Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR 1

KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI

Dosen Pengampu : Rodiyah, S. Kep., Ns., M. Kes

Disusun Oleh :
1. Dina ayu amiliyah (201501042)
2. Dini fatimatuzzahroh (201501043)
3. Fani oktia dwi handini (201501047)
4. Ismawati khasanah (201501049)
5. Jagad kurnia putri al habib (201501050)
6. Julia dwi prihantini (201501051)
7. Meisyah maulina putri (201501052)
8. Nadiroh umi fiktorika (201501056)
9. Nur niken setyo wati (201501057)
10. Nurfiana dwi pramita (201501058)
11. Rahma Laila julva (201501061)
12. Riska putriana effendi ( 201501063)
13. Septia tri cahyaningtias (201501064)
14. Silsilia putri avita sari (201501065)
15. Aprilia putri anggreini (201501068)
16. Wahyu ellen merdiansyah (201501069)
17. Alda afifatur rizma ( 201501073)
18. Ila fifatul umroh (201501074)
19. Amina nurfadilah ( 201501075)
20. Reri setya leonita ( 201501077)
PRODI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 1B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Kebutuhan Eliminasi Alvi)”. Solawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Rasulullah
SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir jaman, amin.
Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar
1. Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna karena keterbatasan penulis, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi makalah yang lebih baik
dan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ tersebut.
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diatara individu
namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan
karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker
kolestrol (Robinson dan Weigley, 1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi normal
dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambar eliminasi. Asuhan keperawatan
yang mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan
yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan eliminasi eval ?
2. Bagaimana cara kerja proses defekasi ?
3. Apa saja faktor dan masalah yang terjadi terkait eliminasi eval ?
4. Jelaskan Teknik dan Prosedur Asuhan Keperawatan pada klien stroke dengan
konstipasi !
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kebtuhan eliminasi alvi


Eliminasi alvi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini diatur
oleh gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus (duodenum, jejenum dan ileum) dan
usus besar yang meliputi katup ileum caecum sampai ke dubur (anus).
Eliminasi alvi (buang air besar) merupakan proses pengosongan usus. Terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum
tulang belakang. (A. Aziz, 2008: 71)
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau
alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdisi dari atas dua, yakni eliminasi urine
(kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).

B. Proses defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaitu terletak di
medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter
anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi
dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur selama defekasi. Berbagai
otot lain juga membatu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan
otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat
makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam
mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang
normal terdiri atas masa padat dan berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas
sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum terdapat dua macam refleks dalam membantu proses defekasi, yaitu
refleks defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zatsisa makanan (feses) dalam bentuk
rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenteriku merangsang gerakan
parestaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, dimana proses defekasi terjadi saat
sfingter interna berelaksasi. Refleks defekasi parasimpatis yang dimulai dari adanya feses
dalam rectum yang merangsang saraf rectum, kemudian ke spinal cord, merangsang ke
kolon desenden, ke sigmoid, lalu rectum dengan gerakan parestaltic, dan akhirnya terjadi
proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.

C. Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi


1. Usia
Setiap tahap perkembangan / usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi
yang berbeda. Bayi belum memiliki kemapuan mengontrol secara penuh dalam buang
air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara
penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami
penurunan.
2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi. Makanan memiliki kandungan serat tinggi dapat membatu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat mempengaruhinya.
3. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras karenan
proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses
defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membatu kalancaran proses defekasi, sehingga
proses gerakan kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan obat-
obatan laksatif atau antasida yang terlalu sering.
6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat
terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat / kebiasaan buang air besar
ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut buang air besar
ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka akan mengalami kesulitan dalam
proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit
tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti gastroenteristis
atau penyakit infeksi lainnya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti
nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.
9. Kerusakan Sensiosis dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi
karena dapat menimbulkan penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal
tersebut dapat diakibatkan kerena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan
saraf lainnya.

D. Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi


1. Konstipasi
Kontstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi
mengalami statis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi yang jarang atau keras,
atau keluarnya tinja kering dan keras.
Tanda klinis:
a. Adanya feses yang keras
b. Defekasi krang dari 3 kali seminggu
c. Menurunnya bising usus
d. Adanya keluhan pada rektum
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses

Kemungkinan penyebab:
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis,
CVA dan lain-lain.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menurunnya paristaltik karena stres prikologis.
e. Penggunaan bat seperti antasida, laksanatif, atau anestesi.
f. Proses menua (lanjut usia)
2. Konstipasi Kolonik
Konstipasi kolonik merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
mengalami perlambatan pasase residu makanan yang mengakibatkan feses kering dan
keras.
Tanda klinis:
a. Adanya penurunan frekuensi eliminasi
b. Feses kering dan keras
c. Mengejan saat defekasi
d. Nyeri defekasi
e. Adanya distensi pada abdomen
f. Adanya tekanan pada rectum
g. Nyeri abdomen

Kemungkinan penyebab:

a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis,


CVA, dan lain-lain.
b. Pola defekasi yang tidak teratur
c. Efek samping penggunaan obat antasida, anestesi, laksanatif, dan lain-lain.
d. Menurunnya pristaltic.
3. Konstipasi Dirasakan
Konstipasi dirasakan merupakan keadaan dimana individu dalam menetukan sendiri
penggunaan laksanatif, enema, atau supositoria untuk memastikan defekasi setiap
harinya.
Tanda klinis:
a. Adanya penggunaan laksansia setiap hari sebagai enema atau sipositoria secara
berlebihan.
b. Adanya dugaan pengeluaran feses pada waktu yang sma setiap hari.

Kemungkinan penyebab:

a. Persepsi salah akibat depresi


b. Keyakinan budaya
4. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada
rasa mual dan muntah.
Tanda klinis:
a. Adanya pengeluaran feses cair
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
c. Nyeri abdomen
d. Bising usus meningkat

Kemungkinan penyebab:

a. Mengabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi


b. Peningkatan paristaltik karena peningkatan metabolisme
c. Efek tindakan pembedahan usus
d. Efek peggunaan obat sperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
e. Stres psikologis.
5. Inkontinensia Usus
Inkontinensia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan dari proses defekasi normal mengalami proses pengeluaran fesca tak
disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat
kerusakan sfingter.
Tanda klinis:
 Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan penyebab:

 Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan, dan lain-lain.


 Distensi rektum berlebih.
 Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
 Kerusakan kognitif.
6. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena penggumpalan gas
secara berlebihan dalam lambung atau usus.
7. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapatdisebabkan karena konstipasi,
perenggangan saat defekasi, dan lain-lain.
8. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan masa feses keras dilipatka rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi feses berkepanjangan. Penyebab konstipasi asupan
kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

E. Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke dengan masalah konstipasi
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi. Secara normal, frekuensi buang air
besar pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3
kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150g.
b. Keadaan feses, meliputi:

Keadaan Normal Abnormal Penyebab


Warna  Bayi:  Putih,  Kurangnya
kuning hitam/tar, kadar
 Dewasa: atau empedu,
coklat merah perdarahan
 Pucat salura cerna
berlemak bagian
atas,atau
perdarahan
saluran cerna
bagian
bawah.
 Malabsorpsi
lemak
Bau Khas feses dan Amis dan Darah dan infeksi
dipengaruhi perubahan bau
oleh makanan
Konsistensi Lunak dan Cair Diare dan absorpsi
berbentuk kurang
Bentuk Sesuai diameter Kecil, bentuknya Obstruksi dan
rektum seperti pensil peristaltic yang
cepat
konstituen Makanan yang Darah, pus, Internal bleeding,
tidak dicerna, benda, mukus infeksi, tertelan
bakteri yang atau cacing benda, iritasi, atau
mati, lemak, inflamasi
pigmen,
empedu,
mukosa usus,
air.

c. Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi


Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi antara lain perilaku atau kebiasaan
defekasi, diet (makanan yang mempengaruhi defekasi), makanan yang biasa
dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak, cairan
(jumlah dan jenis minuman/hari), aktivitas ( kegiatan sehari-hari), kegiatan yang
spesifik, penggunaan obat, stres, pembedahan/penyakit menetap, dan lain
sebaganya.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan abdomen seperti ada atau tidaknya distensi,
simetris atau tidak, gerakan paristaltik, adanya masa pada perut, dan tenderness.
Kemudian, pemeriksaan rectum dan anusdinilai dari ada atau tidaknya tanda
inflamasi, seperti perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid, dan massa.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
stroke, yaitu :
1) Gangguan mobilitas fisik b.d hemiparasis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi,spatisitas dan cedera otak
2) Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nervus hipoglosus
4) Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen dibuktikan dengan
defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, peristaltic
usus menurun, kelemahan umum, distensi abdomen (ppni, 2017).

3. Intervensi Keperawatan
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan Standar luaran keperawatan Indonesia
(SLKI) (PPNI, 2019) untuk mengatasi konstipasi yaitu:

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


.
1. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan dalam
dengan kelemahan otot asuhan manajemen konstipasi
abdomen dibuktikan dengan keperawatan antara lain :
defekasi kurang dari 2 kali diharapkan 3 x 24 a. Observasi
seminggu, pengeluaran feses jam konstipasi 1) Periksa tanda dan
lama dan sulit, peristaltic klien berkurang. gejala konstipasi
usus menurun, kelemahan Dengan kriteria 2) Periksa
umum, distensi abdomen hasil : pergerakan usus,
a. Kontrol karakteristik feses
pengeluaran ( konsistensi,
feses : bentuk, volume,
meningkat warna )
b. Keluhan 3) Identifikasi faktor
defekasi lama risiko konstipasi
dan sulit : (mis. Obat-obatan,
menurun dan diet rendah
c. Distensi serat)
abdomen : b. Terapeutik
menurun 1) Anjurkan diet
d. Teraba massa tinggi serat
pada rektal : 2) Lakukan massa
menurun abdomen
e. Konsistensi 3) Lakukan evakuasi
feses : feses secara
membaik manual, jika perlu
f. Frekuensi 4) Berikan enema
defekasi : atau irigasi, jika
membaik perlu
g. Peristaltik c. Edukasi
usus : 1) Jelaskan etiologi
membaik masalah dan
alasan tindakan
2) Anjurkan
peningkatan
asupan cairan, jika
tidak ada
kontraindikasi
3) Latih buang air
besar secara
teratur
4) Ajarkan cara
mengatasi
konstipasi/impaksi
d. Kolaborasi
1) Konsultasi
dengan tim medis
tentang
penurunan /
peningkatan
frekuensi suara
usus
2) Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar, jika
perlu

4. Implemetasi (Tindakan ) Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2015).
Langkah-langkah yang dilakukan :
a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan
untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu periksaan lengkap dan
pemeriksaan kultur ( pembiakan).
1) Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas
pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain.
2) Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaanfeses melalui biakan dengan
cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tangan)
Alat:
 Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.
 Etiket khusus
 Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur kerja:

a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Anjurkan pasien untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas
yang telah dikeluarkan, setelah selesai anjurkan pasien untuk
membersihkan daerah sekitar anusnya.
d. Masukkan bahan pemeriksaan kedalam botol yang telah disediakan.
e. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.
f. Cuci tangan.

b. Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot


Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan
keperawatn yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara
sendiri di kamar kecil dengan membantu menggunakan pispot (penampung) untuk
buang air besar di tempat tidur dan bertujuan memenuhi kebutuhan eliminai alvi.
Alat dan bahan:
1) Alas/perlak
2) Air bersih
3) Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum
4) Sarung tangan

Prosedur kerja:

1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Pasang pengalas di bawah glutea
6) Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi
bagian lubang pispot tepat dibawah rektum.
7) Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan kepada pasien apakah sudah
nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.
8) Anjurkan pasien untuk pasien buang air besar pada pispot yang disediakan.
9) Setelah selesai, siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
10) Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11) Cuci tangan.

c. Masase Abdomen
1) Tujuan masase abdomen yaitu :
 Menurunkan tegangan pada otot abdomen
 Meningkatkan motilitas pada sistem pencernaan
 Meningkatkan sekresi pada sistem intestinal
 Memberikan efek pada pada relaksasi sfingter

1 Pengertian Masase abdomen dengan telapak tangan yang


. memberi tekanan lembut ke atas permukaan
tubuh dengan arah sirkular secara berulang yang
dapat dilakukan dengan satu tangan atau duan
tangan
2 Tujuan Untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi
. tekanan, dan menghangatkan abdomen, dan
meningkatkan relaksasi fisik dan mental
3 Persiapan alat 1. Lotion
.
2. Bantal
3. Selimut
4 Persiapan 1. Menjelaskan prosedur dan
. klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
2. Memberikan lingkungan yang aman dan
nyaman
3. Pertahankan privasi dari area yang akan
dilakukan masase
5. Cara kerja :
1. Cuci tangan
2. Minta klien untuk telentang atau setengah duduk dengan
melakukan bantal dipunggung kaki
3. Bantu klien untuk menaikkan pakaian hingga bagian perut
terbuka dan jaga privasi klien dengan menggunakan selimut
4. Teteskan lotion atau baby oil sebanyak 3-4 tetes pada
telapak tangan dominan melakukan usapan pada abdomen
klien
5. Lakukan pijatan dengan menggunakan satu atau dua tangan:
1) Dengan satu tangan yaitu dengan menggunakan ujung-
ujung jari dan telapak tangan dominan melakukan
usapan pada abdomen, secara ringan, tegas, konstan,
dan lambat membentuk pola gerakan seperti angka
delapan
2) Dengan dua tangan yaitu dengan menggunakan kedua
telapak jari-jari tangan melakukan usapan ringan, tegas,
dan konstan dengan cara gerakan melingkari abdomen,
dimulai dari abdomen hingga bawah diatas simpisis
pubis, mengarah kesamping perut, terus ke fundus uteri
kemudian turun ke umbilikus dan kembali ke perut
bagian bawah
6. Pijatan masase abdomen ini dilakukan selama 3 menit
7. Bersihkan sisa baby oil pada abdomen klien
8. Bantu klien merapikan pakaian dan bereskan alat

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2018), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:

a) Evaluasi Formatif
Evaluasi ini disebut evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan

tujuan tercapai.

b) Evaluasi Sumatif

Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan

SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, dan Perencanaan).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ tersebut.

Eliminasi alvi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini diatur
oleh gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus (duodenum, jejenum dan ileum) dan
usus besar yang meliputi katup ileum caecum sampai ke dubur (anus).

Eliminasi alvi (buang air besar) merupakan proses pengosongan usus. Terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum
tulang belakang. (A. Aziz, 2008: 71).
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau
alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdisi dari atas dua, yakni eliminasi urine
(kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar.

B. Saran
1. Pasien
Pasien diharapkan selalu mematuhi anjuran dari petugas kesehatan agar menghindari
ataupun mengurangi kemungkinan masalah yang dapat merugikan klien.
2. Keluarga
Disarankan keluarga untuk menemani klien saat pengobatan untuk membantu
mengurangi kecemasan klien.
3. Perawat
Perawat sebaiknya melakukan pengkajian yang lebih teliti kepada klien untuk
membantu pembentukan diagnosa yang lebih akurat serta melibatkan keluarga klien
dalam pemenuhan kebutuhan klien.
4. Instansi Rumah Sakit
Peningkatan pelayanan dan kondisi kerja yang lebih nyaman untuk kelancaran proses
kesehatan baik bagi pihak pasien itu sendiri maupun petugas yang bekerja di rumah
sakit.
5. Instansi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menunjang
pembelajaran serta meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sogen, A. P. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR


ACCIDENT ( CVA ) DENGAN MASALAH KONSTIPASI DI RUMAH SAKIT
PANTI WALUYA . Hasil Penelitian, 1-12.
Zendrato, N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
STROKE DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KONSTIPASI. Karya Tulis Ilmiah,
1-95.

http://fik.umpo.ac.id/content/uploads/2020/10/KDM.pdf
https://gustinerz.com/masalah-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-alvi/#:~:text=Buang
%20Air%20Besar%2FBAB%20atau,sampai%20ke%20dubur%20(anus)

Anda mungkin juga menyukai