Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN FARMASI DAN RUMAS SAKIT


”INFEKSI NOSOKOMIAL”

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“INFEKSI NOSOKOMIAL” tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, Desember 2016

Kelompok IV

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………..
D. Manfaat…………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
A. Pengertian Infeksi Nosokomial…………………………………………………
B. Epidemiologi Infeksi Nosokomial……………………………………………...
C. Penularan Infeksi Nosokomial…………………………………………………
D. Sumber Infeksi Nosokomial……………………………………………………
E. Gejala-gejala Infeksi Nosokomial……………………………………………...
F. Faktor-faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial…………………..
G. Penyakit Akibat Pengaruh Alat Medis…………………………………………
H. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial…………………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit selain untuk rnencari kesembuhan juga merupakan surnber dari berbagai
penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda peralatan medis maupuu non medis1. Jadi infeksi yang mengenai
seseorang dan infeksi tersebut diakibatkan pengaruh dari lingkungan Rumah sakit disebut
infeksi nosokomial.
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya pencegahan infeksi
adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Dalam pemberian
pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan harus memiliki kemampuan untuk
mencegah infeksi dimana hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena
mencakup setiap aspek penanganan pasien.
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin meningkat terlebih lagi
dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang telah dihadapi
Indonesia saat ini. Indikasi rawat pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam
keadaan yang semakin parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti
pasien dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti
daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami berbagai tindakan
invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial.
Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk mahasiswa kesehatan yang
nantinya akan menjadi petugas di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan
sarana umum yang rawan untuk terjadi infeksi. Cara penanggulangan dalam penularan infeksi
di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam
mengatasi infeksi nosokomial.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari infeksi nosokomial ?
2. Bagaimana epidemiologi infeksi nosokomial?
3. Bagaimana penularan infeksi nosokomial?
4. Bagaimana sumber infeksi nosokomial?
5. Bagaimana gejala-gejala infeksi nosokomial?
6. Bagaimana faktor-faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial?
7. Bagaimana penyakit akibat pengaruh alat medis ?
8. Bagaimana pencegahan terjadinya infeksi nosokomial ?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi nosokomial.
2. Untuk mengetahui epidemiologi infeksi nosokomial.
3. Untuk mengetahui penularan infeksi nosokomial.
4. Untuk mengetahui sumber infeksi nosokomial.
5. Untuk mengetahui gejala-gejala infeksi nosokomial.
6. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial.
7. Untuk mengetahui penyakit akibat pengaruh alat medis.
8. Untuk mengetahui pencegahan terjadinya infeksi nosokomial.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari infeksi nosokomial.
2. Dapat mengetahui epidemiologi infeksi nosokomial.
3. Dapat mengetahui penularan infeksi nosokomial.
4. Dapat mengetahui sumber infeksi nosokomial.
5. Dapat mengetahui gejala-gejala infeksi nosokomial.
6. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial.
7. Dapat mengetahui penyakit akibat pengaruh alat medis.
8. Dapat mengetahui pencegahan terjadinya infeksi nosokomial.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection/Nosocomial Infection) adalah infeksi yang
didapat dari rumah sakit atau ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit. Nosokomial
berasal dari kata Yunani nosocomium yang berarti rumah sakit. Jadi kata nosokomial artinya
"yang berasal dari rumah sakit”, sementara kata infeksi artinya terkena hama penyakit1.
Infeksi ini baru timbul sekurang-kurangnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak mulai dirawat, dan
bukan infeksi kelanjutan perawatan sebelumnya. Rumah sakit merupakan tempat yang
memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi.
Infeksi di rumah sakit ini juga dinamakan disebut juga sebagai ”Health-care Associated
Infections” atau ”Hospital-Acquired Infections (HAIs)”, infeksi nosokomial ini merupakan
persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak lagsung kematian
pasien, kalaupun tak berakibat kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan antar
pasien, bisa terjadi dari pasien ke pengunjung atau petugas rumah sakit dan dari petugas
rumah sakit ke pasien, hal ini mengakibatkan pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus
membayar biaya rumah sakit lebih banyak.
B. Epidemiologi Infeksi Nosokomial
Epidemologi adalah telah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dan
penyebaran penyakit pada sekelompok orang. Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh
dunia dengan kejadian terbanyak di Negara termiskin dan Negara yang sedang berkembang
karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi masalah utama yang masih sulit untuk di
atasi.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 55 rumah
sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur-Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik
masih menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak terjadi di Asia Tenggara
dengan Prosentase 10 %. Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi (termasuk infeksi
yang diperoleh dari Rumah Sakit yakni) :
1. Sumber Mikroorganisme yang dapat menmbulkan infeksi.
2. Rute penyebaran mikroorganisme tersebut.
3. Inang yang rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme tersebut.
C. Penularan Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab, yang ada pada sumber. Kuman keluar
dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ke
tempat tertentu di pasien lain, karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi
(terutama Odha yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan
jatuh sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan
meneruskan rantai penularan lagi.
D. Sumber Infeksi Nosokomial
Sumber yang paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial adalah
mikroorganisme.Bermacam-macam mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi ini yang
biasanya terjadi di rumah sakit dan sebagian besar terdapat dalam tubuh inang manusia yang
sehat,seperti, Escherichia Coli, Klebsiella pneumonia, Candica albicans, Staphylococus
aureus, Serratia marcescens, Proteus mirabilis, Dan beberapa Actinomyces spp.
Mikroorganisme penyebab infeksi disebabkan oleh perubahan resistensi inang dan modifikasi
mikrobiota inang, bila ketahanan tubuh pasien rendah akibat luka berat, operasi,maka
pathogen dapat berkembang biak dan menyebabkan sakit.
Tabel Bakteri Penyebab Infeksi:
Tempat Infeksi
Bakteri
Sal. Cerna
e. coli, salmonella, shigella compylobacter
Sal. pernapasan atas
h. influenzae, s. pyogenes, s. pneumoniae
Sal. pernapasan bawah
s. pneumoniae, p. aeroginosa, k. pneumoniae, l. Pneumophila
Septikemi
e. coli, p. aeroginosa, s. Auerus
Luka bakar
p. aeroginosa, e. coli, s. aureus pyogenes
Luka
s. aureus, s. epidermidis, klebsiella bacteroides, p. mirabilis marcescens
Sal. Kemih
e. coli, p. aeruginosa, proteus aerogenes, s. marcescens, klebsiella, s. Faecalis

Menurut Setyawati (2002), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
nosokomial antara lain :
a. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
b. Sumber infeksi
c. Perantara atau pembawa kuman,
d. Tempat masuk kuman pada hospes baru,
e. Daya tahan tubuh hospes baru,
f. Keadaan rumah sakit meliputi; Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien
dan konstruksi rumah sakit,
g. Pemakaian antibiotik yang irasional,
h. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika, tindakan invasif
dan instrumentasi,
i. Berat penyakit yang diderita
E. Gejala-gejala Infeksi Nosokomial
1. Demam
2. Bernapas cepat,
3. Kebingungan mental,
4. Tekanan darah rendah,
5. Dikurangi urine output, Pasien dengan urinary tract infection Mei ada rasa sakit
6. Ketika kencing dan darah dalam air seni
7. Tinggi sel darah putih dihitung.
8. Radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidak mampuan untuk
batuk.
9. Infeksi diterjemahkan: pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di
sekitar bedah atau luka.
F. Faktor Penyebab perkembangan infeksi nosokomial
a. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat di rumah sakit. Kontak
antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis
karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
1. Karakteristik mikroorganisme
2. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
3. Tingkat virulensi, dan
4. Banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi
nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain
(cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor
eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau
bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan
disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya
tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal.
b. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien
dalam hal ini adalah:
1. Usia
2. Status imunitas penderita
3. Penyakit yang diderita
4. Obesitas dan malnutrisi
5. Orang yang menggunakan obat-obatan
6. Imunosupresan dan steroid
7. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap
infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor,
anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan
meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat
opportunistik. Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi,
endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.
c. Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan
penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan
staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik,
hepatitis dan HIV. Peralatan dan instrumen kedokteran, makanan yang tidak steril, tidak
dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya infeksi silang.

d. Resistensi antibiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950-
1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan.
Bagaimana pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan
penyalahgunaan dari antibiotika. Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten.
Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap
pasien yang immunocompromised. Resitensi dari bakteri ditransmisikan antar pasien dan
faktor resistensinya dipindahkan antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang terus-menerus
ini justru meningkatkan multiplikasi dan penyebaran strain yang resisten. Penyebab utamanya
karena:
1. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
2. Dosis antibiotika yang tidak optimal
3. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat
4. Kesalahan diagnose
Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang
resisten terhadap antibiotika mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-
obatan tersebut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis
adalah faktor utama terjadinya resistensi. Banyak strain dari pneumococci, staphylococci,
enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotika, begitu juga klebsiella
dan pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata
terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau
tidak tersedia.
Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah
sakit, serta menjadi sangat penting karena meningkatnya jumlah penderita yang dirawat,
seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur, mikororganisme
yang baru (mutasi), dan Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika.
e. Faktor alat
Infeksi nosokomial sering disebabkan karena infeksi dari kateter urin, infeksi jarum
infus,jarum suntik, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan
septikemia. Selain itu pemakaian infus dan kateter urin yang lama tidak diganti-ganti, juga
menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan
terapi infus.
G. Penyakit Akibat Pengaruh Alat Medis
1. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter
urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan
mengakibatkan kematian. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena
mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama
biasanya karena mikroorganisme eksogen.
o Organisme yang menginfeksi :
E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus.
o Penyebaran :
Mikroorganisme yang terdapat pada permukaan ujung kateter yang masuk ke dalam uretra
o Penyebab :
kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan
untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik
dan aseptik.
o Pencegahan :
Alat yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu. Dipastikan bahwa alat-alat tersebut
steril dan tidak terkontaminasi oleh alat-alat yang tidak steril.

2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator,
tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi.
o Organisme penyebab infeksi :
Berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada
di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Dari kelompok virus dapat disebabkan oleh
cytomegalo virus, influenza virus, adeno virus, para influenza virus, enterovirus dan corona
virus.
o Penyebaran :
Infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah.
o Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:
1) Tipe dan jenis pernapasan
2) Perokok berat
3) Tidak sterilnya alat-alat bantu
4) Obesitas
5) Kualitas perawatan
6) Penyakit jantung kronis
7) Penyakit paru kronis
8) Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
9) Tingkat penggunaan antibiotika
10) Penggunaan ventilator dan intubasi
11) Penurunan kesadaran pasien
Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza. Pada
pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan
Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi,
kebersihan udara harus sangat diperhatikan.
3. Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini berisiko tinggi. Karena dapat menyebabkan kematian.
o Organisme penyebab infeksi :
Terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan
Candida.
o Penyebaran :
Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan
infus.
o Penyebab :
Panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasif, dan perawatan dari
pemasangan kateter atau infus.
4. Tuberkulosis
o Organisme penyebab infeksi : Mycobacterium tuberculose
o Penyebab : Adanya strain bakteri yang multi drugs resisten.
o Pencegahan : Identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam
ruangan.
5. Diarrhea dan gastroenteritis
o Organisme penyebab infeksi :
E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari gologan virus lebih
banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan hepatitis A.
Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi :
1) Faktor intrinsik:
a) Abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria
b) Lemahnya motilitas intestinal, dan
c) Perubahan pada flora normal.
2) Faktor ekstrinsik:
Pemasangan nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.
6. Infeksi pembuluh darah
Penyebarannya melalui infus, kateter jantung dan suntikan. Infeksi ini dibagi menjadi dua
kategori utama:
a. Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan
berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain
b. Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi
tubuh yang lain.
Macam penyakit :
a. Hepatitis B dan Hepatitis C
ü Organisme penyebab infeksi : Virus hepatitis B, virus hepatitis C
virus lain : Virus Mumps, Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus
Herpes
ü Penyebaran :
a. Transfusi darah atau produk darah dengan sumber darah yang belum di-skrining.
b. Pemakaian berulang jarum, kanula atau alat medis lainnya yang tidak steril.
ü Pencegahan :
a) Kewajiban skrining darah/produk darah dan organ transplantasi
b) Inaktivasi virus dalam produk turunan plasma
c) Praktek kontrol infeksi pada institusi kesehatan termasuk sterilisasi alat medis atau gigi
(Kewaspadaan Universal atau Universal Precaution).

H. Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,
monitoring dan program yang termasuk:
1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
2. Mengontrol resiko penularan dan lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup,
dan vaksinasi.
4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasive
5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.
Cara pencegahan infeksi Nosokomial yaitu :
a. Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melaiui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan.
Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, Karena banyaknya alasan
seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai
pentingnya hal ini, clan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung
tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan
penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah : memakai sarung tangan ketika
akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran
mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, clan segera mencuci tangan setelah
melepas sarung tangan.
b. Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di
negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang dipakai
berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya penyuntikan
antibiotika).Tujuannya untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka
diperlukan:
• Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
• Pergunakan jarum steril
• Penggunaan alat suntik yang disposable.
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun
dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat
keluar dari kamar penderita. Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh
darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap
pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sanrung tangan harus
segera diganti Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita
melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.
c. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih
dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen
dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk
membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat
medis yang telah dipakai berkalikali.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya
pemakaian penyaring udara, terutama bagi pendenita dengan status imun yang rendah atau
bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan
udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis.
Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga
kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri.
Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas
matahari.
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk
mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi
disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.
Disinfeksi yang dipakai adalah
· Mempunyai kriteria mernbunuh kuman
· Mempunyai efek sebagai detergen
· Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
· Tidak sulit digunakan
· Tidak mudah menguap
· Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
· Efektif
· Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
d. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang
secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu
ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara
populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam
saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang
dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat
dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat.
Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat
dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
e. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu permisahan
pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan
yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai
resistensi rendah seperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi
agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan
kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting.
Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju keluar sebaiknya
satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan
penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama
mereka menderita penyakit yang sama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
kesimpulan dalam makalah ini yaitu:
1. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika di rumah sakit. Infeksi ini dapat
menular melalui alat medis dan menyerang pasien maupun tenaga medis.
2. Epidemologi infeksi nosokomial adalah telah mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada sekelompok orang. Infeksi
nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di Negara termiskin
dan Negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi
masalah utama yang masih sulit untuk di atasi.
3. Penularan infeksi nosokomial Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab, yang ada
pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara
penularan tertentu masuk ke tempat tertentu di pasien lain.
4. Sumber yang paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial adalah
mikroorganisme.Bermacam-macam mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi ini yang
biasanya terjadi di rumah sakit dan sebagian besar terdapat dalam tubuh inang manusia yang
sehat,seperti, Escherichia Coli, Klebsiella pneumonia, Candica albicans, Staphylococus
aureus, Serratia marcescens, Proteus mirabilis, Dan beberapa Actinomyces spp.
5. Gejala-gejala yang diakibatkan infeksi nosokomial yaitu Demam, Bernapas cepat,
Kebingungan mental, Tekanan darah rendah, Dikurangi urine output, Pasien dengan urinary
tract infection Mei, ada rasa sakit Ketika kencing dan darah dalam air seni, Tinggi sel darah
putih dihitung, Radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidak
mampuan untuk batuk, Infeksi diterjemahkan: pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan
pada kulit atau luka di sekitar bedah atau luka.
6. Faktor penyebab infeksi nososkomial yaitu agen infeksi, respon dan toleransi tubuh
pasien, infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung, resistensi antibiotik, dan faktor
alat.
7. Penyakit akibat alat medis yaitu infeksi aluran kemih, pneunomia nosokomial, bakteri
nosokomial, tuberkolosis, diarrhea dangastroenteritis dan infeksi pmbuluh darah.
8. Cara pencegahan infeksi nosokomial yaitu Membatasi transmisi organisme dari atau
antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan
aseptik, sterilisasi dan disinfektan, Mengontrol resiko penularan dan lingkungan, Melindungi
pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi,
Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasive, Pengawasan
infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam malakah ini yaitu:
1. Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
2. Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
3. Tangani dengan benar limbah rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2003, Pedoman PelaksanaanKewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan,


Jakarta.

Nugraheni, R., Suhartono, Sri W., 2012, Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro
Kabupaten Wonosobo, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11, No. 1.

Setyawati, L., 2002, Infeksi Nosokomial, Kumpulan Bahan Kuliah Higiene Industri. UGM

Sjamsuhidayat dan De Jong, 2004, Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai