Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PEMBERIAN MINUMAN DAN

FASILITASI MAKAN TINGGI SERAT

Oleh: Kelompok VI

Nur ‘Inda Wantu


Iswanto Podungge
Serly Stibis
Ismianti Matoy

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang maha Esa,
berkat karunia dan pertolonganNyalah Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Oksigenasi ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan beberapa referensi jurnal dan karya tulis ilmiah
dengan harapan dapat bermanfaat dan menjadi pedoman bagi para pembaca sekalian.
Ucapan terima kasih tak lupa kami haturkan sebanyak-banyaknya kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan saudara sekalian. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan, baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam
makalah ini, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki, oleh karena itu dengan
segala kerendahan dan tangan terbuka penulis mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sebagai tuntunan agar
makalah ini kedepannya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, Aamiin.

Gorontalo, Desember 2021

Penyusun

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................i

Daftar isi .......................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................2

Bab II Pembahasan .....................................................................................3

2.1 Konsep Pemeberian Minum........................................................3


2.2 Menjelaskan Penyebab, Tanda, Masalah Pemberian Minum......4
2.3 Rencana Penanganan Masalah Pemberian Minum......................6
2.4 Melakukan Praktik Cara Pemberian Minum Asi Yang Tepat.....6
2.5 Konsep Makanan Tinggi Serat....................................................7
2.6 Klasifikasi....................................................................................8
2.7 Manfaat........................................................................................13
2.8 Konsumsi, Akibat Kekuarangan Dan Pangan Sumber Serat.......16

Bab III Penutup ..........................................................................................23

3.1 Kesimpulan ..................................................................................23


3.2 Saran ............................................................................................23

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi


kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani
masa transisi dengan baik. Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi
dan penyesuaian baik untuk orang tua maupun bayi, oleh karena itu bidan harus
dapat memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir 1
bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Bidan bertugas
melanjutkan perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati 6 minggu pertama
kelahiran. Asuhan primer pada bayi usia 2 hari - 6 minggu pertama diantaranya
meliputi manajemen pemberian minum dan cairan.
Masalah Pemberian Minum

Masalah minum sering tejadi pada bayi baru lahir, biasanya masalah teknik
pemberian minum (paling sering pada pemberian ASI), bayi yang lahir dengan BB
<2500 gram atau umur
37 minggu atau kadang pada bayi yang sakit. Masalah pemberian minum perlu
mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit juga
untuk memenuhi tumbuh kembang bayi.
Seiring perkembangan zaman, banyak sekali inovasi yang digunakan untuk mengolah
suatu jenis makanan. Yang tak jarang kita jumpai pada saat ini adalah masyarakat lebih
sering mengkonsumsi makanan cepat saji. Makanan-makanan tersebut mengandung banyak
energi namun rendah serat. Akibatnya, banyak timbul masalah pencernaan seperti susah
buang air atau konstipasi.
Makanan berserat adalah makanan yang tidak bisa dicerna atau diserap oleh tubuh.
Karena sifatnya yang tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan tubuh, serat makanan ini
tidak akan menghasilkan energi atau kalori bagi tubuh. Serat akan melewati tubuh tanpa
dipecah. Dengan gerakan peristaltik usus, serat yang masih merupakan jenis karbohidrat ini
akan dibawa oleh usus halus menuju usus besar untuk selanjutnya dibuang. Keberadaan serat
dalam usus besar akan membantu proses metabolisme dalam usus besar.
Serat dibagi menjadi dua, yaitu serat larut dan tidak larut. Serat larut adalah jenis serat

4
yang larut dalam air. Saat di dalam tubuh serat larut akan menarik air sehingga membentuk
sebuah gel untuk memperlambat pencernaan. Serat larut akan mudah dicerna di dalam tubuh
dan akan mengikat lemak yang berasal dari makanan untuk kemudian dibuang. Serat jenis
ini sangat bermanfaat untuk mencegah diabetes, menurunkan kolesterol dan membantu tubuh
kenyang lebih lama. beberapa sumber serat larut diantaranya: Oatmeal, kacang-kacangan,
buah apel dan blueberry.
Yang kedua adalah jenis serat tidak larut, Serat jenis ini tidak larut dalam air, itu
artinya serat tidak larut akan melalui proses pencernaan secara utuh sampai serat tersebut
dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal inilah yang membuat perut merasa kenyang dalam waktu
yang lama (berguna unuk diet). Serat tidak larut berguna membawa makanan melalui sistem
pencernaan, sehingga sangat bermanfaat mencegah sembelit. Sumber serat tidak larut
diantaranya beras merah, kacang-kacangan, wortel, mentimun dan tomat.
Walau tidak mudah dicerna tubuh, serat ternyata memiliki peranan penting dalam
tubuh. Makanan yang berserat sangat baik dikonsumsi tubuh dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan karena memberikan manfaat yang besar terutama dalam melancarkan pencernaan.
Rata-rata konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram (Puslitbang Gizi Depkes RI
tahun 2001). Sedangkan anjuran konsumsi serat untuk dewasa per hari adalah 25-35 gram.

Untuk mengatasi kekurangan serat, Anda dapat menambahkan jenis makanan tertentu
yang tinggi serat ke dalam pola makan Anda sehari-hari. Serat bisa didapatkan dari
sumber buah, sayur, jenis kacang, biji-bijian dan beberapa umbi. Oleh sebab itu, serat
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pencernaan. Pada praktikum kali ini
membahas tentang peranan serat bagi tubuh serta jenis bahan-bahan yang banyak
mengandung serat serta.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Mampu menjelaskan masalah pemberian minum, penyebab dan mampu


melaksanakan penanganan atau manajemen masalah pemberian minum.

2. Apa yang dimaksud dengan serat pangan dan apa manfaatnya bagi tubuh?

3. Apa saja makanan yang mengandung serat tinggi?

4. Bagaimana cara pengolahan makanan berserat tinggi?

1.3 Tujuan Umum

1. Menjelaskan beberapa masalah pemberian minum

2. Menjelaskan penyebab, tanda, masalah pemberian minum

3. Menjelaskan rencana penanganan masalah pemberian minum

4. Melakukan praktik cara pemberian minum ASI yang tepat

5. Untuk mengetahui macam-macam makanan berserat tinggi.

6. Untuk mengetahui manfaat makanan berserat tinggi.

7. Untuk dapat mengolah makanan berserat tinggi.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui macam-macam makanan berserat tinggi.
2. Mahasiswa mengetahui manfaat makanan berserat tunggi.
3. Mahasiswa dapat mengolah makanan berserat tinggi.

1
2.1 Pengertian Serat Makanan

2
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari
tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat resistan
terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami
fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar (Anonim, 2001).

2.2 Klasifikasi Serat Makanan

Secara umum unsur serat dalam makanan, baik itu pada sayur maupun pada buah
yang kita makan memiliki dua macam atau jenis, yaitu:

2.2.1 Serat tidak larut air (Insoluble Dietary Fiber, IDF):

Serat ini tidak dapat larut dalam air sehingga ketika melewati usus serat tidak
larut air akan lebih cepat diproses. Itulah sebabnya mengapa jenis serat ini sangat
direkomendasikan buat yang mudah buang air besar karena kandungannya akan mudah
melewati kerja usus dan membawa sisi makanan yang lainnya untuk selanjutnya berubah
menjadi tinja dan dikeluarkan dari tubuh. Kandungan serat ini dipercaya baik dalam
menghindari sembelit yang disebabkan susah buang air besar karena fungsinya tersebut
yang melancarkan pencernaan, serta baik juga dalam menjaga kesehatan usus agar
terhindar dari kanker usus yang disebabkan oleh makanan yang tidak lancar ketika
melewati usus yang menyebabkan toksin dan bakteri jahat mudah bersarang di usus. IDF
merupakan penyusun terbesar serat makanan yaitu 70%

2.2.2 Serat larut air (Soluble dietary fiber, SDF):

Serat larut air adalah salah satu jenis serat yang mudah dicerna oleh tubuh
dalam mengikat kandungan lemak dari makanan yang yang dikonsumsi yang selanjutnya
akan terbuang bersamanya dalam kotoran. Bentuk serat ini sendiri seperti jeli dan bisa
menyatu dalam air. Beberapa fungsi dari serat ini antara lain adalah dapat memperlambat
waktu pencernaan seseorang sehingga tidak mudah lapar. Selain itu juga bisa membantu
dalam memperlambat proses pelepasan glukosa atau kandungan gula ke dalam aliran
darah kita, membantu menurunkan kolesterol dan juga dapat mengikat asam lemak pada

3
makanan dan mengeluarkannya bersama tinja serta dapat mengikat asam empedu
sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol darah, sehingga menurunkan
resiko, mencegah atau meringankan penyakit jantung koroner dan dislipidemia. SDF
memiliki 30 % bagian dari penyusun serat makanan.

2.3 Manfaat Serat Makanan


Beberapa peneliti dan penulis Olwin Nainggolan dan Coenelis Adimunca, (2005);
Sutrisno Koswara (2010); Tensiska (2008); Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (2010);
Anonim (2010a); Anonim (2010b); Anik Herminingsih, 2010), mengemukakan beberapa
manfaat serat pangan (dietary fiber) untuk kesehatan yaitu :

1. Mengontrol berat badan atau kegemukan(obesitas)


Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai
kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan.
Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian
serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk
mengkonsumsi makanan lebih banyak.Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi
biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu
mengurangi terjadinya obesitas.

2. Penanggulangan Penyakit Diabetes


Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi
ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan terjadinya kompleks
karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut
mampu meredam kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.

3. Mencegah Gangguan Gastrointestinal


Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air dalam
feses mengasilkan feces yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan kontraksi
otot yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak pada fungsi
gastrointestinal lebih baik dan sehat.

4. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)


Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus
besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih
lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan dalam 4
mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi
waktu transit makanan dalam usus lebih pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora
usus sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan bersifat mengikat air
sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih rendah.

5. Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit Kardiovaskuler


Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat
menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran
pencernaan serat dapatmengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian
dikeluarkan bersamaan dengan feses. Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi
kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah
resiko penyakit kardiovalkuler.

6. Menghindari penyakit gusi dan gigi


Makanan yang kaya akan serat dapat meningkatkan jumlah saliva. Telah diketahui
bahwa saliva mengandung zat-zat kima yang bersifat buffer yang dapat menstabilisasi pH
di atas 7 di dalam mulut. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa mengunyah serat makanan
seperti seledri sesudah makan dapat membantu memperbaiki gigi-gigi yang kekurangan
mineral dan juga mengeluarkan sisa-sisa makanan yang terperangkap dalam gigi serta
menetralisir asam pada gigi. Selain seledri, mengunyah permen karet (gum) yang rendah
gula juga dapat meningkatkan kesehatan gigi karena dengan mengunyah gum jumlah
saliva akan meningkat sebanyak 130%. Saliva sangat kaya akan agen pelindung
oesophagus termasuk faktor pertumbuhan epidermal, protein, musin, protein dan
prostaglandin E2. Penelitian membuktikan bahwa mengunyah permen karet rendah gula
(sugarless gum) sesudah makan dapat menetralisir asam pada tenggorokan dan
menghilangkan gejala penyakit gastro-oesophageal reflux (GORD).

7. Menghindari penyakit Irritable bowel syndrome


Irritable bowel syndrome (adalah gejala-gejala seperti kram dan sakit pada perut,
kembung, konstipasi dan diare akibat kontraksi abnormal pada usus besar yang terjadi
akibat kurang mengkonsumsi serat dan air minum serta mengkonsumsi lemak secara
berlebihan):
a. IBS konstipasi (tidak buang air besar selama 5-7 hari). Pada IBS konstipasi,
gerakan peristaltik usus berjalan lambat, sehingga kotoran tertinggal terlalu
lama dalam usus. Penyerapan air pun terlalu lama sehingga fesespun
mengeras. Penyakit ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang 5
berserat tinggi disertai dengan konsumsi air minum yang banyak dan mengurangi
konsumsi makanan berlemak.
b. IBS diare (nyeri perut, kembung, meningkatnya frekuensi buang air namun fesesnya
disertai dengan lendir). Pada jenis IBS diare, motilitas peristaltik usus terjadi sangat
cepat sehingga isi kotoran dari usus besar cepat dikeluarkan. Akibatnya, air dalam
kotoran belum sempat diserap, sudah harus dikeluarkan diselingi dengan rasa mulas.
2.4 Konsumsi Serat Makanan
Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang sangat mudah ditemukan dalam
bahan makanan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah maupun setelah melalui proses
perebusan. Sedangkan buah-buahan Indonesia merupakan negara yang kaya akan aneka macam buah-
buahan. Akan tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat masyarakat
Indonesia masih jauh dari kebutuhan serat yang dianjurkan menurut WHO yaitu 30 gram/hari dan
American Academy of Pediatrics menyarankan kebutuhan Total Dietary Fiber (TDF) sehari untuk anak
adalah jumlah umur (tahun) ditambah dengan 5 (g). Sedangkan konsumsi serat rata-rata antara 9,9 – 10,7
gram/hari (Jahari dan Sumarno, 2002 dalam Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca 2005). Asupan
serat semakin bertambah apabila seseorang mengalami konstipasi atas sembelit yaitu antara 30-50
gram/hari.

2.5 Akibat Kekurangan Serat


 Jantung koroner (penyempitan arteri akibat penumpukan lemak)
 Hemorrhoid (wasir)
 Kanker rektum (usus besar)
 Diabetes
 Obesitas (kelebihan berat badan)
 Stroke (Ischemic: stroke yang disebabkan adanya penyumbatan di pembuluh darah akibat
timbunan lemak di pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan darah tidak
dapat mengalir lancar ke otak).

2.6 Pangan Sumber Serat


Serat pangan banyak terkandung dalam sayuran, buah-buahan, dan juga kacang- kacangan.
Sayuran rebus memiliki kadar serat paling tinggi (6,40%), disusul

6
Masalah yang sering ditemukan :

1. Bayi yang semula minum baik menjadi tidak mau minum atau malas minum
2. Bayi malas minum sejak lahir
3. Berat bayi tidak naik
4. Ibu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil, bayi kembar, bayi
sumbing, atau bayi sakit dan yang memerlukan perawatan

Diagnosa Banding

Anamnesis Pemeriksaan Kemungkinan diagnosa

Malas minum atau tidak mau Bayi tampak sakit Kemungkinan besar sepsis
minum Gangguan napas (frekuensi
Bayi tidak minum sebelumnya napas < 60 x/mnt, tarikan
minum baik dinding dada, sianosis sentral,
Timbul 6 jam atau lebih merintih saat ekspirasi)
sesudah lahir Suhu tubuh
Riwayat ibu dengan infeksi abnormal Iritabel
intra uteri, demam yang Letargi
dicurigai sebagai infeksi berat, Kejang atau tidak
atau ketuban pecah > 18 jam sadar Muntah
sebelum lahir. Diare
Malas atau tidak mau minum Berat lahir <2500 gr atau umur Bayi kecil
waktu timbul sejak lahir. kehamilan < 37 minggu
Ibu tidak dapat menyusui Bayi kelihatan sehat Teknik pemberian minum salah
(misal bayi tidak
dapat menempel
pada payudara,
tampak mencari - cari putting

7
tetapi tidak mendapat ASI)
Timbul pada hari ke-1 atau
lebih.
Ibu cemas dan kuatir tidak Kecemasan pada ibu
dapat menyusui
Timbul pada hari ke-1 atau
lebih
Bayi gumoh atau regurgitasi Keluar melalui celah bibir atau Celah bibir atau langit-langit
atau tersedak dan batuk saat celah antara palatum dengan
diberi minum. mulut dan hidung
Timbul pada hari ke-1 atau
lebih
Bayi regurgitasi sejak pertama Pipa lambung dapat Iritasi lambung
kali minum masuk Bayi kelihatan
Timbul pada hari ke-1 atau sehat
lebih
Air ketuban bercampur
mekonium
Bayi batuk, tersedak dan Pipa lambung tidak dapat masuk Kelainan bedah
regurgitasi sejak pertama kali Keluar air liur atau cairan dari
diberi minum mulut mesikpun bayi tidak habis
Minum dimuntahkan dan minum.
tidak dapat dcerna setiap kali
minum.
Timbul pada hari ke-1 atau
lebih

A. Bayi yang semula minum baik menjadi tidak mau minum atau malas minum

1. Bayi bingung puting

8
Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Peristiwa ini
terjadi karena mekanisme menyusu pada puting ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada
botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah.
Sebaliknya pada menyusu botol bayi secara pasif dapat memperoleh susu buatan. Yang
menentukan pada menyusu botol adalah faktor dari “si pemberi” antara lain kemiringan botol
atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.

Tanda-tanda bayi bingung puting :

a) Bayi menghisap putting seperti menghisap dot


b) Menghisap secara terputus - putus dan sebentar-sebentar
c) Bayi menolak menyusu

Karena itu untuk menghindari bayi bingung puting :

a) Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi (medis) yang kuat
b) Kalau terpaksa harus memberikan susu formula berikan sendok atau pipet dan bahkan
cangkir, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot atau bahkan member kempeng
(Suradi,2004).

Yang dikaji

a) Bagimana cara memberi minum dan berapa kali diberi minum


b) Tanyakan BB bayi saat lahir dan setelah lahir
c) Amati cara ibu memberi minum bayinya, bila tehnik masih salah lanjutkan dengan
manajemen umum.

9
10
1. Mulut bayi tidak menempel dengan baik pada payudara / putting susu kurang masuk ke
mulutnya, sehingga ia tidak dapat menyusu secara optimal.
2. Ketika bayi menderita pilek dan hidungnya tersumbat, maka akan membuatnya sulit
bernapas ketika menyusu.
3. Apabila bayi merasakan sakit seperti sariawan, gusi merasa gatal karena gigi mau tumbuh
atau infeksi pada telinga, maka menyusu menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
4. (Bayi sedang tumbuh gigi yang biasanya memang diiringi dengan rasa tidak nyaman)
5. Perhatian bayi mudah teralihkan karena suara bising atau faktor-faktor lainnya ketika ia
sedang menyusu.
6. Ketika bayi hanya menyusui pada jam-jam tertentu dan tidak menyesuaikan dengan
keinginan bayi, maka ia bisa merasa frustasi dan akan menolak menyusu.
7. Aliran ASI yang terlalu deras bisa membuat bayi tersedak. Jika terjadi secara berulang,
akibatnya bayi akan menolak menyusu.

Bila bayi menolak menyusu, sementara ibu tidak ingin bayinya kehilangan kesempatan untuk
memperoleh segala manfaat dari ASI, ibu bisa menyiasatinya dengan memberikan ASI perah.
Ada dua cara memerah ASI :

1. Memerah ASI dengan Tangan

Untuk memerah ASI dengan tangan, lembutkan payudara dengan cara mengompresnya
dengan handuk lembut yang telah diberi air hangat, atau bisa mandi air hangat lalu memijatnya
dengan lembut. Setelah membersihkan tangan dan mensterilkan baskom atau wadah tempat
menampung ASI, ibu dapat memulai memerah:

a) Sangga payudara dengan satu tangan, lalu pijat dari bagian atas payudara menuju ke arah
puting. Pijat payudara secara menyeluruh, termasuk bagian bawahnya.
b) Tekan perlahan di bagian belakang areola (kulit berwarna gelap yang mengitari puting)
dengan ibu jari dan telunjuk.
c) Pencet kedua jari bersamaan, lalu tekan ke arah ujung puting agar ASI keluar. Lakukan
secara hati-hati agar ASI yang keluar tidak muncrat ke segala arah.

2. Memerah ASI dengan Alat Bantu (pompa elektrik dan manual)

Ada dua jenis alat pompa ASI, yaitu manual dan elektrik. Menggunakan pompa elektrik
mempermudah dan mempercepat kegiatan memerah ASI. Sementara jika menggunakan pompa
manual, masih harus mengoperasikan alat pemompa dengan memencetnya. Apapun alat yang
digunakan, pastikan selalu mencuci tangan dan peralatan yang digunakan agar tetap steril.

11
Lembutkan payudara dengan mengompresnya dengan air hangat, atau mandi air hangat sebelum
mulai memompa.

Untuk cara penggunaannya, letakkan penyedot ASI hingga menutupi puting dan areola,
lalu biarkan alatnya bekerja. Alat pompa yang baik akan bekerja seperti bayi menghisap ASI.
Pastikan memilih penyedot ASI yang ukurannya sesuai, dan meletakkannya dengan pas pada
puting agar tidak sakit saat dipompa. Waktu yang diperlukan tergantung dari alat yang
digunakan, biasanya antara 15 - 45 menit.

Masalah dalam pemberian ASI

1. Puting susu nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri
akan hilang.

Cara menangani :

a) Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.


b) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi
sakit pada puting susu yang sakit.
c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di puting susu dan biarkan
payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering (Kristiyansari,
2009).

Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu ketika menyusui :

a) Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui. Hal ini akan membantu
meningkatkan aliran air susu ibu. Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara atau
mengambil shower hangat untuk mengguyur payudara setelah menyusui (Proverawati, 2010).

12
b) Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai menetek, memastikan bayi
tidak lagi menetek sebelum melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari anak
susuan, melalui sudut mulut bayi memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ini akan melepaskan
isapan bayi dari payudara dan dapat dengan mudah mengangkat atau menarik bayi dari puting
susu (Proverawati, 2010).

c) Mencari posisi yang nyaman saat menyusui

Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan mengurangi atau menghentikan
aliran susu. Belajar posisi menyusui yang nyaman dan benar.Menggunakan salah satu jari dari
posisi tersebut setiap kali menyusui bayi. Jika bayi tidak dalam posisi yang tepat ia mungkin
memiliki masalah dalam penghisapan. Bayi mungkin tidak mendapatkan cukup susu dan
menyedit dengan keras. Hal ini dapat menyebabkan sakit atau mengubah bentuk puting untuk
beberapa menit (Proverawati,2010).

d) Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi menyusu terlalu keras maka puting
menjadi sakit, anda perlu membuat santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu memijat
rahang bawah telinga bayi.Stroke adalah gerakan untuk beristirahat dan melebarkan mulut
bayi.Ibu dapat menarik perlahan - lahan bayi ke bawah menggunakan jari. Hal ini
memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan puting susu. Tarik kepala bayi sehingga rahangnya
ada di belakang puting susu, dengan cara ini susu dapat terjepit dan tidak akan cukup susu
mengalir keluar (Proverawati,2010).

e) Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca petunjuk yang ada pada
saat menggunakan perangkat dan menjaga selalu tetap bersih. Jika ada alat yang menyebabkan
cedera pada payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu mungkin memerlukan
bantuan untuk mempelajari bagaimana cara penggunaan alat. Cedera ini meningkatkan risiko
untuk kerusakan dan infeksi puting (Proverawati,2010).

2. Puting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya
menyusui akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush (candidates)
atau dermatitis.
13
Cara menangani :

a) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidates atau dermatitis).
b) Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui.
c) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi.
d) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
e) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan
obat lain, sperti krim, salep, dan lain-lain.
f) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
g) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
h) Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan
sabun.
i) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk
sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh.
j) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa
ASI). untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
k) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot.
l) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang
lebih singkat) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas (Suradi,
2004).

3. Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi
dalam jumlah banyak.

Penyebab bengkak :

a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah


b) Produksi ASI berlebihan
c) Terlambat menyusui
14
d) Pengeluaran ASI yang jarang
e) Waktu menyusui yang

terbatas Cara mengatasinya :

a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu.
b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI
yang efektif.
c) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan : kompres
hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan
punggung.
d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Suradi,2004).
e) Pada ibu yang bekerja, susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
f) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.
g) Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3 - 4 jam.
h) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu
bekerja dengan cangkir.
i) Pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dang anti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari.
j) Keterampilan mengelurakan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah
mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja.
k) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama
menyusui bayinya (Suradi,2004).

Manajemen Khusus

Kecemasan Pada Ibu

• Memberikan pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat.

• Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari

• Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama tiga hari

– Yakinkan ibu bila cara ibu benar

– Nasehati ibu cara yang sesuai

– Bila berat bayi meningkat min. 60 g dalam 3 hari yakinkan ibu bahwa ASI nya
cukup.

15
– Bila peningkatan berat bayi tidak mencapai minimal 60 gram dalam 3 hari, kelola
sebagai persangkaan berat tidak naik dengan adekuat

B. Berat bayi tidak naik

Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 60 gram selama 3
hari berturut-turut.

Penanganan

1. Periksa penyebab berat tidak naik sebelumnya

– Apakah telah diberi minum sesuai rencana

– Apakah suhu lingkungan bayi optimal.

– Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan.

– Pengobatan infeksi pada mulut jika ditemukan.

2. Bila tidak ditemukan penyebab pasti, lakukan tindakan meningkatkan jumlah ASI yang
diterima bayi dengan cara :

a. Menaikkan frekuensi minum, menambah lamya waktu menyusui

b. Berganti payudara setiap mulai menyusui dan pastikan bayi dapat mengosongkan
satu payudara sebelum pindah kepayudara yang lain.

c. Ibu cukup minum, gizi dan tidak kelelahan.

3. Bila kenaikan berat masih < 20 gr tiap hari

a. Sesudah menyusui, ibu memeras ASI dan berikan pada bayi dengan cara alternatif
sebagai tambahan.

b. Bila tidak dapat memeras ASI, beri bayi 10 ml pengganti ASI (PASI), gunakan
gelas atau sendok.

c. PASI tidak harus diberikan, kecuali jika yakin :

16
Tersedia selama, mudah diperoleh, dapat digunakan secara aman, serta dapat
dipersiapkan sesuai petunjuk.

4. Pemberian PASI dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20 gram per hari selama
3 hari berturut-turut, kemudian turunkan PASI sampai 5 ml setiap kali minum selama 2
hari.

a. Bila kenaikan berat badan cukup (> 20 g/hari) selama 2 hari berikutnya, hentikan
PASI seluruhnya.

b. Bila berat badan turun di bawah 20 g/hari, mulai tambahkan kembali PASI
sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses di atas.

5. Setelah PASI dihentikan, monitor kenaikan berat badan bayi selama 3 hari berikutnya.
Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang sama atau lebih baik, bayi
dipulangkan ke rumah

C. Memberi minum bayi kecil (BBLR)

Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru
harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering mungkin walaupun waktu
menyusunya pendek-pendek. Untuk merangsang menghisap sentuhlah langit-langit bayi dengan
ibu jari yang bersih. Bila bayi dirawat di RS, harus sering dijenguk, dilihat, disentuh dengan
kasih sayang dan bila mungkin disusui langsung. Bila belum biasa kemudian diberikan dengan
sendok atau cangkir.

Penangan

1. Terangkan bahwa ASI adalah minuman terbaik.

2. Bayi kecil mungkin tidak dapat minum dengan baik pada hari-hari pertama dan hal ini
normal karena :

– Mudah capai dan menghisap masih lemah

– Menghisap dengan singkat kemudian berhenti

17
– Tertidur saat sedang minum

– Ada waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan

– Ingin minum lebih sering dibanding bayi lebih besar.

3. Yakinkan ibu bahwa menyusui dengan ASI akan lebih mudah bila bayi sudah lebih besar

4. Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui ASI :

a. Bayi disusui minimal 8 kali 24 jam (siang dan malam) sampai berat 2500 gram.

b. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri, hendaknya ibu membangunkannya untuk
menyusu.

c. Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya

d. Selalu memberi minum ASI sebelum memeras ASI. Bila perlu ibu dapat
meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras sebelum menyusui.

e. Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus membiarkan
waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan.

f. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi masih berusaha atau ingin tetap
menyusu.

g. Jangan memaksakan bila bayi belum mau menyusu.

h. Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI untuk 4-6 bulan pertama.

5. Bila bayi tidak menghisap dengan baik untuk menerima sejumlah ASI yang cukup,
anjurkan ibu untuk memberikan ASI peras dengan menggunakan alternatif cara
pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung.

6. Bila suplai ASI cukup (bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi tidak
naik dengan adekuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari), ibu hendaknya memeras ASI
dalam dua cangkir yang berbeda. Hendaknya ibu memberikan pertama kali kepada
bayinya pertama kali ASI peras dalam cangkir ke dua yang mengandung lebih kaya

18
lemak kemudian baru ASI yang ada di dalam cangkir pertama bila bayi masih
memerlukan.

D. Memberi minum bayi kembar

Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua makhluk
menyusui termasuk manusia, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan masing-masing. Oleh karena
itu semua ibu tanpa kecuali sebenarnya sanggup menyusui bayi kembarnya. Salah satu posisi
yang mudah untuk menyusui adalah dengan posisi memegang bola (football position). Jika ibu
menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara bergantian, jangan hanya
menetap pada satu payudara saja. Alasannya ialah, kecuali memberi variasi kepada bayi (dia juga
tidak hanya menatap satu sisi terus, agar tidak juling), juga kemampuan menyusu masing-masing
bayi mungkin berbeda, sehingga memberikan kesempatan pada perangsangan puting untuk
terjadi seoptimal mungkin. Walaupun football position merupakan cara yang baik. Ibu sebaiknya
mencoba posisi lainnya secara berganti-ganti. Yang penting susuilah bayi lebih sering, dengan
waktu penyusuan yang diinginkan masing-masing bayi, umumnya lebih dari 20 menit. Bila ada
yang harus dirawat di RS, susui bayi di rumah, dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk
bayi yang dirawat itu. Ibu juga sebaiknya mempunyai pembantu, karena ibu perlu istirahat agar
tidak terlalu kelelahan (Suradi, 2004).

Penanganan

1. Yakinkan ASI nya cukup untuk kedua bayinya.

2. Bila bayinya kecil, terangkan kepada ibu bahwa akan memerlukan waktu cukup lama
untuk memulai menyusui ASI dengan mantap

3. Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui, sebagai tambahan ibu harus :

a. Mulai menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudah siap untuk dua bayi

b. Yakin bahwa bayi yang lebih lemah mendapat cukup ASI

c. Beri ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum,
sesudah selesai menyusu bila diperlukan

19
d. Secara bergantian menggilir payudara setiap kali menyusui

E. Bayi Sumbing

Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar. Bila
sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) ataupun bila termasuk pallatum durum (langit-
langit keras), bayi dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Ibu harus tetap
mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih bisa manyusu dengan kelainan seperti ini.
Keuntungan khusus untuk keadaan ini adalah bahwa menyusu justru dapat melatih kekuatan otot
rahang dan lidah, sehingga memperbaiki perkembangan bicara anak.

Cara menyusui yang dianjurkan :

1. Posisi bayi duduk


2. Puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi untuk
mendapatkan cukup ASI
3. Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4. Bila bayi mempunyai sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatokizis), ASI
dikeluarkan dengan cara manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan
sendok/pipet, atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk
dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar menghisap dan menelan ASI,
menyesuaikan dengan irama pernafasannya (Suradi,2004).

H. Bayi sakit dan yang memerlukan perawatan

Bayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret, Bayi BAB sampai 6 kali sehari,
lembek, tentulah mencret . Tidak ada alasan sama sekali untuk menghentikan ASI , karena telah
terbukti, bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang mencret akan tetapi dapat memberikan
keuntungan.

Bayi yang mencret memerlukan cairan yang cukup untuk rehidrasi dan mungkin memerlukan
tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak . Telah terbukti , bahwa ASI dapat diterima

20
dengan baik oleh anak yang muntah dan mencret.ASI mempuyai manfaat untuk anak dengan
diare karena :

 ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang


 ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna untuk memenuhi kecukupan zat gizi selama
diare selama diare yang dengan sendirinya diperlukan untuk penyu;uhan
dannpertumbuhan .
 ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare
 ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhansel selaput lendir usus yang
biasanya rusak akibat diare

Pada anak menderita diare yang mendapat ASI , lama diare lebih pendek, serta lebih ringan
dibanding anak yang tidak mendapat ASI .kecuali diare bayi lebih sering menderita muntah, hal
ini disebabkan oleh karena berbagai hal. Tatalaksana khusus tergantung pada latar belakang
penyebanya. Menyusui bukan kontraindikasi untuk muntah dan dengan muntah dapat menerima
ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam posisi duduk, sedikit - sedikit tetapi lebih sering,
sendawakan bayi seperti biasanya, tetapi jangan mengoyang-goyang bayi, karena dapat
meyebabkan bayi muntah kembali. Kaalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam posisis
tengkurap atau miring, karena posisi terlentang memungkinkan bayi tersedak akibat muntah yang
terjadi.

Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu, sebaiknya
bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan di dalam
lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu
diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar yang lebih dahulu
diperah dapat diberikan terlebih dahulu (Suradi,2004).

Masalah menyusui pada ibu dengan keadaan khusus

1) Ibu yang menderita hepatitis (HBsAg + atau HIV/AIDS)

Untuk kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat.Yang pertama bahwa ibu yang
menderita hepatitis atau AIDS tidak diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat menularkan
virus kepada bayinya melalui ASI.Namun demikian pada kondisi negara-negara berkembang,

21
dimana kondisi ekonomi masyarakat dan lingkungan yang buruk, keadaan pemberian makanan
pengganti ASI justru lebih membahayakan kesehatan dan kehidupan bayi. Karenanya WHO
tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat yang mungkin tidak akan sanggup memberikan
PASI yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka menyusui adalah jauh lebih dianjurkan
daripada dibuang (Suradi,2004).

2) Ibu dengan TBC Paru

Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh nenyusu.Ibu perlu diobati secara
adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker.Bayi tidak
langsung diberi BCG oleh karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk.Walaupun sebagian
obat anti TBC melalui ASI, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh sebagai profilaksis.Setelah
3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi dan setelah itu pada
bayi dilakukan uji mantoux. Bila hasilnya negative terapi INH dihentikan dan bayi diberi
vaksinasi BCG (Suradi,2004).

3) Ibu dengan diabetes

Bayi dan ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar
gula darahnya (Kristiyansari,2009).

4) Ibu yang memerlukan pengobatan

Seringkali ibu menghentikan penyusuan bila meminum obat-obatan karena takut obat
tersebut dapat mengganggu bayi.Kadar obat dalam ASI tergantung dari masa paruh obat dan
rasio obat dalam plasma dan ASI.Padahal kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang dapat
melalui ASI dan jarang berakibat kepada bayi, sehingga tidak dapat mengobati bayi dengan
menyuruh ibu memakan obat tersebut.Memang ada beberapa obat yang sebaiknya jangan
diberikan kepada ibu yang menyusui dan sebaiknya bila ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang
mempunyai masa paruh obat pendek dan yang mempunyai rasio ASI plasma kecil atau dicari
obat alternatif yang tidak berakibat pada bayi. Disamping itu dianjurkan juga kepada ibu, bila
perlu memerlukan obat maka sebaiknya diminum segera setelah menyusui (Suradi,2004).

22
BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Pada praktikum Fundamental Diet Culinary II yang bertemakan "Makanan Tinggi Serat"
ini kita membuat makanan selingan yaitu berupa puding tahu. Makanan berserat adalah makanan
yang mengandung serat di mana tubuh tidak dapat mencerna atau menyerapnya. Karena tidak
dapat dicerna oleh bagian pencernaan dalam tubuh, serat makanan ini tidak akan menghasilkan
energi atau kalori bagi tubuh.Puding tahu ini merupakan resep makanan tinggi serat yang
berbahan dasar tahu dan agar- agar. Puding sangatlah baik untuk kesehatan karena dapat
melancarkan pencernaan pada tubuh manusia.

3.1 Manajemen

Umum

• Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum
sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain.

• Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali diberi minum coba
pasang pipa lambung.

– Bila tidak berhasil kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jalur infus
dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda. Rujuk setelah stabil

– Bila pipa lambung berhasil masuk, pastikan pipa masuk ke lambung, lakukan
aspirasi cairan lambung dan biarkan mengalir sendiri. Kemudian lanjutkan dengan
kemungkinan diagnosis lain

Manajemen Khusus

Melakukan manajemen penanganan sesuai dengan keadaan/kondisi yang dialami bayi


dengan diagnosis tertentu maupun ibu yang tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui.

23
6.2. Saran
Praktikan diharapkan lebih teliti lagi dalam hal pengajuan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk praktikum sehingga bahan tidak kurang. Praktikan harus lebih
mengefisiensi waktunya sehingga praktikum bisa terlaksana dan berakhir tepat pada waktunya

Untuk meningkatkan kesempurnaan makalah ini, penulis menyadari bahwa materi


makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembimbing dan pembaca makalah.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup
bulan (matur) maupun kurang bulan (prematur). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ASI memberikan banyak keuntungan fisiologis maupun emosional. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama, dan
rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of
Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

24
Daftar Pustaka

 Anonym. Kandungan Gizi Puding. http://detiklife.com/tag/kandungan-gizi-


puding/( Diakses Tanggal 15 Oktober 2017)
 Yunia Indah.2015. Menu Tinggi Serat.https://yuniaindah.wordpress.com/2015/10/05/menu-
tinggi-serat/ ( Diakses Tanggal 15 Oktober 2017)
 Anonim.https://www.superindo.co.id/hidup_sehat/info_sehat/mengenal_agar-agar_dan_jell
(Di akses ttanggal 16 Oktober 2017)
 Fahrudin, imam. 2015. 21 Top Makanan Yang Mengandung Serat Tinggi.
http://www.manfaatcaramengatasi.com/2015/11/makanan-yang-mengandung-serat-
tinggi.html. (diakses tanggal 17 Oktober 2017)

 Depkes. 2007.” Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar”.


Jakarta : DepKes RI.

 Maryanti Dwi. 2011. “Buku Ajar Neonatus, bayi dan Balita“. Jakarta : Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai