Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK SEHAT

DISUSUN OLEH:
Endang Fiqhi Arkananda
NIM : 201133023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN

Telah Mendapatkan Persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher)


dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure) pada :
Hari : …………………………..…….
Tanggal : ………………………………..

Mengetahui, Pontianak, ………….....2021


Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Gunawan Deni Harpanda, S.Kep, Ners Ns. Halina Rahayu, M. Kep


LAPORAN PENDAHULUAN ANAK SEHAT

I. Konsep Teori
A. Pengertian Anak Sehat Dan Tumbuh Kembang
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0 – 1 tahun),
usia bermain/toddler (1 – 2,5 tahun), usia pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia
sekolah (5 – 11 tahun) hingga remaja (11 – 18 tahun) (Gusnikardison, 2018).
Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis.
Kesehatan seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat
dapat diterapkan dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri,
lingkungan hingga pola makan yang sehat dan teratur. (Winarsih, 2020).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2016) ciri anak sehat adalah tumbuh
dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya,
tampak aktif / gesit dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik,
bibir dan lidah tampak segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut
tampak bersih dan tidak kering, serta mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Tumbuh kembang anak adalah hal yang berkaitan dengan pertumbuhan
dan perkembangan pada anak. Pertumbuhan berhubungan dengan
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh berupa tinggi badan, berat
badan dan lingkar kepala. Sementara perkembangan berkaitan dengan
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh berupa kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Mujiastuti
dkk, 2018).
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang
terjadi sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa (Rivanica, 2019).
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat mempengaruhi kualitas tumbuh
kembang anak kedepannya. Pada fase perkembangan seringkali ditemui
gangguan yang menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang anak jika
dibandingkan anak seusianya (Cahyani dkk, 2018).
Perkembangan adalah pertambahan sebuah kemampuan dari struktur dan
fungsi tubuh secara menyeluruh dengan tahapan yang teratur dan dapat
diprediksi atau diketahui. Pola tumbuh kembang memiliki sifat yang jelas,
dapat diprediksi, kontinu, teratur, dan progresif (Winarsih, 2020).

B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak menurut
karya ilmiah oleh Gusnikardison (2018) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
a. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik.
b. Jenis kelamin.
c. Suku bangsa atau bangsa.
2. Faktor Lingkungan
a. Faktor Pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia embrio.
b. Faktor Postnatal
1) Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit,
perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan hormon.
2) Faktor Lingkungan Fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
3) Lingkungan Sosial
Stimulasi, motivasi belajar, stress, kelompok sebaya, ganjaran atau
hukuman yang wajar, cinta dan kasih sayang.
4) Lingkungan Keluarga dan Adat Istiadat Yang Lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan
norma-norma.
C. Ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Rivanica (2019), ciri anak sehat
ada 9, yaitu :
1. Ciri anak sehat ia akan tumbuh dengan baik,  yang dapat dilihat dari
naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
2. Tampak aktif atau gesit dan gembira.
3. Mata bersih dan bersinar.
4. Anak sehat nafsu makannya baik.
5. Bibir dan lidah tampak segar.
6. Pernapasan tidak berbau.
7. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.
8. Ciri anak sehat lainnya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
9. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.
Sedangkan dalam Emilya (2017), secara sederhana ciri anak sehat dilihat
dari segi fisik, psikis dan sosialisasi adalah:
1. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan
jasmani yang normal.
2. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar,
pikiran bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan
bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain itu, tanda anak yang sehat adalah perkembanganya sesuai dengan
KMS (Kartu Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang balita dari dokter
jadikanlah alat untuk memantau perkembangan balita. Bila ada
penyimpangan, jangan tunda konsultasikan dengan dokter agar segera
ditangani (Emilya, 2017).
D. Tahap – Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Perkembangan anak dapat dibagi menjadi lima periode, yaitu periode pra
lahir, periode bayi yang baru lahir, masa bayi, masa kanak-kanak, dan masa
puber. Masa kanak- kanak dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu masa kanak-
kanak dini dan akhir. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak saat berusia 2
hingga 6 tahun, atau dapat juga disebut sebagai masa prasekolah. Masa
kanak-kanak akhir merupakan masa anak berusia 6 hingga 13 tahun, yang
disebut sebagai usia sekolah (Cahyani dkk, 2018).
Sedangkan menurut karya ilmiah oleh Gusnikardison (2018) tahap –
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain:
1. Masa Prenatal atau Masa Intrauterin (Masa Janin dalam Kandungan)
a. Masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk
suatu sistem organ dalam tubuh.
b. Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa
ini terdiri dari 2 periode yaitu:
1) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II
kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah
terbentuk dan mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat
dan adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi transfer
imunoglobin G (IgG) dari ibu melalui plasenta. Akumulasi asam
lemak esesnsial seri omega 3 (Docosa Hexanicc Acid) omega 6
(Arachidonic Acid) pada otak dari retina.
2. Masa bayi: usia 0 – 1 tahun
a. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan
tubuh lainnya.
b. Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem
saraf (29 hari – 1 tahun).
3. Masa Prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangaan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.
4. Masa Sekolah
Pada masa ini pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa
prasekolah, keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang
bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama (usia 6 – 18/20
tahun).
Tabel Tahapan perkembangan anak menurut usia

No Usia Tahapan Perkembangan yang dicapai


1. 0-3 bulan a. Mengangkat kepala setinggi 45 derajat
b. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
c. Melihat dan menatap wajah anda
d. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
e. Suka tertawa keras
f. Bereaksi terkejut terhadap suara keras
g. Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum
h. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran, kontak
2. 3-6 bulan a. Berbalik dari telungkup ke telentang
b. Mengangkat kepala setinggi 90 derajat
c. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
d. Menggenggam pensil
e. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
f. Memegang tangannya sendiri
g. Berusaha memperluas pandangan
h. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
i. Mengeluarkan suara gembira benada tinggi atau
memekik
j. Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang
menarik saat bermain sendiri
3. 6-9 bulan a. Duduk (sikap tripoid-sendiri)
b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian
berat badan
c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
e. Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1
benda pada saat yang bersamaan
f. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
g. Bersuara tanpa arti, seperti mamama, babababa,
dadadada, tatatata
h. Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
i. Bermain tepuk tangan/ciluk ba
j. Bergembira dengan melempar bola
k. Makan kue sendiri
4. 9-12 a. Mengangkat badannya ke posisi tegak
bulan b. Belajar berdiri selama 30 detik atau
berpegangan dengan kursi
c. Dapat berjalan dengan dituntun
d. Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan
yang diinginkan
e. Menggenggam erat pensil
f. Memasukkan benda ke mulut
g. Mengulang menirukan bunyi yang didengar
h. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
i. Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh
apa saja
j. Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
k. Senang diajak bermain "CILUK BA"
l. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang
belum dikenal
5. 12-18 a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan
bulan b. Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri
kembali
c. Berjalan mundur 5 langkah
d. Memanggil ayah dengan kata "papa", memanggil ibu
dengan kata "mama"
e. Menumpuk 2 kubus
f. Memasukkan kubus ke kotak
g. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa
menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara
yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
h. Memperhatikan rasa cemburu atau bersaing
6. 18-24 a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
bulan b. Berjalan tanpa terhuyung-huyung
c. Bertepuk tangan , melambai-lambai
d. Menumpuk 4 buah kubus
e. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f. Menggelindingakan bola ke arah sasaran
g. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h. Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
i. Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
7. 24-36 a. Jalan naik tangga sendiri
bulan b. Dapat bermain dengan menendang bola kecil
c. Mencoret-coret pensil pada kertas
d. Bicara dengan baik menggunakan dua kata
e. Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
f. Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu
g. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar
nama 2 benda atau lebih
h. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
i. Melepas pakaiannya sendiri
8. 36-48 a. Berdiri 1 kaki selama 2 detik
bulan b. Melompat kedua kaki diangkat
c. Mengayuh sepeda roda tiga
d. Menggambar garis lurus
e. Menumpuk 8 buah kubus
f. Mengenal 2-4 warna
g. Menyebut nama, usia dan tempat
h. Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
i. Mendengarkan cerita
j. Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
k. Mengenakan sepatu sendiri
l. Mengenakan pakaian sendiri
9. 48-60 a. Berdiri 1 kaki 6 detik
bulan b. Melompat-lompat dengan kaki satu
c. Menari
d. Menggambar tanda silang
e. Menggambar lingkaran
f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g. Mengancing baju atau pakaian boneka
h. Menyebut nama lengkap tanpa di bantu
i. Senang menyebut kata-kata baru
j. Senang bertanya tentang sesuatu
k. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
l. Bicaranya mudah dimengerti
m. Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran
dan bentuknya
n. Menyebut angka, menghitung jari
o. Menyebut nama-nama hari
p. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
q. Menggosok gigi tanpa dibantu
r. Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
10. 60-72 a. Berjalan lurus
bulan b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
c. Menggambar dengan enam bagian, menggambar orang
lengkap
d. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
e. Menggambar segi empat
f. Mengerti arti lawan kata
g. Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa
dan kegunaannya
h. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
i. Mengenal warna-warni
j. Mengikuti aturan permainan
k. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
Sumber : Kusumanegara (2015)

E. Deteksi Dini Tumbuh Kembang


Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan adanya penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
pada anak pra sekolah. Dengan menemukan penyimpangan tumbuh kembang
sejak awal, maka dapat dilakukan intervensi yang tepat sejak dini untuk
mengatasi penyimpangan tersebut. Namun bila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensi akan lebih sulit untuk dilakukan dan hal ini
tentunya akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ada tiga jenis deteksi
dini tumbuh kembang (Kusumanegara, 2015) :
1. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi ini dilakukan untuk menemukan status gizi kurang/buruk dan
mikro/makrosefali.
a. Berat Badan Terhadap Tinggi Badan
Berat badan dan panjang/tinggi badan hasil pengukuran dinilai
menggunakan table BB/TB. Lihat kolom tinggi badan anak sesuai
kelompok usia dan jenis kelamin. Kemudian Tarik ke samping untuk
melihat kategori berat badan anak. Nilai apakah berat badan anak
termasuk dalam kategori normal, kurus, sangat kurus, gemuk, atau
sangat gemuk.
Table BB/TB digunakan pada anak dalam kelompok usia 0-24
bulan dan 24-60 bulan. Sedangkan pada kelompok usia 60-72 bulan,
penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menghitung indeks masa
tubuh menurut umur. Berikut ini rumus penghitungan indeks masa
tubuh:
Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan x Tinggi Badan( m)
Interpretasi hasil perhitungan:
Normal : -2SD s/d 2SD atau gizi baik
Kurus : -3SD s/d <-2SD atau gizi kurang
Kurus Sekali : <-3SD atau gizi buruk
Gemuk : >2SD s/d 3SD atau gizi lebih
Gemuk Sekali : >3SD atau obesitas
b. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala anak bertujuan untuk mengetahui
lingkar kepala anak berada dalam batas normal atau tidak. Pengukuran
lingkar kepala pada usia 0-11 bulan dilakukan setiap tiga bulan.
Sendangkan pada anak 12-72 bulan pengukuran dilakukan setiap enam
bulan.
Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang
dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di
atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, Tarik
agak kencang. Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkar kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak. Hubungkan garis antara ukuran
lingkar kepala yang lalu dan sekarang (Kusumanegara, 2015).
2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
terdapat penyimpangan. Pemeriksaan KPSP rutin pada usia 3,6,9,12,
15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum
mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur
skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Namun bila terdapat
keluhan masalah tumbuh kembang, sedangkan usia anak bukan usia
skrining, maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat – yang lebih muda.
Dalam melakukan pemeriksaan KPSP anak harus dibawa.
Tentukan umur anak, kemudian pilih formulir KPSP sesuai usia. Pada
formulir KPSP terdapat dua macam pertanyaan, yakni yang dijawab
oleh ibu/pengasuh anak, dan perintah kepada ibu/pengasuh atau petugas
untuk melakukan tugas yang tertera pada KPSP. Jelaskan pada orang
tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab. Pertanyaan harus
diajukan seacara berurutan satu-persatu, dan hanya ada satu jawaban
yakni “iya” atau “tidak”. Catat jawaban pada form KPSP.
Interpretasi hasil KPSP :
1) Hitung berapa jumlah jawaban Ya. (Jawaban Ya, bila ibu / pengasuh
anak menjawab anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukannya. Jawaban Tidak, bila ibu / pengasuh anak
menjawab anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu /
pengasuh anak tidak tahu).
2) Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangan (S).
3) Jumlah Jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
4) Jumlah Jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
5) Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban Tidak menurut
jenis kerterlambatan (Gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
b. Tes Daya Dengar (TDD)
Merupakan tes yang bertujuan untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. TDD
dilakukan setiap 3 bulan (pada usia <12bulan) dan setiap 6 bulan (pada
usia 12 bulan ke atas). Sebelum melakukan TDD, tanyakan tanggal
lahir anak, dan hitung umur dalam bulan. Kemudian pilih daftar
pertanyaan TDD sesuai usia.
Pada anak diatas 24 bulan, pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati anak dalam
melakukan perintah. Jawaban Ya adalah jika anak dapat melakukan
perintah. Jawaban Tidak adalah jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah. Bila ada satu jawaban Tidak, kemungkinan anak
mengalami gangguan daya dengar (Kusumanegara, 2015).
c. Tes Daya Lihat (TDL)
Tes daya lihat bertujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan
daya lihat. Dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah 36 – 72
bulan. Menggunakan kartu E berjarak 3 meter dan setinggi mata anak
dengan posisi anak duduk. Sebelah mata anak ditutup dengan
buku/kertas, tunjuk huruf E pada poster mulai baris pertama hingga
keempat, atau sampai baris terkecil yang dapat dilihat.
Lakukan hal yang sama pada mata satunya. Anak dengan
penglihatna normal tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga. Bila dengan kedua mata anak tidak dapat melihat sampi baris
ketiga, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat. Bila anak
mengalami gangguan daya lihat, ulangi pemeriksaan di hari yang
berbeda. Bila anak tetap tidak dapat melihat sampai baris yang sama,
lakukan rujukan (Kusumanegara, 2015).
3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
a. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
Bertujuan mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental
emosional pada anak prasekolah. Pemeriksaan dilakukan rutin setiap 6
bulan, menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional. Tanyakan
dengan lambat, jelas, dan nyaring setiap poin pada KMME, catat dan
hitung jumlah jawaban Ya.
Bila ada jawaban Ya kemungkinan anak mengalami masalah
mental emosional. Bila jawaban Ya hanya satu, lakukan konseling pada
orang tua menggunakan buku pedoman pola asuh yang mendukung
perkembangan anak. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada
perubahan rujuk. Bila jawaban Ya ditemukan 2 atau lebih, lakukan
rujukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh
kembang anak(Kusumanegara, 2015).
b. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) Pada Anak Prasekolah
Untuk mengetahui adanya gangguan pemusatan perhatian dan
hiperktivitas pada anak usia 36 bulan keatas. Dilakukan atas indikasi
anak tidak dapat duduk tenang, selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak
kenal lelah, perubahan suasana hati mendadak / impulsif. Pemeriksaan
dilakukan menggunakan formulir GPPH. Bila total nilai 13 atau lebih
kemungkinan anak mengalami GPPH. Lakukan rujukan ke rumah sakit
(Kusumanegara, 2015).
F. Penatalaksanaan Anak Sehat Melalui Pemberian Imunisasi
Penatalaksanaan medis anak sehat melalui pemberian imunisasi (Hidayah,
2017) adalah sebagai berikut :

1. Pemberian imunisasi dasar sesuai dengan waktu pemberian


a. BCG (Bacille Calmette-Guérin)
Manfaat dari BCG adalah untuk mencegah penyakit tuberkulosis atau
TB, yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke
orang Waktu pemberian dilakukan sejak bayi lahir. Bila Ibu ketinggalan
dan umur si kecil sudah lebih dari 3 bulan, harus dilakukan uji
tuberkulin terlebih dulu. Uji ini untuk mengetahui apakah di dalam
tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau tidak. BCG baru
bisa diberikan, bila uji tuberkulin negatif.
b. Hepatitis B
Manfaat pemberian imunisasi ini adalah untuk melindungi tubuh dari
virus Hepatitis B, yang bisa menyebabkan kerusakan pada hati. Waktu
pemberian dilakukan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan
pada umur 1 bulan, lalu saat 3 - 6 bulan. Jarak antara pemberian
pertama dengan kedua minimal 4 minggu.
c. Polio 
Imunisasi polio bermanfaat untuk melindungi tubuh terhadap virus
polio, yang menyebabkan kelumpuhan. Waktu pemberian Polio-0
diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya, vaksin ini
diberikan tiga kali, yakni saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan.
Pemberian vaksin ini harus diulang (boost) pada usia 18 bulan dan 5
tahun.
d. DTP (Diphteria, Tetanus, Pertussis)
Imunisasi DPT dapat bermanfaat untuk mencegah tiga jenis penyakit,
yaitu difteri (infeksi saluran pernapasan yang disebabkan  bakteri),
tetanus (infeksi bakteri pada bagian tubuh yang terluka), dan pertusis
(batuk rejan, biasanya berlangsung dalam waktu yang lama). DPT
pertama kali diberikan saat bayi berumur lebih dari enam minggu.
Pemberian selanjutnya pada usia 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan
umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada usia 12 tahun, vaksin ini diberikan
lagi, biasanya di sekolah.
e. Campak 
Melindungi anak dari penyakit campak yang disebabkan virus. Pertama
kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak kedua diberikan pada
saat anak SD kelas 1 (6 tahun). Jika belum mendapat vaksin campak
pada umur 9 bulan, anak bisa diberikan vaksin kombinasi dengan
gondongan dan campak Jerman (MMR atau Measles, Mumps,
Rubella) di usia 15 bulan.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama anak, usia, jenis kelamin, anak ke, nama ibu, usia ibu,
agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2. Keluhan Utama
Berisi alasan klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Klien di antar
orang tua untuk mendapatkan imunisasi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi kesehatan klien saat ini, apakah anak dalam keadaan sehat, serta
efek samping atau reaksi terhadap imunisasi sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Berisi riwayat kesehatan anak yang lalu, apakah anak pernah menderita
sakit yang berat, bagaimana proses anak lahir, apakah anak lahir cukup
bulan, BB lahir serta PB lahir.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi kesehatan anggota keluarga, apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular, penyakit keturunan maupun penyakit berat
lainnya.
6. Imunisasi Yang Didapat
Berisi imunisasi – imunisasi apa saja yang sudah anak dapatkan, apakah
imunisasi diberikan tepat waktu atau ada keterlambatan pemberian
imunisasi.
7. Riwayat Antenatal
Berisi riwayat kehamilan ibu saat mengandung anak (trimester 1, 2 dan
3), apakah ibu pernah sakit atau pernah menjalani pengobatan selama
kehamilan, bagaimana gizi ibu selama kehamilan, pemenuhan imunisasi
TT pada ibu, keluhan yang dirasakan pada trimester 1, 2 dan 3, serta
kenaikan berat badan ibu selama kehamilan.
8. Riwayat Natal
Meliputi usia kehamilan ibu saat melahirkan, jenis persalinan, penolong
persalinan, keadaan bayi saat lahir, BB lahir dan PB lahir.
9. Riwayat Gizi
Meliputi riwayat pemberian nutrisi sesuai usia perkembangan sampai
dengan usia anak saat pengkajian, apakah anak diberi ASI eksklusif,
apakah anak sudah diberikan MPASI dan lain – lain sesuai usia anak.
10. Riwayat Psikososial
Meliputi siapa yang mengasuh anak, dan bagaimana hubungan anak
dalam keluarga.
11. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kapan anak bisa duduk, merangkak, makan biscuit sendiri,
berdiri dan lain – lain sesuai usia anak (data perkembangan sesuai dengan
tahapan usia anak).
12. Pola Kebiasaan Sehari – Hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi dan personal hygiene anak. Bagaimana
pemenuhan nutrisi anak, apa yang anak makan/minum, berapa kali anak
BAK dan BAB dalam 24 jam, bagaimana konsistensi BAK dan BAB
anak, bagaimana pemenuhan kebersihan anak, anak mandi berapa kali
sehari dan dimandikan oleh siapa dan menggunakan apa, bagaimana
mengganti popok bayi dan lain – lain.
13. Pola Istirahat dan Tidur
Meliputi berapa jam anak tidur pada siang dan malam hari, kebiasaan
anak saat tidur, ada/tidak gangguan saat tidur seperti mengompol,
menangis tengah malam.
14. Pola Aktivitas dan Bermain
Meliputi apakah anak aktif bermain, permainan apa yang anak suka
lakukan, bagaimana respon anak saat bermain.
15. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan TTV anak, antropometrik anak, pengisian KMS
(anak berada dalam garis berwarna apa).
16. Pemeriksaan Usia Anak
Meliputi perhitungan usia kronologis anak yaitu : Usia Kronologis =
Tanggal Pemeriksaan – Tanggal Lahir (Tahun, Bulan, Tanggal).
17. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan fisik secara singkat pada anak (head to toe).
Biasanya tidak ada masalah pada pemeriksaan fisik, anak dalam keadaan
sehat.
18. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Meliputi pengisian KPSP, apakah terjadi penyimpangan pada
pertumbuhan, perkembangan maupun penyimpangan mental emosional
pada anak.
(Modul PKK Keperawatan Anak Profes Ners 2020)

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dan keluarga
yang akan diberikan imunisasi menurut SDKI (2017) adalah :
a. Resiko cedera berhubungan dengan tingkat imunisasi di komunitas dan
perubahan fungsi psikomotor
b. Kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
perilaku upaya peningkatan kesehatan.
c. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan sedikitnya
rangsangan yang diterima anak
C. Intervensi Keperawatan (SLKI, 2019 & SIKI, 2017)
No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
1 Resiko cedera berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen imunisasi vaksin
dengan tingkat imunisasi di keperawatan selama 3x24 jam a. Ajarkan pada orang tua imunisasi yang
komunitas dan perubahan diharapkan resiko cedera anak direkomendasikan bagi anak, cara
fungsi psikomotor berkurang dengan kriteria hasil : imunisasinya, alasan dan kegunaan imunisasi,
1.Pengetahuan : keamanan fisik efek samping dan reaksi yang mungkin terjadi
anak b. Catat riwayat kesehatan pasien dan riwayat
a. Agar memiliki banyak alergi
pengetahuan tentang c. Ingatkan keluarga ketika ada imunisasinya yag
aktivitas yang sesuai untuk belum dilakukan
tingkat perkembangan anak d. Dokumentasikan informasi vaksinasi, sesuai
b. Memeiliki strategi untuk dengan SOP yang berlaku
mencegah kecelakaan e. Beritahukan pada orang tua untuk
bermain memperhatikan tingkat kenyamanan anak
c. Memiliki strategi untuk setelah divakisn
mencegah jatuh f. Observasi anak beberapa waktu tertentu setelah
pemberian vaksin
g. Jadwalkan imunisasi sesuai tenggang waktu
yang ada
h. Berikan imunisasi sesuai kebutuhan

2. Pengajaran keselamatan : anak


a. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk
mengawasi anak diluar ruangan
b. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk
mendidik anak mengenai bahaya melempar
dan memukul
c. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk
menjauhkan anak dari stop kontak, kabel,
listrik, senjata tajam, dan benda-benda
berbahaya lainnya
d. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk
mengistruksikan anak bahaya jalan
e. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk memilih
mainan sesuai rekomendasi umur dari
pabriknya
2 Resiko keterlambatan Setelah dilakukan asuhan 1. Peningkatan perkembangan anak
perkembangan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam a. Bangun hubungan saling percaya denngan
dengan sedikitnya rangsangan diharapkan resiko keterlambatan anak
yang diterima anak perkembangan anak berkurang b. Lakukan interaksi personal dengan anak
dengan kriteria hasil : c. Damping anak untuk menyadarkan anak bahwa
a. Anak dapat berkembang anak adalah pribadi yang penting
sesuai usia d. Ajarkan orang tua mengenai tingkat
b. Orang tua mampu perkembangan normal dari anak dan perilaku
mengetahui tentang yang berhubungan
perkembangan anaknya e. Demonstrasikan pada orang tua kegiatan yang
dapat mendukung tumbuh kembang anak
f. Sediakan aktivitas yang mendukung interaksi
diantara anak-anak

3 Kesiapan peningkatan peran Setelah dilakukan tindakan 1. Promosi Pengasuhan


menjadi orang tua keperawatan selama 3x24 jam, a. Monitor status kesehatan dan status imunisasi
berhubungan dengan perilaku peran menjadi orang tua anak.
upaya peningkatan kesehatan meningkat dengan kriteria hasil : b. Fasilitasi penggunaan kontrasepsi.
a. Bounding attachment
meningkat.
b. Perilaku positif meningkat. 2. Manajemen Imunisasi / Vaksinasi
c. Interaksi perawatan bayi a. Identifikasi kontraindikasi pemberian
meningkat. imunisasi.
d. Keinginan meningkatkan b. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan
peran menjadi orang tua. ke pelayanan kesehatan.
e. Stimulasi visual meningkat. c. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha
f. Stimulasi taktil meningkat. anterolateral.
g. Stimulasi pendengaran d. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang
meningkat. tepat.
e. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi,
jadwal dan efek samping.
D. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif


dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,
berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan
lainnya dapat dicegah. Pentingnya imunisasi dapat dilihat dari banyaknya
balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD31). Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit-penyakit
tersebut bisa dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak.
Caranya adalah dengan memberikan vaksin. Vaksin berasal dari bibit
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang terlebih dahulu
dilemahkan. Sehingga tidak berbahaya lagi bagi kelangsungan hidup
manusia.
Sebaiknya, pemberian imunisasi pada anak mengikuti jadwal yang ada.
Dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan
memberikan hasil pembentukan kekebalan (antibody) yang optimal sehingga
dapat melindungi anak dari paparan penyakit. Di Indonesia, jadwal imunisasi
di keluarkan oleh kementrian kesehatan RI, yang mengharuskan orang tua
memberikan imunisasi dasar lengkap.
Hampir seperempat dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak
diimunisasi agar terhindar dari penyakit anak yang umum. Vaksin telah
menyelamatkan jutaan jiwa anak-anak dalam tiga dekade terakhir, namun
masih ada jutaan anak lainnya yang tidak terlindungi dengan imunisasi.
Sampai saat ini masalah imunisasi masih tetap ada, banyak ibu yang
tidak datang ke posyandu memberikan imunisasi pada anaknya, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja
dipagi hari tidak dapat melakukan kunjungan ke posyandu karena mereka
sibuk bekerja dan kurang memiliki waktu sehingga perhatian terhadap
kesehatan anakpun berkurang. Pengetahuan tentang imunisasi yang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan seperti masalah pengertian dan
pemahaman karena masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang
imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. dan tidak sedikit orang tua
khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin. Selain itu, dukungan
keluarga sangatlah penting untuk ibu agar mempengaruhi pengetahuan
seorang ibu dan agar ibu termotivasi untuk membawa bayinya imunisasi, agar
bertambahnya kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi,
sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Peran petugas imunisasi
dalam memberikan pengetahuan dan informasi tentang imunisasi merupakan
salah satu tindakan yang paling penting dan paling spesifik untuk mencegah
penyakit yaitu dengan memberikan informasi atau penyuluhan kesehatan
tentang imunisasi.
Hidayah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun
2017”, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Umban Sari Pekanbaru Tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik sampling menggunakan
accidental sampling, populasi dalam penelitian ini berjumlah 1001 orang dan
sampel berjumlah 91 orang. Pengumpulan data menggunakan data primer
dengan menggunakan lembar kuesioner. Analisa yang digunakan adalah
univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh
keterbatasan waktu (Pvalue =0,001), dukungan keluarga (Pvalue=0,010),
Informasi (Pvalue=0,001), komposisi vaksin (Pvalue=0,000). Hasil ini
menunjukkan ada hubungan keterbatasan waktu, dukungan keluarga,
informasi dan komposisi vaksin terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap
pada bayi.
Sehingga, berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan keterbatasan waktu, dukungan keluarga, Informasi dan
Komposisi vaksin dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi.
Untuk itu diperlukan keterampilan dari tenaga keperawatan untuk mengatasi
hal tersebut agar imunisasi dapat diberikan.
Daftar Pustaka

Cahyani, F. P., dkk. (2018). Identifikasi Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak


Dengan Algoritme Backpropagation. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi Dan Ilmu Komputer, 2(5), 1778–1786.

Depkes., RI. (2016) ‘Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, Dan Intervensi


Tumbuh Kembang Anak.

Emilya, S. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Terhadap


Tindakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Kelurahan Lambung Bukit Kota
Padang Tahun 2017. Padang : Universitas Andalas

Gusnikardison. (2018). Asuhan Keperawatan Tumbuh Kembang Pada Bayi Ny. Y


Di Puskesmas Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti Kab. Pes Sel Tahun
2018. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Hidayah, N. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi


Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2017. Akademi Kebidanan Sempena
Negeri Pekanbaru

Kusumanegara, H. (2015). Hubungan Antara Stimulasi Keluarga Dengan


Perkembangan Batita. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.

Mujiastuti, R., dkk. (2018). Sistem Pakar Untuk Tumbuh Kembang Anak
Menggunakan Metode Forward Chaining. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Jakarta, 1(1), 1–12.

Profesi Ners. (2020). Modul PKK Keperawatan Anak Profesi. Poltekkes


Kemenkes Pontianak

Rivanica, R. (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Tumbuh


Kembang Anak Prasekolah. Jurnal ’Aisyiyah Medika, 3(2), 218–227.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI
Winarsih, B. D. (2020). Peningkatan Pengetahuan Guru Paud Tentang Deteksi
Tumbuh Kembang Anak Menggunakan Kpsp. Jurnal Pengabdian Kesehatan,
3(2), 100–108.

Anda mungkin juga menyukai