PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari
Kementerian Kesehatan, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare
mencapai 31,4 persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi
meninggal karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas
masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi
dari pneumonia (radang paru akut) yang selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal
kematian bayi. Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun
komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita.
Kejadian diare dapat dicegah dengan memperhatikan air minum yang aman dan
sanitasi yang higienis (WHO, 2013). Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami
untuk menjaga nutrisi yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi
selama masa pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang
dibutuhkan, serta faktor anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi selama
masa bayi dan balita. Suatu penelitian menyatakan bahwa bayi yang tidak mendapatkan
ASI, dua kali lebih sering masuk rumahsakit dibandingkan yang mendapat ASI ( Aldy,
Lubis, Sianturi, Azlin, & Tjipta, 2009). Tingginya angka kejadian diare pada balita
merupakan masalah yang penting di masyarakat sehingga perlu untuk didapatkan data yang
memadai. Faktor-faktor rresiko yang menyebabkan diare perlu digali untuk memberikan
wawasan dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat akan pentingnya pencegahan
kejadian diare.
B. Tujuan
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Diare a dalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah lima tahun
diseluruh dunia. Diare adalah produksi tinja yang lebih cair dibandingkan
biasanya dan frekuensi BAB menjadi lebih sering (dr. Arifianto, 2012)
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah
(World Health Organization).
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta
frekwensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir darah (Depkes, 2010)
B. Etiologi
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan
zat gizi), makanan, dan faktor psikologis, (Widjaja, M.C, 2011)
1. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada
anak, jenis-jenis infeksi umumnya menyerang sebagian berikut.
a. Infeksi bakteri oleh kuman E.Coli, Salmonella, Vibrio Cholerac
(kolere), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan
patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah)
seperti pseudomonas.
b. Infeksi basil (disentri)
c. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus
d. Infeksi parasit oleh cacing
e. Infeksi jamur
f. Infeksi akibat orang lain, seperti radang tonsil, radang tenggorokan
g. Keracunan makanan
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis
dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,
tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena
diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b. Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut
triglyserida. Trigliseryda, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah
lemak menjaddi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada
lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jidi muncul
karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak, (Widjaja, M.C, 2011)
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercecer,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang
matang, (Widjaja, M.C, 2011)
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak, dapat
menyebabkan diare kronis, (Widjaja, M.C, 2011)
C. Patofisiologi
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
,erupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan.
2. Cairan, sodium, potasium, dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidodis metabolik
Diare yang terjadi merupakan proses dari:
1) Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
kedalam usus halus. Sel dalma mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan
absorbsi cairan dan elektrolit
2) Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi
cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi
3) Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan
absorbsi intestinal
D. Pathway
F. Infeksi F. Malabsopsi F. Makanan F. Psikologi
DIARE
Frek. BAB
Distensi abdominal
meningkat
Integritas kulit
Kehilangan cairan & perianal
Mual muntah
elektrolit
Gangguan Tumbang
E. Manifestasi klinis
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Keram abdominal
3. Demam
4. Mual dan muntal, dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang.
5. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan
6. Anorexia
7. Nafsu makan menurun
8. Berat badan turun
9. Mata dan ubun-ubun cekung
10. Turgor kulit menurun
11. Anus lecet
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda vital : nadi dan pernafasan
15. Bayi menjadi cengeng, gelisah
16. Dehidrasi
a. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan 2-5 %
b. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8 %
c. Dehidrasi berat : kehilangan cairan 8-10 %
F. Pengobatan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencegah atau mengatasi
dehidrasi pada anak yang mengalami diare, yaitu mengganti kehilangan
cairan yang telah terjadi, mengganti kehilangan cairan yang sedang
berlangsung, pemberian cairan rumatan.
1. Pemberian cairan
a) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
per oral berupa cairan (NaCl dan NaHCO3 , KCl dan glukosa
).Formula lengkap disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat
dibuat sendiri(formula tidak lengkap)hanya mengandung garam
dan gula, untuk pengobatan sementara dirumah sebelum dibawa
ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk menghindari dehidrasi
lebih jauh.
b) Cairan parental
Ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien .(Ngastiyah,2014)
2. Dietetik
Air susu ibu harus diteruskan pemberiannya. Pada bayi yang telah
mendapat susu formula, susu formula bebas laktosa hanya diberikan
kepada bayi yang mengalami dehidrasi berat dan bayi yang secara
klinis memperlihatkan intoleransi laktosa berat dan diarenya
bertambah pada saat diberikan susu. Susu tersebut dapat diberikan
selama 1 minggu. Intoleransi laktosa umumnya bersifat sementara
akibat adanya kerusakkan mukosa usus. Aktivitas laktase akan
kembali normal begitu epitel mukosa usus mengalami regenerasi.
Gejala intoleransi laktosa mencakup diare cair profus, kembung,
sering flatus, sakit perut, kemerahan di sekitar anus dan tinja berbau
asam, (IDAI, 2014)
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
a. Susu(ASI atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padaat (nasi
tim jika anak tidak mau minum susu ataupun tidak terbiasa
minum susu)
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
diderita pada anak.
Cara pemberian:
1) Pada hari 1 setelah rehidrasi segera berikan
makanan per oral,bila diberi ASI /susu formula
tetapi masih diare masih sering, berikan oralit selang
seling dengan ASI (misalnya 2 kali ASI/susu
khusus,1 kali oralit)
2) Hari ke 2 sampai ke 4 ,ASI/Susu formula rendah
laktosa penuh
3) Hari ke 5 bila tidak ada kelainan pasien kembali
deengan makanan biasa atau susu disesuaikan
dengan umur bayi dan berat badan
bayi.(Ngastiyah,2014)
3. Antibiotika
Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare akut, meskipun
dicurigai adanya bakteri sebagai penyebab keadaan tersebut, karena
sebagian besar kasus diare akut merupakan self limiting. Pemberian
antibiotika yang tidak tepat akan memperpanjang keadaan diare akibat
disregulasi mikroflora usus, (IDAI, 2014)
4. Lintas diare
a. Berikan oralit
b. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
c. Teruskan ASI-makan
d. Berikan antibiotik secara selektif
e. Berikan nasihat pada ibu/keluarga, (IDAI, 2014)
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran berkurang
b. Gelisah
c. Dehidrasi
d. Perut kembung
e. Darah dalam tinja
2. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan tinja : PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah
b. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare)
c. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam –basa dalam darah
e. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare. Tinja yang mengandung mukus bisa disebabkan olej
infeksi bakteri yang menghasilkan sitoksin, bakteri introinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E.
Histolytica, E. Coli.
f. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis untuk mencari adanya lekosit yang dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare.
g. pH kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus,
(Yuliani R, Suriadi, 2010).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian :
Jam Pengkajian :
Ruang / kelas :
No. Regiter :
Tanggal MRS :
1. DATA DEMOGRAFI
a) Biodata Klien
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis kelamin :
4) Agama :
5) Pendidikan :-
6) Pekerjaan :-
7) Alamat :
8) Diagnosa Medis :
1) Kecemasanakanperpisahan :
kehilanganinteraksidarikeluargadanlingkungan yang dikenal,
perasaantidakaman, cemasdansedih
2) Perubahanpolakegiatanrutin
3) Terbatasnyakemampuanuntukberkomunikasi
4) Kehilanganotonomi
5) Penurunanmobilitassepertikesempatanuntukmempelajaridunianyad
anterbatasnyakesempatanuntukmelaksanakankesenangannya.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital
Suhubadan : mengalamipeningkatan
Nadi : cepatdanlemah
Pernafasan : frekuensinafasmeningkat
Tekanandarah : menurun
b. Antropometri
Pemeriksaanantropometrimeliputiberatbadan, Tinggibadan,
Lingkarankepala, lingkarlengan,
danlingkarperut.Padaanakdengandiaremengalamipenurunanberatbada
n.
c. Pernafasan
Biasanyapernapasanagakcepat, bentuk dada normal,
dantidakditemukanbunyinafastambahan.
d. Cardiovasculer
Biasanyatidakditemukanadanyakelainan, denyutnadicepatdanlemah.
e. Pencernaan
Ditemukangejalamualdanmuntah, mukosabibirdanmulutkering,
peristaltikususmeningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x
dengankonsistensiencer
f. Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g. Muskuloskeletal
Kelemahanfisikakibat output yang berlebihan.
h. Integumen
Lecetpadasekitar anus, kulitterabahangat, turgor kulitjelek
i. Endokrin
Tidakditemukanadanyakelaianan.
j. Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telingatidakadakelainan
k. Reproduksi
Tidakmengalamikelainan.
l. Neorologis
Dapatterjadipenurunankesadaran.
m. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1) MotorikKasar
Sudahbisanaik/turuntanggatanpadibantu,
mamakaibajudenganbantuan, mulaibisabersepedarodatiga.
2) MotorikHalus
Menggambatlingkaran, mencucitangansendiridanmenggosokgigi
3) Personal Sosial
Sudahbelajarbermaindengantemansebayanya.
B. DiagnosaKeperawatan
1. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
5. Ansietas berhubungan dengan stressor
C. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan dan kriteria hasil intervensi
Devisien volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manjemen diare(0460)
cairan b.d asupan selama 3x24 jam diharapkan kriteria hasil: 1) Amati turgor kulit
cairan kurang 1. (060215) intake cairan ditingkatkan dari secara berkala
skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 ( 2) Monitor tanda dan
sedikit terganggu) gejala diare
2. (060202) membran mukosa lembab 3) Timbang pasien
ditingkatkan dari skala 3 (cukup secara berkala
terganggu) ke skala 4 ( sedikit 4) Instrusikan
terganggu) anggota keluarga
3. (060201) turgor kulit ditingkatkan dari untuk mencatat
skala 3 (cukup terganggu) ke skala 4 ( warna,volume
sedikit terganggu) konsistensi tinja
4. (060227) diare ditingkatkan dari skala 2
(cukup berat) ke skala 3 ( sedang)
5. (060221) nadi cepat dan lemah
ditingkatkan dari skala 2 (cukup berat)
ke skala 4 ( ringan)
6. (060223) kehilangan berat badan
ditingkatkan dari skala 3 (sedang) ke
skala 4 ( ringan)
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor nutrisi (2620)
nutrisi: kurang dari selama 3 x 24 jam diharapkan didapatkan 1. Timbang berat
kebutuhan kriteria hasil : badan
tubuh(00002) 1. (100402) asupan makanan 2. Monitor
ditingkatkan dari skala 2 (banyak kecenderungan
menyimpang dari rentang normal) ke naik dan
skala 3 (cukup menyimpang dari turunnya berat
rentang normal) badan
2. (100403) energi ditingkatkan dari 3. Monitor adanya
skala 3 (cukup menyimpang dari mual muntah
rentang normal ) ke skala 4 (sedikit 4. Monitor turgor
menyimpang dari rentang normal) kulit
3. (100411) hidrasi ditingkatkan dari 5. Monitor diet dan
skala 2 (banyak menyimpang dari asupan makan
rentang normal) ke skala 3 (cukup
menyimpang dari rentang normal)
D. Evaluasi Keperawatan
Dx Evaluasi
Devisien volume Berat badan pasien kembali normal, turgor kulit pasien baik, sudah tidak
cairan b.d asupan ada lagi gejala diare, dan konsistensi tinja sudah tidak cair
cairan kurang
Ketidakseimbangan berat badan pasien normal, asupan makanan untuk pasien tercukupi,
nutrisi: kurang dari pasien tidak mual dan muntah, turgor kulit pasien baik
kebutuhan tubuh
Nyeri akut Pasien bisa bermaain dengan alat yang sudah disediakan oleh perawat dan
berhubbungan pasien tidak merasa nyeri
dengan agen cedera
biologis
Defisiensi Intake dan output cairan pasien seimbang, keluarga pasien mengetahui
pengetahuan tentang keadaan terkini pasien, pasien mendapat pelukan hangat dengan
berhubungan cara memeluk pasien, kondisi lingkingan pasien tenang
dengan kurang
informasi
Ansietas Lingkungan pasien aman, tempat tidur pasien selalu bersih, suhu
berhubungan lingkungan pasien stabil dan normal sehingga pasien nyaman
dengan stressor
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah
(WHO).Diare seringkali muncul karena berbagai penyebab, termasuk
diantaranya infeksi, malabsorpsi, makanan dan psikologis. Karena berbagai
penyebab inilah maka akan timbul berbagai mekanisme yang menyebabkan
diare. Penanganan diare sangat penting agar tidak terjadi komplikasi yang
serius.
B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya kita menjalani pola hidup yang
sehat. Dengan pola hidup yang sehat dan terhindar dari berbagai jenis
penyakit. Seperti diare yang menganggu pencernenaan akibat dari makanan
yang dikonsumsi dan pola hidup yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA