99%
3 Terpisah 0 0% 1 2% 1 1%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi jarak rumah dengan tetangga RW 10 sebagian besar (99%)
dekat, dan sebagian kecil (1%) terpisah.
l. Halaman Rumah
Tabel 4. 24 Distribusi Halaman Rumah
Halaman di sekitar
NO RT 01 % RT 02 % Total %
rumah
1 Ada 26 57% 25 57% 51 57%
2 Tidak ada 20 43% 19 43% 39 43%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :Distribusi halaman disekitar rumah menunjukkan
sebagian warga (57%) memiliki halaman disekitar rumah, dan sabagian
lagi (43%) tidak memiliki halaman disekitar rumah.
m. Lokasi Halaman
Tabel 4. 25 Distribusi Lokasi Halaman
Tota
NO Lokasi Halaman RT 01 % RT 02 % %
l
1 Depan 26 100% 23 92% 49 96%
2 Samping 0 0% 1 4% 1 2%
3 Belakang 0 0% 1 4% 1 2%
TOTAL 26 100% 25 100% 51 100%
Interpretasi Data :
Distribusi lokasi halaman rumah menunjukkan bahwa sebagian besar
(96%) lokasi halaman rumah berada di depan rumah, dan sebagian kecil
(2%) berada di samping dan di depan.
n. Pemanfaatan Halaman Rumah
Tabel 4. 26 Distribusi Pemanfaatan Halaman Rumah
Pemanfaatan
NO RT 01 % RT 02 % Total %
Pekarangan
1 Kebun 3 75% 0 0% 3 43%
2 Kolam 0 0% 2 67% 2 29%
3 Kandang 1 25% 1 33% 2 29%
TOTAL 4 100% 3 100% 7 100%

Interpretasi Data :
Distribusi pemanfaatan halaman rumah menunjukkan bahwa pemanfaatan
halaman rumah sebagian besar (43%) dijadikan kebun, dan sebagian kecil
(29%) dijadikan kolam dan kandang.
3. SUMBER AIR
a. Sumber air untuk masak dan minum
Tabel 4. 27 Sumber Air Untuk Masak Dan Minum
Sumber air untuk
NO RT 01 % RT 02 % Total %
masak dan minum
1 PAM 0 0% 0 0% 0 0%
2 Sumur 1 2% 1 2% 2 2%
3 Air mineral 3 7% 0 0% 3 3%
4 Air gunung 42 91% 43 98% 85 94%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 94% warga RW 10 menggunakan air gunung untuk masak dan
minum, sedangkan sebagian kecil (3%) menggunakan air mineral dan 2%
menggunakan sumur untuk masak dan minum.
b. Pengolahan Air
Tabel 4. 28 Distribusi Pengolahan Air
NO Pengolahan Air RT 01 % RT 02 % Total %
1 Dimasak 43 100% 44 100% 87 100%
2 Tidak dimasak 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 43 100% 44 100% 87 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% masyarakat mengolah air minum dengan cara dimasak.
c. Sumber air mandi dan mencuci
Tabel 4. 29 Distribusi Sumber Air Mandi dan Mencuci
Sumber air
NO mandi dan RT 01 % RT 02 % Total %
mencuci
1 PAM 0 0% 0 0% 0 0%
2 Sumur 1 2% 1 2% 2 2%
3 Air Gunung 45 98% 43 98% 88 98%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi sumber air untuk mandi dan mencuci, di RW 10, sebagian besar
(98%) menggunakan air gunung untuk mandi dan mencuci, dan sebagian
kecil (2%) menggunakan sumur untuk mandi dan mencuci.

d. Jarak Sumber Air Dengan Septic Tank


Tabel 4. 30 Jarak Sumber Air Dengan Septic Tank
Jarak sumber
RT RT
NO air dengan % % Total %
01 02
septic tank
1 < 10 m 0 0% 0 0% 0 0%
2 > 10 m 46 100% 44 100% 90 100%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi jarak sumber air dengan septic tank di RW 10, semuanya (100%)
berjarak >10 meter dari septic tank.
e. Tempat Penampungan Air Sementara
Tabel 4. 31 Distribusi Tempat Penampungan Air Sementara
N Tempat RT % RT % Tota %
O Penampungan Air 01 02 l
1 Bak 25 54% 33 75% 58 64%
2 Ember 16 35% 8 18% 24 27%
3 Gentong 5 11% 3 7% 8 9%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi tempat penampungan air sebagian besar (64%) menggunakan
bak, dan hampir sebagian (27%) menggunakan ember, dan sebagian kecil
(9%) menggunakan gentong sebagai tempat penampungan air.
f. Kondisi Tempat Penampungan
Tabel 4. 32 Kondisi Tempat Penampungan Air Sementara
Kondisi tempat RT
NO % RT 02 % Total %
penampungan air 01
1 Terbuka 35 76% 29 66% 64 71%
2 Tertutup 11 24% 15 34% 26 29%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi kondisi tempat penampungan air sebagian besar (71%) terbuka
dan sebagian kecil (29%) tertutup.
g. Kondisi Air dalam Penampungan
Tabel 4. 33 Distribusi Kondisi Air Dalam Penampungan
Kondisi air dalam RT RT Tota
NO % % %
penampungan 01 02 l
1 Berwarna 0 0% 0 0% 0 0%
2 Berbau 0 0% 0 0% 0 0%
3 Berasa 0 0% 0 0% 0 0%
Tidak berasa/
4 46 100% 44 100% 90 100%
berwarna
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi kondisi air dalam penampungan semuanya (100%) tidak berasa
dan tidak berwarna.
h. Terdapat jentik dalam penampungan
Tabel 4. 34 Terdapat Jentik Dalam Penampungan
NO Terdapat jentik RT 01 % RT 02 % Total %
dalam
penampungan
1 Ya 4 9% 0 0% 4 4%
2 Tidak 42 91% 44 100% 86 96%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi terdapat jentik nyamuk di dalam penampunagan air sebagian
besar (96%) tidak terdapat jentik nyamuk, dan sebagian kecil (4%)
terdapat jentik nyamuk.

4. PEMBUANGAN SAMPAH
a. Tempat pembuangan sampah
Tabel 4. 35 Distribusi Tempat Pembuangan Sampah
NO Tempat RT % RT % Total %
pembuangan 01 02
sampah
1 Sungai 0 0% 0 0% 0 0%
2 Ditimbun 0 0% 0 0% 0 0%
3 Sembarang tempat 0 0% 0 0% 0 0%
4 Dibakar 46 100% 44 100% 90 100%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi tempat pembuangan sampah, semua keluarga di RW 10 (100%)
mengolah sampah dengan cara dibakar.
b. Penampungan Sampah sementara
Tabel 4. 36 Distribusi Penampungan Sampah Sementara
Penampungan
N RT Tota
sampah RT 01 % % %
O 02 l
sementara
1 Ada 44 96% 44 100% 88 98%
2 Tidak ada 2 4% 0 0% 2 2%
100
TOTAL 46 44 100% 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi keluarga mempunyai tempat penampungan sampah sementara,
sebagian besar (98%) keluarga mempunyai tempat penampungan sampah
sementara, sedangkan sebagian kecil (2%) tidak memiliki tempat
penampungan sampah sementara.
c. Keadaannya Penampungan Sampah Sementara
Tabel 4. 37 Keadaannya Penampungan Sampah Sementara
Bila ada RT RT
NO % % Total %
keadaannya 01 02
1 Terbuka 39 89% 44 100% 83 94%
2 Tertutup 5 11% 0 0% 5 6%
100 100
TOTAL 44 44 88 100%
% %
Interpretasi Data :
Distribusi kondisi tempat penampungan sementara, sebagian besar keluarga
(94%) kondisi penampungan sampahnya terbuka.

5. PEMBUANGAN LIMBAH
a. Kebiasaan keluarga BAB & BAK
Tabel 3. 38 Kebiasaan Keluarga BAK dan BAB
N Kebiasaan keluarga RT RT Tota
% % %
O BAB & BAK 01 02 l
1 Jamban/WC 46 100% 44 100% 90 100%
2 Sungai 0 0% 0 0% 0 0%
3 Sembarangan 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 44 100% 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi kebiasaan keluarga BAB dan BAK, semua keluarga (100%)
memiliki kebiasaan BAB dan BAK menggunakan jamban/WC.
b. Jenis jamban yang digunakan
Tabel 4. 39 Jenis Jamban Yang Digunakan
N Jenis jamban yang RT RT
% % Total %
O digunakan 01 02
1 Cemplung 0 26% 1 2% 1 1%%
2 Plengsengan 0 0% 0 0% 0 0%
3 Leher angsa 46 74% 43 98% 89 99%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi penggunaan jamban, sebagian besar keluarga (86%)
menggunakan jamban leher angsa, dan sabagian kecil keluarga (14%)
menggunakan jamban cemplung.
c. Pembuangan air limbah

Tabel 4. 40 Distribusi Pembuangan Air Limbah


Pembuangan RT RT
NO % % Total %
air limbah 01 02
1 Resapan 0 0% 0 0% 0 0%
2 Got 46 100% 44 100% 90 100%
3 Sembarang 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi pembuang air limbah rumah tangga, semua keluarga (100%)
membuang limbah melalui Got.
d. Kondisi saluran pembuangan
Tabel 4. 41 Kondisi Saluran Pembuangan
N Kondisi saluran RT RT
% % Total %
O pembuangan 01 02
1 Lancar 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tersumbat 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi kondisi saluran pembuangan rumah tangga semuanya (100%)
kondisinya lancar.

6. KANDANG TERNAK
a. Kepemilikan kandang ternak
Tabel 4. 42 Distribusi Kepemilikan Kandang Ternak
Kepemilikan RT RT
NO % % Total %
kandang ternak 01 02
1 Tidak ada 36 78% 37 84% 73 81%
2 Ada 10 22% 7 16% 17 19%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data:
Distribusi kepemilikan kandang ternak, sebagian besar keluarga (81%) tidak
memiliki kandang ternak, sedangkan sebagian kecil keluarga (19%)
memiliki kandang ternak.
b. Letak Kandang
Tabel 4. 43 Distribusi Letak Kandang
N Bila ada letak RT RT
% % Total %
O kandang 01 02
1 Dalam rumah 0 0% 0 0% 0 0%
2 Diluar rumah 10 100% 7 100% 17 100%
TOTAL 10 100% 7 100% 17 100%
Interpretasi Data :
Distribusi letak kandang ternak semuanya (100%) berada di luar rumah.
c. Kondisi Kandang
Tabel 4. 44 Distribusi Kondisi Kandang
Kondisi RT RT
NO % % Total %
Kandang 01 02
1 Terawat 7 70% 7 100% 14 82%
2 Tidak terawat 3 30% 0 0% 3 18%
100
TOTAL 10 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi kondisi kandang ternak keluarga sebagian besar (82%) terawat,
dan sebagian kecil (18%) tidak terawat.
d. Jarak Kandang Ternak
Tabel 4. 45 Jarak Kandang Ternak
Jarak
RT
NO kandang % RT 02 % Total %
01
ternak
1 < 10 m 4 40% 7 100% 11 65%
2 > 10 m 6 60% 0 0% 6 35%
TOTAL 10 100% 7 100% 17 100%
Interpretasi Data :
Distribusi jarak kandang ternak dari rumah sebagian besar (65%) <10
meter dan sebagian kecil (35%) dan > 10 meter.
e. Penanganan Limbah Ternak
Tabel 4. 46 Penanganan Limbah Ternak
N Penanganan RT RT Tota
% % %
O limbah ternak 01 02 l
1 Dijadikan kompos 8 80% 6 86% 14 82%
2 Dibiarkan saja 2 20% 1 14% 3 18%
100
TOTAL 10 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi penanganan limbah ternak, sebagian besar keluarga (82%)
memanfaatkan limbah sebagai kompos, sedangkan sebagian kecil keluarga
(18%) hanya dibiarkan saja.

7. PENDIDIKAN
a. Sarana Pendidikan
Tabel 4. 47 Distribusi Sarana Pendidikan
NO Sarana pendidikan RT 01 % RT 02 % Total %
tingkat desa
1 Ada 46 100% 44 100% 90 100%

2 Tidak ada 0 0% 0 0% 0 0%

TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi sarana pendidikan, semua (100%) keluarga mengatakan tidak
ada sarana pendidikan di RW 10.

b. Tingkat Pendidikan
Tabel 4. 48 Distribusi Tingkat Pendidikan
Tingkat
No. RT 01 % RT 02 % Total %
Pendidikan
1 PAUD 0 0% 0 0% 0 0%
2 TK 0 0% 0 0% 0 0%
3 SD 0 0% 0 0% 0 0%
4 Setingkat SMP 0 0% 0 0% 0 0%
5 Setingkat SMA 0 0% 0 0% 0 0%
Perguruan
6 0 0% 0 0% 0 0%
Tinggi
Total 0 0% 0 0% 0 0%
Interpretasi Data :
Distribusi tingkat pendidikan menunjukan bahwa tidak ada (0%) sarana
tingkat pendidikam di RW 10.

8. KEAMANAN DAN KESELAMATAN


a. Siskamling
Tabel 4. 49 Distribusi Siskamling
No RT 01 % RT 02 % Total %
Siskamling
1 0 0% 1 100% 1 100%
Ada
2 Tidak ada 0 0 0 0% 0% 0%
Total 0 0% 1 100 1 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi siskamling menunjukan, bahwa RW 10 memiliki 1 sikamling
yang terletak di RT 02.
b. Protap Penanganan Bencana
Tabel 4. 50 Distribusi Protap Penanganan Bencana
Protap
No. penanganan RT 01 % RT 02 % Total %
bencana
1 Ada 0 0 0 0 0 0%
2 Tidak Ada 46 100% 44 100% 90 100%
TOTAL 46 1 44 1 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi protap penanganan kecelakaan , semua (100%) keluarga
mengatakan tidak terdapat protap penanganan kecelakaan Di RW 10
c. Pertolongan Bencana
Tabel 4. 51 Distribusi Pertolongan Bencana
NO Pertolongan RT 01 % RT 02 % Total %
bencana
1 Ada 0 0% 0 0% 0 0%
2 Tidak ada 46 100% 44 100% 90 100%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi pertolongan bencana semua keluarga (100%) mengatakan tidak
terdapat pertolongan bencana Di RW 10
d. Kelompok Kerja Bencana
Tabel 4. 52 Distribusi Kelompok Kerja Bencana
N Kelompok Kerja
RT 01 % RT 02 % Total %
o Bencana
1 Ada 0 0 0 0 0 0%
2 Tidak ada 46 100% 44 100% 90 100%
Total 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi kelompok kerja bencana, semua (100%) warga mengatakan
tidak ada kelompok kerja bencana di RW 10
e. Program Penanganan Bencana
Tabel 4. 53 Distribusi Program Penanganan Bencana
Program
No penanganan RT 01 % RT 02 % Total %
bencana
1 Ada 0 0 0 0 0 0%
2 Tidak ada 46 100% 44 100% 90 100%
100 100 100
Jumlah 46 44 90
% % %
Interpretasi Data :
Distribusi program penanganan bencana, semua (100%) keluarga
mengatakan tidak adanya program penanganan bencana di RW 10.

9. POLITIK DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH


a. Peraturan Desa Terkait Kesehatan
Tabel 4. 54 Distribusi Peraturan Desa Terkait Kesehatan
Peraturan desa
RT RT
NO terkait % % Total %
01 02
kesehatan
1 Ada 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak ada 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% menyatakan bahwa ada peraturan terkait kesehatan.
b. Kelompok kesehatan kerja
Tabel 4. 55 Distribusi Kelompok Kerja Kesehatan
Kelompok
No Kesehatan RT 01 % RT 02 % Total %
kerja
1 Ada 0 0 0 0 0 100%
2 Tidak ada 46 100% 44 100% 90 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

IntIInterpretasi Data :
Sebanyak 100% menyatakan bahwa tidak ada kelompok kerja kesehatan.
c. Desa/RW siaga
Tabel 4. 56 Distribusi Desa/RW Siaga
RT RT Tota
NO Desa/RW siaga % % %
01 02 l
1 Ada 0 0% 0 0% 0 0%
2 Tidak ada 46 100% 44 100% 90 100%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% menyatakan bahwa tidak ada desa atau RW siaga.
d. Posyandu
Tabel 4. 57 Distribusi Posyandu
No Posyandu RT 01 % RT 02 % Total %
1 Ada 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak ada 0 0 0 0 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi posyandu, semua (100%) keluarga mengatakan ada posyandu
di RW 10 yang bertempat di RT 01.
e. Support Bagi Kader Kesehatan
Tabel 4. 58 Support Bagi Kader Keseharan
Support bagi
RT
NO kader % RT 02 % Total %
01
kesehatan
1 Ada 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak ada 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi Support bagi kader kesehatan di RW 10 menunjukan kategori
tidak ada dengan presentasi 100%.
f. Kebutuhan Akan Petugas Kesehatan
Tabel 4. 59 Kebutuhan Akan Petugas Kesehatan
NO Kebutuhan RT % RT 02 % Total %
akan petugas 01
kesehatan
1 Ada 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak ada 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi kebutuhan akan petugas kesehatan, semua (100%) keluarga
mengatakan membutuhkan tenaga kesehatan di RW 10.
g. Fasilitas kesehatan
Tabel 4. 60 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas RT RT Tota
NO % % %
kesehatan 01 02 l
1 Ada 46 0% 44 100% 90 100%
2 Tidak ada 0 100% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% menyatakan ada fasilitas kesehatan di RW 10.

Tabel 4. 61 Distribusi Penggunaan Layanan Fasilitas


Kesehatan
Penggunaan
Layanan RT RT Tota
NO % % %
Fasilitas 01 02 l
kesehatan
1 Menggunakan 0 0% 0 0% 0 0%
Tidak
2 46 100% 44 100% 90 100%
Mengunakan
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan tidak menggunakan fasilitas layanan
kesehatan di RW 10.
Tabel 4. 62 Pengetahuan Penggunaan Layanan Fasilitas
Kesehatan
Penggunaan
Layanan RT RT Tota
NO % % %
Fasilitas 01 02 l
kesehatan
1 Mengetahui 0 0% 0 0% 0 0%
Tidak
2 46 100% 44 100% 90 100%
Mengetahui
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan tidak mengetahui penggunaan fasilitas
layanan fasilitas kesehatan di RW 10.
h. Dana Kesehatan Masyarakat Dikelola Bersama Mandiri
Tabel 4. 63 Distribusi Dana Kesehatan Masyarakat
Dana
N RT RT
kesehatan % % Total %
O 01 02
masyarakat
1 Ada 0 0% 0 0% 0 0%
2 Tidak ada 46 100% 44 100% 90 100%
100
TOTAL 46 44 100% 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% menyatakan bahwa tidak ada dana kesehatan di RW 10
yang dikelola bersama maupun mandiri.

10. PELAYANAN KESEHATAN


a. Sarana Kesehatan Terdekat
Tabel 4. 64 Distribusi Sarana Kesehatan Terdekat
Sarana kesehatan RT RT
NO % % Total %
terdekat 01 02
1 RS 0 0% 0 0% 0 0%
2 Puskesmas 0 0% 0 0% 0 0%
3 Dokter/perawat/bidan 46 100% 44 100% 90 100%
4 Balai pengobatan 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% keluarga mengatakan sarana kesehatan terdekat di RW
12 adalah Bidan.
b. Kebiasaan Keluarga Berobat
Tabel 4. 65 Kebiasaan Keluarga Berobat
Kebiasaan keluarga
N RT RT
untuk minta tolong % % Total %
O 01 02
bila sakit
1 RS 0% 0 0% 0 0%
2 Puskesmas 27 59% 0 0% 27 30%
Dokter/Perawat/bida
3 19 41% 44 100% 63 70%
n
4 Balai pengobatan 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 70% keluarga berobat ke bidan dan 30% ke puskesmas.
c. Kebiasaan Keluarga Sebelum ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 4. 66 Kebiasaan Keluarga Sebelum Ke Pelayanaan Kesehatan
Kebiasaan
sebelum RT RT Tota
NO % % %
kepelayanan 01 02 l
kesehatan
1 Beli obat bebas 45 98% 42 95% 87 97%
Jamu atau
2 menggunakan 1 2% 2 5% 3 3%
herbal
100
TOTAL 46 44 100% 90 100%
%

Interpretasi Data :
Kebiasaan keluarga sebelum ke pelayanan kesehatan, sebagian besar
(97%) keluarga membeli obat secara bebas, sedangkan sebagian kecil
(3%) keluarga menggunakan jamu atau obat herbal.
d. Sumber Pendanaan Kesehatan
Tabel 4. 67 Distribusi Sumber Pendanaan Kesehatan
Sumber
N RT
pendanaan RT 01 % % Total %
O 02
kesehatan
1 BPJS/ ASKES 30 65% 36 82% 66 73%
2 Tabungan 0% 0 0% 0 0%
3 Asuransi Swasta 2 4% 0 0% 2 2%
4 Tidak ada 14 30% 8 18% 22 24%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 24% menyatakan bahwa tidak mempunyai sumber pendanaan
kesehatan.
e. Sarana Transportasi ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 4. 68 Distribusi Sarana Transportasi Ke Pelayanan Kesehatan
Sarana
transportasi ke RT RT Tota
NO % % %
pelayanan 01 02 l
kesehatan
1 Jalan kaki 19 41% 28 64% 47 52%
2 Becak 0 0% 0 0% 0 0%
3 Angkot 10 22% 0 0% 10 11%
kendaraan
4 17 37% 16 36% 33 37%
pribadi
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 52% jalan kaki, 37% menggunakan kendaraan pribadi, dan
11%keluarga menggunakan angkot ke pelayanan kesehatan.
f. Jarak rumah dengan sarana kesehatan

Tabel 4. 69 Jarak Rumah Dengan Sarana Kesehatan


Jarak rumah
N RT RT Tota
dengan sarana % % %
O 01 02 l
kesehatan
1 1 Km 46 100% 44 100% 90 100%
2 2 - 3 Km 0 0% 0 0% 0 0%
3 3- 5 KM 0 0% 0 0% 0 0%
4 >5 Km 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan puskesmas berjarak 1 Km dari rumah.

11. MASALAH KESEHATAN KHUSUS


a. Penyakit Yang Paling Sering Di Derita Keluarga 6 Bulan Terakhir
Tabel 4. 70 Penyakit yang Paling Sering Diderita Keluarga 6
Bulan Terakhir
Penyakit yang
paling sering di
NO RT 01 % RT 02 % Total %
derita keluarga
6 bln terakhir
1 DBD 0 0% 0 0% 0 0%
2 Batuk pilek 45 98% 44 100% 89 99%
3 Asma 1 2% 0 0% 1 1%
4 TBC 0 0% 0 0% 0 0%
5 Typoid 0 0% 0 0% 0 0%
6 Infeksi menular 0 0% 0 0% 0 0%
kesehatan
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 99% memiliki batuk pilek dan 1% asma selama 6 bulan
terakhir.
b. Masalah Kesehatan Umum Degeneratif Dalam 6 Bulan Terakhir
Tabel 4. 71 Masalah Kesehatan Umum Degeneratif Dalam 6
Bulan Terakhir
Masalah
kesehatan
N umum RT RT Tota
% % %
O degeneratif 01 02 l
dalam 6 bulan
terakhir
1 Hipertensi 13 52% 13 87% 26 65%
2 Rematik 7 28% 1 7% 8 20%
3 Asam urat 5 20% 1 7% 6 15%
4 Osteoporosis 0 0% 0 0% 0 0%
5 DM 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 25 15 100% 40 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi masalah kesehatan degenerative dalam 6 bulan sebagian besar
keluarga (65%) mengatakan hipertensi, hampir sebagian (20%) keluarga
mengatakan rematik, dan sebagian kecil mengatakan asam urat.
c. Masalah Kesehatan Keturunan
Tabel 4. 72 Distribusi Masalah Kesehatan Keturunan
N Kesehatan RT RT
% % Total %
O keturunan 01 02
1 Hipertensi 19 100% 8 100% 27 100%
2 DM 0 0% 0 0% 0 0%
3 Gangguan Jiwa 0 0% 0 0% 0 0%
4 Kanker 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 19 100% 8 100% 27 100%
Interpretasi Data :
Distribusi masalah kesehatan keturunan dari keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan, semuannya (100%) adalah hipertensi.

12. PASANGAN USIA SUBUR


a. PUS Dalam Keluarga
Tabel 4. 73 Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam Keluarga
Adanya anggota
NO RT 01 % RT 02 % Total %
keluarga PUS
1 Ada 31 67% 21 57% 52 63%

2 Tidak ada 15 33% 16 43% 31 37%

TOTAL 46 100% 37 100% 83 100%


Interpretasi Data :
Lebih dari sebagian (63%) keluarga yang ada di RW 10 adalah Pasanga
Usia Subur (PUS), dan kurang dari sabagian (37%) keluarga bukan
Pasangan usia subur (PUS).

b. Akseptor KB

Tabel 4. 74 Distribusi Aseptor KB


RT
NO Akseptor KB % RT 02 % Total %
01
1 Ada 25 81% 16 76% 41 79%

2 Tidak ada 6 19% 5 24% 11 21%

TOTAL 31 100% 21 100% 52 100%


Interpretasi Data :
Distribusi akseptor KB dari jumlah PUS yang ada di RW 10 sebagian
besar (79%) adalah akseprot KB, dan sebagian kecil (21%) bukan akseptor
KB.
c. Jenis Kontrasepsi yang Dipakai
Tabel 4. 75 Distribusi Jenis Kontrasepsi yang Dipakai
Jenis KB yang
NO RT 01 % RT 02 % Total %
dipakai
1 IUD 0 0% 0 0% 0 0%
2 Suntik 14 56% 7 56% 21 51%
3 Pil 10 40% 9 56% 19 46%
4 Susuk 1 4% 0 0% 1 2%
5 Kondom 0 0% 0 0% 0 0%
6 Tubektomi 0 0% 0 0% 0 0%
7 Vasektomi 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 25 100% 16 113% 41 100%
Interpretasi Data :
Distribusi jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB, sebagian
akseptor menggunakan suntik, sebagian lagi 46%) (menggunakan pil, dan
sebagian kecil (2%) menggunakan susuk.
d. Alasan Tidak Menggunakan KB
Tabel 4. 76 Distribusi Alasan Tidak Menggunakan KB
Alasan tidak
N RT RT Tota
menggunaka % % %
O 01 02 l
n KB
Dilarang
1 0 0% 0 0% 0 0%
suami
2 Agama 0 0% 0 0% 0 0%
3 Tidak tau 6 100% 5 100% 11 100%
100 100
TOTAL 6 5 11 100%
% %

Interpretasi Data :
Distribusi tidak menggunakan kontrasepsi dengan alasan tidak tau
presentase 100%.

13. IBU HAMIL


a. Ibu Hamil Dalam Keluarga
Tabel 4. 77 Distribusi ibu hamil dalam keluarga
Ibu hamil
NO RT 1 % RT 02 % Total %
dalam keluarga
21,8
1 Ada 10 7 16% 17 18,9%
%
78,2
2 Tidak 36 37 84% 73 81,1%
%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi ibu hamil dalam keluarga dengan presentase Ada 18,9% dan
Tidak Ada memiliki presentase 81,1%.
b. Umur Kehamilan
Tabel 4. 78 Umur Kehamilan
NO Umur RT % RT % Tota %
kehamilan 01 02 l
1 Trimester I (0-3 5 50% 3 42,9 8 47%
bulan) %
2 Trimester II (4-6 4 40% 1 14,2 5 29,4%
bulan) %
3 Trimester III (7- 1 10% 3 42,9 4 23,6%
9 bulan) %
TOTAL 10 100 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi umur kehamilan trimester I (0-3 bulan) memiliki presentase
47%, umur kehamilan trimester II (4-6 bulan) memiliki presentase 29,4%,
dan umur kehamilan trimester III (7-9 bulan) memiliki presentase 23,6%.
c. Jumlah Kehamilan

Tabel 4. 79 Distribusi Jumlah Kehamilan


RT Tota
NO Kehamilan ke RT 01 % % %
02 l
42,9
1 1 3 30 3 6 35,3%
%
14,2
2 2 5 50% 3 8 47,1%
%
42,9
3 3 1 10% 1 2 11,8%
%
4 4 1 10% 0 0% 1 5,8
100
TOTAL 10 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi kehamilan RW 10, sebagian besar (47,1%) adalah kehamilan
kedua, (35,3%) pada kehamilan pertama, (11,8%) pada kehamilan ketiga
dan sebagian kecil ( 5,8%) adalah kehamilan keempat.
d. Jarak Kehamilan
Tabel 4. 80 Distribusi Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan
NO sekarang dan RT 01 % RT 02 % Total %
sebelumnya
1 <2thn 2 20% 1 14,3% 3 17,6%

2 2 thn 2 20% 4 57,1% 6 35,3%

3 2thn 6 40% 2 28,6% 8 47,1%

TOTAL 10 100% 7 100% 17 100%


Interpretasi Data :
Distribusi jarak kehamilan anak sekarang dengan anak sebelumnya yang <
2 tahun dengan persentase 17,6% dan jarak kehamilan anak 2 tahun
sebesar (35,3%) dan anak sebelumnya yang > 2 tahun dengan presentase
47,1%.
e. Usia Bumil
Tabel 4. 81 Distribusi Usia Ibu Hamil
Usia Ibu
N RT RT Tota
hamil saat % % %
O 01 02 l
ini
1 < 20 tahun 2 20% 2 28,6 4 23,5%
%
2 20-35 tahun 4 40% 2 28,6 6 35,3%
%
3 > 35 Tahun 4 40% 3 42,8 7 41,2%
%
TOTAL 10 100 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi usia ibu hamil < 20 tahun memiliki presentase 23,5%, usia ibu
hamil 20 – 35 tahun memiliki presentase 28,6% dan usia ibu hamil >35
tahun 41,2%.
f. Ibu Memeriksakan Kehamilan
Tabel 4. 82 Distribusi Ibu Memeriksakan Kehamilan
NO Ibu yang RT 01 % RT 02 % Total %
memeriksakan
kehamilannya
1 Ya 3 30% 3 42,9% 6 35,3%
2 Tidak 7 70% 4 57,1% 11 64,7%

TOTAL 10 100% 7 100% 4 100%

Interpretasi Data :
Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sebesar 64,7%
dan yang melakukan pemeriksaan kehamilahn sebesar 35,3%.
g. Bila Ya, Berapa Kali Periksa Kehamilan
Tabel 4. 83 Distribusi Bila Ya, Berapa Kali Periksa Kehamilan
NO Jumlah RT % RT % Total %
pemeriksaan 01 02
1 1-2 kali 1 100% 1 100% 2 100%
2 3 kali 2 0% 2 0% 4 0%

3 4 kali 0% 0 0% 0 0%

TOTAL 3 100% 3 100% 4 100%

Interpretasi Data :
Distribusi ibu memeriksakan kehamilan dalam sebulan 1-2 kali dengan
persentase 100%.
h. Komposisi Makanan Ibu Hamil
Tabel 4. 84 Distribusi Komposisi Makanan Bumil
Komposisi
N makanan ibu RT
RT 01 % % Total %
O hamil sehari- 02
hari
1 Nasi sayur 0 0% 0 0% 0 0%
2 Nasi lauk 5 50% 3 42,9% 8 47,1%
3 Nasi sayur lauk 2 20% 2 28,6% 4 23,5%
Nasi lauk sayur
4 3 30% 2 28,6% 5 29,4%
buah
100
TOTAL 10 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Sebagian besar (47,1%) ibu hamil mengkonsumsi nasi lauk, (23,5%) ibu
hamil mengkosumsi nasi sayur lauk dan buah dan sebagian (29,4%) ibu
hamil mengonsumsi nasi, lauk, sayur, dan buah.
i. Mendapatkan TT
Tabel 4. 85 Distribusi Mendapatkan suntik TT
Mendapatkan RT RT
NO % % Total %
TT 01 02
Ya 42,9
1 6 60% 3 9 52,9%
%
Tidak/Belum 57,1
2 4 40% 4 8 47,1%
%
TOTAL 100
10 7 100% 17 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi ibu hamil mendapat suntikan TT menunjukan 52,9% ibu hamil
sudah mendapatkan suntikan TT, dan 47,1% Ibu hamil belum
mendapatkan suntikan TT.

j. Bila Ya
Tabel 4. 86 Distribusi Bila Ya
N Berapa kali RT RT
% % Total %
O suntikan TT 01 02
33,6 33,6
1 Lengkap (2 kali) 2 1 3 33,6%
% %
Tidak lengkap (1 66,4 66,4
2 4 2 6 66,4%
Kali) % %
TOTAL 6 100% 3 0% 9 100%
Interpretasi Data :
Distribusi ibu mendapat TT Lengkap (2 Kali) dengan persentase 33,6%
dan ibu yang tidak lengkap dengan presentase 66,4%.
k. Penyakit/Keluhan Bumil
Tabel 4. 87 Distribusi Penyakit/Keluhan Bumil
Adakah penyakit
N atau keluhan RT RT Tota
% % %
O yang dirasakan 01 02 l
bumil saat ini
1 Lemah letih lesu 0 0% 0 0% 0 0%
2 Pusing 5 50% 4 57,1% 9 52,3%
3 Mual, muntah 3 30% 2 28,6% 5 29,4%
Bengkak kaki atau
4 2 20% 1 14,3% 3 17,6%
tempat lain
TOTAL 10 100% 7 100% 3 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 52,3% ibu hamil mengeluh pusing, 29,4% ibu hamil mengeluh
mual dan muntah dan 17,6% ibu hamil mengeluh bengkak pada kaki.
l. Berat Badan Bumil
Tabel 4. 88 Distribusi Berat Badan Bumil
Berat badan saat
N RT RT
hamil selama % % Total %
O 01 02
hamil
Normal kenaikan
1 3 30% 4 57,1% 7 41,2%
bulan
Tidak normal
2 7 70% 3 42,9% 10 58,8%
kenaikan bulan
TOTAL 10 100% 7 100% 17 100%
Interpretasi Data:
Distribusi berat badan ibu hamil normal kenaikan perbulan/triwulan
dengan persentase 41,2% dan ibu hamil tidak normal dengan peresentase
58,8%%.

14. IBU MENYUSUI


a. Buteki
Tabel 4. 89 Distribusi Buteki
Apakah Ibu RT RT Tota
NO % % %
buteki 01 02 l
1 Ada 2 4% 0 0% 2 2%
2 Tidak 44 96% 37 100% 81 98%
TOTAL 46 100% 37 100% 83 100%
Interpretasi Data :
Distribusi ibu menyusui dalam keluarga dengan presentasi 2% dan tidak
ada memiliki presentase 98%.
b. Meneteki Anaknya
Tabel 4. 90 Distribusi Meneteki Anaknya
N Apa ibu RT % RT % Total %
O meneteki 01 02
anaknya
1 Ya 2 100% 0 0% 2 100%
2 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 2 100% 0 0% 2 100%
Interpretasi Data :
Distribusi meneteki anak, semuanya (100%) ibu meneteki anaknya.
c. Lama Menyusui
Tabel 4. 91 Distribusi Lama Menyusui
N Bila ya, lamanya RT Tota
RT 01 % % %
O menyusui 02 l
1 <1 bulan 0 0% 0 0% 0 0%
2 1-3 bulan 0 0% 0 0% 0 0%
3 3-6 bulan 0 0% 0 0% 0 0%
4 >12 bulan 2 100% 0 0% 2 100%
TOTAL 2 100% 0 0% 2 100%
Interpretasi Data :
Distribusi lamanya ibu menyusui semua (100%) ibu menyusui anak >12
bulan.
d. ASI Ekslusif Menurut Ibu
Tabel 4. 92 Distribusi ASI Esklusif Menurut Ibu
N Menurut ibu apa RT % RT % Tota %
O itu ASI eksklusif 01 02 l
1 Memberi asi 3 bulan 0 0% 0 0% 0 0%
2 Memberi asi 4 bulan 0 0% 0 0% 0 0%
3 Memberi asi 6 bulan 2 100% 0 0% 2 100%
TOTAL 2 100 0 0% 2 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi ibu memberi ASI saja sampai usia bayi 6 bulan memiliki
presentase 100%.

15. BALITA
a. Balita Dalam Keluarga
Tabel 4. 93 Distribusi keluarga yang memiliki Balita
N Keluarga dengan RT RT
% % Total %
O balita 01 02
1 Tidak 32 70% 36 82% 68 76%
2 Ya 14 30% 8 18% 22 24%
100 100
TOTAL 46 44 90 100%
% %
Interpretasi Data :
Distribusi balita dalam keluarga, yang tidak memiliki balita presentase
76% dan yang memiliki Balita sebanyak 25%.
b. Balita dibawa ke Posyandu setiap bulan
Tabel 4. 94 Balita Dibawa Ke Posyandu setiap Bulan
NO Setiap bulan ke RT 01 % RT 02 % Total %
posyandu
1 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
2 Ya 14 100% 8 100% 22 100%

TOTAL 14 100% 8 100% 22 100%

Interpretasi Data :
Distribusi balita dibawa ke Posyandu setiap bulan Di RW 04 kategori ya
sebesar 100%.

c. Sudah Imunisani
Tabel 4. 95 Distribusi Balita yang sudah imunisasi
N Sudah imunisasi RT % RT % Total %
O 01 02
1 Ya 14 100% 8 100% 22 100%
2 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 14 100% 8 100% 22 100%
Interpretasi Data :
Semua (100%) Balita di RW 12 sudah mendapat imunisasi sesuai dengan
umur Balita.
d. Imunisasi Yang Sudah Didapat
Tabel 4. 96 Imunisasi yang Sudah Didapat
N Jenis imunisasi RT % RT % Tota %
O 01 02 l
1 Polio 14 100% 8 100% 22 100%
2 TBC 14 100% 8 100% 22 100%
3 DPT 14 100% 8 100% 22 100%
4 Hepatitis 14 100% 8 100% 22 100%
5 Campak 14 100% 8 100% 22 100%
TOTAL 14 100% 8 100% 22 100%
Interpretasi Data :
Distribusi imunisasi yang sudah didapat di RW 10 menunjukan bahwa
semua (100%) sudah mendapat immunisasi sesuai dengan usianya
masing-masing.
e. Berat Badan Anak Hasil Penimbangan KMS
Tabel 4. 97 Berat Badan Anak Hasil Penimbangan KMS
N Hasil KMS RT % RT % Total %
O 01 02
1 Garis hijau 14 100% 8 100% 22 100%
2 Garis hijau sampai 0 0% 0 0% 0 0%
kuning
3 Garis titik-titik 0 0% 0 0% 0 0%
4 Garis merah 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 14 100% 8 100 22 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi berat badan anak hasil penimbangan KMS menunjukan semua
(100%) di daerah hijau.

16. ANAK DAN REMAJA


a. Anak Sekolah/ remaja dalam Keluarga
Tabel 4. 98 Anak Sekolah/ Remaja Dalam Keluarga
Keluarga
N mempunyai RT RT
% % Total %
O anak 01 02
sekolah/remaja
1 Ada 46 100% 44 100% 100 100%
2 Tidak ada 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% anak sekolah atau remaja ada di RW 10.
b. Usia Anak dalam Keluarga
Tabel 4. 99 Distribusi Usia Anak Dalam Keluarga
N Usia anak saat RT % RT % Total %
O ini 01 02
1 6-12 tahun 15 34% 14 41% 29 37%
2 13-20 tahun 29 66% 20 59% 49 63%
TOTAL 44 100 34 100% 78 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi usia anak 6-12 tahun dengan persentase 37%, usia 13-20 tahun
dengan persentase 63%.
c. Tingkat Pendidikan Anak
Tabel 4. 100 Distribusi Tingkat Pendidikan Anak
Pendidikan anak
N RT RT
berada pada % % Total %
O 01 02
tingkat
1 SD 15 39% 14 41% 29 38%
2 SMP 14 22% 8 23% 22 28%
3 SMA/SMK/STM 15 39% 12 36% 27 34%
4 PT 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 44 100% 34 100 78 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi pendidikan tingkat sekolah dasar dengan persentase 38%,
pendidikan tingkat sekolah menengah pertama dengan persentase 28%
dan pendidikan tingkat sekolah menengah atas dengan presentase 34%.

d. Kegiatan Anak Diluar Sekolah


Tabel 4. 105 Distribusi Kegiatan Anak di Luar Sekolah
Kegiatan anak di RT RT
NO % % Total %
luar sekolah 01 02
1 Keagamaan 43 97% 28 83% 71 91%
2 Karang taruna 0 0% 0 0% 0 0%
3 Olahraga 1 3% 6 17% 7 9%
TOTAL 44 100% 34 100% 78 100%
Interpretasi Data :
Distribusi kegiatan anak di luar sekolah dengan kegiatan keagamaan
dengan persentase 91%, kegiatan karang taruna dengan persentase 0%,
kegiatan olahraga dengan presentase 9%.

e. Anak Yang Menderita Penyakit


Tabel 4. 106 Anak Yang Menderita Penyakit Retardasi
Mental
Anak yang
N menderita RT RT
% % Total %
O penyakit Retardasi 01 02
Mental
1 Ya 25 56,8% 18 52,9% 43 55,1%
2 Tidak 19 43,2% 16 47,1% 35 44,9%
TOTAL 44 100% 34 100% 78 100%
Interpretasi Data :
Distribusi anak yang menderita penyakit retardasi mental sebagian
besar (55,1%) anak yang tidak mengalami retardasi mental sebanyak
(44,9%).

f. Anak sudah berobat


Tabel 4. 107 Anak Sudah Berobat
Jika ya,
RT RT
NO sudahkah % % Total %
01 02
berobat
1 Sudah berobat 4 60% 0 0% 4 60%
2 Tidak berobat 3 40% 0 0% 3 40%
TOTAL 7 100% 0 0% 5 100%
Interpretasi Data :
Anak yang sakit di RW 12, lebih dari sebagian (60%) anak sudah
berobat, dan kurang dari sebagian (40%) anak tidak berobat.
g. Kemana Sudah Berobat
Tabel 4. 108 Kemana Sudah Berobat
RT RT
NO Tempat berobat % % Total %
01 02
1 Sarana kesehatan 4 100% 0 0% 4 100%
2 Non kesehatan 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 4 100% 0 0% 4 100%
Interpretasi Data :
Semua (100%) anak sakit yang sudah berobat di RW 12 semuanya
berobat di sarana kesehatan.
h. Anak Mendapatkan Suplemen Atau Vitamin Tambahan
Tabel 4. 109 Anak Mendapat Suplemen atau Vitamin Tambahan
Memberikan
N RT RT
suplemen atau % % Total %
O 01 02
vitamin tambahan
1 Ya 0 0% 0 0% 0 0%
2 Tidak 44 100% 34 100% 78 100%
TOTAL 44 100% 34 100% 78 100%
Interpretasi Data:
Sebanyak 100% anak tidak mendapatkan suplemen dan vitamin
tambahan.
i. Anak Mengalami Masalah Gigi
Tabel 4. 110 Anak Mengalami Masalah Gigi
N Anak mengalami RT RT
% % Total %
O masalah gigi 01 02
1 Ya 5 11% 0 0% 5 6%
2 Tidak 39 89% 34 100% 73 94%
100 100
TOTAL 44 34 78 100%
% %
Interpretasi Data :
Distribusi anak mengalami masalah gigi, sebagian besar (94%) anak
tidak mengalami sakit gigi, dan sebagian kecil (6%) anak mengalami
sakit gigi.

j. Kebiasaan Anak Gosok Gigi Dalam Sehari


Tabel 4. 111 Kebiasaan Anak Gosok Gigi Dalam Sehari
Berapa kali anak
N RT RT
menggosok gigi % % Total %
O 01 02
dlm sehari
1 1 kali 21 47% 0 0% 21 26%
2 2 kali 23 53% 34 100% 57 74%
3 > 2 kali 0 0% 0 0% 0 0%
4 Tidak pernah 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 44 100% 34 78 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi anak menggosok gigi, sebagian besar (74%) anak menggosok
gigi 2x sehari, dan kurang dari sebagian (26%) anak menggosok gigi 2x
sehari.
k. Anak Memeriksakan Gigi Ke Pelayanan Kesehatan
Tabel 4. 112 Anak Memeriksakan Gigi Ke Pelayanan Kesehatan
N Memeriksakan RT RT
% % Total %
O Gigi 01 02
1 Pernah 6 14% 0 0% 6 8%
2 Tidak pernah 38 86% 34 100% 72 92%
TOTAL 44 100% 34 100% 78 100%
Interpretasi Data :
Sebagian besar (92%) anak di RW 10 tidak pernah diperiksa gigi,
sedangkan sebagian kecil (8%) anak pernah diperisakan gigi.
l. Gangguan Belajar Anak
Tabel 4. 113 Gangguan Belajar Anak
N Anak dengan RT RT
% % Total %
O gangguan belajar 01 02
1 Pernah 12 28% 0 0% 12 15%
2 Tidak pernah 32 72% 34 100% 66 85%
100
TOTAL 44 34 100% 78 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi anak mengalami gangguan belajar, sebagian (85%) anak tidak
pernah mengalami gangguan belajar, sedangkan sebagian kecil (15%)
anak pernah mengalami ganngguan belajar.

m. Penggunaan Waktu Luang Anak


Tabel 4. 114 Distribusi Penggunaan Waktu Luang Anak
Penggunaan
N RT RT
waktu luang % % Total %
O 01 02
anak
1 Musik/TV 11 25% 3 7% 14 17%
2 Olahraga 3 6% 24 72% 27 35%
3 Rekreasi 0 0% 0 0% 0 0%
4 Keagamaan 30 69% 7 21% 37 48%
TOTAL 44 100% 34 100% 78 100%
Interpretasi Data :
Distribusi penggunaan waktu luang anak, yaitu lebih dari sebagian (48%)
anak menggunakan waktu luang dengan kegiatan keagamaan, kurang dari
sebagian (35%) anak menggunakan waktu luang dengan olahraga, dan
sebagian kecil (17%) anak menggunakan waktu luang dengan mendengar
musik dan menonton TV.

17. USIA DEWASA


a. Kegiatan yang dilakukan oleh usia dewasa
Tabel 4. 115 Distribusi kegiatan yang dilakukan usia dewasa
Kegiatan yang
dilakukan oleh
N RT
usia dewasa RT 01 % % Total %
O 02
setelah lulus
sekolah
1 Bekerja 57 91% 44 77% 101 83%
2 Menganggur 6 9% 13 23% 19 17%
100
TOTAL 63 57 100% 120 100%
%
Interpretasi Data :
Masyarakat usia dewasa sebanyak 83% bekerja dan 17% menganggur.
b. Kondisi Usia Dewasa
Tabel 4. 116 Distribusi Kondisi Usia Dewasa
Kondisi usia
RT RT
NO dewasa saat % % Total %
01 02
ini
1 Sehat 63 100% 57 100% 120 100%
2 Sakit 0 0% 0 0% 0 0%
100 100
TOTAL 22 31 53 100%
% %
Interpretasi Data :
Distribusi kondisi usia dewasa saat ini semuanya (100%) dalam
keadaan sehat.
c. Keluarga yang terlibat dalam masalah kesehatan
Tabel 4. 117 Keluarga yang terlibat dalam penanganan
masalah kesehatan.
Keluarga terlibat
dengan
N RT RT
penanganan % % Total %
O 01 02
masalah
kesehatan
1 Ya 3 7% 0 0% 3 3%
2 Tidak 43 93% 44 100% 87 97%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Keluarga yang terlibat dalam penanganan masalah kesehatan di RW 10
ada sebagian kecil keluarga (3%) sedangkan sebagian besar (97%)
keluarga tidak terlibat dalam penanganan masalah kesehatan di RW 10.
d. Terlibat Dalam Kegiatan
Tabel 4. 118 Distribusi Terlibat Dalam Kegiatan
Terlibat
N RT Tota
dalam RT01 % % %
O 02 l
kegiatan
1 Posyandu 3 100% 0 0% 3 100%
2 Posbindu 0 0% 0 0% 0 0%
Desa/ RW
3 0 0% 0 0% 0 0%
siaga
4 Pustu 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 3 0 0% 3 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% terlibat dalam posyandu.

18. USIA LANJUT


a. Anggota Keluarga Yang Mempunyai Lansia
Tabel 4. 119 Distribusi Anggota Keluarga Yang Mempunyai Lansia
Keluarga yang
N RT RT
mempunyai % % Total %
O 01 02
lansia
1 Ada 13 28% 17 39% 30 33%
2 Tidak Ada 33 72% 27 61% 60 67%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi anggota keluarga yang mempunyai lansia dengan persentase
33% dan tidak ada lansia dengan persentase 67%.
b. Lansia Memiliki Keluhan Penyakit
Tabel 4. 120 Distribusi lansia memiliki keluhan penyakit
N Lansia RT % RT % Total %
O memiliki 01 02
keluhan sakit
1 Ada 10 77% 6 35% 16 53%
2 Tidak ada 3 23% 11 65% 14 47%
TOTAL 13 100 17 100% 30 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi lansia memiliki keluhan penyakit dengan presentase 53% dan
tidak ada keluhan dari lansia dengan presentase 47%.
c. Lansia Dengan Jenis Penyakit Yang Diderita
Tabel 4. 121 Distribusi Jenis Penyakit Lansia
N Penyakit yang RT RT
% % Total %
O diderita lansia 01 02
1 Asma 1 10% 1 17% 2 13%
2 TBC 0 0% 0 0% 0 0%
3 Hipertensi 7 70% 5 83% 12 74%
4 Osteoporosis 0 0% 0 0% 0 0%
5 Rheumatik 2 20% 0 0% 2 13%
6 Katarak 0 0% 0 0% 0 0%
7 Penyakit Kulit 0 0% 0 0% 0 0%
8 Jantung 0 0% 0 0% 0 0%
9 Liver 0 0% 0 0% 0 0%
10 Diare 0 0% 0 0% 0 0%
100 100
TOTAL 10 6 16 100%
% %
Interpretasi Data:
Lansia yang memiliki keluhan sakit, lebih dari sebagian besar (74%)
lansia menderita hipetensi, (20%) lansia menderita rheumatik dan
sebagian kecil (13%) lansia menderita asma.

d. Upaya Yang Sudah Dilakukan


Tabel 4. 122 Distribusi Upaya Yang Sudah Dilakukan
N Upaya yang RT
RT 01 % % Total %
O sudah dilakukan 02
1 Diobati sendiri 6 60% 0 0% 6 38%
Berobat ke sarana
2 4 40% 6 100% 10 63%
kesehatan
3 Berobat non medis 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 10 6 100% 16 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi upaya yang sudah dilakukan oleh keluarga yang memiliki
lansia yang sakit sebagian besar (63%) dengan berobat kesarana
kesehatan, dan kurang dari sebagian (38%) diobati sendiri.
e. Penggunaan Waktu Senggang Lansia
Tabel 4. 123 Distribusi Penggunaan waktu senggang Lansia
Penggunaan
N RT RT RT
waktu senggang % % %
O 01 02 03
pada lansia
1 Berkebun 4 31% 0 0% 4 13%
2 Jalan-jalan 1 8% 7 41% 8 27%
3 Senam 0 0% 0 0% 0 0%
4 Pekerjaan Rumah 8 62% 10 59% 18 60%
100
TOTAL 13 17 100% 30 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi penggunaan waktu senggang lansia berkebun memiliki
presentase 13%, Jalan-jalan memiliki presentase 27%, mengerjakan
pekerjaan rumah dengan persentase 60%.
f. Ketersediaan Posyandu Lansia
Tabel 4. 124 Distribusi Ketersediaan Posyandu
N Posyandu lansia RT % RT % Total %
O 01 02
1 Ada 0 0% 0 0% 0 0%
2 Tidak ada 13 100% 17 100% 0 100%
100 100
TOTAL 13 17 0 100%
% %

Interpretasi Data :
Distribusi ketersediaan posyandu, semua (100%) lansia mengatakan di
RW 10 tidak ada posyandu lansia.
m. Jika Tidak, Alasannya
Tabel 4. 125 Distribusi Jika Tidak, Alasannya
N
Jika tidak, alasannya RT 01 % RT 02 % Total %
O
1 Tidak tahu 0 0% 0 0% 0 0%
2 Tidak mau 0 0% 0 0% 0 0%
3 Tidak mampu 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 0
0 0% 0 0 0%
%
Interpretasi Data :
Distribusi tidak mengikuti posyandu lansi di RW 12 menunjukan bahwa
lansia tidak tahu, tidak mau, dan tidak mampu karena tidak ada posyandu
lansia di RW 12.

19. KOMUNIKASI / INFORMASI DAN KOMUNIKASI


a. Sarana Komunkasi Dan Informasi
Tabel 4. 126 Sarana Komunikasi dan Informasi
Sarana
N RT RT
komunikasi dan % % Total %
O 01 02
informasi
1 Ada 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak ada 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% memiliki sarana komunikasi dan informasi.
b. Alat Komunikasi dan Informasi
Tabel 4. 127 Alat Komunikasi dan Informasi
N Alat RT 01 % RT % Total %
O komunikasi dan 02
informasi
1 TV 33 72% 32 73% 65 72%
2 Radio 13 28% 12 27% 25 28%
3 Spanduk 0 0% 0 0% 0 0%
4 SMS 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Distribusi alat komunikasi dan informasi menggunakan TV dengan
persentase 72%, Radio dengan persentase 28%.
c. Tempat Penyampaian Informasi
Tabel 4. 128 Tempat Penyampaiaan Informasi
Tempat
N RT RT Tota
menyampaikan % % %
O 01 02 l
informasi
1 Balai desa 0 0% 0 0% 0 0%
2 Mesjid 46 100% 44 100% 90 100%
3 Sekolah 0 0% 0 0% 0 0%
4 Pos keamanan 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi tempat menyampaikan informasi melalui masjid dengan
persentase 100%.
d. Informasi Yang Sering Disampaikan
Tabel 4. 129 Informasi Yang Sering Disampaikan
N Informasi yang
o sering RT 01 % RT 02 % Total %
Disampaikan
Kebijakan
1 6 13% 2 5% 8 9%
Pemerintah
22
3 Kesehatan 10 22% 10 23% 20
%
69
4 Agama 30 65% 32 72% 62
%
100 100 100
TOTAL 46 44 90
% % %
Interpretasi Data :
Distribusi informasi yang disampaikan kebijakan pemerintah dengan
persentase 9%, kesehatan dengan persentase 22%, kegiatan agama
dengan persetase 69%.
20. SARAN TRANSPORTASI YANG DIMILIKI KELUARGA
Tabel 4. 130 Sarana Transportasi yang Dimiliki Keluarga
N Sarana transportasi RT RT Tota
% % %
O yang dimiliki keluarga 01 02 l
1 Kendaraan roda 2 36 100% 15 100% 51 100%
2 Kendaraan roda 4 0 0% 0 0% 0 0%
3 Sepeda 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 36 100% 15 100% 51 100%
Interpretasi Data :
Distribusi sarana tranportasi keluarga yang memiliki sarana transportasi,
semuanya (100%) adalah kendaraan roda dua.

21. JARAK RUMAH DENGAN SARANA KESEHATAN


Tabel 4. 131 Jarak Rumah Dengan Sarana Kesehatan
N Jarak rumah dengan RT RT
% % Total %
O sarana kesehatan 01 02
1 Kurang dari 5 km 46 100% 44 100% 90 100%
2 Lebih dari 5 km 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi jarak dengan sarana kesehatan terdekat semuanya (100%)
kurang dari 5 kilometer.

22. EKONOMI
a. Sumber Penghasilan
Tabel 4. 132 Sumber Penghasilan
N Sumber RT RT
% % Total %
O penghasilan 01 02
Berdagang 2 4% 0 0% 2 2%
Buruh 42 91% 42 95% 84 93%
PNS 0 0% 0 0% 0 0%
Wiraswasta 2 4% 2 5% 4 4%
Pengangguran 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data:
Distribusi sumber penghasilan keluarga, sebagian besar (93%) buruh,
sebagian kecil (4%) adalah wiraswasta, dan (2%) adalah berdagang.
b. Penghasilan Rata-Rata Perbulan
Tabel 4. 133 Penghasilan Rata-rata Perbulan
N Penghasilan RT
RT 01 % % Total %
O perbulan 02
< Rp.
1 26 57% 33 75% 59 66%
1.250.000,-
Rp. 1.250.
2 000 - 20 43% 11 25% 31 34%
2.500.000,-
>Rp.
3 0 0% 0 0% 0 0%
2.500.000,-
100
TOTAL 46 44 100% 90 100%
%
Interpretasi Data :
Distribusi penghasilan rata-rata warga per-bulan lebih dari sebagian
(66%) berpenghasilan < Rp. 1.250.000, dan kurang dari sebagian (34%)
berpenghasilan Rp 1.250.000 – 2.500.000.
c. Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
Tabel 4. 134 Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Memenuhi
N RT RT
kebutuhan % % Total %
O 01 02
sehari-hari
1 Terpenuhi 34 74% 26 59% 60 67%
2 Tidak terpenuhi 12 26% 18 41% 30 33%
100
TOTAL 46 44 100% 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 33% mengatakan kebutuhan harian tidak terpenuhi.
d. Keluarga Menabung
Tabel 4. 135 Keluarga Menabung
Apakah
N RT RT
keluarga % % Total %
O 01 02
menabung
1 Ya 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data:
Sebanyak 100% keluarga memiliki tabungan.
e. Alokasi Dana Kesehatan
Tabel 4. 136 Alokasi Dana Kesehatan
N Alokasi dana RT RT Tota
% % %
O kesehatan 01 02 l
1 Ya 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%

Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan memiliki alokasi dana untuk kesehatan.
f. Alokasi Dana Pendidikan
Tabel 4. 137 Distribusi Alokasi Dana Pendidikan
N Alokasi dana RT RT
% % Total %
O Pendidikan 01 02
1 Ya 44 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak 0 0% 0 0% 0 0%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan memiliki alokasi dana untuk pendidikan.

23. REKREASI
a. Sarana Rekreasi yang Dimiliki Keluarga
Tabel 4. 139 Distribusi Sarana Rekreasi Yang Dimiliki Keluarga
Sarana rekreasi
NO yang dimiliki RT 01 % RT 02 % Total %
keluarga
1 TV 33 72% 32 73% 65 72%
2 Radio 11 24% 12 27% 23 26%
3 Alat musik 2 4% 0 0% 2 2%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Distribusi sarana rekreasi yang dimiliki keluarga yakni TV dengan
persentase 72%, Radio dengan presentase 26%. Dan alat musik 2%.
b. Sarana Rekreasi
Tabel 4. 140 Sarana Rekreasi
N Sarana RT % RT % Total %
rekreasi
O masyarakat 01 02
setempat
1 Studio Film 0 0% 0 0% 0 0%
2 Alam 46 100% 44 100% 90 100%
3 Buatan 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan alam sebagai sarana rekreasi keluarga.
c. Kemudahan Mengakses Rekreasi Luar Rumah
Tabel 4. 141 Kemudahan Mengakses Rekreasi Luar Rumah
Kemudahan
N mengakses RT RT
% % Total %
O rekreasi 01 02
diluar rumah
1 Mudah 46 100% 44 100% 90 100%
2 Tidak mudah 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan mudah mengakses tempat rekreasi.
d. Jarak Tempat Akses Rekreasi
Tabel 4. 142 Jarak Tempat Akses Rekreasi
N Jarak tempat RT
RT 01 % % Total %
O akses rekreasi 02
1 <5 km 46 100% 44 100% 90 100%
2 > 5 km 0 0% 0 0% 0 0%
100
TOTAL 46 100% 44 90 100%
%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan jarak rumah < 5 kilometer jarak rekreasi.
e. Presepsi Masyarakat Tentang Rekreasi
Tabel 4. 143 Persepsi Masyarakat Tentang Rekreasi
Presepsi
N masyarakat RT RT
% % Total %
O tentang 01 02
rekreasi
1 Bermanfaat 46 100% 44 100% 90 100%
Tidak
2 0 0% 0 0% 0 0%
bermanfaat
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 100% mengatakan tempat rekreasi itu bermanfaat.
f. Manfaat Rekreasi
Tabel 4. 144 Distribusi Manfaat Rekreasi
NO Manfaar rekreasi RT 01 % RT 02 % Total %
1 Mengurangi stress 46 100% 37 84% 83 92%
Menghabiskan
2 0 0% 0 0% 0 0%
waktu
3 Kebersamaan 0 0% 7 16% 7 8%
TOTAL 46 100% 44 100% 90 100%
Interpretasi Data :
Sebanyak 92% rekreasi untuk mengurangi stress dan kebersamaan 8%.

C. Kajian Masalah
Kajian masalah kesehatan komunitas yang ditemukan mahasiswa di RW 10
Desa Margahayu antara lain:
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Ketidakefektifan koping komunitas
4. Defisiensi kesehatan komunitas
5. Ketidakefektifan manajemen kesehatan

D. Analisa Data

No Data
1 DS :
Hasil wawancara dengan kader mengatakan bahwa banyak
anak di RW 10 Desa Margahayu yang mengalami penyakit
retardasi mental down syndrome.
DO :
• 51,2% anak mengalami penyakit retardasi mental down
syndrome.
• 97% keluarga tidak terlibat dalam penanganan masalah
kesehatan

2 DS :
Hasil wawancara dengan Para orang tua.mengatakan bahwa:
 Para ibu jarang memeriksakan diri saat hamil di fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas
 Para ibu maupun ayah memiliki factor genetic down
syndrome
 Sering bermain gadget saat hamil dan meletakan gadget di
kantung celana
DO :
• 44% pada usia dewasa (22 – 55 tahun)
• 34,8 % umur laki-laki > 35 tahun
• 29,2 umur perempuan > 35 tahun
• 41,2% usia ibu hamil >35 tahun
• 64,7% ibu hamil tidak memeriksakan diri ke puskesmas
DS :
3
Hasil wawancara dengan kader dan tenaga pelayanan kesehatan
puskesmas mengatakan ibu jarang memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan
DO :
• 41,2% usia ibu hamil >35 tahun
• 64,7% ibu hamil tidak memeriksakan diri ke puskesmas
DS:
4
• Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan bahwa:
 Masyarakat mengatakan belum mengetahui informasi mengenai
program memberikan penyuluhan tentang penyakit retardasi
mental down syndrome
 Masyarakat mengatakan ingin mengetahui informasi mengenai
masalah down syndrome
DO:
 Para orang tua kurang paham cara merawat dan mengasuh anak
dengan masalah penyakit retardasi mental down syndrome
DS:
5
 Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat didapatkan
Masyarakat mau melaksanan cara pencegahan down syndrome
 Ibu yang dalam masa kehamilan mereka akan lebih sering
memeriksakan dirinya rutin ke puskesmas

DO:
 Ibu hamil antusias dalam melakukan pemeriksaan rutin ke
pelayanan kesehatan
 Masyarakat mendukung program penyuluhan penyakit retardasi
mental down syndrome
Prioritas masalah dengan penentuan skoring melalui MMD didapatkan diagnosa keperawatan komunitas dengan prioritas, yaitu:
1. Defisiensi kesehatan komunitas
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
4. Peningkatan pengetahuan
5. Peningkatan manajemen kesehatan

E. POA (Planning of Action)


N Indikator
Masalah Tujuan Strategi Kegiatan PJ Waktu Tempat Biaya Sasaran
o pencapaian
1 Defisiensi Tupan : 1. Pencarian dan 1. Berikan edukasi Mahasi 15 Juli Kantor Desa Swadaya Masyarakat Setelah dilakukan
Setelah penyusunan tentang penyakit swa 2021 Margahayu Masyarakat dan kader penyuluhan
kesehatan
dilakukan materi retardasi mental PPN 25 dan Desa diharapkan 80%
komunitas implementasi penyuluhan (down Mahasiswa Margahayu dari jumlah peserta
hingga minggu 2. Mempersiapk syndrome ) RW 10 penyuluhan
ke-4 bulan juni an alat 2. Pembagian mengalami
pengetahuan demonstrasi leafleat tentang peningkatan
warga Desa penyakit penyakit pengetahuan
Margahayu retardasi retardasi mental tentang penyakit
meningkat. mental (down (down retardasi mental
Tupen : syndrome ) syndrome ) (down syndrome )
Setelah 3. Pelaksanaan 3. Melakukan
dilakukan penyuluhan demonstrasi
implementasi 4. Konsultasi penyakit
selama 1 jam dengan retardasi mental
masyarakat tenaga (down
mampu kesehatan syndrome )
menyebutkan 5. Melibatkan
pengertian, masyarakat
penyebab, tanda secara
dan gejala, langsung
bahaya serta
pencegahan
penyakit
retardasi mental
(down
syndrome )
2. Perilaku Tupan : 1. Pencarian dan 1. Berikan edukasi Mahasi 15 Juli Kantor Desa Swadaya Masyarakat Setelah dilakukan
kesehatan Setelah penyusunan tentang swa 2021 Margahayu Masyarakat dan kader penyuluhan
cenderung dilakukan materi pentingnya PPN 25 dan Desa diharapkan 80%
beresiko implementasi penyuluhan Mahasiswa Margahayu dari jumlah peserta
pemeriksaan
hingga minggu 2. Pelaksanaan RW 10 penyuluhan
ke-4 bulan juni Penyuluhan rutin ke mengalami
pengetahuan 3. Konsultasi pelayanan peningkatan tentang
warga Desa dengan tenaga kesehatan pentingnya
Margahayu kesehatan pemeriksaan rutin
meningkat. 4. Melibatkan ke pelayanan
Tupen : masyarakat kesehatan
Setelah secara
dilakukan langsung
implementasi
selama 1 jam
masyarakat (ibu
hamil) mampu
mengetahui
pentingnya
pemeriksaan
rutin ke
pelayanan
kesehatan
3 Ketidakefektifan Tupan : 1. Pencarian 1. Edukasi Valenci 20 Juli 1. Rumah Swadaya Warga Setelah dilakukan
pemeliharaan Setelah dan kesehatan a 2021 warga mahasiswa masyarakat penyuluhan
kesehatan dilakukan penyusunan tentang nutrisi 2. Kantor Desa diharapkan 80%
implementasi materi pada ibu hamil Desa Margahayu masyarakat Desa
hingga minggu penyuluhan 2. Pemberian Margahay Margahayu dapat
ke-4 bulan juni 2. Pelaksanaan makanan u memahami
pemeliharaan Penyuluhan tambahan pada pentingnya nutrisi
lingkungan 3. Konsultasi ibu hamil saat hamil
efektif dan dan
pengetahuan kerjasama
warga Desa dengan
Margahayu tenaga
meningkat kesehatan
Tupen : 4. Melibatkan
Setelah masyarakat
dilakukan (ibu hamil)
implementasi secara
selama 1 jam langsung
masyarakat (ibu
hamil)
memahami
pentingnya
nutrisi saat
hamil
4 Deficit Tupan: 1. Pencarian 1. Bimbingan sistem Mahasi 20 Juli Kantor Desa Swadaya Warga Setelah dilakukan
pengetahuan Setelah dan kesehatan ( selalu swa 2021 Margahayu masyarakat masyarakat penyuluhan
dilakukan penyusunan mengingatkan PPN 25 dan Desa diharapkan 80%
implementasi materi tentang mahasiswa Margahayu masyarakat Desa
hingga minggu penyuluhan pentingnya Margahayu dapat
ke-4 bulan juni 2. Pelaksanaan pemeriksaan dan meningkatkan
tingkat Penyuluhan pengetahuan
gizi pada ibu
pengetahuan 3. Konsultasi tentang suatu topik
hamil)
masyarakat dan yang di bahas dan
terjadi kerjasama 2. Promosi kesiapan perilaku sesuai
peningkatan dengan penerimaan dengan
Tupen: tenaga informasi pengetahuan
Setelah kesehatan 3. Edukasi stimulasi
dilakukan 4. Melibatkan anak untuk
implementasi masyarakat membantu orang
selama 1 jam (ibu hamil) tua melihat
masyarakat secara perkembangan
mampu langsung
anak dengan
menjelaskan penyakit retardasi
pengetahuan mental down
tentang suatu syndrome
topik yang di
bahas dan
perilaku sesuai
dengan
pengetahuan

5 Peningkatan Tupan : 1. Libatkan para 1. Promosi proses Mahasi 21-22 Kantor Desa Swadaya Masyarakat Setelah dilakukan
Setelah kader serta efektif kelurga swa Juli Margahayu mahasiswa Desa penyuluhan
manajemen dilakukan tim ( keluarga PPN 25 2021 Margahayu diharapkan 80%
implementasi pelayanan memiliki peran masyarakat Desa
kesehatan Margahayu dapat
hingga kesehatan besar dalam
kesiapan meningkatkan
minggu ke-4 2. Melaksanaka kesehatan diri ibu
bulan juni n promosi kesehatan seluruh
hamil, anak serta
2020 efektif anggota keluarga)
lingkungan sekitar
masyarakat keluarga 2. Promosi keutuhan
mampu keluarga utuh
meningkataka 3. Dukungan
n kesehatan keluarga
diri ibu hamil, untukmerencanak
anak serta an perawatan
lingkungan
sekitar.

Tupen :
Setelah
dilakukan
implementasi
selama 1 jam
masyarakat
mampu
menerapkan
program
perawatan
dengan
melakukan
kujungan di
fasilitas
pelayanan
kesehatan

F. Implementasi dan Evaluasi


No Masalah Keperawatan Implementasi Evaluasi RTL
1 Defisiensi kesehatan 1. Memberikan penyuluhan 1. Struktur 1. Koordinasi
komunitas dan diskusi kepada Pada saat musyawarah, kepala Meningkatan kembali koordinasi
masyarakat tentang dusun, ustad, ketua RW 10 dan antara warga dan pelayanan
(penyakit retardasi Kader menerima dan menyetujui kesehatan dalam penanganan
mental) down syndrome rencana kegiatan yang akan (penyakit retardasi mental) down
2. Demontrasi (penyakit dilaksanakan. syndrome pada anak
retardasi mental) down 2. Proses 2. Sosialisasi
syndrome a. Memberikan penyuluhan dan Sosialisasi mengenai pentingnya
diskusi kepada masyarakat (penyakit retardasi mental) down
tentang (penyakit retardasi syndrome bagi anak
mental) down syndrome
b. Demontrasi (penyakit retardasi
mental) down syndrome
3. Hasil
a. Adanya peningkatan
pengetahuan warga tentang
(penyakit retardasi mental)
down syndrome sebesar 80%
2. Perilaku kesehatan 1. Memberikan penyuluhan 1. Struktur 1. Koordinasi
cenderung beresiko
dan diskusi kepada Pada saat musyawarah, kepala Meningkatan kembali koordinasi
masyarakat tentang dusun, ustad, ketua RW 10 dan antara warga dan pelayanan
pentingnya pemeriksaan Kader menerima dan menyetujui kesehatan dalam pentingnya
rutin ke pelayanan rencana kegiatan yang akan pemeriksaan rutin ke pelayanan
kesehatan dilaksanakan. kesehatan
2. Proses 2. Sosialisasi
Memberikan penyuluhan dan Sosialisasi mengenai pentingnya
diskusi kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan rutin ke
pentingnya pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan bagi
pelayanan kesehatan masyarakat
3. Hasil
Adanya peningkatan pengetahuan
warga tentang pentingnya
pemeriksaan rutin ke pelayanan
kesehatan dan narkoba sebesar 80%
3 Ketidakefektifan 1. Edukasi kesehatan 1. Struktur 1. Koordinasi
pemeliharaan kesehatan tentang nutrisi pada ibu Pada saat musyawarah, kepala Meningkatan kembali koordinasi
hamil dusun, ustad, ketua RW 10 dan antara warga dan pelayanan
2. Pemberian makanan Kader dan Tenaga kesehatan kesehatan dalam pengetahuan
tambahan pada ibu hamil menerima dan menyetujui rencana pentingnya nutrisi saat hamil
kegiatan yang akan dilaksanakan. 2. Sosialisasi
2. Proses Sosialisasi mengenai pentingnya
a. Memberikan penyuluhan Edukasi pentingnya nutrisi dan Pemberian
kesehatan tentang nutrisi pada makanan tambahan saat hamil.
ibu hamil
b. Pemberian makanan tambahan
pada ibu hamil
3. Hasil
Adanya peningkatan pengetahuan
pentingnya nutrisi saat hamil sebesar
80%.
4 Deficit pengetahuan 1. Bimbingan sistem a. Struktur 1. Koordinasi
kesehatan ( selalu Pada saat musyawarah, kepala Meningkatan kembali koordinasi
mengingatkan tentang
pentingnya pemeriksaan dusun, ustad, ketua RW 10 dan antara warga dan pelayanan
dan gizi pada ibu hamil) Kader menerima dan menyetujui kesehatan dalam meningkatkan
2. Promosi kesiapan
rencana kegiatan yang akan pengetahuan tentang suatu topik
penerimaan informasi
3. Edukasi stimulasi anak dilaksanakan. yang di bahas dan perilaku sesuai
untuk membantu orang tua 2. Proses dengan pengetahuan
melihat perkembangan anak
dengan penyakit retardasi a. Memberikan penyuluhan dan 2. Sosialisasi
mental down syndrome diskusi kepada masyarakat Sosialisasi mengenai pentingnya
tentang stimulasi anak untuk stimulasi anak untuk membantu
membantu orang tua melihat orang tua melihat perkembangan
perkembangan anak dengan anak dengan penyakit retardasi
penyakit retardasi mental down mental down syndrome
syndrome
b. Bimbingan sistem kesehatan
( selalu mengingatkan tentang
pentingnya pemeriksaan dan gizi
pada ibu hamil)
c. Promosi kesiapan penerimaan
informasi
3. Hasil
Adanya peningkatan pengetahuan
tentang suatu topik yang di bahas dan
perilaku sesuai dengan pengetahuan
sebesar 80%.
5 Peningkatan manajemen 1.Memberikan Promosi 1. Struktur 1. Koordinasi
kesehatan proses efektif keluarga ( Pada saat musyawarah, kepala Meningkatan kembali koordinasi
2.Promosi keutuhan keluarga dusun, ustad, ketua RW 10 dan antara warga dan pelayanan
utuh Kader menerima dan menyetujui kesehatan dalam meningkatkan
3.Dukungan keluarga untuk rencana kegiatan yang akan kesehatan diri ibu hamil, anak
merencanakan perawatan dilaksanakan. serta lingkungan sekitar
2. Proses 2. Sosialisasi
4. Memberikan promosi proses Promosi mengenai proses efektif
efektif keluarga ( keluarga keluarga, keutuhan keluarga utuh.
memiliki peran besar dalam
kesiapan kesehatan seluruh
anggota keluarga)
5. Promosi keutuhan keluarga utuh
6. Dukungan keluarga untuk
merencanakan perawatan

3. Hasil
Adanya peningkatan pengetahuan
warga tentang meningkatkan
kesehatan diri ibu hamil, anak serta
lingkungan sekitar
Lampiran 2

LAPORAN PENDAHULUAN
DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
DOWN SYNDROME

Disusun Oleh:
Valencia Diana Pattipeilohy
(1490120094)

PROGRAM PROFESI NERS XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Down syndrome merupakan salah satu bentuk retardasi mental, salah satu
penyebab down syndrome adalah adanya kelainan genetik yang dapat terjadi
pada pria dan wanita, kelainan ini tidak selalu diturunkan kepada keturunan
berikutnya. Kelainan genetik yang merupakan hasil dari kelainan kromosom
yang sering ditemukan adalah kelebihan kromosom 21 atau trisomy 21,
adanya abnormalitas kromosom menyebabkan retardasi mental atau
keterbelakangan mental yang terjadi pada penderita down syndrome (Yusuf
& Hanik, 2015).
Anak down syndrome memiliki tiga karakteristik yang berbeda dengan
anak normal pada umumnya, yaitu memiliki taraf Intelligence Quotient (IQ)
rendah, keterbelakangan fisik, dan keterbelakangan mental). Berdasarkan
penampilan fisik penderita down syndrome secara umum sangat mudah
dikenali dengan wajah yang khas dengan mata sipit yang menyudut ke atas,
jarak antara kedua mata atau fundus mata berjauhan dengan tampak sela
hidung yang rata, kepala agak kecil, lalu mulut kecil dengan lidah yang
menjulur keluar, dan gambaran telapak tangan yang tidak normal terdapat satu
garis besar melintang (Soetjiningsih, 2016).
Komplikasi jika anak dengan down syndrome tidak tertangani dengan baik
akan menimbulkan antara lain : sakit jantung berlubang (mis: Defek septum
atrium atau ventrikel dan tetralogi fallot), mudah mendapat selesema, radang
tenggorok, radang paru-paru, kurang pendengaran, lambat/bermasalah dalam
berbicara, penglihatan kurang jelas, penyakit azheimer’s (penyakit
kemunduran susunan syaraf pusat) dan Leukemia (penyakit dimana sel darah
putih melipat ganda tanpa terkendalikan) (Nurarif, 2015).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan wawasan dan kemampuan keluarga dalam melakukan
deteksi dini terhadap penyakit down syndrome di keluarga.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat:
a. Menyebutkan pengertian down syndrome
b. Menyebutkan faktor pencetus down syndrome
c. Menyebutkan tanda dan gejala down syndrome
d. Menyebutkan pencegahan down syndrome
e. Menyebutkan Pengobatan down syndrome

C. Sasaran
Seluruh masyarakat Desa Margahayu (Caringin).

D. Hasil yang diharapkan


a. Adanya peningkatan pengetahuan Masyarakat Margahayu
(Caringin) tentang down syndrome, diukur dari hasil penjelasan yang telah
diberikan.
b. Masyarakat Margahayu (Caringin) aktif sebagai pendidik
melakukan kegiatan ini.
c. Bentuk Kegiatan dilaksanakan selama 30 menit.
d. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi dan pemantauan
secara periodik terhadap kegiatan Masyarakat Margahayu (Caringin).

E. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu
melaksanakan 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak
antara peserta satu dengan yang lain) selama 30 menit

F. Waktu dan tempat


Hari/tggl : Senin, 02 Agustus 2021
Pukul : 10 : 00 – 10 : 30 WIB
Tempat : Rumah Kepala RW Masyarakat Margahayu (Caringin).
G. Rencana Kegiatan
1. Topik : Penyakit Retardasi Mental (Down Syndrome)
2. Metode : Diskusi dan Tanya Jawab
3. Media : Leaflet, Lembar Balik, Power Point
4. Waktu : 30-45 menit
5. Tempat : Rumah Kepala RW Masyarakat Margahayu (Caringin).
H. Nara sumber
Penyaji : Mahasiswa PPN XXV (Valencia D Pattipeilohy)

I. Strategi
1. Membuat media yang mudah dibaca dan dimengerti
2. Menjelaskan mengenai:
a) Pengertian down syndrome
b) Faktor pencetus down syndrome
c) Tanda dan gejala down syndrome
d) Cara pencegahan dan pengobatan down syndrome

J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Alat dan media penyuluhan tersedia.
b. Permintaan izin tempat 1 minggu sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi proses
a. Persiapan dilakukan 30 menit sebelum pertemuan dimulai
b. Anggota masyarakat kooperatif dan berperan serta aktif selama
penyuluhan berlangsung
c. Penyuluhan berjalan lancar dan diskusi tanya jawab dapat berjalan
dengan baik
d. Mendapat masukan dari mahasiswa Program Profesi Ners XXV
3. Evaluasi Hasil
a. 80 % anggota keluarga berperan serta aktif selama penyuluhan
b. 85 % anggota masyarkat mengatakan sangat bermanfaat mengikuti
penyuluhan ini karena selama ini anggota keluarga merasa kurang
pengetahuan mengenai penyakit down syndrome
SATUAN ACARA PENYULUHAN DOWN SYNDROME

Pokok bahasan : Penyakit Retardasi Mental


Subpokok Bahasan : Down Syndrome
Sasaran : Masyarakat Desa Margahayu (Caringin)
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal : Senin, 02 Agustus 2021

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan seluruh
warga dapat memahami tentang down syndrome.
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, seluruh warga dapat
menjelaskan :
1. Menyebutkan pengertian down syndrome
2. Menyebutkan faktor pencetus down syndrome
3. Menyebutkan tanda dan gejala down syndrome
4. Menyebutkan pencegahan down syndrome
5. Menyebutkan pengobatan down syndrome
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian down syndrome
2. Faktor pencetus down syndrome
3. Tanda dan gejala down syndrome
4. Pencegahan down syndrome
5. Pengobatan down syndrome
C. Kegiatan Pembelajaran
Rencan kegiatan pembelajaran Waktu
No
Komunikator Komunikan
1 Apersepsi
 Memberi salam dan Menjawab salam 5 menit
memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan Mendengarkan
penyuluhan dan tema
penyuluhan
 Pre test
2 Isi
 Menjelaskan materi Mendengarkan 15
penyuluhan mengenai menit
pengertian Pengertian
down syndrome, factor
pencetus down
syndrome, tanda dan
gejala down syndrome,
pencegahan down
syndrome, dan
pengobatan down
syndrome.
 Memberikan Mengajukan 5 menit
kesempatan kepada pertanyaan
komunikan untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
3 Penutup
 Memberikan Menjawab
pertanyaan akhir
sebagai evaluasi
 Menyimpulkan Mendengarkan 5 menit
bersama-sama hasil
kegiatan penyuluhan
 Menutup penyuluhan Menjawab salam
dan mengucapkan
salam

D. Metode dan Media


Metode: Ceramah, dan Tanya Jawab
Media : Leaflet dan Lembar Balik, Power Point
E. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis : Lisan/kuesioner
Bentuk : Menjawab pertanyaan
Butir - butir pertanyaan :
1. Menyebutkan kembali pengertian down syndrome dengan benar
2. Menyebutkan 3 dari 5 factor pencetus down syndrome
3. Menyebutkan 2 dari 3 tanda dan gejala down syndrome
4. Menyebutkan 3 dari 4 cara pencegahan down syndrome
5. Menyebutkan 1 dari 2 cara pengobatan down syndrome
MATERI PENYULUHAN
DOWN SYNDROME

A. PENGERTIAN DOWN SYNDROME


Down Syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan fisik dan
mental yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom
yang gagal memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wiyani, 2014).
Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan
kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom
untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down syndrome
adalah abnormalitas kromosom yang ditandai dengan berbagai derajat
retardasi mental dan efek fisik yang berhubungan;dikenal juga sebagai
trisomy 21 (Bernstein & Shelov, 2017).

B. FAKTOR PENCETUS DOWN SYNDROME


Menurut Soetjiningsih (2016), factor – factor pendukung yang
menyebabkan terjadinya down syndrome pada anak terjadi karena kelainan
kromosom. Kelainan kromosom kemungkinan disebabkan oleh :
6. Faktor Genetik
Keluarga yang mempunyai anak dengan down syndrome memiliki
kemungkinan lebih besar keturunan berikutnya mengalami down
syndrome dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak dengan
down syndrome.
7. Usia Ibu Hamil
Usia ibu hamil yang diatas 35 tahun kemungkinan melahirkan anak
dengan down syndrome semakin besar karena berhubungan dengan
perubahan endokrin terutama hormone seks antara lain peningkatan
sekresi androgen, peningkatan kadar LH (Luteinizing Hormone) dan
peningkatan kadar FSH (Follicular Stimulating Hormone).
8. Radiasi
Ibu hamil yang terkena atau pernah terkena paparan radiasi terutama
diarea sekitar perut memiliki kemungkinan melahirkan anak dengan down
syndrome.
9. Autoimun
Autoimun tiroid pada ibu yang melahirkan anak down syndrome berbeda
dengan ibu yang melahirkan anak normal.
10. Umur Ayah
Kasus kelebihan kromosom 21 sekitar 20-30 % bersumber dari ayahnya.

C. TANDA DAN GEJALA DOWN SYNDROME


Menurut Soetjiningsih (2016), anak dengan down syndrome seringkali
memiliki berbagai kelainan mental dan malformasi karena ada bahan
ekstragenetik dari kromosom 21. Fenotipnya bervariasi, tetapi umumnya
didapat gambaran konstitusional yang cukup bagi klinis untuk menduga
down syndrome seperti : derajat gangguan mental bervariasi antara ringan
(IQ=50-70), sedang (IQ=35-50), berat (IQ=20-35). Terjadi pula peningkatan
risiko kelainan jantung kongential sebesar 50% dan <1% akan kehilangan
pendengaran.
Adapun ciri fisik pada anak dengan down syndrome anatara lain
brakisefali, celah antara jari kaki pertama dan kedua, kulit berlebih di
pangkal leher, hiperfleksibilitas, telinga yang abnormal (letak rendah,
terlipat, stenosis meatus), protursi lidah akibat palatum kecil dan sempit,
batang hidung datar, jari kelima pendek dan bengkok kedalam, tangan
pendek dan lebar, gemuk dan garis transversal tunggal pada telapak tangan.
Beberapa bentuk kelainan pada anak dengan syndrom down :
21. Sutura sagitalis yang terpisah
22. Fisura parpebralis yang miring
23. Jarak yang lebar antara kaki
24. Fontanela palsu
25. Plantar crease jari kaki I dan II
26. Hyperfleksibikit
27. Peningkatan jaringan sekitar leher
28. Bentuk palatum yang abnormal
29. Hidung hipoplastik
30. Kelemahan otot dan hypotonia
31. Bercak brushfield pada mata
32. Mulut terbuka dan lidah terjulur
33. Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut
mata sebelah dalam.
34. Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
35. Jarak pupil yang lebar.
36. Oksiput yang datar.
37. Tangan dan kaki yang pendek serta lebar.
38. Bentuk/struktur telinga yang abnormal.
39. Kelainan mata, tanga, kaki, mulut, sindaktili
40. Mata sipit

D. PENCEGAHAN DOWN SYNDROME


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down
antara lain :
3. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan
awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di
atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down
syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down
Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
4. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau
Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu
saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip
sindrom down dapat di non aktifkan (Kemenkes RI, 2015).

E. PENGOBATAN DOWN SYNDROME


1. Penatalaksanaan Keperawatan Mandiri
a. Memberikan terapi bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan
yang sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya.
Namun, karena perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua
kurang menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut.
Dengan demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih
permainan dan aktivitas olahraga yang sesuai. Jenis permainan
didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun kebutuhan
terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai
beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan
untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara, pandangan, dan
sensasi yang berbeda.
Permainan yang sesuai meliputi suara musik yang bergerak,
mainan yang diisi, bermain air, menghanyutkan mainan, kursi atau
kuda yang dapat bergoyang, bermain ayunan, bermain lonceng, dan
bermain mobil-mobilan. Anak harus dibawa bermain keluar, misalnya
jalan-jalan ke toko makanan atau pusat pembelanjaan; orang lain harus
diberi semangat untuk berkunjung kerumah; dan anak seharusnya
berhubungan langsung, misalnya mendekap, memeluk, mengayun,
berbicara kepada anak dalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah),
dan menaikkan anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan
merupakan mainan air yang baik;yang mendorong permainan interaktif
dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric,
misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar.
Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis kancing yang
berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian.
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat
belajar memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang
mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt
digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan
tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada
ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi,
dan Kesehatan anak
b. Edukasi pada orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena
kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu,
hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan.
Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan
anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa
anak dengan syndrome down itu juga memiliki hak yang sama dengan
anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan dan edukasi
terkait dengan hygiene pada masalah gigi.
c. Intervensi dini
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang
dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan
lingkungan bagi anak dengan sindrom Down. Akan mendapatkan
manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus
dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian
diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar
makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk
perkembangan fisik dan mental (Bernstein & Shelov, 2017).
2. Penatalaksanaan Kolaborasi
d. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi
adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih
cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
e. Pemeriksaan Dini
5) Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal
kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal
kehidupannya.
6) Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
7) Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom Down akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada
masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah
dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
8) Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan
tulang yang dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa
(spina servikalis)
f. Pemberian obat
Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:
5) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril],
haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
6) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda deficit
perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
7) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
8) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
(Bernstein & Shelov, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Daniel & Shelov, Steven. 2017. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Mahasiswa Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: EGC

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Soetjiningsih.2016. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wiyani, Novan Adri. 2014. Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yusuf, Rizky Fitriyasari., & Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Lampiran 3
Soal ukom berbasir MCQ sesuai kasus

1. Pengkajian di dalam suatu desa menunjukan data terdapat : 51 % anak dengan


retardasi mental down syndrome. Masyarakat khususnya orang tua anak-anak
tersebut kesulitan dalam merawat dan belum pernah diberikan pendidikan
ataupun informasi tentang kesehatan anak berkebutuhan khusus.
Apakah peran utama perawat pada kasus tersebut ?
a. Conselor
b. Educator
c. Motivator
d. Care giver
e. Advocator
Jawaban B
Rasional : 33 % anak dengan retardasi mental yaitu down syndrome. Masyarakat
khususnya orang tua anak tersebut kesulitan dalam merawat dan belum pernah diberikan
pendidikan ataupun informasi tentang kesehatan anak berkebutuhan khusus.
Peran perawat sebagai educator adalah membantu masyarakat dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga
terjadi perubahan perilaki dari masyarakat setelah dilakukan Pendidikan kesehatan
Referensi : effendi & Makfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik Dalam Keperawata. Jakarta: Salemba Medika

2. Dalam suatu desa didapatkan data pengkajian 51% anak dengan retardasi mental
down syndrome, 30% tergolong derajat gangguan mental ringan (IQ = 50-70) dan
21% tergolong derajat gangguan mental sedang (IQ = 35-50). Kader posyandu
anak dan balita mengatakan bahwa hanya 5% dari orang tua anak-anak tersebut
yang mau rutin untuk memerikasakn kesehatan di Posyandu setempat.
Bagaimana strategi intervensi pemecahan masalah untuk membentuk perilaku
sehat dan mandiri pada masyarakat tersebut ?
a. Pemberdayaan
b. Proses kelompok
c. Bina suasana
d. Kemitraan
e. Partisipasi

Jawaban B
3 Rasional : Dalam suatu desa didapatkan data pengkajian 33% anak dengan retardasi

mental down syndrome, 20% tergolong derajat gangguan mental ringan (IQ = 50-70) dan
13% tergolong derajat gangguan mental sedang (IQ = 35-50). Kader posyandu anak dan
balita mengatakan bahwa hanya 5% dari orang tua anak-anak tersebut yang mau rutin
untuk memeriksakan kesehatan di Posyandu setempat.
Proses kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya
masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi.
Referensi : effendi & Makfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik Dalam Keperawata. Jakarta: Salemba Medika
3. Seorang perawat melakukan kegiatan pengkajian keperawatan di sebuah RW
dengan cara berkeliling wilayah binaan dan melakukan wawancara dengan tokoh
masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran tentang kondisi dan situasi suatu wilayah.
Apakah metode pengkajian yang dilakukan oleh perawat diatas ?
a. Analisa data sekunder
b. Observasi terstruktur
c. Windshield survey
d. Interview
e. Angket

Jawaban C
Rasional : Metode pengkajian keperawatan komunitas antara lain : Windshield survey,
observasi terstruktur, FGD, interview dan angket
Windshield Survey adalah metode pengkajian keperawatan komunitas dengan cara
berkeliling melakukan pemeriksaan masyarakat dengan berkeliling melakukan
pemeriksaan masyarakat dengan berkeliling wilayah binaan dan melakukan wawancara
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran tentang kondisi dan situasi suatu wilayah.
Referensi : Achyar, Komang Ayu, H. (2014). Asuhan Keperawatan Komunitas. Hal 21.
Jakarta. EGC

4. Hasil pengkajian di suatu desa didapatkan data 51 % anak dengan retardasi mental
down syndrome. Masyarakat khususnya para orang tua anak-anak tersebut
kesulitan dalam merawat dan 32% para orang tua belum mengetahui penyakit
retardasi mental down syndrome. Apakah diagnosa keperawatan yang paling
tepat pada komunitas tersebut ?
a. Defisit pengetahuan
b. Perilaku cenderung beresiko
c. Defisiensi kesehatan komunitas
d. Managemen kesehatan tidak efektif
e. Pemeliharan kesehatan tidak efektif

Jawaban A
Rasional : defisit pengetahuan adalah Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu

Penyebab

1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
5. Seorang perawat melakukan kunjungan di suatu desa pada sebuah rumah yang
6. Kurang mampu mengingat
merawat anak denganmenemukan
7. Ketidaktahuan down syndrome.
sumberBerdasarkan
informasi hasil pengkajian orang tua
anak tersebut mengalami psikologis dan ekonomi karena beban harus merawat anak
Referensi : SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dengan down syndrome padaJakarta:
waktu Dewan
yang lama. Perawat berencana mendatangkan
dan Indikator Diagnostik. Pengurus PPNI
psikolog dan tenaga sosial untuk bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut.
Apa peran perawat yang dilakukan ?
a. Educator
b. Role Model
c. Mediator
d. Conselor
e. Kolabolator

Jawaban E
Rasional : 33 % anak dengan retardasi mental yaitu down syndrome. Masyarakat
khususnya orang tua anak tersebut kesulitan dalam merawat dan belum pernah diberikan
pendidikan ataupun informasi tentang kesehatan anak berkebutuhan khusus.
Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya

Anda mungkin juga menyukai