Anda di halaman 1dari 21

TUGAS SEMINAR CEREBRAL PALSY

BLOK SISTEM NEUROBEHAVIOR


KELOMPOK 3

1. Ellya Shahnaz F G2A014039


2. M.Zainova G2A014040
3. Rizka Ayu Nur G2A014041
4. Nur Fadlilah G2A014042
5. Winda Aprilia Saputri G2A014043
6. Dinar Puspahati G2A014044
7. Ika Tiyasari G2A014045
8. Nur Holilah G2A014046
9. Tutik Ainul M G2A014047
10. Siti Alfiyah N.P G2A014048
11. Utari Listiani G2A014049
12. Siti Lutfiatul Ilmiyah G2A014050
13. Presty Indah L G2A014051
14. Euis Desi G2A014052
15. Gita Febriani G2A014053
16. Eva Ayu Amalia G2A014054
17. Adi Prayitno G2A014055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015 – 2016
Kata Penghantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah di Blok
Sistem Neurobehavior dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan pada kasus Cerebral
Palsy” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Semarang, 13 November 2015

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................ 1

Daftar Isi ..................................................................................................... 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4

D. Metode Penulisan ..................................................................... 4

BAB II : KONSEP DASAR

A. Pengertian ................................................................................. 5

B. Etiologi ..................................................................................... 6

C. Patofisiologi ............................................................................. 6

D. Manifestasi Kliniks .................................................................. 7

E. Klasifikasi ..................................................................................

F. Penatalaksanaan ....................................................................... 8

G. Pengkajian Fokus ...................................................................... 9

H. Pathways Keperawatan .......................................................... 14

I. DiagnosaKeperawatan ........................................................... 15

J. Fokus Intervensi dan Rasional ............................................... 15

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan ................................................................................. 18

2. Saran ........................................................................................... 19

Daftar Pustaka ........................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cerebral Palsy sebagai sekumpulan gangguan motorik yang diakibatkan dari
kerusakan pada otak yang terjadi sebelum,selama dan sesudah kelahiran.Kerusakan otak pada
anak mempengaruhi sistem motorik dan akibatnya anak tersebut mempunyai koordinasi yang
lemah, keseimbangan yang lemah, pola gerak yang abnormal atau gabungan dari karakteristik
tersebut.
Permasalahan umum yang timbul pada kondisi cerebral palsy spastik diplegi adalah
peningkatan tonus otot-otot postur karena adanya spastisitas yang akan berpengaruh pada
kontrolgerak. Abnormalitas tonus postural akan mengakibatkan gangguan postur tubuh,
control gerak, keseimbangan dan koordinasi gerak yang akan berpotensi terganggunya
aktifitas fungsional sehari –hari
Peran fisioterapi pada kasus cerebral palsy secara umum adalah untuk memperbaiki
postur, mobilitas postural, control gerak dan menanamkan pola gerak yang benar dengan cara
mengurangi abnormalitas tonus postural, memperbaiki pola jalan dan mengajarkan kepada
anak gerakan - Gerakan yang fungsional sehingga anak dapat mandiri untuk melaksanakan
aktifitas sehari-hari. Salah satu alternatifnya adalah metode snoezelen yang mempunyai efek
untuk rileksasi diharap mampu memberi bantuan lebih saat proses terapi latihan dengan
gerakan pasif yang bertujuan untuk menurunkan spastisitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Cerebral Palsy?
2. Bagaimana etiologi Cerebral Palsy?
3. Bagaimana patofisiologi Cerebral Palsy?
4. Bagaimana manifestasi klinis Cerebral Palsy?
5. Bagaimana penatalaksanaan Cerebral Palsy?
6. Apa saja yang harus dikaji dari pasien Cerebral Palsy?
7. Bagaimana pathways Cerebral Palsymenurut teori dan sesuai kasus?
8. Apa saja diagnosa keperawatan yang timbul dari kasus Cerebral Palsy?
9. Bagaimana intervensi dari Cerebral Palsy secara teori?

3
C. Tujuan
Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada anak dengan gangguan
cerebral palsy

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mendefinisikan pengertian dari Cerebral Palsy


2. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi dari Cerebral Palsy
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Perebral Palsy
4. Mahasiswa mampu menyebutkan Manifestasi klinis dari Cerebral Palsy
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan Cerebral Palsy
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian fokus dari Cerebral Palsy
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pathways dari Cerebral Palsy
8. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa dari Cerebral Palsy
9. Mahasiswa mampu menjelaskan fokus intervensi dan rasional dari Cerebral Palsy

D. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan yaitu dengan melakukan pengkajian pustaka dengan mencari
literature di internet dan juga dari beberapa sumber buku.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi/Pengertian

Cerebral palsy adalah kelumpuhan otak besar, merupakan suatu keadaan yang
ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan
fungsi saraf lainnya penyebab paling umum dari gangguan fungsi motorik. (Michael,
2011).
Cerebral palsy (CP) adalah penyebab paling umum dari cacat fisik yang parah di masa
kecil, terjadi pada sekitar 2 di 1.000 bayi lahir hidup. Meskipun prevalensi CP tampaknya
telah stabil dalam 2 dekade terakhir, studi terbaru menunjukkan bahwa CP parah dapat
menurun. Studi neuroimaging membantu mengidentifikasi temuan neuroanatomic yang
abnormal, yang ditemukan pada anak-anak yang paling terpengaruh (Ryan, 2003)
Cerebral Palsy merupakan istilah umum yang menggambarkan beberapa penyakit
yang berasal pada awal kehidupan yang ditandai dengan variabel gangguan motorik
karena penyebab yang tidak ditentukan dan patologi otak. Cerebral palsy adalah istilah
yang menggambarkan gangguan nonprogressive tapi kadang-kadang berubah dari
gerakan dan postur. Masalah gerakan ini karena masalah fungsi otak yang terjadi pada
awal pembangunan.Cerebral palsy mempengaruhi gerak, kekuatan otot, keseimbangan,
dan koordinasi. masalah-masalah ini yang pertama kali dicatat pada masa bayi dan
berlanjut ke kehidupan dewasa. Otot-otot bicara, menelan, dan pernapasan mungkin
terlibat. (Janet, 2010)
Cerebral palsy adalah suatu spektrum defisit neurologis motorik yang predominan
yang terjadi akibat gangguan pranatal dan perinatal, kadang disertai dengan gangguan
belajar, masalah perilaku, dan epilepsi . tetapi sering mampu bertahan hidup sampai
dewasa. (Lionel, 2005).
Cerebral palsy (CP) adalah istilah umum yang mengacu pada sekelompok gangguan
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak. Ini adalah kondisi seumur
hidup permanen, tetapi umumnya tidak memburuk dari waktu ke waktu. Hal ini karena
kerusakan pada otak berkembang baik selama kehamilan atau segera setelah lahir.

5
B. Etiologi
Penyebab Antenatal cerebral palsy adalah kelainan otak bawaan termasuk malformasi
pengembangan kortikal, memungkinkan anak-anak lebih banyak dengan kondisi ini
diidentifikasi dan pengetahuan tentang displasia kortikal, yang beberapa memiliki dasar
genetik, meningkat dengan cepat. Cacat bawaan pada umumnya sangat terkait dengan
cerebral palsy dan anak-anak dengan malformasi otak bawaan juga memiliki lebih
anomali di luar sistem saraf pusat.
Penyebab antenatal diketahui dari cerebral palsy adalah kejadian vaskular ditunjukkan
oleh pencitraan otak (misalnya, oklusi arteri serebri), dan infeksi ibu selama first dan
trimester kedua kehamilan (rubella, cytomegalovirus, toksoplasmosis). Penyebab kurang
umum dari cerebral palsy termasuk gangguan metabolisme, konsumsi ibu dari racun dan
sindrom genetik langka.
Perinatal penyebab 70-80% kasus Cerebral Palsy. Perinatal menyebabkan masalah
selama persalinan darurat obstetrik seperti persalinan terganggu, antepartum perdarahan
atau prolaps tali pusat dapat membahayakan janin menyebabkan hipoksia, tetapi kriteria
penting harus dipenuhi sebelum cerebral palsy dapat dikaitkan dengan episode
intrapartum akut.
Ensefalopati neonatal adalah sindrom klinis didefinisikan fungsi neurologis terganggu
di hari-hari awal kehidupan pada bayi , dimanifestasikan oleh kesulitan dengan memulai
dan mempertahankan respirasi, depresi nada dan refleks, tingkat subnormal kesadaran
dan sering kejang. Anak-anak dengan cerebral palsy yang memiliki riwayat ensefalopati
neonatal lebih mungkin untuk memiliki tanda-tanda hipoksia intrapartum seperti
pewarnaan mekonium cairan ketuban, dan memiliki bentuk yang lebih parah dari
cerebral palsy, daripada mereka yang tidak.

C. Patofisiologi
Dalam banyak kasus, penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi hampir sebagian
besar kasus disebabkan oleh multifaktor. Selama periode prenatal, pertumbuhan yang
abnormal dapat terjadi kapan saja (dapat karena abnormalitas yang bersifat genetik,
toksik atau infeksi, atau vascular insufficiency).

6
Menurut volpe, dalam perkembangan otak manusia terdapat beberapa waktu penting,
dan waktu-waktu puncak terjadinya, sebagai berikut:
 Primary neurulation- terjadi pada 3-4 minggu kehamilan.
 Prosencepbalic development- terjadi pada 2-3 minggu kehamilan.
 Neuronal proliferation- penambahan maksimal jumlah neuron terjadi pada bulan ke
3-4 kehamilan.
 Organization- pembentukan cabang, mengadakan sinaps, kematian sel, ploriferasi
dan diferensiasi sel glia terjadi bulan ke 5 kehamilan sampai beberapa tahun setelah
kelahiran.
 Myelination- penyempurnaan sel-sel neuron yang terjadi sejak kelahiran sampai
beberapa tahun setelah kelahiran.
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya
neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gry, saluran sulci dan
berat otak rendah.
Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder
dari penyebab mekanisme yang lain. CP (Cerebral Palsy) dapat dikaitkan dengan
premature yaitu spastic displegia.
Selebral palsy dapat terjadi karena kerusakan yang meluas diduga berhubungan
dengan vascular regional dan vaktor metabolik, serta distribusi regional dari rangsangan
pembentukan synaps.
Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor saat
terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah ke otak
dan sistem peredaran darah, serta respon bio kimia jaringan otak terhadap penurunan
oksigenasi. Pada keadaan yang berat tanpak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik
yang menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi patchy necrosis di daerah
paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia grisea
korteks serebri.
Tidak ada hal-hal yang mengatur dimana kerusakan vaskuler akan terjadi, dan
kerusakan ini terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak janin. Autoregulasi
peredaran darah serebral pada neonatal sangat sensitive terhadap asfiksial perinatal.

7
D. Manifestasi Klinis
Segera setelah dilahirkan, bagi yang menderita cerebral palsi dapat menunjukan
beberapa tanda dan gejala yang khas, meliputi :
 Letargi atau iritabilitas berlebihan
 Tangisan bernada tinggi
 Kontrol kepala yang buruk
 Refleks mengisap yang lemah

Gejala fisik tambahan yang dapat menunjukan serebral palsi meliputi : Keterlambatan
perkembangan motorik (ketidakmampuan untuk memenuhi patokan tumbuh kembang
yang penting). Lingkaran kepala yang abnormal, khususnya lingkaran kepala yang lebih
kecil daripada ukuran normal menurut usia (karena kepala akan tumbuh ketika otak
tumbuh).

Postur tubuh yang abnormal, seperti kedua tungkai diluruskan ketika berbaring
telentang sementara jari-jari kaki mengarah kebawah, mengangkat kepala lebih tinggi
daripada keadaan yang normal ketika berbaring telungkup karena terdapat
pelengkungan tulang punggung. Tonus otot dan penampilan yang abnormal (gerakan
tiba-tiba untuk merangkak pada saat telentang, berjalan menggunakan jari-jari kaki
untuk menapak pertama kali). (Kowalak Jenifer P, 2011)

Tanda klinik umum pasien Cerebral Palsi memperlihatkan adanya cacat fisik dengan
kelainan motorik ,dapat disertai dengan paralisis, lemah otot, gangguan komunikasi dan
bicara, adanya konvulsi, IQ yang rendah (<50), 21% IQ 50-70, gangguan emosi dan
sensori, gangguan penelanan. 15% pasien CP menunjukkan retardasi mental dari
derajat ringan sampai dengan moderat. Tiga puluh sampai dengan 45% mengalami
gangguan bicara dan 50-75% mengalami tuli.4,5 Epilepsi terjadi pada 10% penderita,
masalah gangguan makan minum dan drooling merupakan komplikasi yang sering
terjadi. (Syarif Willyanti Soewondo, 2012)

E. Klasifikasi
1. paresis artinya lemah
2. plegia artinya lumpuh / paralisis

8
3. Monoplegia / monoparesis – hanya satu sisi tubuh yg terkena . dipercaya merupakan
bentuk lain dari hemiparesis / hemiplegia dimanahanya salah satu anggota gerak saja
terkena dan sangat terlihat perbedaannya.
4. Diplegia /diparesis – suatu keadaan dimana gangguan ada di anggota gerak bawah
(tungkai) sementara lengan dan tangan terlihat normal.
5. Hemiplegia/hemiparesis- suatu kerusakan yg mengakibatkan lengan maupun tungkai
yg satu sisi terlihat lemah atau lumpuh
6. Quadriplegia/quadriparese- artinya semua anggota gerak lemah / layu

F. Penatalaksanaan
1. Terapi Fisik
Terapi fisik selalu dimulai setelah diagnosa ditegakkan. Program terapi fisik
menggunakan gerakan spesifik mempunyai 2 tujuan utama yaitu mencegah
kelemahan atau kemunduran fungsi otot yang apabila berlanjut akan menyebabkan
pengerutan otot (disuse atropy) dan yang kedua adalah menghindari kontraktur
dimana otot akan menjadi kaku yang pada akhirnya akan menimbulkan posisi tubuh
abnormal.
2. Terapi Medikamentosa
Untuk penderita CP yang disertai kejang, dokter akan memberi obat anti kejang. Obat
yang diberikan secara individual dipilih berdasarkan tipe kejang
3. Botulinum Toxin
Merupakan medikasi yang berkerja dengan menghambat pelepasan acetilcholin dari
presinaptikpada pertemuan otot dan saraf. Intervensi botolinum dapat digunakan pada
deformitas ekstremitas atas yang secara sekunder akibat tonus otot abnormal dan
tumbuhnya tulang
4. Baclofen Intratekal
Baclofen merupakan GABA agonis yang diberikan secara intratekal melalui pompa
yang ditanamkan akan sangat membantu penderita dalam mengatasi kekakuan otot
berat yang sangat mengganggu fungsi tubuh
5. Terapi Bedah
Sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan masalah
pergerakan berat

9
G. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer
a) Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien meminta bantuan kesehatan adalah berhubungan
dengan kelumpuhan pada alat gerak, ekstremitas atas maupun bawah.
b) Pemeriksaan Fisik
i. B1 (Breathing)
Jika tidak ada penyakit lain yang menyertai,pemeriksaan sistem pernapasan
klien dalam batas normal.Pada palpasi biasanya taktil premitus seimbang
kanan dan kiri.Perkusi didapatkan resonan pada seluruh lapangan
paru.Auskultasi tidak terdengar bunyi napas tambahan.
ii. B2 (Blood)
Bila tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan nadi dengan
frekuensi dan ritme yang normal,tekanan darah dalam batas normal,dan tidak
terdengar bunyi jantung tambahan.
iii. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
c) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada Cerebral Palsy biasanya kesadaran klien komposmentis.
d) Pengkajian Saraf Kranial
Pemeriksaan saraf kranial meliputi pemeriksaan pada saraf kranial I-XII
i. Saraf I,Biasanya pada klien tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
ii. Saraf II,Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
iii. Saraf III,IV,dan VI.Penurunan gerakan kelopak mata pada sisi yang sakit
(lagoftalmos).
iv. Saraf V,kelumpuhan seluruh otot wajah satu sisi,lipatan nasolabial pada sisi
kelumpuhan mendatar,adaanya gerakan untuk sinkinetik.
v. Saraf VII,Berkurangnya ketajaman pengecapan,mungkin sekali edema saraf
fasialis di tingkat foramen stilomastoideus meluas sampai bagian saraf
fasialis,dimana khorda timpani menggabungkan diri padanya.
vi. Saraf VIII,Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

10
vii. Saraf IX dan X,Paralisis otot orofaring,kesulitan berbicara,mengunyah dan
menelan.Kemampuan menelan kurang baik,sehingga menganggu pemenuhan
nutrisi via oral.
viii. Saraf XI,Tidak ada atrofi sternokleidomastoideus dan traapezius,Kemampuan
mobilisasi leher baik

2. Pengkajian Sekunder
a) Pemeriksaan Fisik(Head to Toe)
Dalam menegakkan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan
kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat
kehamilan,persalinan dan kesehatan bayi.Perlu juga dilakukan pemeriksaan
refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak.
Refleks adalah gerakan dimana tubuh secara otomatisasi bereaksi sebagai
respon terhadap stimulus spesifik.Sebagai contoh,jika bayi baru lahir menekuk
kepalanya maka kaki akan bergerak ke atas kepala,dan bayi secara otomatis
akan membentangkan lengannya,yang dikenal dengan refleks moro,yang tampak
seperti gerakan akan memeluk.Secara normal,refleks tersebut akan menghilang
pada usia 6 bulan,tetapi pada penderita CP,refleks tersebut akan bertahan lebih
lama.Hal tersebut merupakan salah satu dari beberapa refleks yang harus
diperiksa.
Perlu juga memeriksa penggunaan tangan,kecenderungan untuk
menggunakantangan kanan atau kiri.Jika dokter memegang obyek didepan dan
pada sisi dari bayi,bayi akan mengambil benda tersebut dengan tangan yang
cenderung dipakai,walaupun obyek didekatkan pada tangan yang
sebelahnya.Sampai usia 12 bulan,bayi masih belum menunjukkan
kecenderungan menggunakan tangan yang dipilih.Tetapi bayi dengan spastik
hemiplegia,akan menunjukkan perkembangan pemilihan tangan lebih dini,sejak
tangan pada sisi yang tidak terkena menjadi lebih kuat dan banyak digunakan.
Langkah selanjutnya dalam diagnosis CP adalah menyingkirkan penyakit
lain yang menyebabkan masalah pergerakan.Yang terpenting,harus ditentukan
bahwa kondisi anak tidak bertambah buruk.Walaupun gejala dapat berubah
bersama waktu,CP sesuai dengan definisinya tidak dapat menjadi progresif.

11
Jika anak secara progresif kehilangan kemampuan motor,ada kemungkinan
terdapat masalah yang berasal dari penyakit lain,misalnya penyakit
genetik,penyakit muskuler,kelainan metabolik,tumor SSP.Penelitian metabolik
dan genetik tidak rutin dilakukan dalam evaluasi anak dengan CP (Level
B,Class II,III evidence).Riwayat medis anak pemeriksaan diagnostik khusus,dan
pada sebagian kasus,pengulangan pemeriksaan akan sangat berguna untuk
konfirmasi diagnostik dimana penyakit lain dapat disingkirkan.

b) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Neuroradiologik
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab CP
perlu dikerjakan,salah satu pemeriksaan adalah :
i. CT scan kepala,yang merupakan pemeriksaan imaging untuk mengetahui
struktur jaringan otak.CT scan dapat menjabarkan area otak yang kurang
berkembang,kista abnormal,atau kelainan lainnya.Dengan informasi dari CT
Scan,dokter dapat menentukan prognosis penderita CP.
ii. MRI kepala,merupakan teknik imaging yang canggih,menghasilkan gambar
yang lebih baik dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi dekat
dengan tulang dibanding CT scan kepala.Dikatakan bahwa neuroimaging
direkomendasikan dalam evaluasi anak CP jika etiologi tidak dapat ditemukan.
iii. Pemeriksaan ketiga yang dapat menggambarkan masalah dalam jaringan otak
adalah USG kepala.USG kepala dapat digunakan pada bayi sebelum tulang
kepala mengeras dan UUB tertutup.Walaupun hasilnya kurang akurat
dibanding CT daan MRI,teknik tersebut dapat mendeteksi kista dan struktur
otak,lebih murah dan tidak membutuhkan periode lama pemeriksaannya.
iv. Pemeriksaan Lain
Pada akhirnya,klinisi mungkin akan mempertimbangkan kondisi lain yang
berhubungan dengan CP,termasuk kejang,gangguan mental dan visus atau
masalah pendengaran untuk menentukan pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan.Jika dokter menduga adanya penyakit kejang,EEG harus
dilakukan.EEG akan membantu dokter untu melihat aktivitas elektrik otak
dimana akan menunjukkan penyakit kejang.

12
Pemeriksaan intelegensi harus dikerjakan untuk menentukan derajat gangguan
mental.Kadangkala intelegensi anak sulit ditentukan dengan sebenarnya
karena keterbatasan pergerakan,sensasi atau bicara,sehingga anak CP
mengalami kesulitan melakukan tes dengan baik.Jika diduga ada masalah
visus,dokter harus merujuk ke optalmologis untuk dilakukan pemeriksaan,jika
terdapat gangguan pendengaran,dapat dirujuk ke otologist.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien
mengalami penyakit iskemia vaskular,otitis media,tumor intrakranial,trauma
kapitis,penyakit virus(herpes simplek,herpes zoster),penyakit autoimun,atau
kombinasi semua faktor ini. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien,pengkajian tindakan medis yang didapat klien dapat mendukung
pengkajian riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang
keluhan utama klien.Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti
kapan mulai serangan,sembuh,atau bertambah buruk.Pada pengkajian klien
Cerebral Palsy sering ditemukan keluhan buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf

5. Pengkajian Psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien Cerebral Palsy meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi,kognitif,dan perilaku klien.Pengkajian mekanisme koping digunakan klien
juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap kelumpuhan otak dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.

13
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecacatan,rasa cemas,rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal,dan pandangan terhadap dirinya yang salah(gangguan citra
tubuh).Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa
digunakan klien selama masa stres,meliputi:kemampuan klien untuk
mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan
perilaku akibat stres.

14
H. Patways

CEREBRAL PALSI

Malformasi Kongenital Sectio Caesarea

Hambatan nyeri akut diplegia, pusat asifiksia

Komunikasi hemiplegia, pernafasan kongenital

verbal tetraplegia terganggu

Muntah, Cedera

Nyeri kepala Anoksia Otak

KETIDAK POLA
nutrisi kurang TERATURAN NAFAS
PERILAKU TIDAK
dari kebutuhan
BAYI EFEKTIF
tubuh

GANGGUAN GANGGUAN
MATA, PERSEPSI
PENDENGARAN SENSORI

15
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi panas (Wong, 2004)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perkembangan terhambat (Nanda,
2007)
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis (Nanda, 2012)
4. Hambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan neuromuskular (Nanda,
2012)

J. Intervensi Keperawatan

TUJUAN &
INTERVENSI RASIONAL
No KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan asuhan a. berikan selimut a. untuk menurunkan
keperawatan selama 3x24 pendingin atau tipis suhu tubuh anak
jam, diharapakan pasien b. lakukan kompres dengan cara konduksib
mampu mempertahankan hangat pada anak b. untuk menurunkan
suhu tubuh dalam batas c. pantau suhu tubuh suhu tubuh anak
normal, dengan kriteria anak secara berkala dengan cara evaporasi
hasil: d. anjurkan pada c. untuk mencegah
a. suhu tubuh anak keluarga pasien pendinginan tubuh
dalam batas agar memberikan yang berlebihan
normal (36- minum air putih d. untuk menyerap
37.5°C) sedikit tapi sering keringat
b. mukosa bibir e. kolaborasi e. obat penurun panas/
anak lembab pemberian menurunkan suhu dari
c. akral tidak panas/ antipiretik sesuai pusat hipotalamus
hangat terapi
2. Setelah dilakukan asuhan a. Berikan sebanyak a. untuk
keperawatan selama 3x24 mungkin kebebasan mempertahankan rasa
jam, diharapakan pasien bergerak dan otonomi
mampu menunjukkan dorong aktivitas b. meningkatkan
tingkat mobilitas, dengan normal kemampuan / tolak
kriteria hasil: b. Ajarkan dan bantu ukur dari pertumbuhan
pasien dalam c. mungkinuntuk

16
a. Melakukan proses perpindahan menurunkan perasaan
perpindahan yang aman immobilisasi
b. Ambulasi : c. Ubah posisi d. mencegah terjadinya
berjalan ditempat tidur bila kontraktur dan
c. Melakukan d. Ajarkan dan meningkatkan
aktifitas sehari- dukung pasien kekuatan otot
hari secara dalam latihan ROM e. lebih mudah
mandiri aktit / pasif untuk menentukan
d. menyangga berat mempertahankan pendidikan kesehatan
badan atau meningkatkan yang tepat
kekutan atau
ketahanan otot
e. Kaji kebutuhan
pasien akan
pendidikan
kesehatan
3. Setelah dilakukan asuhan a. Anjurkan a. untuk mengurangi
keperawatan selama 3x24 kunjungan keluarga ansietas anak
jam, diharapakan pasien secara teratur untuk b. memberikan waktu
mampu menunjukkan memberi stimulasi pada anak untuk
komunikasi, dengan pada komunikasi memahami
kriteria hasil: b. Bicara perlahan, pembicaraan
a. Anak mampu jelas dan tenang, c. menguatkan bicara dan
bertukar pesan menghadap kearah mendorong
secara akurat pasien pemahaman
dengan orang c. Gunakan kartu d. untuk memudahkan
lain baca, bahasa tubuh, komunikasi nonverbal
b. Menggunakan dan gambar untuk e. agar anak tidak
bahasa tertulis, memfasilitasi mempelajari kebiasaan
berbicara, komunikasidua komunikasi yang
nonverbal arah yang optimal buruk.
c. Menggunakan d. bantu keluarga
bahasa isyarat mendapatkan alat
elektronik
(microphone)
e. Beritahu ahli terapi

17
wicara dengan
lebih dini.
4. Setelah dilakukan asuhan a. kaji tingkat tumbuh a. mengetahui tingkat
keperawatan selama 3x24 kembang anak tumbuh kembang anak
jam, diharapakan anak b. ajarkan untuk secara dini untuk
akan menunjukkan tingkat intervensi awal menentukan intervensi
pertumbuhan dan p dengan terapi yang tepat
erkembangan sesuai rekreasi dan b. mengelompokkan
dengan usia, dengan aktivitas sekolah anak dengan kelompok
kriteria hasil: c. berikan aktivitas usia akan
a. melakukan yang sesuai, menstimulasi proses
ketrampilan menarik, dan dapat tumbuh kembang anak
sesuai dengan dilakukan oleh c. aktivitas yang
usia anak. menarik akan
b. mampu d. Rencanakan menambah kemauan
melakukan ADL bersama anak anak untuk mencapai
secara mandiri aktivitas dan aktivitas tersebut
c. menunjukkan sasaran yang d. untuk mendorong
peningkatan memberikan kerjasama dan citra
dalam berespon kesempatan untuk diri yang positif
keberhasilan e. untuk memperkuat
e. Berikan pendkes stimulasi tumbuh dan
stimulasi tumbuh kembang anak
kembang anak pada
keluarga

18
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Cerebral palsy adalah penyebab paling umum dari gangguan fungsi motorik.
Perawatan individu dengan cerebral palsy harus mencakup penyediaan rumah medis
perawatan primer untuk koordinasi perawatan, support dan evaluasi diagnostic
(Michael, 2011). Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William
John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat
prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali
memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya
dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.

2. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami asuhan
keperawatan pada penderita Cerebral palsy. Dengan demikian, diharapkan nantinya
dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap Cerebral palsy.

19
DAFTAR PUSTAKA

Department of Pediatrics, University of Washington, Seattle, WA. (2003). Ryan M.


McAdams, MD, Sandra E. Juul, MD, PhD. Cerebral Palsy: Prevalence, Predictability,
and Parental Counselin.
http://neoreviews.aappublications.org/content/neoreviews/12/10/e564.full.pdf(accesse
d November 7th, 2015)

Ginsberg, Lionel.Lecture Notes: Neurology. 2005. Edisi Kedelapan. Jakarta :


Erlangga

Kowalak, Jenifer P dkk.(2011). Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta : EGC

Munir, Badrul. (2015). Neurologi Dasar. Jakarta : Sagung Seto

NANDA 2010. Diagnosa Nanda: Definisi dan klasifikasi. Philadelphia: USA

Saharso, Darto. Cerebral Palsy Diagnosa dan Tatalaksana. 2006. Surabaya:


Openurika Creative Multimedia and Presentations Division.

Saharso Darto. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu
Kesehatan Anak VI. . 2006. Surabaya:Openurika Creative Multimedia and
Presentations Division.

Syarif willyanti Soewondo.(2012).Perawatan Dental Anak dengan Ceribral Palsy.


Bandung:Denti

The Journal of American Medical Association.(2010). Janet M. Torpy, MD. Cerebral


Palsy, http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=186513(accessed
th
November 7 , 2015)

Wake Forest University School of Medicine. (2011). T. Michael O’Shea, MD,


MPH.Diagnosis, Treatment, and Prevention of Cerebral Palsy in Near- Term/Term
Infants. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3051278/(accessed
th
November 7 , 2015)

http://eprints.ums.ac.id/26227/2/2_BAB_I.pdf. Didownload pada 6 November


2015. Pukul 18.47 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai