Anda di halaman 1dari 28

Tugas PBL (Problem Basic Learning)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

( NEFROLITIASIS )

OLEH:
KELOMPOK
III

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM NON


REGULER FAKULTAS OLAH RAGA DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO

TAHUN 2022
KASUS III
Tn. M usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan tiba-tiba merasa sakit
pinggang sebelah kiri yang tak tertahankan. Saat pengkajian di dapatkan
skala nyeri 8, wajah meringis. Pasien juga merasakan mual dan muntah
sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya.
Klien mengatakan pertama kali merasakan sakit seperti ini.
TD: 140/90 mmHg N : 100x/m R: 24x/m SB: 37°c

I. KLARIFIKASI ISTILAH - ISTILAH PENTING


a. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Sebuah mesin yang disebut lithotripter yang digunakan untuk
menghancurkan batu ginjal. Lithotripter menghasilkan gelombang kejut
yang melewati tubuh seseorang untuk memecahkan batu ginjal menjadi
potongan-potongan kecil sehingga lebih mudah melewati saluran ureter.
b. UreteroscopyUreteroscopy
merupakan sebuah alat yang dimasukan ke uretra melalui bladder
berbentuk tabung panjang dan diujungnya terdapat alat seperti keranjang
yang berguna untuk menghancurkan batu dengan energi laser.
c. Percutaneous Nephrolithotomy
Dalam prosedur ini, sebuah kawat tipis yang disebut nephroscope yang
digunakan untuk menemukan dan menghancurkan batu. Prosedur ini
dilakukan oleh seorang ahli urologi di rumah sakit dengan pemberian
anestesi. Selama prosedur, tabung dimasukkan langsung ke dalam ginjal
melalui sayatan kecil di pungung pasien. Batu-batu berukuran besar,
pengamatan menggunakan ultrasonik yang bertindak sebagai lithotripter
diperlukan untuk memberikan gelombang kejut yang menghancurkan batu
menjadi potongan-potongan kecil. Pasien harus tinggal di rumah sakit
selama beberapa hari setelah prosedur dilakukan. Batu yang sudah hancur
akan disalurkan ke dalam tabung kecil yang disebut tabung nefrostomi.
Tabung biasanya tempatkan di ginjal selama 2 atau 3 hari.

II. KATA / PROBLEM KUNCI


1) Tiba-Tiba Merasa Sakit Pinggang Sebelah Kiri
2) Skala Nyeri 8 Dan Meringis
3) Mual Muntah Sejak 3 Hari Yang Lalu
4) Ttv Td= Td: 140/90 Mmhg N: 100x/M R: 24x/M Sb: 37°C

III. MIND MAP

NEFROLITIASIS

CKD BPH

IV. LEMBAR CHEKLIST

1
DIAGNOSA MANIFESTASI
KLINIS

TTV
Merasa Sakit Skala mual dan
TD:
Pinggang Nyeri : 8 muntah Meringis
140/90
Sebelah Kiri
Yang Tak mmHg
Tertahankan N : 100
x/m
R: 24 x/m
S: 37°c
100x/m

24x/m
SB: 3
100x/m
R: 24x/m
SB: 3
 NEFROLITIASIS
    

 BPH

 CKD

2
KONSEP MEDIS
2.2 Definisi
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik
yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih.Keadaan
ini,dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari
ginjal.Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan
keturunan, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim,
kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya.
(Fauzi, Ahmad 2016)

2.3 Etiologi
Penyebab pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui, oleh karena
banyak faktor yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam batu
ginjal yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi
yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika
volume urin dan kimia urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada
proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit
membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti
untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen.
(Haeruddin, H 2015)
Dua faktor penyebab primer adalah (1) status urine dan (2) sepersaturasi
urine dengar kristaloid yang tidak dapat larut. Peningkatan kosentrasi zat
terlarut muncul karena berkurangnya cairan atau peningkatan beban zat
terlarut. Peningkatan kosentrasi tersebut menyebabkan presipitasi kristal seperti
kalsium,asam urat dan fosfat. Kadar ph urine mempengaruhi solubiitas jenis
kristal tertentu dengan beberapa jenis kristal yang sudah siap berpresipitasi
dalam kondisi asam dan beberapa kondisi basah. Angka ph yang abnormal
muncul pada kondisi renal tubular asidosis, pemberian inhibitor karbonik
3
anhidrase, keberadaan bakteri pemecah urea, yang dalam kondisi diare kronis.
Retensi urine yang dikarenakan obstruksi leher kandung kemih diversi urine
continent, dan imobiliasasi, dapat meningkatkan risiko pembentukan batu
karena kristal dalam urine yang tidak bergerak merupakan penyebab yang
paling besar. Infeksi, benda asing kegagalan pengosongan kandung kemih
secara komplet, kelainan metabolik, obesitas dan peningkatan berat badan,
serta obstruksi pada saluran kemih, berkontribusi pada pembentukan batu juga.
Keberadaan presipitator dalam urine telah diketahui (seperti matriks protein
dan bakteri atau elemen inflamasi). Substansi penghambat (inhibitor) seperti
dan magnesium dapat mencegah agregasi partikel dan pembentukan kristal.
Kurangnya zat penghambat tersebut dapat meningkatkan risiko pertumbuhan
batu. Tidak hanya defisiensi zat penghambat yang dapat meningkatkan resiko
terbentuknya batu, namun terdapat pula “anti-penghambat” (anti-inhibitor)
dalam seperti urine alumunium, besi dan silikon. Obat-obatan tertentu dapat
memicu pembentukan batu seperti, asetalozamid, alkali yang dapat diserapi
(misalnya, kalsium karbonat dan sodium bikarbonat), dan alumunium
hidroksida. Vitamin C dalam dosis besar juga meningkatkan level oksalat
dalam urine. Di Amerika Serikat khususnya bagian tenggara, terdapat area
dimana penduduknya memiliki risiko tinggi menderita kencing batu dan area
tersebut disebut “sabuk batu”. Laki-laki berusia antara 30 dan 50 tahun
memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk menderita kencing batu. Penyakit ini
juga umum terjadi pada masyarakat Eropa atau keturunan Asia. Ketika
seseorang klien menderita kencing batu, maka mereka akan meningkatkan
resiko terbentuknya batu tambahan (Black, Joyce M. 2014)

2.4 Klasifikasi
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan
sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam
usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif (Haeruddin, H 2015).

4
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor
tejadinya batu kalsium adalah:
1) Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam,
dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus
(hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada
hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam,
banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar
konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink,
kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam.
Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang
mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam
urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
4) Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium
dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada
penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5) Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine
magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium
oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.

5
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya
batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus
spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus)
yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan
garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan
obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).
Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar
untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2
liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala yang umum terjadi pada penderita batu ginjal adalah nyeri dengan
perasaan berat hingga tajam pada bagian perut, punggung dan selangkangan.
Nyeri terasa saat buang air kecil dan disertai dengan mual atau muntah.
(Hanindhiya Fikriani, Yoga W Wardhana 2018)
Efek mekanik dari pembentukan batu menimbulkan gejala klinis nyeri yang
khas. Ada 2 tipe nyeri yaitu renal colic dan noncolicky renal pain. Nyeri renal
colic biasanya disebabkan oleh peregangan dari collecting system atau ureter.
Nyeri noncolicky renal disebabkan oleh adanya distensi dari kapsul ginjal.
Obstruksi saluran kemih adalah mekanisme utama yang bertanggung jawab
untuk renal colic yang menyebabkan peregangan dari ujung saraf. Mekanisme
lokal seperti peradangan, edema, hiperperistalsis, dan iritasi mukosa dapat
berkontribusi mempersepsikan nyeri pada pasien dengan batu ginjal. Tingkat

6
keparahan dan lokasi rasa sakit dapat bervariasi dari pasien ke pasien
tergantung pada ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi, ketajaman
obstruksi, dan variasi anatomi individu. Renal colic pada obstruksi dari renal
pelvis dan ureter biasanya tergambarkan nyeri sedang sampai nyeri berat di
daerah panggul yang menjalar ke daerah paha. Obstruksi batu di midureter
biasanya nyeri menjalar ke lateral perut bagian bawah dan disertai dengan
inkontinensia urin sedangkan obstruksi di bagian distal ureter atau
uretrovesical junction biasanya sakit parah dan terasa lumpuh, juga bisa
disertai mual dan muntah. (H Haerudin 2015)

2.6 Patofisiologi
Batu kemih biasanya muncul karena kerusakan keseimbangan antara
kelarutan dan pengendapan garam. Ginjal harus menampung air dan
mengeluarkan bahan yang memiliki kelarutan yang rendah. Kedua pernyataan
tersebut harus seimbang selama adaptasi terhadap diet, iklim dan aktivitas.
Urin memiliki zat-zat seperti pirofosfat, sitrat dan glikoprotein yang bisa
menghambat kristalisi. Namun mekanisme pertahanan dari zat-zat tersebut
kurang sempurna ketika urin menjadi jenuh atau mengalami supersaturasi
dengan bahan larut yang dikarenakan tingkat ekresi yang berlebihan dan / atau
karena air yang tertampung terlalu lama akan membentuk kristal dan
melakukan agregasi membentuk suatu batu. Sebuah larutan dikatakan padat
jika terdapat saturasi atau kejenuhan dalam kesetimbangan zat tersebut.
Apabila konsentrasi zat dalam larutan diatas titik jenuh (saturation point)
sangat mendukung untuk terjadinya pembentukan kristal dan jika semakin
tinggi dari saturasi kejenuhan suatu zat tersebut berlebih maka kristal dapat
berkembang secara spontan yang bisa menjadi sebuah batu (H Haerudin 2015).

7
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis :
1. Kimia widarah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total.
2. Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin
(bacteriuria)
3. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkanbatuasamuratbersifat non opak (radio-lusen)
4. Intra Vena Pielografi (IVP)
IVP merupakan prosedur standar dalam menggambarkan adanya batu pada
saluran kemih. Pyelogram intravena yang disuntikkan dapat memberikan
informasi tentang baru (ukuran, lokasi dan kepadatan batu), dan
lingkungannya (anatomi dan derajat obstruksi) serta dapat melihat fungsi
dan anomali. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi-opak
ataupun non-opak yang tidak dapat dilihat oleh foto polos perut. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
5. Ultrasonografi (USG)
USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya batu dan merupakan
manajemen pada kasus urolithiasis. Meskipun demikian USG merupakan
jenis pemeriksaan yang siap sedia, pengerjaannya cepat dan sensitive
terhadap renal calculi atau batu pada ginjal, namun tidak dapat melihat
batu di ureteral. USG dikerjakan bila pasien tidak memungkinkan
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan seperti alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, pada pada wanita yang
sedang hamil Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau

8
buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal (WAC
Ningrum 2017)

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada lokasi batu, tingkat obstruksi, sifat batu, fungsi
ginjal yang terkena, dan ada tidaknya infeksi saluran kemih,.19 Batu ginjal
dapat diobati oleh dokter umum atau dokter ahli urologi. Batu-batu kecil
biasanya melewati saluran kemih tanpa pengobatan. Namun, pada keadaan
tersebut mungkin perlu obat nyeri dan harus meminum banyak cairan untuk
membantu memindahkan batu. Untuk menghilangkan gejala nyeri dapat
menggunakan obat oral ataupun intravena (IV) tergantung pada durasi dan
keparahan rasa sakit. Cairan IV mungkin diperlukan jika seseorang menjadi
dehidrasi akibat muntah atau ketidakmampuan untuk minum. Seseorang
dengan batu yang lebih besar yang mengakibatkan aliran urin tersumbat dan
menyebabkan rasa sakit yang hebat. Dalam keadaan seperti itu mungkin perlu
penanganan lebih intensif, Seperti (H Haerudin 2015):
a. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Sebuah mesin yang disebut lithotripter yang digunakan untuk
menghancurkan batu ginjal. Lithotripter menghasilkan gelombang kejut
yang melewati tubuh seseorang untuk memecahkan batu ginjal menjadi
potongan-potongan kecil sehingga lebih mudah melewati saluran ureter.
b. UreteroscopyUreteroscopy
merupakan sebuah alat yang dimasukan ke uretra melalui bladder
berbentuk tabung panjang dan diujungnya terdapat alat seperti keranjang
yang berguna untuk menghancurkan batu dengan energi laser.
c. Percutaneous Nephrolithotomy
Dalam prosedur ini, sebuah kawat tipis yang disebut nephroscope yang
digunakan untuk menemukan dan menghancurkan batu. Prosedur ini
dilakukan oleh seorang ahli urologi di rumah sakit dengan pemberian
anestesi. Selama prosedur, tabung dimasukkan langsung ke dalam ginjal
melalui sayatan kecil di pungung pasien. Batu-batu berukuran besar,

9
pengamatan menggunakan ultrasonik yang bertindak sebagai lithotripter
diperlukan untuk memberikan gelombang kejut yang menghancurkan batu
menjadi potongan-potongan kecil. Pasien harus tinggal di rumah sakit
selama beberapa hari setelah prosedur dilakukan. Batu yang sudah hancur
akan disalurkan ke dalam tabung kecil yang disebut tabung nefrostomi.
Tabung biasanya tempatkan di ginjal selama 2 atau 3 hari.

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari batu (nefrolitiasis) adalah:
a. Sumbatan akibat pecahan batu
b. Infeksi akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
c. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Masykur Khair 2014)

2.10 Prognosis
Prognosis batu saluran kencing tergantung dari besar batu, letak batu,
adanya infeksi dan adanya obstruksi. Makin besar batu makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya
infeksi karena factor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi
ginjal sehingga prognosis menjadi jelek (H Haerudin 2015)

Pathway.

10
11
KONSEP
KEPERAWATAN

Tn. M usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan tiba-tiba merasa sakit pinggang
sebelah kiri yang tak tertahankan. Saat pengkajian di dapatkan skala nyeri 8, wajah
meringis. Pasien juga merasakan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengatakan khawatir dengan kondisinya. Klien mengatakan pertama kali merasakan
sakit seperti ini. TD : 140/90 mmHg N : 100x/m R : 24x/m SB : 37°c
Pengkajian
1) Pengkajian primer dan
sekunder: Identitas pasien
Nama : Tn. M
JK : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama : -
2) Keluhan utama
merasa sakit pinggang sebelah kiri yang tak tertahankan Riwayat
penyakit sekarang Saat pengkajian di dapatkan skala nyeri 8, wajah
meringis
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien juga merasakan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengatakan khawatir dengan kondisinya. Klien mengatakan pertama kali
merasakan sakit seperti ini
4) Aktivitas/ istirahat
-
5) Integritas ego
-
6) Eliminasi
-
7) Makanan/cairan
-

12
8) Hygine
-
9) Neurosensori
-
10) Nyeri/kenyamanan
Klien mengeluh nyeri lutut dengan skala 6 (0-10).
11) Interaksi social
-
12) Pemeriksaan Fisik
TD : 140/90
mmHg
N :
100x/m
R : 24x/m
SB : 37°c

13). Pemeriksaan Penunjang

13
Analisa Data
Infeksi Saluran Kemih Kronis,
Gangguan Metabolisme
DS :
( Hiperparatiroidisme,
 Mengatakan Hiperuresemia, Hiperkalsiuria),
Merasakan sakit Benda Asing, Jaringan Mati,
pinggang sebelah Inflamasi Usus, Masukan
kiri yang tak Vitamin D Yang Berlebihan
tertahankan

DO :

 TD: 140/90
mmHg Pengendapan Garam Mineral.
 N: 100x/m Infeksi, Mengubah Ph Urin
 R: 24x/m Asam Menjadi Alkalis
 SB: 37°c
 Skala nyeri 8
 Wajah meringis Nyeri Akut

Pembentukan Batu

Obstrusi Saluran Kemih

Obstruksi Di Ureter

Kalkulus Berada Di Ureter

14
Gesekan Pada Dinding Ureter

Gangguan Rasa Nyaman,


Nyeri

Infeksi Saluran kemih Kronis,


Gangguan Metabolisme
( Hiperparatiroidisme,
hiperuresemia, hiperkalsiuria),
DS: benda asing, jaringan mati,
 Pasien juga inflamasi usus, masukan vitamin
merasakan mual
D yang berlebihan
dan muntah sejak 3
hari yang lalu
DO:
 TD: 140/90 mmHg
 N: 100x/m
 R: 24x/m
 SB: 37°c Pengendapan garam mineral.
Infeksi, mengubah pH urin asam
menjadi alkalis
Defisit Nutrisi

Pembentukan batu

Obstrusi saluran kemih

15
Peningkatan distensi abdomen

Anoreksia

Mual / muntah

Output berlebih

Defisit Nutrisi

Infeksi Saluran kemih Kronis,


Gangguan Metabolisme
( Hiperparatiroidisme,
hiperuresemia, hiperkalsiuria),
benda asing, jaringan mati,
DS:
inflamasi usus, masukan vitamin
 Pasien mengatakan
khawatir dengan D yang berlebihan
kondisinya.
 Klien mengatakan
pertama kali
merasakan sakit Defisit
seperti ini
DO: Pengetahuan
Pengendapan garam mineral.
 TD: 140/90 mmHg Infeksi, mengubah pH urin asam
 N: 100x/m menjadi alkalis
 R: 24x/m
 SB: 37°c

Pembentukan batu

16
Obstrusi saluran kemih

Kurang pengetahuan

Cemas

Defisit Pengetahuan

17
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri Akut (D.0077) SLKI SIKI :
Kategori : Psikologis L.08066 I.08238
Subkategori : Nyeri dan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Kenyamanan
Kriteria Hasil : Observasi :
Definisi : Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau keperawatam selama 3x24 jam kualitas, intensitas nyeri
emosional yang berkaitan masalah nyeri akut teratasi 2. Identifikasi skala nyeri
dengan kerusakan jaringan dengan indikator : 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
actual atau fungsional, 1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
dengan onset mendadak atau 2. Meringis menurun dan memperingan nyeri
lambat dan berintensitas Terapeutik :
3. Kesulitan tidur menurun
ringan hingga berat yang 1. Berikan teknik nonfarmakoloki untuk
berlangsung kurang dari 3 4. Frekuensi nadi Membaik mengurangi rasa nyeri (misal tens,
bulan. 5. Tekanan Darah Membaik hipnosis, akupresur, terapi musik,
terapi pijat, terapi Imajinasi terbimbing,
6. Fungsi Berkemih
Gejala dan Tanda Mayor kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Subjektif Membaik 2. Kontrol lingkungan memperberat myeri
1. Mengeluh nyeri 7. Pola Nafas Membaik (misal ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Objektif 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Edukasi :

18
Waspada, posisi 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
menghindari nyeri) nyeri
3. Gelisah 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Frekuensi nadi meningkat 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
5. Sulit tidur mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
Gejala dan Tanda Minor secara tepat
Objektif 5. Anjurkan teknik
1. Tekanan darah meningkat 6. nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
2. Pola napas berubah nyeri
3. Nafsu makan berubah Kaloborasi :
4. Proses berpikir terganggu 1. Kaloborasi pemberian analgetik, jika
5. Berfokus pada diri sendiri perlu

DS :
 Mengatakan Merasakan
sakit pinggang sebelah
kiri yang tak
tertahankan

DO :
 TD: 140/90 mmHg
 N: 100x/m
 R: 24x/m
 SB: 37°c

19
 Skala nyeri 8
 Wajah meringis

2 D.0019 SLKI: SIKI :


Defisit Nutrisi L.03030 1.03119
Definisi Luaran Utama Satus Nutrisi Manajemen Nutrisi
Asupannutrisi tidak Kriteria Hasil :
cukup untuk memenuhi Setelah dilakukan Intervensi Observasi :
kebutuhan metabolism keperawatan 3x24 jam masalah 1. Identifikasi Status Nutrisi
Penyebab keperawatan Defisit Nutrisi dapat
1. Ketidakmampuan 2. Identifikasi Alergindan Intoleransi
teratasi dengan indikator :
menelan makanan 1. Porsi makanaan yang Makanan
2. Ketidakmampuan dihabiskan meningkat 3. Identifikasi Makanan Yang Disukai
mencerna makanan 2. Berat badan membaik
3. Ketidakmampuan 4. Identifikasi Kebutuhan Kalori Dan Jenis
3. Nafsu Makan Membaik
mengabsorbsi nutrient 4. Membran Mukosa Nutrisi
4. Peningkatan kebutuhan Membaik 5. Monitor Asupan Makanan
5. Faktor psikilogis (mis.
6. Monitor Berat Badan
Stress)
7. Monitor Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Gejala dan Tanda Minor
Objektif
Terapeutik
 Berat badan menuru
minimal 10%di bawah 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
rentang ideal perlu

20
Gejala dan Tanda Mayor 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Subjektif Piramida makanan)
 Cepat kenyang setelah
3. Sajikan makanan secara , menarik dan suhu
makan
yang sesuai
 Kram/nyeri abdomen
 Nafsu makan menurun 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Objektif
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
 Bising usus hiperaktif
 Otot pengunyah lemah protein
 Otot menelan lemah 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Membrane mukosa 7. Hentikan pemberian makan melalui selang
 pucat
nasogastric jika asupan oral dapat
 Sariawan
ditoleransi
DS:
 Pasien juga merasakan
Edukasi
mual dan muntah sejak
3 hari yang lalu 1. Anjurkan posisi
DO:
2. duduk, jika mampu
 TD: 140/90 mmHg
 N: 100x/m 3. Ajarkan diet yang diprogramkan
 R: 24x/m
 SB: 37°c
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

21
makan,(mis.Pereda nyeri, antiemetic), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2 D.0111 SLKI: SIKI :
Defisit pengetahuan L.12111 1.12383
Definisi Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
Ketiadaan atau kurangnya
Observasi
informasi kognitif yang Kriteria Hasil : 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
berkaitan dengan topik tertentu Setelah dilakukan tindakan menerima informasi
keperawatan 3x24jam masalah 2. Identifikasi factor- faktor yang dapat
Penyebab keperawatan Tingkat Pengetahuan meningkatkan dan menurunkan motivasi
1. Keteratasan kognitif perilaku hidup bersih dan sehat
dapat teratasi dengan indikator :
2. Gangguan fungsi Terapeutik
1. Perilaku sesuai anjuran 1. Sediakan materai dan media pendidikan
kognitif 2. Meningkatkan kesehaatn
3. Kekeliruan mengikuti Kemampuan menjelaskan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
anjuran pengetahuan tentang suatu pendidikan
4. Kurang terpapar topik meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
informasi 3. Kemampuan Edukasi
5. Kurang minat dalam menggambarkan 1. Jelaskan factor- faktor yang dapat
belajar pengalaman sebelumnya mempengaruhi kesehatan
6. Kurang mampu yang sesuai dengan topik 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
mengingat 3. Ajarkan strategi yang dapat
4. Perilaku sesuai dengan digunakan untuk meningkatkan perilaku

22
7. Ketidaktahuan pengetahuan hidup bersih dan sehat
menemukan sumber
informasi 5. Pertanyaan Tentang
Masalah Yang di hadapi
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif
1. Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran
2. Menunjikan presepsi
yang keliru terhadap
masalah

Gejala dan Tanda Minor


1. Menjalani pemeriksaan
yang tepat
2. Menunjikan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan,
agitasi,histeria)

23
DS:
 Pasien mengatakan
khawatir dengan
kondisinya.
 Klien mengatakan
pertama kali merasakan
sakit seperti ini
DO:
 TD: 140/90 mmHg
 N: 100x/m
 R: 24x/m
 SB: 37°c

24
Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan,
yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).
Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
a. Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau
mamantau status atau masalah yang ada
b. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan baru
mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan

c. Mem'antu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri

d. Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk


memperoleh arahan yang tepat
e. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan
f. Membantu klien untuk melaksanakan aktivitas mereka sendiri

Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2009 : 135)

25
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Indonesia: CV Pentasada Media Edukasi
Fauzi, Ahmad dkk. 2016. Nefrolitiasis. Dikutip pada
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1080/920 (Diakses pada
Selasa, 12 Maret 2019 Pukul 16.53)
Hanindhiya Fikriani, Yoga W Wardhana 2018. ALTERNATIF PENGOBATAN BATU GINJAL
DENGAN SELEDRI. http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/viewFile/17607/pdf (Diakses
pada Selasa 12 maret 2019, Pukul 17.32)
H Haerudin 2015. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/404/06bab2_haerudin_1010011
10_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y (Diakses pada Selasa, 12 Maret 2019 Pukul
18.53)
Masykur Khair 2014. NEFROLITIASIS. Dikutip pada
https://www.slideshare.net/MasykurKhair/laporan-pendahuluan-nefrolitiasis (Diakses pada
Selasa, 12 Maret 2019 Pukul 18.53)
Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia: Elsevier Inc.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI
WAC Ningrum. 2017. Urolitiasis. Dikutip pada https://www.google.com/search?client=firefox-
b-d&q=pemeriksaan+bau+ginja l+pdf (Diakses pada Selasa, 12 Maret 2019 Pukul 18.53)

26

Anda mungkin juga menyukai