OBAT LAKSATIF
DISUSUN OLEH :
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laksatif atau yang dikenal sebagai pencahar merupakan terapi farmakologis yang
sangat umum digunakan masyarakat. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar 2007
menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia masih kurang konsumsi serat dari sayur
dan buah, kurang olah raga dan bertambah makan makanan yang mengandung pengawet,
jadi laksatif masih menjadi pilihan utama untuk mengatasi konstipasi. Karena tidak semua
laksatif dapat digunakan dalam waktu jangka panjang, maka pemilihan laksatif yang tepat
harus sangat diperhatikan.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk
memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperients dan aperitive.
Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu
mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. dalam
operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus
sebelum operasi dilakukan. laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan
untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. biasanya obat ini hanya digunakan saat
mengalami konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai efek samping. Banyak orang
menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Obat pencahar
adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Konstipasi
atau sembelit merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air
besar atau jarang buang air besar. Untuk mencegah konstipasi adalah rajin berolahraga,
mengkonsumsi makanan kaya serat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian obat laksatif?
2. Apa penggolongan obat laksatif ?
3. Apa mekanisme kerja obat laksatif ?
4. Apa indikasi obat laksatif?
5. Apa kontra indikasi obat laksatif?
6. Apa efek samping obat laksatif?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat laksatif
2. Untuk mengetahui penggolongan obat laksatif
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat laksatif
4. Untuk mengetahui indikasi obat laksatif
5. Untuk mengetahui kontra indikasi obat laksatif
6. Untuk mengetahui efek samping obat laksatif
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Minyak Mineral
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari
tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam
lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral
secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu,
minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.
4. Bahan Osmotik
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar,
sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga
meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung
garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).
Beberapa bahan osmotik mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan)
cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan
dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian
diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini
pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan
daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus
sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
5. Pencahar Perangsang
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk
berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat
mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini
bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering
menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui
lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada
obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Pencahar
ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan
untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang
memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).
1. Kelompok laksatif
a. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative). Pencahar jenis ini umum beredar di
pasaran, baik yang berasal dari serat alamiah seperti psyllium ataupun serat buatan
sepertu metil selullosa. Keduanya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja.
Obat ini cukup aman digunakan dalam waktuyang lama tetapi memerlukan asupan
cairan yang cukup.2.
b. Pelembut tinja/feses. Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai
pelembut feses. Obat inimempunyai efek sebagai surfaktan yang menurunkan
tegangan permukaan feses, sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek 3.
c. Pencahar stimulan/perangsang. Contoh golongan ini adalah senna, bisacordil.
Senna aman dipakai untuk usialanjut.Efek obat ini menstimulasi dan
meningkatkan peristaltik atau gerakan usus.4.
d. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative). Mempunyai efek menahan cairan dalan
usus dan mengatur distribusi cairan dalamtinja. Jenis ini mempunyai cara kerja
seperti spon sehingga tinja mudah melewatiusus. Jenis golongan ini seperti
laktulosa dan sorbitol.5.
e. Enema. Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi tinja sehingga
bisakeluar. Pemberian ini harus hati
4) Bentuk sediaan
6
Bentuk sediaan dari laksatif yang dapat membentuk massa otot adalah bersifat
serbuk. Setiap satu sachet obat Mulax memiliki kandungan ispaghula sekam
sebanyak 7 gram.
5) Manfaat
Manfaat obat pencahar laksatif jenis pembentuk massa feses ini sama seperti
manfaat serat makanan di dalam saluran cerna. Laksatif jenis ini dapat
menambah meningkatkan dan membentuk massa feses sehingga terangsang
untuk buang air besar.
Selain itu, manfaat obat pencahar ini juga dapat membantu pemeriksaan
pasien-pasien dengan kondisi diare kronis, kolostomi, ilestomi, hemoroid, dan
fisura ani. Dengan begitu, masalah pasien akan segera teratasi.
6) Dosis
Dosis obat Mulax atau yang mengandung bahan aktif Ispaghula sekam bagi
orang dewasa adalah sebanyak 1 sachet dalam sehari di dalam satu gelas air.
Informasi mengenai dosis tersebut merupakan dosis terbagi 1 hingga 3 kali.
Pada anak di atas usia 6 tahun maka dosisnya adalah setengah dari dosis orang
dewasa. Ini dikarenakan pencernaan anak-anak belum sekuat pencernaan orang
dewasa. Anda dapat menggunakannya obat ini sebelum maupun setelah
makan.
7) Efek Samping
Setiap obat umumnya memiliki efek samping tertentu. Penggunaan obat
laksatif dapat mengakibatkan perut kembung, perut tegang, obstruksi saluran
cerna, dan hipersensitivitas.
8) Informasi tambahan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan saat menjelang tidur. Jenis pencahar laksatif
ini dapat mengembang bila terkena air. Oleh karena itu, sebaiknya hati-hati
jika meminum obat ini bersama air.
2. Stimulan
Ada pula obat laksatif jenis stimulan. Kandungan bahan aktif yang memiliki
efek laksatif stimulan di antaranya adalah bisakodil, dantron, gliserol, natrium
dokusat, dan natrium pikosulfat.
Berikut ini adalah informasi penting yang perlu Anda ketahui mengenai laksatif jenis
stimulan.
a. Cara kerja
7
Obat laksatif stimulan bekerja dengan cara merangsang usus. Rangsangan yang
diberikan memiliki tujuan, yaitu untuk meningkatkan motilitas usus. Namun, perlu
diingat hal ini akan menyebabkan kram perut.
b. Indikasi
Indikasi penggunaan obat pencahar laksatif jenis stimulan berbeda-beda
tergantung bahan aktifnya. Penggunaan obat laksatif yang berbahan bisakodil
diperuntukkan bagi pasien yang mengalami konstipasi dan pasien yang akan
menjalani prosedur bedah dan radiologi.
Pemakaian laksatif stimulan dengan kandungan dantron hanya untuk konstipasi
pada pasien yang mengalami sakit parah. Berbeda dengan dantron, obat laksatif
berbahan gliserol dan natrium dokusat memiliki indikasi berupa konstipasi.
Pada obat pencahar laksatif stimulan dengan kandungan natrium pikosulfat baru
bisa digunakan oleh pasien-pasien yang mengalami konstipasi dan pengosongan
usus bagi yang akan menjalani beberapa terapi pengobatan seperti bedah,
endoskopi, dan radiologi perut.
c. Kontraindikasi
Laksatif stimulan tidak dapat digunakan jika pasien mengalami obstruksi usus.
Obat laksatif stimulan berbahan bisakodil dan natrium pikosulfat juga tidak bisa
diberikan pada pasien dengan dehidrasi berat.
d. Bentuk sediaan
Bentuk sediaan obat laksatif stimulan memiliki beberapa jenis bentuk sediaan.
Beberapa jenis bentuk sediaan laksatif stimulan tersebut adalah supositoria, tablet
salut selaput, dan tablet salut enterik.
e. Manfaat
Manfaat laksatif stimulan adalah untuk memberikan rangsangan terhadap usus
sehingga terjadi peningkatan motilitas usus. Dengan begitu, Anda akan terangsang
untuk buang air besar.
f. Dosis
Dosis oral untuk obat berbahan bisakodil bagi dewasa adalah 5-10 mg untuk
malam hari. Apabila diperlukan maka bisa ditingkatkan menjadi 15-20 mg. Pada
anak-anak di bawah usia 10 tahun, dosisnya adalah 5 mg.
Obat berbahan bisakodil dengan bentuk sediaan suppositoria memiliki dosis yang
berbeda. Dosis dewasa adalah 10 mg di pagi hari, sedangkan untuk anak-anak
dosisnya adalah setengah dari dosis dewasa.
8
Dosis obat laksatif stimulan dengan kandungan dantron memiliki dosis sebanyak
25-75 mg sebelum tidur pada orang dewasa dan 25 mg sebelum tidur pada anak-
anak. Laksatif dengan bahan natrium dokusat memiliki dosis sebanyak 500 mg
sehari dalam dosis terbagi.
Orang dewasa yang akan menggunakan obat laksatif stimulan berbahan natrium
pikosulfat perlu menggunakan dosis sebanyak 5-15 mg malam hari. Dosis tersebut
pada anak usia 2-5 tahun adalah 2,5 mg dan pada anak usia 5-10 tahun adalah 2,5-
5 mg.
g. Efek Samping
Efek samping yang umum dari penggunaan obat laksatif stimulan adalah kram
perut. Apabila digunakan untuk jangka panjang maka memiliki efek samping
berupa diare. Obat pencahar laksatif stimulan dengan bahan bisakodil memiliki
efek samping khusus.
Obat berbahan bisakodil memiliki efek samping berupa gripping (tablet) dan iritasi
lokal (supositoria). Warna urin bisa berwarna merah jika menggunakan obat
laksatif stimulan dengan bahan aktif dantron.
3. Pelunak Feses
Jenis obat laksatif selanjutnya adalah tipe pelunak feses. Bahan aktif yang
termasuk laksatif jenis ini adalah parafin cair. Simak informasi selengkapnya
mengenai obat pencahar laksatif jenis pelunak feses.
a. Cara kerja
Cara kerja dari obat laksatif jenis ini adalah dengan cara membuat lunak dan
melumasi feses. Sebenarnya, ada pula bahan aktif natrium dokusat yang termasuk
pencahar jenis stimulan yang memiliki efek laksatif yang dapat melunakkan feses.
b. Indikasi
Penggunaan obat pencahar laksatif dengan jenis pelunak feses ini hanya digunakan
pada pasien yang mengalami masalah buang air besar atau konstipasi.
c. Kontraindikasi
Pasien yang memiliki usia di bawah 3 tahun tidak boleh menggunakan obat
pencahar laksatif jenis pelunak feses ini. Hal ini bertujuan untuk mencegah efek
samping yang tidak diinginkan. Sebaiknya, tidak menggunakan obat ini untuk
jangka panjang.
9
d. Bentuk sediaan
Ada tiga bentuk sediaan obat laksatif dengan bahan aktif parafin cair. Obat
pencahar laksatif tipe pelunak feses ini tersedia dalam bentuk tablet, emulsi, dan
cairan atau larutan.
e. Manfaat
Manfaat obat laksatif jenis ini adalah untuk melancarkan buang air besar dan
mengatasi masalah konstipasi dengan cara melunakkan feses.
f. Dosis
Dosis obat laksatif berbahan parafin cair dengan bentuk sediaan larutan adalah
sebanyak 10 mL. Penggunaan dengan dosis tersebut sebaiknya tidak dilakukan
sebelum tidur.
g. Efek Samping
Efek samping dari obat-obatan laksatif berbahan parafin dapat menyebabkan
lubang bokong teriritasi jika digunakan untuk jangka panjang. Selain itu, efek
samping yang mungkin timbul seperti reaksi granulomatosa, pnemonia lipoid dan
gangguan penyerapan vitamin-vitamin larut lemak.
4. Pencahar Osmotik
Ada pula jenis obat pencahar laksatif dengan jenis pencahar osmotik.
Kandungan obat laksatif jenis ini ada dua, yaitu garam magnesium dan laktulosa.
a. Cara kerja
Laksatif jenis pencahar osmotik ini bekerja dengan cara menahan cairan dalam
usus secara osmosis. Cara kerja lainnya adalah dengan memodifikasi penyebaran
air yang ada di dalam feses atau tinja.
b. Indikasi
Obat laksatif pencahar osmosis yang mengandung bahan aktif garam magnesium
dapat digunakan jika pasien mengalami konstipasi dan ingin menjalani bedah atau
endoskopi. Pasien yang mengalami konstipasi atau ensefalopati hepatik baru bisa
menggunakan laksatif pencahar osmosis berbahan laktulosa.
c. Kontraindikasi
Obat pencahar laksatif berbahan garam magnesium tidak dapat digunakan jika
pasien memiliki penyakit saluran cerna akut. Pasien dengan kondisi galaktosemia
atau obstruksi usus tidak dapat menggunakan obat laksatif berbahan laktulosa.
d. Bentuk sediaan
10
Laksatif tipe pencahar osmosis yang mengandung bahan aktif garam magnesium
umumnya tersedia dalam bentuk serbuk. Bentuk sediaan laksatif berbahan aktif
laktulosa adalah sirup.
e. Manfaat
Manfaat obat laksatif jenis pencahar osmosis adalah untuk mengatasi masalah
susah buang air besar dan dapat mengosong usus guna terapi pengobatan seperti
endoskopi atau bedah.
f. Dosis
Dosis obat berbahan garam magnesium adalah sebanyak 2-4 g di dalam segelas
air (magnesium hidroksida), sedangkan untuk magnesium sulfat memiliki dosis
sebesar 5-10 g di dalam segelas air. Minumlah saat perut kosong.
Pada obat laksatif pencahar osmosis berbahan laktulosa, dosis orang dewasa untuk
masalah sembelit adalah 10 gram sebanyak 2 kali sehari. Dosis untuk anak-anak di
bawah 1 tahun adalah 1,5 g di dalam 25 mL larutan dan anak usia 1-5 tahun
sebanyak 3 g dalam 5 mL larutan.
Dosis obat berbahan laktulosa dengan indikasi ensefalopati hepatik adalah 20-30
gram dengan frekuensi 3 kali sehari. Perhatikanlah konsistensi feses karena
perubahan dosis diperlukan jika feses sudah mulai lunak.
g. Efek Samping
Laksatif tipe pencahar osmosis dapat menimbulkan beberapa efek samping. Efek
samping laksatif pencahar osmosis dengan bahan aktif garam magnesium
berupa kolik. Gangguan seperti kembung, kram dan perut tidak nyaman
merupakan efek samping obat pencahar laksatif berbahan laktulosa.
11
2. Natrium Dokusat (Natrium Dioktil Sulfosuksinat)
Indikasi : konstipasi, tambahan pada prosedur radiologi abdomen
12
3. Parafin cair
Indikasi : enema yang mengandung minyak kacang melumas dan melunakan feses
serta meningkatkan gerakan usus.
4. Laktulosa
Indikasi : konstipasi, ensefalopati hepatik
13
Contoh pada Bisacodyl ( Dulcolax ) :
1. Komposisi:
1 tablet salut enterik mengandung 5 g:
4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil)
2. Zat tambahan:
Laktosa, pati jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia, titanium
dioksida, eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Fe-oksida kuning,
beeswax white, carnauba wax, shellac.
3. Cara Kerja Obat:
Bisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenil metan.
Sebagai laksatif perangsang (hidragogue antiresorptive laxative), DULCOLAX
merangsang gerakan peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan
meningkatkan akumulasi air dan alektrolit dalam lumen usus besar.
4. Dosis dan Cara Pemberian:
Kecuali ditentukan lain oleh dokter dosis yang dianjurkan adalah:
a. Untuk Konstipasi Tablet Salut Enterik
Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun:
2 - 3 tablet (10 - 15 mg) sekali sehari.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 1 tablet (5 mg) sekali sehari.
Anak-anak di bawah 6 tahun: konsultasi dengan dokter atau dianjurkan memakai
supositoria anak. Tablet salut enterik sebaiknya diminum pada malam hari untuk
mendapatkan hasil evakuasi pada esok paginya. Tablet mempunyai lapisan khusus,
oleh karena itu tidak boleh diminum bersama-sama dengan susu atau antasida.
Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh dengan air secukupnya.
b. Untuk Persiapan Prosedur Diagnostik dan Sebelum Operasi
Bila DULCOLAK digunakan pada pasien untuk persiapan pemeriksaan
radiografik abdomen atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan tablet
DULCOLAX harus dikombinasi dengan supositoria, agar didapat evakuasi yang
sempurna dari usus.
Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2 - 4 tablet pada malam
sebelumnya dan 1 sipositoria pada esok paginya.
5. Peringatan dan Perhatian:
Sebagaimana halnya laktasit lainnya, DULCOLAX tidak boleh diberikan setiap hari
dalam waktu yang sama. Jika pasien setiap hari membutuhkan laktasif, harus diketahui
penyebab terjadinya konstipasi. Penggunaan berlebihan dalam waktu lama dapat
14
menyebabkanketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipokalemia, dan dapat
mengendapkan onset konstipasi balik. Pusing dan/atau syncope telah dilaporkan pada
pasien yang menggunakan DULCOLAX. Detail yang ada menunjukkan bahwa
kejadian tersebut akan terus berlanjut dengan berkurangnya kekuatan untuk defekasi
(defecation syncope), atau dengan respon vasovagal terhadap sakit perut yang dapat
berhubungan dengan konstipasi yang mendesak pasien tersebut terpaksa menggunakan
laktasif dan tidak perlu menggunakan DULCOLAX. Penggunaan supositoria dapat
menyebabkan sensasi rasa sakit dan iritasi lokal, kuhusnya pada fisura anus dan
proktitis ulserativa. Anak-anak tidak boleh menggunakan DULCOLAX tanpa
petunjuk dokter.
6. Masa Hamil dan Menyusui
Pengalaman menunjukkan tidak ada bukti efek samping yang berbahaya selama
kehamilan. Namun demikian, seperti halnya obat lain, penggunaan DULCOLAX
selama kehamilan harus dengan petunjuk medis. Belum diketahui apakah bisacodiyl
menembus air susu ibu atau tidak. Oleh karena itu, penggunaan DULCOLAX selama
menyusui tidak dianjurkan.
7. Efek Samping:
Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut
termasuk kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasus-kasus
angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan
pemberian DULCOLAX.
a. Interaksi:
Penggunaan bersamaan dengan diuretik atau adreno-kortikoid dapat meningkatkan
risiko ketidakseimbangan elektrolit jika DULCOLAX diberikan dalam dosis
berlebihan. Ketidaseimbangan elektrolit dapat mengakibatkan peningkatan
sensitivitas glikosida jantung.
b. Overdosis:
1) Gejala
Bila dosis DULCOLAX terlalu tinggi, maka dapat terjadi diare, kram perut dan
berkurangnya kadar kalium serta elektrolit lainnya secara nyata. Overdosis
kronis DULCOLAX dapat menyebabkan diare kronis, sakit perut,
hipokalemia, hiperaldosteronisme dan batu ginjal. Kerusakan tubulus ginjal,
alkalosis metabolik dan kelelahan otot akibat hipokalemia juga terjadi pada
penyalahgunaan laktasif kronis.
2) Terapi
15
Dalam waktu yang singkat setelah minum DULCOLAX, penyerapan
DULCOLAX dapat dikurangi atau dicegah dengan memaksa untuk muntah
atau kuras lambung. Dalam hal ini mungkin diperlukan penggantian cairan dan
perbaikan keseimbangan elektrolit. Ini sangat diperlukan pada pasien usia
lanjut dan muda.
16
6. Memburuknya sembelit
Mengobati sembeit degan obat pencahar sebenarnya bisa menyebabkan konstipasi
menjadi lebih buruk. Hal ini disebabkan toleransi tubuh akan terus meningkat dan
menagih dosisi pencahar yang lebih besar gunakan obat pencahar hanya setelah
metode lain tidak menbuahkan hasil.
7. Menyebabkan ketergantungan
Pengunaan obat pencahar dalam jangka penjang misalnya untuk menurungkan berat
badan akan menimbulkan ketergantungan dan membuat sesorang tidak bisa buang air
besar secara normal tanpa bantuan pencahar. Pengunaan obat pencahar untuk
menurunkan berat badan akan menyebabkan otot-otot usus menjadi lemah dan tidak
mampu berfungsi normal.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu
mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. Dalam
operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus
sebelum operasi dilakukan. Laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan
untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami
konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai efek samping.
18
DAFTAR PUSTAKA
19