Anda di halaman 1dari 16

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Child Abuse

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Fitriana Noor K, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

Rizki Nanda Devi Utami 202102117


Salsa Yuliana 202102118

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan Judul Asuhan Keperawatan dengan CHILD ABUSE dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, kelompok kami mendapat banyak
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan maupun hambatan
tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu dosen atas
bimbingan dan kesempatan yang diberikan kepada kami dalam penulisan makalah ini.

Kelompok kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang memotivasi kami sangat diharapkan dari para pembaca agar kami dapat
memperbaiki kesalahan untuk kedepannya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Klaten, 12 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................................5
A. Konsep Dasar Retardasi Child Abuse ..............................................................................................5
A. Etiologi ............................................................................................................................................6
B. Manifestasi Klinis.............................................................................................................................6
C. Tanda dan gejala..............................................................................................................................7
D. Patofisiologis....................................................................................................................................7
E. Pemeriksaan penunjang..................................................................................................................7
F. Penatalaksanaan..............................................................................................................................8
G. Pengkajian Keperawatan.................................................................................................................9
H. Diagnosa keperawatan..................................................................................................................11
J. Implementasi Keperawatan...........................................................................................................12
K. Evaluasi..........................................................................................................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-mana. Hampir setiap
hari di media masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yang merenggut nyawa anak
tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang keprihatinan dari banyak
pihak terutama komnas anak yaitu KPAI. Kekerasan memiliki dampak negative secara psikologis
terhadap anak yang menjadi korban kekerasan dari orang terdekat seperti orang tua, keluarga,
pengasuh, tetangga, guru dan yang terdekat di lingkungan anak. Kekerasan pada anak tentu
memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak di masa yang akan datang.
Sekjen KPAI, Erlinda mengatakan kasus kekerasan terhadap anak dapat dikatakan sudah
memasuki 'fase darurat' sebab sampai awal Mei 2014 saja sudah terjadi lebih dari 400 kasus.
Kasus kekerasan anak ini, tambahnya, membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah
pusat agar tidak semakin meningkat. "Ya kami berharap ada instruksi presiden dan aparat
penegak hukum agar benar-benar memperhatikan masalah perlindungan anak. "Setelah kasus
kekerasan seksual terhadap siswa TK sekolah internasional di Jakarta, muncul kasus pedofil di
Sukabumi dengan jumlah korban 110 anak dan pelakunya satu orang. Tim KPAI memulihkan
psikologis para korban telah dilakukan bekerja sama dengan pemerintah kota Sukabumi, dengan
dibantu relawan karena jumlah korban yang besar. Bukankah fenomena tersebut sangat
berdampak buruk secara psikologis terhadap perkembangan anak? Kekerasan pada anak
merupakan masalah serius yang seharusnya mendapatkan perhatian bagi masyarakat karena
akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap lingkungan sekitar mereka. Dalam
ilmu psikologis, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memberikan penanganan
terhadap korban yang pernah mengalami kekerasan. Salah satu pendekatan yang biasa
dilakukan adalah dengan hipnoterapi, dimana posisi terapi sadarlah menggali segala informasi
dalam alam bawah sadar seorang individu agar mengetahui permasalahan yang sedang
dihadapi.

B. Rumusan Masalah

Pengertian Child Abuse?

1. Klasifikasi Child Abuse?

2. Etiologi Child Abuse?

3. Manifestasi klinis Child Abuse?

4. Evaluasi diagnostic Child Abuse?

5. Penatalaksanaan Child Abuse?


A. Tujuan umum

Untuk mengetahui dan memahami pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostic,
penatalaksanaan Child Abuse.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep child Abuse


1. Pengertian Child Abuse
A. Child Abuse atau perlakuan yang salah terhadap ana atau di definisikan sebagai segala
perlakuan buruk terhadap anak atau adolens oleh orang tua, wali,atau orang lain yang seharusnya
memelihara,menjaga ,merawat mereka.
B. Child abuse adalah suatu kelainan tindakan atau perubahan orang tua atau perubahan yang
merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental ataupun fisik,perkembangan
emosional,dan perkembangan anak secara umum.
C. Sementara menurut U.S departemen of healty,education and wolfare memberikan definisi
child abuse sebagai kekerasan fisik ataupun mental,kekerasan seksual dan penelantaran anak di
bawah usia 18 tahun yang di lakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab yang
terhadap kesejahteraan anak sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.

B. Etiologi Child Abuse


Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik
kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak.


a.       Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak
berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak
mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak
lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b.       Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak
mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan
di sekitarnya.
c.       Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung
mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki
temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen
keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen
lemah.
d.      Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya
dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di
dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e.        Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan
orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil
perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang
kuat antara anak angkat dan orang tua.

2. Stress keluarga.
a.       Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini
berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan
oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus
mengorbankan keluarga.
b.       Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan
sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan
tingkah laku anak.
c.        Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d.      Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a.       Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab
anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b.       Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan
salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau
anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c.       Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan
membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu
memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak
sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

A. Manifestasi Klinis
 Akibat pada fisik anak
a.       Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya
b.       Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c.        Kematian.

b. Akibat pada tumbuh kembang anak


Pertumbuhan dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya
lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a.       Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang tidak
mendaapat perlakuan salah.
b.       Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
Ø  Kecerdasan
·         Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan
kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.
·          Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena
malnutrisi.
·          Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi
yang adekuat atau karena gangguan emosi.

Ø   Emosi
·         Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau
bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan
orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
·         Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan
dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi
pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal
sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
Ø   Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki,
muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba
bunuh diri.
Ø   Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman sebayanya.
Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan
agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.
Ø   Hubungan sosial
Pada anak2 ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa.
Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan
melempari batu atau perbuatan2 kriminal lainnya.

c. Akibat dari penganiayaan seksual


Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:
·         Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan perdarahan
anus.
·         Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau
perubahan tingkah laku.
·         Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan
alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.

d. Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
·         Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik
·         Gejala terlihat hanya kalau ada orang tuanya
·          Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
·         Tingkah laku orangtua yang berlebihan

2.5. Faktor Resiko


Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child abuse , yaitu
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak.
Orang tua yang memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada orang lain, atau
orang tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki harapan yang
tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat juga orang tua terisolasi dari keluarga yang lain, bisa
isolasi sosial atau karena letak rumah yang saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak ada
orang lain yang dapat memberikan support kepadanya.

2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain.
Hal ini dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak
yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan
suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah(BBLR). Pada anak BBLR saat bayi
dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari inilah
normal bonding akan terjalin.

3. Adanya kejadian khusus


 Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada
orang lain. Kejadian yag sering terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya
anak yang sakit, adanya tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang lebih
besar bila tidak ada orang lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat terjadi
pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi maupun rendah, maka
child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan.Menurut Rusel dan Margolin, wanita lebih
banyak melakukan kekerasan pada anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan anak
yang utama. Sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai
kemungkinan 5 sampai 8 kali lebih besar untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith
dan Maurer)

2.6.Akibat Child Abuse


Anak yangmengalami kekerasan/ penganiayaan akan berakibat panjang. Mereka akan
mengalamigangguan belajar, retardasi mental, gangguan perkembangan temasuk perkembangan
bahasa, bicara, motorik halusnya. Dalam penelitian juga diperoleh bahwa IQ anak yang
mengalami kekerasan/penganiayaan akan rendah daripada yang tidak.
 Mereka juga mengalami gangguan dalam konsep diri dan hubungan sosial. Teman-teman
menganggap mereka sebagai anak yang suka menyendiri atau pembuat onar. Hal ini akan
berlanjut hingga dewasa, dalam memilih pasangan hidup.

B. Tanda dan gejala


• Gelisah.
• Berupaya untuk menghindari situasi tertentu (seperti pergi ke suatu kegiatan atau rumah orang lain).

• Prestasi menurun di sekolah.

• Perkembangan emosional yang tertunda.

• Depresi.

• Keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan sengaja.

• Dengan putus asa mencari kasih sayang dari orang dewasa lainnya.

• Perkembangan regresi (misalnya mengompol, padahal sebelumnya telah berhasil tidak mengompol
lagi).

• Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau gejala somatik lainnya yang tidak diketahui
penyebabnya.

• Kehilangan minat dalam kegiatan sosial.

• Rendah diri.

C. Patofisiologis
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orang tua atau orang yang merawat anak
yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan
perkembangan anak secara umum, Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya child abuse yaitu
faktor anak, faktor orang tua, dan faktor lingkungan. Faktor anak bisa dikarenakan oleh anak yang tidak
diinginkan, anak cacat, retardasi mental, dan lainnya. Faktor orang tua yaitu orang tua pecandu alkohol,
narkoba, kelainan jiwa, depresi/stres, pengalaman penganiayaan waktu kecil. Sedangkan faktor
lingkungan yaitu keluarga kurang harmonis, orang tua tidak bekerja, kemiskinan, kepadatan perumahan.

Kekerasan terhadap anak dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan orang lain
menimbulkan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan luka seperti lecet dan lebab pada bagian
tubuh anak sehingga dapat akibat nyeri akut pada daerah luka. Selain itu tindakan child abuse juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan mental dan gangguan psikologis sehingga anak memiliki risiko prilaku
kekerasan terhadap diri sendiri. Akibat anak penyalahgunaan, anak biasanya ditelantarkan sehingga
dapat mengakibatkan asupan diet pada anak tidak sehingga kadar glukosa darah cenderung rendah dan
memiliki resiko ketidakstabilan kadar gula darah

D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual, dilakukan
pemeriksaan.

a. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.

b. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus.

c. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B.

d. Analisa rambut pubis.

2. Radiologi

Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:

a. Identifikasi fokus dari bekas

b. Dokumentasi

Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang,
sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan
dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan
yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG)
digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral
akut dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami
trauma kepala yang berat.

E. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:

1. Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu,
keluarga, dan masyarakat.

∆ Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera

Individu :

- Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat

- Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik

- Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko

- Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi


- Pelayanan referensi perawatan jiwa

- Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan

Keluarga :

- Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat Memfasilitasi jalinan kasih
social pada orangtua baru

- Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (follow up)

- Pelayanan social untuk keluarga

- Komunitas: Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga

- Mengurangi media yang berisi kekerasan

- Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti: pelayanan krisis, tempat penampungan


anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya

- Kontrol pemegang senjata api dan tajam

∆ Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress

Individu:

- Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga pada tiap pelayanan kesehatan

- Rencana penyelamatan diri bagi korban secara education

- Pengetahuan tentang hukum untuk meminta bantuan dan perlindungan Tempat perawatan atau
"Foster home" untuk korban

Keluarga :

- Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga

- Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group). Misalnya: kelompok pemerhati


keluarga sejahtera

- Rujuk pada lembaga/institusi pelayanan pada korban masyarakat yang memberikan


Komunitas :

- Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korban dengan standar prosedur
dalam menolong korban

- Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus,
koordinasi dengan penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera Tim pemeriksa mayat akibat
kecelakaan/cedera khususnya bayi dan anak

- Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah setempat

- Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi

- Kontrol pemegang senjata api dan tajam

- Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan

Individu:

- Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban

- Konseling profesional pada individu

Keluarga :

-Redukasi orangtua dalam pola asuh anak

- Konseling profesional bagi keluarga

- Self-help-group (kelompok peduli)

Komunitas:

- "Foster home", tempat perlindungan

- Peran serta pemerintah

- "follow up" pada kasus penganiayaan dan kekerasan Kontrol pemegang senjata api dan tajam

2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis,
vagina, anus, dan bagian lain dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya
sangat pribadi dan harus dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan
keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi
aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian
perawatan pada anak.

3. Penegak hukum dan keamanan

Hendaknya UU no. 4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini
akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan
bahwa "anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. atau hidup

4. Media massa

Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleha artikel- artikel
pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang
diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

F. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala           :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut         : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
c. Mata              : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung          : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e. Mulut            : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f. Geligi            : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga          : keduanya letak rendah; dll
h. Muka             : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher             : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan          : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia       : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki              : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

G. Diagnosa keperawatan
a.       Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan
mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan
pengaturan perawatan anak.
b.      Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak
c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor
psikologis.

H. Intervensi Keperawatan
Dx I : Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan
mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin yang
konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau frustasi yang
tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling dan atau kelas orangtua.
Intervensi:
·         Dukung pengungkapan perasaan
·         Bantu orangtua mengidentifikasi deficit atau perubahan menjadi orangtua
·         Berikan kesempatan interaksi yang sering untuk orangtua atau anak
·         Keterampilan model peran menjadi orangtua

Dx II : Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak


NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan peningkatan
kapasitas adaptif intrakranial yang ditunjukkan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan
elektrolit dan asam-basa. Status neurologis, dan status neurologis: kesadaran.
Intervensi:
·         Pantau tekanan intrakranial dan tekanan perfusi serebral
·         Pantau status neurologis pada interval yang teratur
·          Perhatikan kejadian yang merangsang terjadinya perubahan pada gelombang TIK
·         Tentukan data dasar tanda vital dan irama jantung dan pantau perubahan selama dan
sesudah aktivitas
·         Ajarkan pada pemberi perawatan tentang tanda2 yang mengindikasikan peningkatan
TIK (misalnya: peningkatan aktivitas kejang)
·          Ajarkan pada pemberi perawatan tentang situasi spesifik yang merangsang TIK pada
klien (misalnya: nyeri dan ansietas); diskusikan intervensi yang sesuai.

Dx III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan


memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan status gizia; asupan
makanan, cairan, dan gizi, ditandai dengan indicator berikut (rentang nilai 1-5: tidak adekuat,
ringan, sedang, kuat, atau adekuat total).
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.
Asupan cairan secara oral atau IV.

I. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut diterapkan
dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil yang di harapakan.
Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan
kondisi pasien.

J. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

dari makalah diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :

Ø  Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat
anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan
emosional, dan perkembangan anak secara umum.
Ø  Ada 4 bentuk child abuse, yaitu:
1.    Emosioanal abuse
2.    Physical abuse
3.    Neglect
4.    Sexsual abuse

Ø   Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor resiko yang menyebabkan child abuse,
yaitu :
1.      Orang tua yang mempunyai potensi untuk melukai anak-anak.
2.      Menurut pandang orang tua anak terlihat bebeda dari anak lain.
3.      Adanya kejadia khusus.

Ø  Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak
dan di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan
kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/175485413/Askep-Anak-Dengan-Child-Abuse

https://www.halodoc.com/artikel/waspada-gejala-emotional-child-abuse-pada-anak

https://www.scribd.com/document/361818937/PATHWAY-Child-Abuse

Anda mungkin juga menyukai