Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS HALUSINASI DI

RUANG PANGERAN SURYA NEGARA RUMAH SAKIT


GUNUNG JATI CIREBON

TAHUN 2023/2024

DISUSUN OLEH :

ELSA SANTI SUGANDA

NIM. 21048

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN PENDIDIKAN IMAM


BONJOL (YPIB) MAJALENGKA TAHUN AKADEMIK 2023/2024
A. Kasus (Masalah Utama)

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

B. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis

yang maladatif, klien mengalami distorsi yang nyata dan responnya, namun dalam

halusinasi simulusinternal dan eksternal tidak dapat di identifikasi. (Satrio, 2015).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan interna (pikiran) dan rangsangan eksterna (dunia luar). Klien memberi

persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang

nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal padahal tidak

ada orang yang berbicara (Direja, 2011).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada

panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya

mungkin organik, fungsional, psikotik atapun histerik (Kosmita, 2017).

C. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,

mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungan nya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya

pada lingkungannya.

3) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stress yang

berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu

zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan

Dimetrytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan

teraktifasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi tidak keseimbangan

acetylcholin dan dopamin.

3) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus

pada penggunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan

klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depan nya.

Klienlebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju

alam khayal.

4) Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofernia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan

bahwa faktor keluarga

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit


ini(Farida,Yudi,2018)

b. Faktor Presipitasi

1) Dimensi Fisik

Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang

luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi

alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.

2) Dimensi Emosional

Perasaaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat

berupa perintah memaksa dan menakutkan.

3) Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan

halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang

pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk

melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien

dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi Sosial

Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan

menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat

membahayakan.

5) Dimensi Spriritual
Secara spriritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan

hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan

jarang berupaya secara spriritual untuk menyucikan diri. Klien sering

memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan

lingkungan dan orang lain yang menyebabkan memburuk (Kosmita,

2017).

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah :

1. Tahap 1 (Comforting)

a. Tertawa tidak sesuai dengan situasi

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Bicara lambat

d. Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan.

2. Tahap 2 (Condeming)

a. Cemas

b. Kosentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan realita

3. Tahap 3

a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian dan konsentrasi menurun


d. Efek labil

e. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Tahap 4 (Controlling)

a. Pasien mengikuti halusinasi

b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri

Berisiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Kosmita, 2017).

E. Patofisiologi
Klasifikasi halusinasi terbagi menjadi 5 menurut Yusuf (2015).

1) Halusinasi Pendengaran

Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa

sebab, mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.

2) Halusinasi Penglihatan

Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada

sesuatu yang tidak jelas. Data subjektif anatar lain: melihat bayangan,

sinar, bentuk kartun, melihat hantu atau monster.

3) Halusinasi Penciuman

Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan

tertentu dan menutup hidung. Data subjektif antara lain: mencium

baubau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau itu

menyenagkan.
F. Pohon Masalah
G. Masalah Keperawatan dan Data Yang Dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Subjektif:
(pendengaran) 1. Klien mengatakan mendengar
sesuatu.
Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa
sendiri saat dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan
sesuatu.
3. Berhenti bicara di tengah- tengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Kosentrasi rendah.
6. Pikiran cepat berubah-ubah.
7. Kekacauan alur pikiran.
Isi Halusinaasi Data dikaji dengan menanyakan suara
siapa yang didengar,berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinas
dengar, atau apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien bila jenis halusinasi
adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa di
permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
Waktu dan Frekuensi Halusinasi Data yang dikaji dengan menanyakan
kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu atau
bulan, pengalaman halusinasi itu muncul,
bila mungkin klien diminta menjelaskan
kapan persisnya waktu terjadi halusinasi
tersebut. Informasi ini penting untuk
mengidentifasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu
diperhatikan saat mengalami halusinasi.
Situasi Pencetus Halusinasi Perlu diidentifikasi situasi yang dialami
klien sebelum mengalami halusinasi. Data
dapat dikaji dengan menanyakan kepada
klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Selain itu,
juga bisa mengobservasi apa yang
dialamai klien menjelang muncul
halusinasi untuk memvalidasi klien.
Respon Klien Untuk menentukan sejauh mana halusinasi
telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan menanyakan apa yang dilakukan
oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa
mengontrol stimulus halusinasi atau sudah
tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.
H. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran d.d klien mendengar


suara bisikan, berbicara dan tertawa sendiri (D.0085)
2. Risiko harga diri rendah kronis b.d ketidakefektifan mengatasi masalah
kehilangan
(D.0101)
I. Rencana Tindakan Keperawatan
No Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
(SDKI)

1. Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan Intervensi : Manajemen Halussinasi


berhubungan dengan gangguan intervensi keperawatan selama
pendengaran d.d klien 1 x 24 jam diharapkan halusinasi Observasi :
mendengar suara bisikan pendengaran bisiskan menurun atau 1. Monitor perilaku yang mengindikasi
(D. 0085) pasien dapat tenang dengan kriteria halusinasi
Kategori : Psikologis hasil : 1. tidak lagi mendengar bisikan 2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas
Subkategori : Integritas Ego 2. perilaku halusinasi membaik dan stimulasi lingkungan
3. tidak lagi melamun 3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan
Definisi : 4. tidak lagi mondar-mandir atau membahayakan diri)
Perubahan persepsi terhadap
stimulus baik internal maupun Terapeutik :
eksternal yang disertai dengan 1. Pertahankan lingkungan aman.
respon yang berkurang, 2. Lakukan tindakan keselamatan ketika
berlebihan atau terdistorsi. tidak dapat mengontrol perilaku.
3. Diskusikan perasaan dan respon
Penyebab : terhadap halusinasi
1. Gangguan pendengaran 4. Hindari perdebatan tentang validasi
halusinasi.
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : Edukasi :
1. Mendengar suara bisikan 1. Anjurkan memonitor sendiri situasi
Objektif terjadinya halusinasi
1. Respons tidak sesuai Bersikap 2. Anjurkan bicara pada orang yang
seolah mendengar suara dipercaya untuk memberi dukungan dan
bisikan. umpan balik korektif terhadap
Gejala dan Tanda Minor halusinasi.
Subjektif : 3. Anjurkan melakukan distraksi (mis.
1. Menyatakan kesal Melakukan aktivitas, dan teknik
relaksasi).
Objektif : 4. Ajarkan pasien dan keluarga cara
1. Menyendiri mengontrol halusinasi.
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk Kolaborasi :
4. Disorientasi waktu, tempat, Kolaborasi pemberian obat
orang atau situasi
5. Curiga
6. Melihat ke satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri

Kondisi Klinis Terkait :


1. Gangguan psikotik
2. Risiko harga diri rendah kronis Setelah dilakukan Intervensi : Dukungan pengungkapan
b.d ketidakefektifan mengatasi intervensi keperawatan selama perasaan
masalah kehilangan (D.0101) 1 x 24 jam diharapkan harga diri
meningkat atau pasien dapat percaya Observasi :
Definisi : diri dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tingkat emosi
Beresiko mengalami evaluasi 1. Meningkatkan 2. Identifikasi isyarat verbal dan non
atau perasaan negatif terhadap menerima kehilangan verbal
diri sendiri sendiri atau 2. Meningkatkan verbalisasi harapan 3. Identifikasi perasaan saat ini
kemampuan klien yang 3. Meningkatkan perasaan berguba 4. Identifikasi hubungan antara apa yang
berlangsung dalam waktu lama 4. Meningkatkan konsentrasi dirasakan dan perilaku Terapeutik :
dan terus meneus. 5. Meningkatkan imunitas 1. Fasilitasi mengungkapkan pengalaman
6. Menurunkan perasaan sedih emosional yang menyakitkan
Faktor Risiko : 7. Menurunkan perasaan bersalah 2. Fasilitasi mengidentifikasi asumsi
1. Gangguan psikiatrik 8. Tidak lagi bersedih (menangis) interpersonal yang melatarbelakangi
9. Menurunkan perasaan marah
2. Kegagalan berulang 10.Pola tidur membaik pengalaman emosional
3. Ketidaksesuaian budaya 3. Fasilitasi pertimbangan menunda
4. Ketidaksesuaian spiritual perilaku dalam merespons emosi yang
5. Ketidakefektifan menyakitkan
koping terhadap 4. Fasilitasi membedakan pengungkapan
kehilangan ekspresi emosi yang kuat diperbolehkan
6. Kurang mendapat kasih dan yang merusak hubungan
sayang 5. Fasilitasi menetralkan kembali emosi
7. Kurang keterlibatan dalam yang negative Edukasi :
kelompok/masyarakat 1. Ajarkan mengekspresikan perasaan
8. Kurang penghargaan dari secara asertif
orang lain 2. Informasikan menekan perasaan dapat
9. Ketidakmampuan mempengaruhi hubungan interpersonal
menunjukkan perasaan
10. Perasaan kurang didukung
orang lain
11. Pengalaman traumatik

Kondisi Klinis
1. Gangguan Mental
Daftar Pustaka

Damayanti, N. (2012). Buku Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska

Direja. (2011). Asuhan Keperawan Jiwa Yogyakarta : Nuha Medik

Kosmita. (2017). Laporan Pendahuluan Halusinasi Pendengaran.


https://www.scribd.com/document/342136493/Lp-Halusinasi-Pendengaran

Satrio, dkk (2015). Buku ajar keperawatan jiwa. Lampung: LP2M.

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator Diagnostik. Ed. 1.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriterian Hasil Keperawatan.
Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tibdakan Keperawatan.
Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.

Winurini (2020). Permasalahan Status Mental Akibat Covid-19. Journal Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI. Vol. XII No. 15
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-15-I-
P3DIAgustus-2020-217.pdf

Anda mungkin juga menyukai