Disusun Oleh:
Kelompok 2
Tingkat 3 E / Semester 6
1. Fajar Imaniyah Lutfi (201601160)
2. Fera Andaresta (201601167)
3. Fitri Nur Kholifah (201601173)
4. Lulus Yulianti (201601169)
5. Chyntia Rizki pratiwi (201601185)
6. Indah Zelvi Wulandari (201601191)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGATAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Retardasi Mental ........................................................................3
2.2 Etiologi Retardasi Mental ............................................................................4
2.3 Klasifikasi Retardasi Mental ........................................................................5
2.4 Pathofisiologi ...............................................................................................6
2.5 Pathway Retardasi Mental ...........................................................................7
2.6 Cara Pencegahan Retradasi Mental .............................................................7
2.7 Komplikasi ...................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan medis retardasi Mental .....................................................9
2.9 Uji Laboratorium Diagnostik .......................................................................10
2.10 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................10
BAB 3 KASUS ..........................................................................................................11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................27
4.2 Saran ...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian retardasi mental ?
2. Bagaimana etiologi retardasi mental ?
3. Bagaimana klasifikasi retardasi mental ?
4. Bagaimana pathofisiologi dan pathway retradasi mental?
5. Bagaimana carapencegahan retardasi mental ?
6. Apa saja komplikasi yang disebabkan dari retardasi mental ?
7. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental ?
8. Apa saja uji laboratorium diagnostik dari retradasi mental
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
2.2 Etologi Retardasi Mental
a. Penyebab Organik
a) Faktor prenatal
- Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)
- Sindrom Fragile X
- Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene, neurofibromatosis
( tipe 1)
- Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
b) Faktor perinatal
- Abrupsio plasenta
- Diabetes maternal
- Kelahiran premature
- Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial
c) Faktor pasca natal
- Cedera kepala
- Infeksi
- Gangguan degenerative
b. Penyebab Non Organik
a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b) Sosial cultural
c) Interaksi anak kurang
d) Penelantaran anak
c. Gangguan Pesikriatis Berat
Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris
berat dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan
Anak FKUI, Jakarta ).
d. Penyebab Lain
a) Keturunan
4
b) Pengaruh lingkungan
c) Kelainan mental lain
5
b. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi
mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja,
tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll.
Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga
perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga
kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri
sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
c. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain
adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari
orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe
klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini
seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
6
2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup
sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum
usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (
IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan
sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan
dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara
dini pada masa kanak-kanak.
Ketidakmampuan kognitif
(IQ <70-75)
7
2.6 Cara Pencegahan Retardasi Mental
a. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40
tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
b. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu
cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang
kogenital, operasi tidak menolong).
c. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya
disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah,
hiperaktif atau dektrukstif.
8
1. Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan.
2. Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan
sosial.
3. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan
kedudukan sosial.
4. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran
disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik
perlu disertai hadiah.
9
menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan
dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk
merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang
perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa
untuk anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai
keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang
diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan
orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan
psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik
antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam
strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga
lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu
diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat
menerima anak.
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di
sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka
dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya
suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan
tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan
seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan
seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring
terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan
kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan
perilaku yang membahayakan diri sendiri.
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
10
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil).
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal ).
11
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
An. O berusia 18 tahun mengalami gangguan perkembangan dan
intelektual, kesulitan berbicara, serta rambut An. O mengalami kebotakan.
Selain itu ia sangat sulit untuk mempelajari hal baru. Ibu E dulu sering
membawa An. O ke pelayanan kesehatan. Namun Ibu E merasa tidak ada
perkembangan, Ibu merasa bosan dan memutuskan untuk tidak membawa An.
O ke pelayanan kesehatan lagi.
Bp. B bekerja sebagai wiraswasta, dimana gaji perbulannya kira-kira
sekitar Rp 2.500.000, dan Ibu E tidak bekerja. Gaji Bapak B digunakan untuk
keperluan sehari-hari. Selain itu, keluarga Bapak B memiliki tabungan di bank,
setiap bulannya menabung sebanyak 20% dari total gajinya.
12
Genogram:
= laki – laki
= perempuan
= tinggal serumah
4. Tipe keluarga
Tipe keluarga pada kasus diatas merupakan keluarga inti (nuclear family),
karena terdiri dari suami (Bapak B), isteri (Ibu E) dan seorang anak (An. O)
tinggal dalam satu rumah dan mempunyai ikatan perkawinan
5. Latar belakang budaya
Indonesia keturunan Manado, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia.
6. Identifikasi agama
Seluruh anggota keluarga beragama Kristen. Keluarga rutin beribadah pada
hari Minggu.
1. Status sosial ekonomi keluarga :
Bp. B bekerja sebagai wiraswasta, dimana gaji perbulannya kira – kira sekitar
Rp 2.500.000, dan Ibu E tidak bekerja, sedangkan anaknya masih berusia 2
tahun. Gaji Bapak B digunakan untuk keperluan sehari – hari. Selain itu,
keluarga Bapak B memiliki tabungan di bank, setiap bulannya menabung
sebanyak 20% dari total gajinya.
13
2. Aktivitas rekreasi keluarga :
Ibu E mengatakan rekreasi keluarga yang sering dilakukan dengan menonton
tv bersama, serta berkunjung ke rumah oma dan opa satu kali seminggu,
Mereka tidak memiliki tempat rekreasi khusus.
14
Bapak B. : hingga saat ini mengatakan tidak ada keluhan.
Ibu E. : Ibu E mengatakan saat ini tidak ada keluhan.
An. O : Ibu E mengatakan An. O hingga saat ini tidak ada keluhan,
namun An. O mengalami gangguan perkembangan dan
keterbatasan intelektual atau yang di sebut dengan retardasi mental
Sumber pelayanan kesehatan : Praktik Dokter Swasta
c. Perhatian terhadap pencegahan penyakit : sanitasi lingkungan dijaga
dengan baik, seperti rutin membersihkan lingkungan di sekitar rumah
mereka, memakan makanan yang sehat, bersih, dan bergizi.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Bapak B belum pernah sakit parah ataupun di rawat di rumah sakit, Ibu E
sejak dahulu memiliki riwayat alergi makanan udang, An. O pernah di
operasi beberapa kali untuk mengangkat kelenjar yang berada di lehernya.
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Sebuah rumah permanen milik pribadi, jumlah ruangan 5, yaitu 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga, 1 dapur keluarga. i.
Keluarga sering berkumpul di ruang keluarga. Keadaan rumah terlihat
cukup memadai dan perabot rumah yang cukup lengkap dan tertata baik.
Sumber air minum yang digunakan adalah air perpipaan artesis.
Lingkungan fisik disekitar rumah terlihat bersih.
Denah rumah :
3 4 Keterangan :
1. Ruang Tamu
6 2. Kamar Tidur
5 3. Dapur
1 2
7 4. Kamar Mandi
5. Kamar Tidur
Lantai 1 Lantai 2 6. Kamar Tidur
15
2. Karakteristik tetangga dan komunitas :
Bapak B tinggal di pinggiran Kota Palembang, dimana lingkungannya
sudah banyak tercemar polusi, tetapi kadang masyarakat belum menyadari
akan kebersihan lingkungannya. Kebanyakan tetangga di lingkungan
sekitar Bapak B bekerja sebagai wiraswasta saling memperhatikan satu
sama lain.
3. Mobilitas geografis keluarga
Anggota keluarga tinggal dalam komunitas dan lingkungan sekitar rumah
yang sama selama kehidupan mereka.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat
Keluarga Bapak B selalu berdiskusi pada malam hari mengenai kegiatan
yang telah dilakukan pada siang hari. Bapak B tidak mengikuti organisasi
kemasyarakatan karena kesibukan dalam bekerja, akan tetapi Bapak B
mengikuti kegiatan dari gereja yang ada di tempatnya
5. Sistem pendukung keluarga
Ibu E selalu mendukung apabila Bapak B mendapatkan masalah di
pekerjaannya
A. Struktur Keluarga
1. Pola dan proses komunikasi keluarga
Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka,
dimana setiap anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
2. Struktur Kekuatan Keluarga:
Keluarga Bapak B saling menghargai satu sama lain, saling membantu
dalam mengatasi masalah keluarga. Apabila ada masalah, Ibu E selalu
mendiskusikan dengan suaminya
3. Struktur Peran Keluarga
Peran formal:
Bapak B: sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,.
Ibu E: istri dan ibu rumah tangga, mempertahankan komunikasi, serta
16
memonitor hubungan keluarga.
An. O: sebagai anak
Peran informal:
Bapak B: berperan sebagai motivator bagi keluarga.
Ibu E: seorang yang tunduk dan patuh kepada suaminya, bertanggung
jawab pada kehidupan rumah tangga dan sebagai penyeimbang dalam
keluarga.
An. O: berperan sebagai penyemangat Bapak B dan Ibu E untuk tetap
menajalankan kehidupan.
4. Nilai-nilai dan norma keluarga
Keluarga Bapak B menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan
sesuai dengan ajaran agama kristen dan mengharapkan anaknya menjadi
anak yang taat dalam menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan menggunakan sabun dan air mengalir atau tidak
menggunakan kobokan.
Keluarga Bapak B mengungkapkan bahwa kesehatan itu penting
mereka juga menyisihkan sedikit tabungannya untuk biaya kesehatan.
B. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota
keluarga Bapak B sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain sangat baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka
saling membantu, atau jika kesulitan dana maka anggota keluarga lain
saling membantu sesuai dengan kemampuannya.
2. Fungsi sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Bapak B baik. Mematuhi serta
menghormati norma dan budaya keluarga, namun An. O sering bermain
sendiri di luar rumah.
17
3. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan
untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
4. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga memerlukan
sumber keuangan. Fungsi ini tidak sulit dijalankan pada keluarga. Karena
pengeluaran hanya sebatas untuk kebutuhan sehari-hari, dan keluarga Bp.
B tidak memiliki hutang.
5. Fungsi perawatan keluarga
a. Keluarga mampu mengenal masalah keluarga bapak B mengetahui
bahwa anaknya mengalami gangguan perkembangan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat keluarga bapak B
dulu pernah membawa anaknya berobat, akan tetapi saat ini sudah
tidak pernah membawa anaknya berobat kembali karena merasa
anaknya tidak mengalami masalah kesehatan.
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit Ibu E mengatakan kurang mengerti cara merawat An. O
untuk memenuhi kebutuhannya
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Kelurga Bapak B bisa
membuat lingkungan rumah yang nyaman bagi An. O
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia di lingkungan Menurut Ibu E, keluarga sudah tidak
membawa An. O ke pelayanan kesehatan karena merasa bosan
dengan pengobatan dan sudah pasrah dengan takdir tentang keadaan
An. O
C. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Friedman (1998), membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga yaitu:
1. Mengenal adanya gangguan kesehatan setiap anggotanya,
2. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat,
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat,
18
maupun yang tidak sakit dan memerlukan bantuan,
4. Mempertahankan keadaan lingkungan keluarga yang dapat menunjang
peningkatan status para anggotannya, dan
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan.
19
E. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan
keluarga.
Pemeriksaan Bapak B Ibu E Anak O
Tanda Vital N : 85 x/menit N : 88 x/menit N : 80
RR : 20x/menit RR : 20 x/menit RR : 20
S : 370C S : 370C S : 37
TD: 130/90 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 110/80
BB dan TB BB : 63 Kg BB : 49 Kg BB : 55
TB : 175 cm TB : 160 cm TB : 155
Kepala Rambut besih, tidak Rambut besih, Terjadi kebotakan,
ada luka tidak ada luka rambut tipis, tidak
maupun benjolan ada luka maupun
benjolan,
Mata Tidak Anemis Tidak Anemis Tidak
Anemis
Hidung Tidak Bersekret Tidak Bersekret Tidak
Bersekret
Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab,
menelan tidak sulit menelan tidak sulit menelan tidak sulit,
berbicara tidak
jelas, kesulitan
berbicara.
Leher Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan,
dan kelenjar limfe dan kelenjar limfe dan kelenjar limfe
tidak membesar tidak membesar tidak membesar, ada
bekas operasi
pengangkatan
kelenjar
20
Dada Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan
paru normal paru normal paru normal
Abdomen Tidak ada kembung Tidak ada kembung Tidak ada kembung
Genitalia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Tangan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Kaki Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
H. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan Ibu E terhadap
petugas kesehatan atau sarana kesehatan yang ada. Keluarga Bapak B
menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat ke rumahnya, dan
sangat berharap perawat dapat membantu keluarganya dalam mencegah
penyakit dan mengatasi masalah kesehatan
Analisa Data
21
Rumusan diagnosa keperawatan keluarga:
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada An. O keluarga Bp. B
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Bapak B membawa An.O
ke pelayanan kesehatan.
Skoring prioritas masalah
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada An. O keluarga Bp. B
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga Bapak B membawa An.O ke
pelayanan kesehatan.
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
a. Sifat masalah : aktual 3 1 3/3x1=1 An. O mengalami retardasi
mental ditandai dengan
gangguan perkembangan dan
intelektual, An. O kesulitan
berbicara, rambut An. O
mengalami kebotakan .
22
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
23
sumber-sumber kesehatan 5. Informasikan kepada klien
tingkat pemahaman yang bagaimana cara mengakses
disampaikan tentang pelayanan gawat darurat melalui
sumber-sumber askep yang
telepon
relevan meningkat dari dua
(pengetahuan terbatas )
menjadi empat(baik) dengan
indicator :
1. Sumber perawatan
kesehatan
terkemuka
2. Sumber-sumber
perawatan darurat
3. Strategi untuk
mengakses
layanan kesehatan
24
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
25
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
pada An. O
Obyektif:
keluarga Bp. B
Keluarga memperhatikan penjelasan yang
b/d
disampaikan dan menanyakan penjelasan
Ketidakmampu
yang belum jelas
an keluarga
Bapak B Analisa:
membawa An.O Tujuan sebagian tercapai
ke pelayanan
kesehatan. Perencanaan :
Berikan motivasi pada keluarga untuk
mengambil keputusan untuk membawa An. O
yang mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan ke pelayanan kesehatan.
26
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi
mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan
mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap
stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ,
atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia
karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang
ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut,
halusinasi serta delusi yang besar.
4.2. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya
seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan
mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan
merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan
langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat
membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan
menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
2
DAFTAR PUSTAKA