Disusun oleh:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan Judul Asuhan Keperawatan dengan CHILD ABUSE dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, kelompok kami mendapat banyak
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan maupun hambatan
tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu dosen atas
bimbingan dan kesempatan yang diberikan kepada kami dalam penulisan makalah ini.
Kelompok kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang memotivasi kami sangat diharapkan dari para pembaca agar kami dapat
memperbaiki kesalahan untuk kedepannya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................................5
A. Konsep Dasar Retardasi Child Abuse ..............................................................................................5
A. Etiologi ............................................................................................................................................6
B. Manifestasi Klinis.............................................................................................................................6
C. Tanda dan gejala..............................................................................................................................7
D. Patofisiologis....................................................................................................................................7
E. Pemeriksaan penunjang..................................................................................................................7
F. Penatalaksanaan..............................................................................................................................8
G. Pengkajian Keperawatan.................................................................................................................9
H. Diagnosa keperawatan..................................................................................................................11
J. Implementasi Keperawatan...........................................................................................................12
K. Evaluasi..........................................................................................................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-mana. Hampir setiap
hari di media masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yang merenggut nyawa anak
tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang keprihatinan dari banyak
pihak terutama komnas anak yaitu KPAI. Kekerasan memiliki dampak negative secara psikologis
terhadap anak yang menjadi korban kekerasan dari orang terdekat seperti orang tua, keluarga,
pengasuh, tetangga, guru dan yang terdekat di lingkungan anak. Kekerasan pada anak tentu
memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak di masa yang akan datang.
Sekjen KPAI, Erlinda mengatakan kasus kekerasan terhadap anak dapat dikatakan sudah
memasuki 'fase darurat' sebab sampai awal Mei 2014 saja sudah terjadi lebih dari 400 kasus.
Kasus kekerasan anak ini, tambahnya, membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah
pusat agar tidak semakin meningkat. "Ya kami berharap ada instruksi presiden dan aparat
penegak hukum agar benar-benar memperhatikan masalah perlindungan anak. "Setelah kasus
kekerasan seksual terhadap siswa TK sekolah internasional di Jakarta, muncul kasus pedofil di
Sukabumi dengan jumlah korban 110 anak dan pelakunya satu orang. Tim KPAI memulihkan
psikologis para korban telah dilakukan bekerja sama dengan pemerintah kota Sukabumi, dengan
dibantu relawan karena jumlah korban yang besar. Bukankah fenomena tersebut sangat
berdampak buruk secara psikologis terhadap perkembangan anak? Kekerasan pada anak
merupakan masalah serius yang seharusnya mendapatkan perhatian bagi masyarakat karena
akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap lingkungan sekitar mereka. Dalam
ilmu psikologis, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memberikan penanganan
terhadap korban yang pernah mengalami kekerasan. Salah satu pendekatan yang biasa
dilakukan adalah dengan hipnoterapi, dimana posisi terapi sadarlah menggali segala informasi
dalam alam bawah sadar seorang individu agar mengetahui permasalahan yang sedang
dihadapi.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui dan memahami pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostic,
penatalaksanaan Child Abuse.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Stress keluarga.
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini
berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan
oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus
mengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan
sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan
tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan
kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab
anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan
salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau
anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan
membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu
memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak
sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.
A. Manifestasi Klinis
Akibat pada fisik anak
a. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya
b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c. Kematian.
Ø Emosi
· Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau
bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan
orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
· Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan
dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi
pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal
sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
Ø Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki,
muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba
bunuh diri.
Ø Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman sebayanya.
Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan
agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.
Ø Hubungan sosial
Pada anak2 ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa.
Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan
melempari batu atau perbuatan2 kriminal lainnya.
d. Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala:
· Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik
· Gejala terlihat hanya kalau ada orang tuanya
· Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa
· Tingkah laku orangtua yang berlebihan
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain.
Hal ini dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak
yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari orang lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan
suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah(BBLR). Pada anak BBLR saat bayi
dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari inilah
normal bonding akan terjalin.
• Depresi.
• Keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan sengaja.
• Dengan putus asa mencari kasih sayang dari orang dewasa lainnya.
• Perkembangan regresi (misalnya mengompol, padahal sebelumnya telah berhasil tidak mengompol
lagi).
• Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau gejala somatik lainnya yang tidak diketahui
penyebabnya.
• Rendah diri.
C. Patofisiologis
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orang tua atau orang yang merawat anak
yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan
perkembangan anak secara umum, Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya child abuse yaitu
faktor anak, faktor orang tua, dan faktor lingkungan. Faktor anak bisa dikarenakan oleh anak yang tidak
diinginkan, anak cacat, retardasi mental, dan lainnya. Faktor orang tua yaitu orang tua pecandu alkohol,
narkoba, kelainan jiwa, depresi/stres, pengalaman penganiayaan waktu kecil. Sedangkan faktor
lingkungan yaitu keluarga kurang harmonis, orang tua tidak bekerja, kemiskinan, kepadatan perumahan.
Kekerasan terhadap anak dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan orang lain
menimbulkan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan luka seperti lecet dan lebab pada bagian
tubuh anak sehingga dapat akibat nyeri akut pada daerah luka. Selain itu tindakan child abuse juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan mental dan gangguan psikologis sehingga anak memiliki risiko prilaku
kekerasan terhadap diri sendiri. Akibat anak penyalahgunaan, anak biasanya ditelantarkan sehingga
dapat mengakibatkan asupan diet pada anak tidak sehingga kadar glukosa darah cenderung rendah dan
memiliki resiko ketidakstabilan kadar gula darah
D. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual, dilakukan
pemeriksaan.
a. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual.
2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk:
b. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang,
sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan
dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan
yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG)
digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral
akut dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami
trauma kepala yang berat.
E. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1. Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu,
keluarga, dan masyarakat.
Individu :
Keluarga :
- Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat Memfasilitasi jalinan kasih
social pada orangtua baru
- Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (follow up)
Individu:
- Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga pada tiap pelayanan kesehatan
- Pengetahuan tentang hukum untuk meminta bantuan dan perlindungan Tempat perawatan atau
"Foster home" untuk korban
Keluarga :
- Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korban dengan standar prosedur
dalam menolong korban
- Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon, melaporkan, pelayanan kasus,
koordinasi dengan penegak hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera Tim pemeriksa mayat akibat
kecelakaan/cedera khususnya bayi dan anak
Individu:
Keluarga :
Komunitas:
- "follow up" pada kasus penganiayaan dan kekerasan Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis,
vagina, anus, dan bagian lain dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya
sangat pribadi dan harus dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan
keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi
aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian
perawatan pada anak.
Hendaknya UU no. 4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini
akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan
bahwa "anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. atau hidup
4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleha artikel- artikel
pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang
diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
F. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
G. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan
mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan
pengaturan perawatan anak.
b. Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor
psikologis.
H. Intervensi Keperawatan
Dx I : Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan
mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin yang
konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau frustasi yang
tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling dan atau kelas orangtua.
Intervensi:
· Dukung pengungkapan perasaan
· Bantu orangtua mengidentifikasi deficit atau perubahan menjadi orangtua
· Berikan kesempatan interaksi yang sering untuk orangtua atau anak
· Keterampilan model peran menjadi orangtua
I. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut diterapkan
dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil yang di harapakan.
Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan
kondisi pasien.
J. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat
anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan
emosional, dan perkembangan anak secara umum.
Ø Ada 4 bentuk child abuse, yaitu:
1. Emosioanal abuse
2. Physical abuse
3. Neglect
4. Sexsual abuse
Ø Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor resiko yang menyebabkan child abuse,
yaitu :
1. Orang tua yang mempunyai potensi untuk melukai anak-anak.
2. Menurut pandang orang tua anak terlihat bebeda dari anak lain.
3. Adanya kejadia khusus.
Ø Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak
dan di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan
kesehatan tentang child abuse dan mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/175485413/Askep-Anak-Dengan-Child-Abuse
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-gejala-emotional-child-abuse-pada-anak
https://www.scribd.com/document/361818937/PATHWAY-Child-Abuse