Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK

“KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN”


Dosen Mata Ajar : Ns. Tuti Anggarawati, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 11:

1. Diana Choirunisa (15.029)


2. Ircham Afif Kurniawan (15.056)
3. Safitri Anasari (15.099)

Kelas : 1.B

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2015-2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas Rahmatnya


sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang
”Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman”.
Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan materi
eliminasi. Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet,
diskusi anggota, dll.
Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah kebutuhan
dasar eliminasi pada manusia. Kami sadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya. yang dapat kami sampaikan, semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan
dan dapat dijadikan pelajaran bagi temanteman dan kami khususnya.

Semarang, 27 Maret 2016


Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. 1

Kata Pengantar ................................................................................................. 2

Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4

A.Latar Belakang .......................................................................... 4

B.Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C.Tujuan ........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6

A. Definisi rasa aman & nyaman ................................................ 6

B.faktor ......................................................................................... 7

C. Gangguan nyeri......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 14

A.Kesimpulan ................................................................................ 14

B.Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia antara
lain:
1. Penyakit yaitu keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh
memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya
2. Hubungan keluarga; Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya.
3. Konsep diri, terutama konsep diri yang positif memberikan makna dan
keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang sehat memberikan perasaan
yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan
mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara
hidup yang sehat sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Tahap Perkembangan; Setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai
kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa
juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi
yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang
berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari kebutuhan rasa aman dan nyaman?
2. Apakah Faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan?
3. Apakah gangguan rasa aman akibat nyeri?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari rasa aman dan nyaman
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
3. Untuk mengetahui gangguan akibat rasa nyeri

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa
juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Keamanan merupakan Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan
terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum
akan mempengauhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang
tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai
sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika
kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi
dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan


kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

6
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Kenyamanan
1. Nyeri
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul
bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut. (Guyton Hall,
1997) a. Nyeri Akut Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana
seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri
akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
2. Nyeri Kronik Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan
dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih
3. Mual Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu
ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan
epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak
menimbulkan muntah.

B. Faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan


1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti
gangguan penciuman dan penglihatan

7
4. Keadaan Imunits Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh
kurang sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai .

C. Gangguan rasa aman akibat nyeri


1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial

8
(Smatzler & Bare, 2002). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (dalam Potter & Perry,
2006).Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri
tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa
nyeri (Mc Caffery dalam Potter & Perry, 2006)
2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akutadalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
yang bervariasi ( ringan sampai berat) dan berlangsung singkat ( kurang
dari enam bulan dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah
keadaan pulih pada area yang rusak. Nyeri kronis adalah nyeri konstan
atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri
yangdisebabkan oleh adanya kausa keganasan seperti kanker yang tidak
terkontrol atau non keganasan. Nyeri kronik berlangsung lama (lebih dari
enam bulan ) dan akan berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau
penyakit tampak sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri
tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk diturunkan, rasa
nyeri biasanya meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan kemungkinan kecil
untuk sembuh atau hilang. Nyeri kronis non maligna biasanya dikaitkan
dengan nyeri akibat kerusakan jaringan yang non progresif atau telah
mengalami penyembuhan.
3. Respon Terhadap Nyeri
a) Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang
otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga
sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi “flight-atau-
fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada

9
cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus secara tipikal
akan melibatkan organ-organ viseral, sistem saraf parasimpatis
menghasilkan suatu aksi. Respon fisiologis terhadap nyeri sangat
membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat
yang menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu
mencapai tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal.
Dengan demikian klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu
memperlihatkan tanda-tanda fisik.
b) Respon Perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang
khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat
ditunjukkan oleh pasien sebagai respon perilaku terhadap nyeri.
Respon tersebut seperti mengkerutkan dahi, gelisah, memalingkan
wajah ketika diajak bicara.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita
tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat

10
mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga
terjadilah persepsi nyeri.
d. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan
tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
e. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya
pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas
tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah
penatalaksanaan nyeri yang serius.
g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi
nyeri.
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun
tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri
dengan lebih mudah di masadatang.
i. Gaya koping
Individu yang memiiiki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan
mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya,
individu yang memiliki lokus kendali eksternal mempersepsikan

11
faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai
individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu
peristiwa.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap
mereka terhadap pasien mempengaruhi respon nyeri. Pasien
dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan
walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang
dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
5. Penanganan Nyeri
 Farmakologi
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan
nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan
dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri
endogen pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007). Namun,
penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat
pernafasan di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian
secara teratur terhadap perubahan dalam status pernafasan jika
menggunakan analgesik jenis ini (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek
anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan
penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin
dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer
& Bare, 2001). Efek samping yang paling umum terjadi adalah
gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan
perdarahan gaster.
 Non Farmakologi

12
a. Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan stres. Teknik relaksasi memberikan individu
kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres
fisik, dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2006).
b. Stimulasi Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam
bentuk yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul,
cairan injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya terdiri dari
larutan gula, larutan salin normal, atau air biasa (Tamsuri,
2007).
c. Teknik Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang
lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami (
Priharjo, 1996 ).

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri)
Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat ojektif. Hanya orang yang
merasakan yang bisa mengungkapkan. Kebutuhan dasar manusia untuk
memenuhi rasa yang tidak nyaman atau nyeri ini, perawat perlu
memperhatiakn, mengkaji konsep dasar nyeri pada klien yangmengalami
gngguan keamaman.
B. Saran
Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini. Kita bisa menerapkan
dan membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah gengguan tidak nyaman ini
dalan kehidupan.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://robbysaputrasiakper.blogspot.co.id/2012/04/pemenuhanaskep-
kebutuhan-rasa-nyaman.html (Senin, 28 Maret 2016)
Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Hidayat, AAA., Musifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia, Jakarta: EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai