Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
3. Penggolongan Obat
3.1.2 Meglitinide
Definisi : Meglitinide adalah suatu golongan sekretagog insulin yang baru.
Meglitinide dikenal ampuh dalam hal menurunkan gula darah penderita
yang sebelumnya mengalami lonjakan. Namun perlu diketahui juga bahwa
efek penurunan gula darah cukup drastic sehingga seringkali penderita
harus mengalami hipoglikemia.
3.2 Biguanide
Definisi : adalah sejumlah obat oral untuk diabetes tipe dua yang mencegah
produksi glukosa di dalama hati, meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap
insulin, dan mengurangi jumlah gula yang diserap oleh usus. Obat-obatan
ini juga meningkatkan kemampuan insulin untuk memindahkan zat gula ke
dalam sel-sel tubuh
Sejarah : Penelitian klinis metformin di Amerika Serikat selesai seluruhnya
pada tahun 1995 dan biguanide disetujui untuk digunakan di Amerika
Serikat
3.3 Tiazolidinedione
Definisi : Tiazolidinedione merupakan Terdiri dari dua jenis yaitu :
3.3.1 Troglitazone
Definisi : Troglitazone adalah Thiazolidineadione pertama yang disetujui,
dan sekarang agen ini telah digunakan oleh lebih dari 1,6 juta orang di
seluruh dunia. Obat ini merupakan obat hipoglikemik oral yang
meningkatkan sesitivitas jaringan perifer terhadap insulin. Obat ini
sebagaiman dengan metformin tidak menyebabkan reaksi hipoglikemia.
Telah terbukti pada manusia menghilangkan adanya resistensi insulin,
menurunkan hepatic glucose out put, menormlakan gangguan toleransi
glukosa menjadi dibetes. Terbukti pula obat ini dapat memperbaiki kendali
glukosa darah, dan hiperinsulinemia.
Sejarah : Setelah pemasaran pertama dimulai, Troglitazone terbukti
berhubungan dengan terjadinya kerusakan hati idiosinkratsi yang rendah
tetapi bermakna. Karena efek yang parah ini, Troglitazone ditarik di
Inggris dan di Amerika Serikat.
1. Sekretagog Insulin
1.1 Sulfonylurea : Kerja utama Sulfonylurea adalah meningkatkan rilis insulin
dari pankreas. Diduga terdapat dua mekanisme kerja tambahan –suatu
penurunan kadar glukosa serum dan suatu efek ekstra pankreatik dengan
mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran-
tetapi kemaknaaan klinisnya masih dipertanyakan. Pemberian
Sulfonylurea pada diabetes tipe 2 secara kronis dapat menurunkan kadar
glucagon serum. Keadaan tersebut dapat berperan terhadap efek
hipoglikemik dari obat.
1.1.1 Sulfonylurea generasi pertama
Terdiri dari :
Tolbutamide yang diabsorbsi dengan baik tetapi cepat
dimetabolisme dalam hati.
Chlorpropamide yang dimetabolisme secara lambat di dalam hati
menjadi produk yang masih mempertahankan beberapa aktivitas
biologisnya ; sekitar 20-30% dieskresi dalam bentuk tidak berubah
di dalam urine.
Tolazamide sebanding dengan chlorpropanide dalam kekuatan tetapi
masaa kerjanya lebih pendek, menyerupai masa kerja
acetohexamide. Tolazamide lebih lambat diabsorpsi dibandingkan
dengan Sulfonylurea lainnya, dan efeknya pada glukosa darah tidak
segera tampak dalam beberapa jam.
1.1.2 Sulfonylurea generasi kedua
Terdiri dari :
Gliburide dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan
aktivitas hipoglikemik yang sangat rendah. Gliburid bekerja
menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan pelepasan
insulin dari pancreas. Mekanisme ini bergantung pada sel beta
pankreas
Glipizide paling sedikit 90% glipizide dimetabolisme dalam hati
menjadi produk yang tidak aktif, dan 10% diekskresi tanpa
perubahan di dalam urine.
Glimepiride dimetabolisme secara lengkap oleh hati menjadi produk
yang tidak aktif. Digunakan sekali sehari sebagai monoterapi atau
dikombinasi dengan insulin untuk menurunkan gluikosa darah pada
pasien diabetes yang tidak dapat mengontrol kadar glukosa dengan
cara diet dan olahraga.
3. Tiazolidinedione
Definisi : Thiazolidinedione adalah agonis selektif untuk peroxisome nuklir
proliferator-activated receptor-g (PPARg). Thiazolidinedione biasanya
meningkatkan high-density lipoprotein (HDL) kolesterol tetapi memiliki efek
variable trigliserida dan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol.
FARMAKOKINETIK
1. Sekretagog Insulin
1.1 Sulfonylurea : Absorbsi derivate sulfonylurea melalui usus baik, sehingga
dapat diberikan per-oral. Setelah absorbs, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama
albumin (70% - 90%)
2. Biguanide
Metformin merupakan salah satu obat golongan ini.
Absorpsi : Bioavailabilitas absolut dari metformin hidroklorida tablet 500 mg,
diberikan pada kondisi pasien berpuasa adalah sekitar 50% - 60%. Makanan
dapat menurunkan kecepatan absopsi metformin.
Distribusi : Ikatan metformin dengan protein plasma adalah minimal, dan dapat
diabaikan. Volume distribusi adalah 650 L, pada obat kerja regular. Metformin
dapat terdistribusi masuk ke dalam eritrosi. Waktu puncak konsentrasi oplasma
sekitar 2 – 3 jam pada tablet metformin regular dan 4 – 8 jam pada tablet
metformin kerja panjang. Konsentrasi plasma secara stabil dapat dicapai dalam
waktu 24 – 48 jam, umumnya <1 µg/Ml.
Metabolisme :Metformin tidak dimetabolisir.
Waktu paruh biologis : Waktu paruh plasma sekitar 6,2 jam. Waktu paruh dalam
darah adalah sekitar 17,6 jam. Hal ini berkenaan dengan massa eritrosit yang
dapat menjadi kompartmen dalam pendistribusian obat ini.
Eliminasi : Renal clearance berkisar 3,5 kali lebih besar daripada creatinine
clearance. Pada penggunaan tablet metformin kerja regular, renal clearance
sekitar 450 – 540 mL/menit. Ekskresi metformin 90% terjadi di urin, dalam
bentuk tidak berubah. Sekitar 90%dari dosis obat yang diabsopsi, dieskresikan
ke urin dalam waktu 24 jam pertama, setelah konsumsi metformin per oral.
Metformin dapat didialisis yaitu hemodialysis
3. Tiazolidinedione
Masing – masing Tiazolidinedione memiliki suatu rantai samping yang berbeda,
dan menyebabkan efek farmakologi dan profil efek yang tidak diinginkan.
Semuanya dimetaboilisme melalui system sitokrom P450 hati, dan induksinya
terhadap jalur yang berbeda dapat mempengaruhi bioavailibilitas pengobatan
lainnya seperti kontrasepsi oral. Terdiri dari :
3.1 Troglitazone : Troglitazone terbukti berhubungan dengan terjadinya
kerusakan hati idiosinkratis yang rendah tetapi bermakna. Gagal hati atau
kematian adalah ciri langsung obat tersebut paling sedikit dalam 63 kasus,
dengan beberapa estimasi yang semakin meningkat. Karena efek yang parah
ini, Triglitazone diatrik di Inggris dan di Amerika Serikat.
3.2 Rosiglitazone dan Pioglitazone: Pioglitazone mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein transporter glukosa,
sehingga meningkatkan uptake glukosa di sel – sel jaringan perifer. Obat ini
dimetabolisme di hepar. Obat ini tidak boleh diberikan poada pasien gagal
jantung karena dapat memperberat edema dan juga pada gangguan fungsi
hati. Rosiglitazone cara kerjanya hampir sama dengan pioglitazone,
dieksresikan melalui urin dan feses. Mempunyai efek hipoglikemik yang
cukup baik jika dikombinasikan dengan metformin.
4.2 Miglitol
Farmakokinetik reabsorpsinya dalam saluran cerna lebih baik daripada
acarbose (60% - 70%). Sehingga efeksampingnya mengenai gangguan
lambung dan usus jauh lebih sedikit
BAB IV
FARMAKODINAMIK
1. Sekretagog Insulin
1.1 Sulfonilurea
Indikasi
Sulfonilurea adalah turunan sulfanilamid tetapi tidak mempunyai aktivitas
antibakteri. Golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di pankreas
sehingga hanya efektif bila sel -pankreas masih dapat berproduksi.
Golongan sulfonilurea dibagi 2, yaitu generasi I (asetoheksaid,
klorpropamid, tolazamid, tolbutaid) dan generasi II (glipizid, gliburid,
glimepirid). Indikasi : diabetes mellitus tipe II.
Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap sulfonilurea, komplikasi diabetes karena
ketoasidosis dengan atau tanpa koma, komplikasi diabetes karena
kehamilan.
Efek samping
Yang paling umum terjadinya efek samping dari sulfonylurea adalah
hipoglikemia dan komplikasi mikrovaskular, sulfonylurea terbukti
menurunkan resiko komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2.
Sulfonilurea Generasi Pertama
Tobutamide
Indikasi : NIDDM ringan hingga sedang
Kontraindikasi : Diabetes melittus tipe remaja dan pertumbuhan,
diabetes parah atau tidak stabil, diabetes terkomplikasi dengan
ketosis dan asidosis, koma diabetic.
Interaksi Obat : Interaksi dengan Dikumarol meningkatkan efek
hipoglikemia dengan menurunkan mekanisme Tolbutamide
Efek samping : erupsi kulit, eritema multiform, dermatitis eksfoliatif,
dan semua pasien yang menenerima terapi tolbutamid lebih beresiko
mengalami penyakit arteri coroner dibandingkan terapi insulin
ataupun plasebo.
Efek Toksik :Reaksi toksik yang akut jarang terjadi, ruam kulit tidak
sering terjadi
Penggunaan Klinis : Obat ini juga dapat di berikan sebagai tes untuk
diagnotis insulinoma, yaitu dengan diberikan IV 1 g . Kadar glukosa
dalam 3 jam berikut diukur dan positif jika hipoglikemi lebih
panjang dari biasa.
Klorpropamid
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2
Kontra-indikasi : diabetes juveil, diabetes melitus tipe 2 berat atau
tidak stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma,
gangguan fungsi hati, ginjal atau tiroid.
Interaksi Obat : Interaksi dengan obat Antasida meningkatkan efek
hipoglikemia dengan menurunkan mekanisme Klorpropamid
Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual,
muntah, diare, anoreksia.
Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita
menyusui.
Tolazamide
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2 (non-insulin dependent)
Kontraindikasi : diabetes mellitus tipe 1, insufisiensi ginjal, infeksi
parah, stress atau trauma, alergi belerang
Efek samping : hipoglikemia, reaksi alergi, berat badan, dosis yang
berhubungan dengan kenaikan GI, reaksi diuretic ringan pada
tolazamide, dan dorongan GI yang merugikan
Interaksi Obat :
Gliburide
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2
Kontraindikasi : adanya hipersensitivitas seperti alergi dan sulfa,
diabetes tipe 1, diabetic ketoasidosis, pemberian bersamaan dengan
bosentan, wanita hamil
Efek samping : mual, muntah nyeri epigastrik, sakit kepala, demam,
reaksi alergi pada kulit
Imteraksi Obat : efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alcohol,
siklofosfamid, antikoagulan kumarina, inhibibitor MAO,
fenilbutazon,penghambat beta adrenergic, sulfonamida
Glipizide
Indikasi : untuk control hiperglisemia, dan simtomatologi dikaitkan
dengan hiperglisemia pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2
Kontraindikasi : hipersensitivitas, diabetes tipe i, infusiensi hati dan
ginjal yang parah
Efek Samping : hipogliosemia, erupsi mukokutis,gangguan saluran
cerna, gangguan hati, reaksi hematologi
Glimepiride
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2
Kontra Indikasi : diabetes tergantung insulin tipe I, diabetik
ketoadosis, prekoma atau koma diabetes, hipersensitivitas dengan
glimepirida, wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping : hipoglikemia, gangguan penglihatan
Interaksi Obat : interaksi dengan obat fluvoxamin dapat
meningkatkan efek hipoglikemia dengan menurunkan metabolisme
glimepirid
1.2 Meglitinide
Repaglinida
Indikasi :diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol dengan diet dan
olahraga, kombinasi dengan metformin, hipoglikemia lain
Kontraindikasi : hipersensitivitas, ibu hamil dan menyusui, diabetes
mellitus tipe I, diabetes ketoasidosis, gangguan fungsi hati dan ginjal parah
Efek samping : hipoglikemia, kejadian efek tak diinginkan yang tidak
berbeda dari yang teramati pada insulin sekretagog oral lain
Interaksi Obat : Interaksi dengan klaritromisin dapat meningkatkan efek
hipoglikemia dengan menurunkan metabolisme repaglinide
2. Biguanide
Golongan obat ini yaitu :
Metformin
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan
berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak dapat
mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat digunakan sebagai
monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin
(pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun).
Lihat juga keterangan di atas.
Efek Samping:
anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut, rasa logam,
asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan penyerapan
vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis.
Interaksi Obat : interaksi obat dengan alkohol dapat meningkatkan efek
metformin pada metabolisme laktat
3. Thiazolinedione
Golongan obat ini terdiri
Pioglitazone
Kontra Indikasi :
1. Efek samping Pioglitazone yang sering terjadi adalah retensi cairan dan
edema perifer. Akibatnya, Pioglitazone bisa memicu gagal jantung
kongestif (yang memburuk dengan kelebihan cairan pada mereka yang
berisiko).
2. Obat ini bisa menyebabkan naiknya berat badan yang disebabkan oleh
peningkatan jaringan adiposa subkutan.
3. Bisa menyebabkan peningkatan frekuensi infeksi saluran pernapasan atas,
sinusitis, sakit kepala, mialgia dan masalah gigi.
4. Pada tanggal 15 Juni 2011, FDA (badan pengawas obat dan makanan
amerika serikat) mengumumkan bahwa penggunaan pioglitazone selama
lebih dari satu tahun dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker
kandung kemih.
5. Efek samping lainnya misalnya bisa menyebabkan anemia, disfungsi hati
(misalnya muntah, mual yang tidak dapat dijelaskan, anoreksia, urin gelap,
sakit perut, kelelahan), keropos tulang dan patah tulang, mialgia, gangguan
penglihatan.
6. Penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit (tergantung dosis).
7. Menurunkan trigliserida serum, meningkatkan kolesterol HDL.
8. LFT abnormal.
9. Efek samping yang berpotensi fatal : Cedera hati hepatoselular kolestatik
campuran dan gagal hati; hepatitis.
Interaksi Obat
Rosiglitazone
Indikasi : Hiperglikemia
Efek samping : Gejala flu seperti hidung mampet, bersin, sakit tenggorokan,
sakit kepala, dan sakit punggung. Namun, rosiglitazone juga tidak jarang
dapat menimbulkan efek yang serius, seperti nafas terasa pendek meskipun
beraktivitas ringan, bengkak atau berat badan naik dengan cepat, sakit pada
dada menyebar pada bahu menjadi berkeringat dan tidak enak badan, mual,
sakit perut, demam ringan, urine gelap, tinja berwarna pucat, sakit kuning,
penglihatan memburam, meningkatkan rasa haus atau lapar, buang air kecil
lebih banyak dari biasanya, kulit pucat, mudah memar atau berdarah dan
lemah. Tidak semua orang mengalami efek samping diatas, dan harus segera
dikonsultasikan ke dokter apabila klien mengalami efek tersebut.
Interaksi obat : walau beberapa obat sama sekali tidak boleh dikonsumsi
bersama, pada khasus lain beberapa obat juga bisa digunakan bersamaan
meskipun mungkin saja bisa terjadi interaksi. Menggunakan obat ini dengan
obat abiraterone acetate, balofloxacin, besifloxacin, ceritinib, ciprofloxacin,
dabrafenib, enoxacin, entacapone, fleroxacin, flumequine, gatifloxacin,
gemifloxacin, insulin aspart, recombinant, insulin degludec, insulin detemir,
insulin glulisine, insulin human inhaled, insulin human ishopane (NPH),
insulin human regular, insulin lipro, recombinant, levofloxacin,
lomefloxacin, moxifloxacin, nadifloxacin, nitisinone, norfloxacin, ofloxacin,
pazufloxacin, pefloxacin, pixantrone, prulifloxacin, rufloxacin, sparfloxacin,
dan tosufloxacin biasanya tidak direkomendasikan, tapi beberapa khasus
mungkin dibutuhkan
4. Penghambat Glukosidase-Alfa
Golongan obat ini yaitu:
Acarbose
Indikasi : pasien dengan NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
yang mengalami kegagalan terapi. Dapat digunakan dalam dosis tunggal
maupun dikombinasikan dengan sulfonylurea.
Kontra indikasi : hipersensitivitas, penyakit hati, ganggguan intestinal kronis
berkaitan dengan absorbsi dan pencernaan, gangguan ginjal berat, kehamilan
dan laktasi dan kondisi yang mungkin memburuk sebagai akibat dar
peningkatan produksi gas usus.
Efek samping : Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping
yang kadang mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak
kentut, bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat,
yang kemudian berangsur bisa berkurang. Efek samping ini dapat berkurang
dengan mengurangi konsumsi karbohidrat. Terkadang dapat juga terjadi gatal-
gatal dan bintik-bintik merah pada kulit, sesak nafas, tenggorokan terasa
tersumbat, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah. Bila diminum bersama
dengan obat golongan sulfonylurea, dapat terjadi hipoglikemia yang hanya
dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian
sukrosa (gula pasir).
Interaksi obat : alcohol dapat menambah efek hipoglikemik. Suplemen enzim
pencernaa seperti pancreatin (amylase, protase, lipase) dapat mengurangi efek
acarbose apabila dikonsumsi secara bersamaan. Antagonis kalsium : misalnya
nifedipin terkadang, mengganggu toleransi glukosa. Antagonis hormone:
aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO, oktreotid dapat
menurunkan kebutuhan insulin dan OHO. Antihipertensi diazoksid : melawan
efek hipoglikemik. Antidepresan (inhibitor MAO) : meningkatkan efek
hipoglikemik. Hormone steroid : esterogen dan progesterone (kontrasepsi oral)
antagonis efek hipoglikemia. Klofibrat : dapat memerbaiki toleransi glukosa
dan mempunyai efek aditif terhadap OHO. Penyekat adrenoreseptor beta :
meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan, misalnya
tremor. Penghambat ACE : dapat menambah efek hipoglikemik. Resin penukar
ion : kolestiramin meningkatkan efek hipoglikemik acarbose.
BAB V
1. Sekretagog Insulin
Golongan : Sulfonilurea
Dosis obat :
1. Klorpropamid
Dosis : Awal 125-250 mg perhari, Maksimal : 250-500 mg perhari
Aturan pakai : Diminum bersama makan
2. Gliburide (Glibenklamid)
Dosis : 2.5-5 mg perhari. Dimulai pada 1.25 mg untuk pasien yang rentan
terhadap hipoglikemik, Maksimal : 15-20 mg perhari
Aturan pakai : Diminum bersama makan
3. Glimepirid
Dosis awal 1 mg perhari titrasi dosis menurut respons pasien kelipatan 1mg
dalam interval 1-2 minggu, Maksimal : 6-8 mg perhari.
Aturan pakai : Diminum sebelum makan pertama (sarapan pagi)
4. Glipizid
Dosis awal 1 mg perhari, Maksimal 20 mg perhari, Untuk dosis > 15mg diberikan
dalam dosis terbagi
5. Tolazamid
Dosis awal 100 mg 1-2 kali sehari, Dosis pemeliharaan : 100-300 mg perhari
dalam dosis terbagi.
Dosis Maksimal : 500 mg perhari
6. Tolbutamid
Dosis : 1-2 g perhari dalam dosis terbagi, Dosis pemeliharaan : 0.25-2 g perhari,
Maksimal : 3 g perhari
Golongan : Meglitinide
Obat :
1. Nateglinid
Dosis awal : 120 mg 3 kali sehari, Dosis maksimal : 180 mg 3 kali sehari.
Aturan pakai : Diminum 1-30 menit sebelum makan
2. Repaglinid ; Dosis awal : 500mcg, dapat ditingkatkan tergantung pada repons
pasien dalam interval 1-2 minggu, Maksimal dosis : 16mg perhari. Untuk
penggunaan dosis > 4mg, dapat diberikan dalam dosis terbagi, Aturan pakai :
Diminum sebelum makan, atau 15 menit sebelum makan
2. Golongan : Biguanid
Obat :
Metformin
Dosis awal 500 mg perhari selama 1 minggu, dilanjutkan dengan dosis 500 mg 2
kali sehari pada minggu berikutnya, hingga dosis 500 mg perhari. Atau dengan
dosis awal 850 mg 2-3 kali sehari, Dosis maksimal : 2-3 g perhari.
Aturan pakai : Minum bersama makanan
3. Golongan : Thiazolidindion
Bentuk sediaan : tablet
Obat :
1) Pioglitazon
Dapat dimulai dengan dosis 15 atau 30 mg sekali sehari, Maksimal dosis : 45
mg perhari, Aturan pakai : Dengan atau tanpa makanan
2) Rosiglitazon
Dosis : 4 mg sehari, dan dapat ditingkatkan sampai dengan 8 mg perhari
dalam 1-2 dosis terbagi setelah 8-12 minggu pemakaian (di kombinasikan
dengan insulin) atau 12 minggu (di kombinasikan dengan metformin).
Aturan pakai : Dengan atau tanpa makanan.
4. Golongan : Alfa-Glukosidase Inhibitor
Bentuk sediaan : tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg
Obat :
1) Acarbose
Dosis awal : 50 mg perhari, dapat ditingkatkan menjadi 50 mg 3 kali sehari,
dan jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan lagi menjadi 100 mg 3 kali
sehari
Maksimal dosis : 200 mg 3 kali sehari
2) Voglibose
Dosis awal 0.2 mg 3 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 0.3 mg perhari