Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

RETARDASI MENTAL PADA ANAK


Di Susun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengajar : Siti Nur Kholifa

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Tingkat 3 E / Semester 6
1. Fajar Imaniyah Lutfi (201601160)
2. Fera Andaresta (201601167)
3. Fitri Nur Kholifah (201601173)
4. Lulus Yulianti (201601169)
5. Chyntia Rizki pratiwi (201601185)
6. Indah Zelvi Wulandari (201601191)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat serta Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga, yang berjudul “Retradasi Mental
Pada Anak”.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan, kepada dosen pengajar
dan teman-teman sejawat yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya untuk menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca, agar penyusunan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi ke
depannya.

Mojokerto, 29 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGATAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Retardasi Mental ........................................................................3
2.2 Etiologi Retardasi Mental ............................................................................4
2.3 Klasifikasi Retardasi Mental ........................................................................5
2.4 Pathofisiologi ...............................................................................................6
2.5 Pathway Retardasi Mental ...........................................................................7
2.6 Cara Pencegahan Retradasi Mental .............................................................7
2.7 Komplikasi ...................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan medis retardasi Mental .....................................................9
2.9 Uji Laboratorium Diagnostik .......................................................................10
2.10 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................10
BAB 3 KASUS ..........................................................................................................11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................27
4.2 Saran ...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan
ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang
kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak
yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat.
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang
seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan
proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang
terpenting.
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di
negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang
berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus
baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi
mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian
melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan.
Berdasarkan uraian diatas kami selaku mahasiswa keperawatan
tertarik untuk membuat makalah mengenai Retardasi Mental

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian retardasi mental ?
2. Bagaimana etiologi retardasi mental ?
3. Bagaimana klasifikasi retardasi mental ?
4. Bagaimana pathofisiologi dan pathway retradasi mental?
5. Bagaimana carapencegahan retardasi mental ?
6. Apa saja komplikasi yang disebabkan dari retardasi mental ?
7. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental ?
8. Apa saja uji laboratorium diagnostik dari retradasi mental

1.3. Tujuan Penulisan


Mengetahui yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari retardasi
mental, mengenal macam-macam pembagian mengenai retardasi mental,
gejala yang mucul pada retardasi mental, penegakkan diagnosis nya dan
prognosis pada retardasi mental serta penatalaksanaan yang diberikan pada
retardasi mental

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Retardasi Mental


ICG ( WHO, 1992 ) retardasi mental ialah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai dengan adanya hendaya ( impairment) keterampilan ( kecakapan,
skill ) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh terhadap
intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
DSM IV ( 1994 ) retardasi mental merupakan gangguan yang
ditandai oleh fungsi intelektual IQ yang di bawah rata – rata ( IQ kira –
kira 70 atau lebih rendah yang bermula sebelum usia 18 tahun disertai
dengan prilaku adaptif.
American Assosiation For Mental Deficiency ( AAMD ) yaitu :
retardasi mental adalah keadaan dimana intelegensia umum berfungsi di
bawah rata – rata, yang bermula sewaktu masa perkembangan dan disertai
gangguan pada tingkah laku penyesuaian.
American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 :
Kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak -
kanak (sbl 18 tahun) ditandai dengan fs. Kecerdasan dibawah normal ( IQ
70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL;
ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan
keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.

3
2.2 Etologi Retardasi Mental
a. Penyebab Organik
a) Faktor prenatal
- Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)
- Sindrom Fragile X
- Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene, neurofibromatosis
( tipe 1)
- Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
b) Faktor perinatal
- Abrupsio plasenta
- Diabetes maternal
- Kelahiran premature
- Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial
c) Faktor pasca natal
- Cedera kepala
- Infeksi
- Gangguan degenerative
b. Penyebab Non Organik
a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b) Sosial cultural
c) Interaksi anak kurang
d) Penelantaran anak
c. Gangguan Pesikriatis Berat
Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris
berat dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan
Anak FKUI, Jakarta ).
d. Penyebab Lain
a) Keturunan

4
b) Pengaruh lingkungan
c) Kelainan mental lain

2.3 Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi Retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
a. Retardasi mental berat sekali
IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang
terkena Retardasii mental.
b. Retardasi mental berat
IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang
terkena Retardasi mental.
c. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang
terkena Retardasi mental.
d. Retardasi mental ringan
IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang
terkena Retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan Retardasi
mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat
pertama atau kedua disekolah.
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah
sebagai berikut:
a. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan
diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan
ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis
bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan
tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti
orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang
mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan
dari keluarganya.

5
b. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi
mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja,
tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll.
Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga
perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga
kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri
sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
c. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain
adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari
orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe
klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini
seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

6
2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup
sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum
usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (
IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan
sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan
dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara
dini pada masa kanak-kanak.

2.5 Clinical Pathway

1.Prenatal 2. Perinatal 3.Pascanatal

Ketidakmampuan kognitif
(IQ <70-75)

Berbicara berbahasa ketrampilan


merawat

7
2.6 Cara Pencegahan Retardasi Mental
a. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40
tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
b. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu
cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang
kogenital, operasi tidak menolong).
c. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya
disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah,
hiperaktif atau dektrukstif.

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan


pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental .Orang tua
sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi
penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat
anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat
(metabolisme) sel-sel otak.

Latihan dan Pendidikan


Pendidikan anak dengan Retardasi mental secara umum ialah:
Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada,
memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial dan mengajarkan
suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :

8
1. Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan.
2. Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan
sosial.
3. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan
kedudukan sosial.
4. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran
disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik
perlu disertai hadiah.

2.7 Komplikasi Retardasi Mental


a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
2.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi
dan sangat individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak
penanganan multidisiplin merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat
rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual
untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk
itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan mental anak
terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik
anak, menganalisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang
mungkin ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan
untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi
terapi. Seringkali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila
anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya

9
menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan
dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk
merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang
perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa
untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai
keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang
diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan
orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan
psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik
antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam
strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga
lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu
diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat
menerima anak.
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di
sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka
dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya
suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan
tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan
seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan
seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring
terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan
kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan
perilaku yang membahayakan diri sendiri.
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.

10
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil).
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal ).

2.9 Uji Laboratorium Diagnostik


a. Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of
infant development ).
b. Uji perkembangan seperti DDST II.
c. Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of
the adaptive behaviour scales ).

2.10 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
c. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

11
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
An. O berusia 18 tahun mengalami gangguan perkembangan dan
intelektual, kesulitan berbicara, serta rambut An. O mengalami kebotakan.
Selain itu ia sangat sulit untuk mempelajari hal baru. Ibu E dulu sering
membawa An. O ke pelayanan kesehatan. Namun Ibu E merasa tidak ada
perkembangan, Ibu merasa bosan dan memutuskan untuk tidak membawa An.
O ke pelayanan kesehatan lagi.
Bp. B bekerja sebagai wiraswasta, dimana gaji perbulannya kira-kira
sekitar Rp 2.500.000, dan Ibu E tidak bekerja. Gaji Bapak B digunakan untuk
keperluan sehari-hari. Selain itu, keluarga Bapak B memiliki tabungan di bank,
setiap bulannya menabung sebanyak 20% dari total gajinya.

3.2 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anak Retardasi Mental


A. Data Identitas
1. Nama kepala keluarga : Bp. B
2. Alamat : RT01/15 Kel. Pancoran Mas
3. Komposisi keluarga :
Jenis Hub dgn
No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin KK
1 Bpk B. Lk KK 45 thn SMA Wiraswasta
2 Ibu E. Pr Istri 38 thn SMA IRT
3 An. O Pr Anak 18 thn SLB (SD) Siswa

12
Genogram:

= laki – laki
= perempuan
= tinggal serumah

4. Tipe keluarga
Tipe keluarga pada kasus diatas merupakan keluarga inti (nuclear family),
karena terdiri dari suami (Bapak B), isteri (Ibu E) dan seorang anak (An. O)
tinggal dalam satu rumah dan mempunyai ikatan perkawinan
5. Latar belakang budaya
Indonesia keturunan Manado, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia.
6. Identifikasi agama
Seluruh anggota keluarga beragama Kristen. Keluarga rutin beribadah pada
hari Minggu.
1. Status sosial ekonomi keluarga :
Bp. B bekerja sebagai wiraswasta, dimana gaji perbulannya kira – kira sekitar
Rp 2.500.000, dan Ibu E tidak bekerja, sedangkan anaknya masih berusia 2
tahun. Gaji Bapak B digunakan untuk keperluan sehari – hari. Selain itu,
keluarga Bapak B memiliki tabungan di bank, setiap bulannya menabung
sebanyak 20% dari total gajinya.

13
2. Aktivitas rekreasi keluarga :
Ibu E mengatakan rekreasi keluarga yang sering dilakukan dengan menonton
tv bersama, serta berkunjung ke rumah oma dan opa satu kali seminggu,
Mereka tidak memiliki tempat rekreasi khusus.

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini, yaitu tahap ke-5;
Keluarga pada kasus diatas merupakan keluarga dengan anak dewasa,
karena dalam keluarga ini terdapat anak dewasa berumur 18 tahun.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa yaitu:
a. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga
besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu anak untuk mendiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, yaitu:
a. Memperluas jaringan dari keluarga inti menjadi keluarga besar. Tugas
ini belum terpenuhi karena An. O mengalami masalah kesehatan, yang
berhubungan dengan kelambatan perkembangan intelektual, sehingga
keluarga Bapak B belum bisa menjadi keluarga besar, karena masalah
tersebut.
b. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
Keluarga Bapak B belum bisa memenuhi tugas ini karena keterbatasan
yang di miliki oleh An. O menyebabkan An. O dengan usia yang
mulai dewasa belum bisa melakukan segala hal secara mandiri dan
harus di bantu oleh kedua orang tuanya.
3. Riwayat keluarga inti
a. Riwayat penyakit keturunan : Dari hasil wawancara didapatkan tidak
ada anggota keluarga Bapak B. yang memiliki penyakit keturunan
seperti hipertensi, ataupun diabetes melitus, dll.
b. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini :

14
 Bapak B. : hingga saat ini mengatakan tidak ada keluhan.
 Ibu E. : Ibu E mengatakan saat ini tidak ada keluhan.
 An. O : Ibu E mengatakan An. O hingga saat ini tidak ada keluhan,
namun An. O mengalami gangguan perkembangan dan
keterbatasan intelektual atau yang di sebut dengan retardasi mental
 Sumber pelayanan kesehatan : Praktik Dokter Swasta
c. Perhatian terhadap pencegahan penyakit : sanitasi lingkungan dijaga
dengan baik, seperti rutin membersihkan lingkungan di sekitar rumah
mereka, memakan makanan yang sehat, bersih, dan bergizi.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Bapak B belum pernah sakit parah ataupun di rawat di rumah sakit, Ibu E
sejak dahulu memiliki riwayat alergi makanan udang, An. O pernah di
operasi beberapa kali untuk mengangkat kelenjar yang berada di lehernya.

C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Sebuah rumah permanen milik pribadi, jumlah ruangan 5, yaitu 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga, 1 dapur keluarga. i.
Keluarga sering berkumpul di ruang keluarga. Keadaan rumah terlihat
cukup memadai dan perabot rumah yang cukup lengkap dan tertata baik.
Sumber air minum yang digunakan adalah air perpipaan artesis.
Lingkungan fisik disekitar rumah terlihat bersih.
Denah rumah :

3 4 Keterangan :
1. Ruang Tamu
6 2. Kamar Tidur

5 3. Dapur
1 2
7 4. Kamar Mandi
5. Kamar Tidur
Lantai 1 Lantai 2 6. Kamar Tidur

15
2. Karakteristik tetangga dan komunitas :
Bapak B tinggal di pinggiran Kota Palembang, dimana lingkungannya
sudah banyak tercemar polusi, tetapi kadang masyarakat belum menyadari
akan kebersihan lingkungannya. Kebanyakan tetangga di lingkungan
sekitar Bapak B bekerja sebagai wiraswasta saling memperhatikan satu
sama lain.
3. Mobilitas geografis keluarga
Anggota keluarga tinggal dalam komunitas dan lingkungan sekitar rumah
yang sama selama kehidupan mereka.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat
Keluarga Bapak B selalu berdiskusi pada malam hari mengenai kegiatan
yang telah dilakukan pada siang hari. Bapak B tidak mengikuti organisasi
kemasyarakatan karena kesibukan dalam bekerja, akan tetapi Bapak B
mengikuti kegiatan dari gereja yang ada di tempatnya
5. Sistem pendukung keluarga
Ibu E selalu mendukung apabila Bapak B mendapatkan masalah di
pekerjaannya

A. Struktur Keluarga
1. Pola dan proses komunikasi keluarga
Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka,
dimana setiap anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
2. Struktur Kekuatan Keluarga:
Keluarga Bapak B saling menghargai satu sama lain, saling membantu
dalam mengatasi masalah keluarga. Apabila ada masalah, Ibu E selalu
mendiskusikan dengan suaminya
3. Struktur Peran Keluarga
Peran formal:
 Bapak B: sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,.
 Ibu E: istri dan ibu rumah tangga, mempertahankan komunikasi, serta

16
memonitor hubungan keluarga.
 An. O: sebagai anak
Peran informal:
 Bapak B: berperan sebagai motivator bagi keluarga.
 Ibu E: seorang yang tunduk dan patuh kepada suaminya, bertanggung
jawab pada kehidupan rumah tangga dan sebagai penyeimbang dalam
keluarga.
 An. O: berperan sebagai penyemangat Bapak B dan Ibu E untuk tetap
menajalankan kehidupan.
4. Nilai-nilai dan norma keluarga
Keluarga Bapak B menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan
sesuai dengan ajaran agama kristen dan mengharapkan anaknya menjadi
anak yang taat dalam menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan menggunakan sabun dan air mengalir atau tidak
menggunakan kobokan.
Keluarga Bapak B mengungkapkan bahwa kesehatan itu penting
mereka juga menyisihkan sedikit tabungannya untuk biaya kesehatan.

B. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota
keluarga Bapak B sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain sangat baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka
saling membantu, atau jika kesulitan dana maka anggota keluarga lain
saling membantu sesuai dengan kemampuannya.
2. Fungsi sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Bapak B baik. Mematuhi serta
menghormati norma dan budaya keluarga, namun An. O sering bermain
sendiri di luar rumah.

17
3. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan
untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
4. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga memerlukan
sumber keuangan. Fungsi ini tidak sulit dijalankan pada keluarga. Karena
pengeluaran hanya sebatas untuk kebutuhan sehari-hari, dan keluarga Bp.
B tidak memiliki hutang.
5. Fungsi perawatan keluarga
a. Keluarga mampu mengenal masalah keluarga bapak B mengetahui
bahwa anaknya mengalami gangguan perkembangan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat keluarga bapak B
dulu pernah membawa anaknya berobat, akan tetapi saat ini sudah
tidak pernah membawa anaknya berobat kembali karena merasa
anaknya tidak mengalami masalah kesehatan.
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit Ibu E mengatakan kurang mengerti cara merawat An. O
untuk memenuhi kebutuhannya
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Kelurga Bapak B bisa
membuat lingkungan rumah yang nyaman bagi An. O
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia di lingkungan Menurut Ibu E, keluarga sudah tidak
membawa An. O ke pelayanan kesehatan karena merasa bosan
dengan pengobatan dan sudah pasrah dengan takdir tentang keadaan
An. O
C. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Friedman (1998), membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga yaitu:
1. Mengenal adanya gangguan kesehatan setiap anggotanya,
2. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat,
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat,

18
maupun yang tidak sakit dan memerlukan bantuan,
4. Mempertahankan keadaan lingkungan keluarga yang dapat menunjang
peningkatan status para anggotannya, dan
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan.

D. Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor
 Stresor Jangka pendek: Ibu E menyatakan dirinya merasa bosan dan
jenuh diam di rumah tidak melakukan aktifitas karena sebelumnya
pernah bekerja di pabrik.
 Stresor Jangka Panajang: Ibu E mengatakan merasa khawatir dengan
keadaan anaknya sekarang Ibu E mengatakan An. O sering mengamuk
apabila keinginannya tidak di ikuti
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah
Mendikskusikan bersama dengan Bapak B mengenai masalah yang
terjadi di dalam keluarganya.
3. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah Bapak B dan Ibu E selalu mencari informasi yang
lengkap, terbuka, menggunakan kekuatan ikatan keluarga, minta nasehat
orang tuanya dan mencari juga dukungan spiritual.

19
E. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan
keluarga.
Pemeriksaan Bapak B Ibu E Anak O
Tanda Vital N : 85 x/menit N : 88 x/menit N : 80
RR : 20x/menit RR : 20 x/menit RR : 20
S : 370C S : 370C S : 37
TD: 130/90 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 110/80
BB dan TB BB : 63 Kg BB : 49 Kg BB : 55
TB : 175 cm TB : 160 cm TB : 155
Kepala Rambut besih, tidak Rambut besih, Terjadi kebotakan,
ada luka tidak ada luka rambut tipis, tidak
maupun benjolan ada luka maupun
benjolan,
Mata Tidak Anemis Tidak Anemis Tidak
Anemis
Hidung Tidak Bersekret Tidak Bersekret Tidak
Bersekret
Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab,
menelan tidak sulit menelan tidak sulit menelan tidak sulit,
berbicara tidak
jelas, kesulitan
berbicara.
Leher Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan,
dan kelenjar limfe dan kelenjar limfe dan kelenjar limfe
tidak membesar tidak membesar tidak membesar, ada
bekas operasi
pengangkatan
kelenjar

20
Dada Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan
paru normal paru normal paru normal
Abdomen Tidak ada kembung Tidak ada kembung Tidak ada kembung
Genitalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Tangan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Kaki Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

H. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan Ibu E terhadap
petugas kesehatan atau sarana kesehatan yang ada. Keluarga Bapak B
menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat ke rumahnya, dan
sangat berharap perawat dapat membantu keluarganya dalam mencegah
penyakit dan mengatasi masalah kesehatan

Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah


1. DS: Ketidakmampuan Gangguan pertumbuhan
Ibu E mengatakan sudah keluarga Bapak B dan perkembangan pada
bosan membawa An. O ke membawa An.O An. O keluarga Bp. B
pelayanan kesehatan. ke pelayanan berhubungan dengan
DO: kesehatan ketidakmampuan
- An. O mengalami keluarga Bapak B
gangguan perkembangan membawa An.O ke
dan intelektual. pelayanan kesehatan
- An. O kesulitan ditandai dengan An. O
berbicara. mengalami gangguan
- Rambut An. O perkembangan dan
mengalami kebotakan . intelektual, serta
kesulitan berbicara.

21
Rumusan diagnosa keperawatan keluarga:
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada An. O keluarga Bp. B
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Bapak B membawa An.O
ke pelayanan kesehatan.
Skoring prioritas masalah
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada An. O keluarga Bp. B
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Bapak B membawa An.O ke
pelayanan kesehatan.
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
a. Sifat masalah : aktual 3 1 3/3x1=1 An. O mengalami retardasi
mental ditandai dengan
gangguan perkembangan dan
intelektual, An. O kesulitan
berbicara, rambut An. O
mengalami kebotakan .

Ibu E mengatakan sudah bosan


b. Kemungkinan masalah 0 2 0/2x2= 0
dapat diubah : tidak membawa An. O ke pelayanan
dapat diubah kesehatan.

c. Potensial masalah 1 1 1/3x1=1/3 Keterlambatan pertumbuhan dan


untuk dicegah : rendah perkembangan berpotensi rendah
untuk dicegah karena umur An. O
sudah remaja

d. Menonjolnya masalah: 1 1 1/2x1=1/2 Keluarga merasakan adanya


Tidak perlu segera masalah, tapi tidak ditangani.
ditangani keluarga saat ini tidak membawa
An.O ke pelayanan kesehatan
karena sudah bosan.
Total skor 31/2

22
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DX Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


Umum Khusus Kriteria Standar
1 Setelah dilakukan Tujuan Khusus : Keluarga mampu 1. jelaskan sistem perawatan
tindakan keluarga Setelah melakukan memanfaatkan pelayanan kesehatan bagaimana sistem kerja
mampu kunjungan 5 x 60 menit kesehatan dalam anggota dan apa yang dapat keluarga
membawa An.O keluarga dapat mencapai: keluarga yang sakit
harapkan
ke pelayanan Tuk 5 : 2. Bantu klien untuk memilih
kesehatan. Keluarga mampu
perawatan kesehatan profesional
memanfaatkan fasilitas
3. Intruksikan kepada klien tipe
kesehatan dengan kriteria
pelayanan yang diharapkan dari
hasil: Verbal
Domain IV : pengetahuan setiap tipe penyedia perawatan
tentang kesehatan kesehatan kesehatan
dan perilaku 4. Informasikan kepada klien
Kelas S : pengetahuan tentang perbedaan tipe fasilitas
tentang kesehatan Verbal pelayanan kesehatan
Luaran : pengetahuan

23
sumber-sumber kesehatan 5. Informasikan kepada klien
tingkat pemahaman yang bagaimana cara mengakses
disampaikan tentang pelayanan gawat darurat melalui
sumber-sumber askep yang
telepon
relevan meningkat dari dua
(pengetahuan terbatas )
menjadi empat(baik) dengan
indicator :
1. Sumber perawatan
kesehatan
terkemuka
2. Sumber-sumber
perawatan darurat
3. Strategi untuk
mengakses
layanan kesehatan

24
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Dx Kep Implementasi Hari/tg


Asuhan Keperawatan Keluarga gal
1 Gangguan Implementasi Rabu,
pertumbuhan dan Tuk 1 24
perkembangan  Menjelaskan sistem perawatan kesehatan Maret

pada An. O bagaimana sistem kerja dan apa yang 2014


dapat keluarga harapkan
keluarga Bp. B
 Membantu klien untuk memilih perawatan
b/d
kesehatan profesional
Ketidakmampuan
 Memberi intruksi kepada klien tipe
keluarga Bapak B
pelayanan yang diharapkan dari setiap tipe
membawa An.O
penyedia perawatan kesehatan
ke pelayanan  Menginformasikan kepada klien tentang
kesehatan. perbedaan tipe fasilitas pelayanan
kesehatan
 Menginformasikan kepada klien
bagaimana cara mengakses pelayanan
gawat darurat melalui telepon

25
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Dx Kep Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga Hari/tgl


1 Gangguan Subyektif: Jumat, 16
pertumbuhan  Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang Februari

dan sistem perawatan kesehatan serta bagaimana 2007

perkembangan sistem kerjanya

pada An. O
Obyektif:
keluarga Bp. B
 Keluarga memperhatikan penjelasan yang
b/d
disampaikan dan menanyakan penjelasan
Ketidakmampu
yang belum jelas
an keluarga
Bapak B Analisa:
membawa An.O Tujuan sebagian tercapai
ke pelayanan
kesehatan. Perencanaan :
 Berikan motivasi pada keluarga untuk
mengambil keputusan untuk membawa An. O
yang mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan ke pelayanan kesehatan.

26
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi
mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan
mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap
stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ,
atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia
karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang
ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut,
halusinasi serta delusi yang besar.

4.2. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya
seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan
mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan
merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan
langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat
membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan
menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.

2
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, S. a. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga. Stamford: EGC.
john, g. (2000). diagnosa gejala penyakit untuk para perawat. yogyakarta:
yayasan essentia medica.
kedokteran, k. s. (1982). FKUI. Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Niluh Gede Yasmin Asih, S. (1996). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai