Disusun Oleh :
1. Dina ayu amiliyah (201501042)
2. Dini fatimatuzzahroh (201501043)
3. Fani oktia dwi handini (201501047)
4. Ismawati khasanah (201501049)
5. Jagad kurnia putri al habib (201501050)
6. Julia dwi prihantini (201501051)
7. Meisyah maulina putri (201501052)
8. Nadiroh umi fiktorika (201501056)
9. Nur niken setyo wati (201501057)
10. Nurfiana dwi pramita (201501058)
11. Rahma Laila julva (201501061)
12. Riska putriana effendi ( 201501063)
13. Septia tri cahyaningtias (201501064)
14. Silsilia putri avita sari (201501065)
15. Aprilia putri anggreini (201501068)
16. Wahyu ellen merdiansyah (201501069)
17. Alda afifatur rizma ( 201501073)
18. Ila fifatul umroh (201501074)
19. Amina nurfadilah ( 201501075)
20. Reri setya leonita ( 201501077)
PRODI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 1B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Kebutuhan Eliminasi Alvi)”. Solawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Rasulullah
SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir jaman, amin.
Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar
1. Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna karena keterbatasan penulis, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi makalah yang lebih baik
dan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ tersebut.
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diatara individu
namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan
karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker
kolestrol (Robinson dan Weigley, 1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi normal
dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambar eliminasi. Asuhan keperawatan
yang mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan
yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan eliminasi eval ?
2. Bagaimana cara kerja proses defekasi ?
3. Apa saja faktor dan masalah yang terjadi terkait eliminasi eval ?
4. Jelaskan Teknik dan Prosedur Asuhan Keperawatan pada klien stroke dengan
konstipasi !
BAB II
PEMBAHASAN
B. Proses defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaitu terletak di
medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter
anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur selama defekasi. Berbagai
otot lain juga membatu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan
otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat
makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam
mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang
normal terdiri atas masa padat dan berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas
sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum terdapat dua macam refleks dalam membantu proses defekasi, yaitu
refleks defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zatsisa makanan (feses) dalam bentuk
rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenteriku merangsang gerakan
parestaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, dimana proses defekasi terjadi saat
sfingter interna berelaksasi. Refleks defekasi parasimpatis yang dimulai dari adanya feses
dalam rectum yang merangsang saraf rectum, kemudian ke spinal cord, merangsang ke
kolon desenden, ke sigmoid, lalu rectum dengan gerakan parestaltic, dan akhirnya terjadi
proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.
Kemungkinan penyebab:
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis,
CVA dan lain-lain.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menurunnya paristaltik karena stres prikologis.
e. Penggunaan bat seperti antasida, laksanatif, atau anestesi.
f. Proses menua (lanjut usia)
2. Konstipasi Kolonik
Konstipasi kolonik merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
mengalami perlambatan pasase residu makanan yang mengakibatkan feses kering dan
keras.
Tanda klinis:
a. Adanya penurunan frekuensi eliminasi
b. Feses kering dan keras
c. Mengejan saat defekasi
d. Nyeri defekasi
e. Adanya distensi pada abdomen
f. Adanya tekanan pada rectum
g. Nyeri abdomen
Kemungkinan penyebab:
Kemungkinan penyebab:
Kemungkinan penyebab:
E. Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke dengan masalah konstipasi
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi. Secara normal, frekuensi buang air
besar pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3
kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150g.
b. Keadaan feses, meliputi:
3. Intervensi Keperawatan
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan Standar luaran keperawatan Indonesia
(SLKI) (PPNI, 2019) untuk mengatasi konstipasi yaitu:
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Anjurkan pasien untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas
yang telah dikeluarkan, setelah selesai anjurkan pasien untuk
membersihkan daerah sekitar anusnya.
d. Masukkan bahan pemeriksaan kedalam botol yang telah disediakan.
e. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
f. Cuci tangan.
Prosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Pasang pengalas di bawah glutea
6) Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi
bagian lubang pispot tepat dibawah rektum.
7) Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan kepada pasien apakah sudah
nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.
8) Anjurkan pasien untuk pasien buang air besar pada pispot yang disediakan.
9) Setelah selesai, siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
10) Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11) Cuci tangan.
c. Masase Abdomen
1) Tujuan masase abdomen yaitu :
Menurunkan tegangan pada otot abdomen
Meningkatkan motilitas pada sistem pencernaan
Meningkatkan sekresi pada sistem intestinal
Memberikan efek pada pada relaksasi sfingter
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2018), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a) Evaluasi Formatif
Evaluasi ini disebut evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan
tujuan tercapai.
b) Evaluasi Sumatif
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ tersebut.
Eliminasi alvi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini diatur
oleh gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus (duodenum, jejenum dan ileum) dan
usus besar yang meliputi katup ileum caecum sampai ke dubur (anus).
Eliminasi alvi (buang air besar) merupakan proses pengosongan usus. Terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum
tulang belakang. (A. Aziz, 2008: 71).
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau
alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdisi dari atas dua, yakni eliminasi urine
(kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar.
B. Saran
1. Pasien
Pasien diharapkan selalu mematuhi anjuran dari petugas kesehatan agar menghindari
ataupun mengurangi kemungkinan masalah yang dapat merugikan klien.
2. Keluarga
Disarankan keluarga untuk menemani klien saat pengobatan untuk membantu
mengurangi kecemasan klien.
3. Perawat
Perawat sebaiknya melakukan pengkajian yang lebih teliti kepada klien untuk
membantu pembentukan diagnosa yang lebih akurat serta melibatkan keluarga klien
dalam pemenuhan kebutuhan klien.
4. Instansi Rumah Sakit
Peningkatan pelayanan dan kondisi kerja yang lebih nyaman untuk kelancaran proses
kesehatan baik bagi pihak pasien itu sendiri maupun petugas yang bekerja di rumah
sakit.
5. Instansi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menunjang
pembelajaran serta meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://fik.umpo.ac.id/content/uploads/2020/10/KDM.pdf
https://gustinerz.com/masalah-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-alvi/#:~:text=Buang
%20Air%20Besar%2FBAB%20atau,sampai%20ke%20dubur%20(anus)