Anda di halaman 1dari 30

ANALISA TEORI

MARTHA ELIZABETH ROGER


MATA AJAR SAINS KEPERAWATAN

OLEH
BETI HAERANI

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016-2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya serta kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas

Mata Kuliah Sains Keperawatan mengenai Teori Martha

Elizabeth Roger. Makalah ini berisikan mengenai teori keperawatan yang


dikemukakan oleh Martha Elizabeth Roger. Ia dikenal dengan pengembang ilmu
tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, agama,
filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses
kehidupan manusia secara utuh.
Literatur utama yang digunakan pada makalah ini adalah buku Nursing
Theorist and Their Works karangan Tomey dan Alligood dan buku Fawcett. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun telah berusaha seoptimal mungkin untuk
menuangkan pemahaman penyusun dari literatur dan pustaka lain yang digunakan.
Namun berbagai kritikan dan saran yang membangun tetap penyusun harapkan.
Harapan penyusun, makalah ini tidak saja menjadi sumber pemahaman atau
sekedar penggugur tugas mata kuliah Sains Keperawatan, tetapi penyusun juga
berharap makalah ini dapat menggugah para perawat, khususnya penyusun sendiri,
untuk mengaplikasikan teori dan model konseptual keperawatan yang dirumuskan
oleh para ahli keperawatan dalam seluruh tatanan praktik keperawatan.

Jakarta, Oktober 2015

DAFTAR ISI

Beti Haerani, S.Kep.,Ns

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Utama Teori Martha E. Rogers
B. Asumsi Utama Teori Martha E. Rogers yang Diintegrasikan

i
ii
1
2
3
4
5
8

Dengan Paradigma Keperawatan.


C. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset 11
Keperawatan
D. Hasil Penelitian Penelitian Yang Berhubungan Dengan Marta E 15
Roger
E. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan 20
Keperawatan
F. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers Dengan Praktik 22
Keperawatan
G. Penerimaan Oleh Komunitas Ilmu Keperawatan
H. Konsep Utama Teori Martha E. Rogers
BAB IV APLIKASI DALAM KEPERAWATAN
A. Hubungan Teori Martha Elizabeth R. Dengan Proses Keperawatan
B. Aplikasi Kasus Martha Elizabeth Roger Pada Pelayanan
BAB V ANALISIS KASUS
A. Kelebihan
B. Kekurangan
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

23
24
25
25
25
28
28
29
30
31

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Martha Elizabeth Rogers lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas.
Beliau adalah anak tertua dari empat bersaudara dari pasangan Bruce Taylor
Rogers dan Lucy Mulholland Keener Rogers. Segera setelah Rogers dilahirkan,
keluarganya kembali ke Knoxville Tannessee. Ia memulai pendidikan tingginya

di Universitas Tennesse di Knoxville, rogers memulai studinya pada tahun 1931


sampai 1933. Beliau masuk sekolah keperawatan di University of Tennesse di
Knoxville. Beliau menerima gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936 dan
menerima gelar sarjana dari George Peabody College di Nashville pada tahun
1937. Pada tahun 1945 beliau juga mendapat gelar lain dalam bidang pengawasan
kesehatan masyarakat yang diperoleh dari Teachers College, Columbia
University, New York. Beliau meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan
kembali melanjutkan sekolah di Universitas Johns Hopkins, Baltimore dan
memperoleh gelar Master of Public Health tahun 1952 dan Sc.D tahun 1954.
Rogers mengawali praktik keperawatannya dengan melakukan kunjungandan
supervisi, memberikan edukasi, dan praktik keperawatan di daerah masyarakat
pedesaan Michigan di Connecticut. Selanjutnya, Rogers mendirikan layanan
kesehatan dengan melakukan kunjungan rumah di Phoenix, Arizona. Selama 21
tahun yaitu dari tahun 1954 sampai 1975, Rogers menjadi professor dan kepala
divisi keperawaan di New York University.setelah tahun 1975, Rogers
melanjutkan tugasnya sebagai professor sampai menjadi professor Emiritus pada
tahun 1979. Rogers menyandang gelar tersebut sampai meninggal dunia pada
tanggal 13 Maret 1994, pada usia 79 tahun.
Publikasi Rogers terdiri dari 3 buku dan lebih dari 200 artikel. rogers
memberikan kuliah pada 46 negara di distrik Columbia, Puerto Rico, Mecixo,
Belanda, China, Newfoundland, Brazil dan Negara-negara lainnya. Rogers
memperoleh gelar doktor Honoris Causa dari berbagai institusi terkenal seperti,
Duquesne University, University of San Diego, Iona College, Fairfield
University, Emory University, Adelphi University, Mercy College dan Washburn
University of Topeka.
Sejumlah penghargaan

diterima

kepemimpinannya

keperawatan

dibidang

Rogers
melalui

atsa

konstribusi

berbagai

sitasi

dan
yang

menginspirasi kepemimpinan relasi inter-kelompok yang dilakukan oleh Chi Eta


Phi Sorority, Kontribusi yang besar pada keperawatan dari New York
University, dan pelayanan yang luar biasa untuk keperawatan oleh Teacher
College. Selanjutnya New York University membangun pusa ilmu pengetahuan

keperawatan Marta E. Rogers. Pada tahun 1996, Rogers memperoleh gelar


Anumerta dari the American Nurses Association Hall of Fame.
Pada tahun 1988, para sejawat dan mahasiswa bergabung dengan Rogers
membentuk

masyarakat

akademisi

Rogers

atau

disingkat

SRS

dan

menyampaikan berita rogerian Nursing science, salah satu surat kabar, untuk
mendiseminasi pengembangan teori dan hasil-hasil riset (Malinski 2009). Pada
tahun 1993, SRS mulai menerbitkan suatu jurnal, visions: The Journal of
Rogerians Nursing Science. SRS merupakan institusi yang mengelola dana untuk
kegiatan-kegiatan pada perkumpulan Marta E Rogers. Pada tahun 1995 new York
University membangun pusat penelitian Marta E. Rogers untuk melanjutkan
kegiatan penelitian dan praktik SRS. Gambaran verbal tentang Rogers dijelaskan
dengan istilah-istilah seperti menstimulus, menantang, kontroversial, idealis,
visioner, suri tauladan, filosofis, akademisi, terbuka, humoris, erterus terang dan
etis. Rogers dikenal secara luas atas kontribusi dan kepemimpinannya pada
bidang keperawatan. Butcher (1999) menjelaskan bahwa Rogers adalah salah
satu dari para pemikir keperawatan tulen dan terkenal karena Rogers mensintesis
ulang ilmu pengetahuan kedalam sistem pengetahuan baru secara utuh , saat ini
Rogers dikenal sebagai seorang yang mendahului jamannya atau seorang
visioner (Ireland, 2000).
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan tentang teori model keperawatan menurut Martha E. Rogers dan
menganalisa penerapan teori Rogers dalam kasus praktik keperawatan.

BAB II
MODEL KONSEPTUAL TEORI MARTHA E. ROGERS

A. Konsep Teori Martha E. Rogers


Model konseptual keperawatan Rogers memunculkan kembali rangkaian
asumsi dasar yang menjelaskan proses kehidupan manusia yang dicirikan dengan
keutuhan, keterbukaan, ketidaklangsungan, pola dan susunan, kepekaan dan
pemikiran-pemikiran yang berciri proses kehidupan. Dasar teori Rogers adalah
ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi,
astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah, mitologi biologi, fisika,
matematika dan berbagai literatur lainnya yang menghasilkan suatu model
manusia sebagai unit yang utuh dan lingkungan sebagai integrasi sumber energi
untuk proses kehidupan manusia (Tomey & Alligood, 1998).
Hipotesa Rogers menyatakan bahwa manusia adalah suatu bentuk energi
yang bergerak dinamis dan terintegrasi dengan lingkungannya. Keduanya
(manusia dan lingkungan) dijelaskan sebagai suatu susunan atau pola sistem
terbuka di alam semesta. Rogers memperbaharui model konseptualnya melalui
berbagai

prinsip

hemodinamik

dan

menggabungkannya

dengan

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Rogers mengubah istilah unitary man menjadi

unitary human being, untuk menghilangkan konsep gender dan istilah fourdimensionality berasal dari pandimensionalitas. Pada tahun 1970 model konsep
perawatan karya Martha E. Rogers meletakkan sekumpulan asumsi-asumsi dasar
yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Proses kehidupan dicirikan
oleh

keseluruhan

(Wholeness),

keterbukaan

(opennes),

kesatuan

arah

(unidirectionality), pola (pattern) dan organisasi dan pemikiran (thought).


Kemudian pada tahun 1983 Rogers merumuskan empat blok bangunan sebagai
modelnya atau Building Blocks, yang terdiri dari:
1. Energy Fields (Bidang Energi)
Bidang energi merupakan unit dasar mahluk hidup dan mahluk tidak
hidup serta memiliki sifat dasar alami dan dinamis. Lahan energi bersifat
tidak terbatas dan tidak memiliki batasan ruang dan waktu (pandimensional).
Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari mahluk hidup dan
lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak
dapat dipisahkan dari lingkungannya. Meskipun tidak dapat diukur secara
kuantitatif, lahan energi memiliki kemampuan untuk berubah . keduanya,
baik lahan manusia maupun lahan lingkungan berubah secara kontinyu,
mencptakan perubahan dan saling terintegrasi.
2. Universe of Open System (Sistem terbuka).
Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan
terbuka, menyatu antara satu dengan yang lainnya. Lahan manusia dan lahan
lingkungan merupakan proses yang kontinyu dan sebagai sistem terbuka.
3. Pattern (Pola)
Pola adalah suatu yang abstrak dan muncul dalam bentuk berbagai
manifestasi. Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan
menyatu dengan bangunan lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan
tidak berubah bisa menjadi suatu indikasi sakit, kondisi sejahtera atau
penyakit.
4. Pandimensionality (Empat kedimensian)
Manusia yang utuh merupakan Empat sumber dimensi energi yang
diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang
menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian
pembentuknya Empat kedimensian didefinisikan sebagai domain non linier

tanpa atribut, atau mengenai ruang tanpa batas (Marriner, 2001). Atau dengan
kata lain merupakan cara terbaik mengekspresikan gagasan tentang suatu unit
yang utuh.
B. Asumsi Teori Martha E. Rogers
Keperawatan adalah ilmu humanistic/humanitarian yang menggambarkan
dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam
perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip
dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu
kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan
perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari
prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan
kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual,
dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu
yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi.
Menurut Martha E Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung
dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan
memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk
memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia
seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di kemukakannya.
Dalam model Rogers, prinsip hemodinamik memberikan aksioma tentang
cara memandang manusia sebagai unit yang utuh.

Evolusi prinsip tersebut

menjelaskan bahwa kehidupan adalah proses hemodinamik yakni kehidupan


berlangsung terus menerus dan memprediksi sifat perkembangannya. Sifat dan
arah hubungan antara manusia dan lingkungannya diperlihatkan melalui tiga
prinsip hemodinamik dirumuskan oleh Rogers untuk menguraikan sifat dan arah
perubahan yang berasal dari sistem konseptual yang telah digambarkannya.
Prinsip-prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu:
1) Helicy
Prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada
manusia-lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka
dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara
manusia

dan

bidang

lingkungan.

Pertukaran

ini

juga

mengalami

pembaharuan. Jika pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran


langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan
polanya tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan
kesatuan bidang lingkungan hidup manusia. Arah perubahan yang terjadi
antara manusia dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan
kompleksitas dan ritme yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari
homeodynamics adalah cara melihat manusia dalam keutuhan mereka.
Perubahan dalam proses kehidupan manusia yang tidak dapat kembali,
nonrepeatable, berirama, dan menyajikan keragaman pola tumbuh.
2) Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran
alam antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia
dan bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari
gelombang yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih
pendek dari frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan
manusia adalah simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu.
Pengalaman manusia di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan
gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat.
3) Integral
Prinsip ketiga adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya
tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi
pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya
saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan
keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah
kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
Theory of perceived Dissonance menurut Bultemeier (1993), teori ini yang
di gambarkan oleh Roger memberikan perspektif teori untuk mengetahui situasi
dari berbagai resonansi sebagaimana diwujudkan dalam masalah perawatan
kesehatan saat ini berlabelkan proses abnormal. Teori ini muncul dari prinsipprinsip resonansi dan integrasi. Teori ini memberikan dasar untuk pola penilaian
atau manifestasi di bidang manusia/ lingkungan pada saat kondisi sakit. Teori ini

mengusulkan bahwa resonansi diubah secara berkala dan berirama selama


evolusi di bidang energi, persepsi disonansi selama evolusi ritmis di bidang
manusia dan lingkungan dilakukan.
Manusia dipandang sebagai perwujudan medan energi dalam bidang energi
lingkungannya, bahwa resonansi bervariasi secara ritmik selama evolusi ritmik
alamiah. Ritmik melekat di bidang yang berkembang menjadi irama yang
bervariasi dan dapat menimbulkan ketidak harmonisan. Selama episode
resonansi, manifestasi manusia di bidang lingkungan dapat dinggap sebagai
ketidakharmonisan dan ketidaknyamanan. Dengan demikian orang tersebut
menganggap dirinya sakit, demikian juga orang lain mengannggap dirinya sakit.
Kesadaran pribadi dari pola munculnya manifestasi didefinisikan sebagai
evolusi bagian hidup untuk perubahan bidang energi manusia ( Parker, 1989).
Kesadaran reseptif adalah karakteristik dari integralistik dan merupakan sarana
bagi orang yang mengalami resonansi berpariasi, yang dapat dianggap sebagai
disonansi (sakit). Alligood (1991), mengemukakan bahwa adanya perasaan
adalah wujud dari pola integral medan manusia dan lingkungan. Davidson
(2001), menyatakan integral dari keseluruhan dapat dilihat dari pada irama
parameter fisiologis, pilihan yang dibuat dalam bidang kesehatan. Teori
dissonance yang dirasakan menambah kejelasan bagaimana perawat dapat
memanfaatkan persepsi oleh klien dan memiliki persepsi sendiri untuk
mengarahkan asuhan keperawatan, hal ini sangat penting dalam pelaksanaan
memberikan penilaian holistik dari kesatuan manusia.
Theori of Power as Knowing Participation In Change Teori yang
dikemukakan oleh Barret (1986), untuk mengetahui participasi dalam perubahan
muncul dari prinsip helicy dalam model Roger. Teori ini memberikan arahan bagi
perawat berpartisipasi dalam merawat manusia. Dalam teori ini di usulkan sebagi
peningkatan pengetahuan, demikian juga kemampuan untuk berpartisipasi.
Barret (2000), menggambarkan kekuatan sebagai kesadaran atas apa yang
kita pilih untuk dilakukan, merasa bebas untuk melakukan dan terus melakukan,
Ia menyebut kekuatan juga merupakan sifat relatif dengan organisasi yang lebih
konsisten dari pola manusia dan lingkungan. Dia menentukan bahwa seseorang

harus memiliki pengetahuan pada wujud polanya untuk partisipasi yang


bermamfaat dalam proses pola yang terjadi.
Pada tahun 1970, Rogers mengidentifikasi lima dasar asumsi tentang
manusia, yang juga mendukung pernyataan teoritis modelnya yang diambil dari
literatur ilmu pengetahuan tentang manusia, fisika, matematika dan ilmu perilaku
yaitu:
1) Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan
karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya.
Manusia kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari
pandangan. Karena kesatuan ini menghasilkan variabel dan secara konstan
mengubah pola ini. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian
unik, antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan
mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian
perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang
memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan
terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2) Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi.
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan
material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan
sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan
yang utuh dari semua hal.
3) Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak
dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat
mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan
manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu
kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak
akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
4) Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif, pola
teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh
energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu
alam semesta yang kreatif dan dinamis.

5) Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir,
sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk berfikir abstrak,
membayangkan, bertutur bahasa sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk
kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan
mempertimbangkan luasnya dunia (Tomey dan Alligood, 2006).
C. Asumsi Utama Teori Martha E. Rogers yang Diintegrasikan Dengan Paradigma
Keperawatan.
Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan
proses kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha
E. Rogers terhadap empat konsep sentral adalah sebagai berikut :
1) Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human
Being, yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu
lain yang mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers
menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu
pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan humanistik
yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki
kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi seseorang
yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif,
imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam keputusan
intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan makhluk. (Rogers,1992 dalam
Meleis 2007).
Integralitas manusia dan lingkungannya, dilihat dari sistem terbuka
pandimensional, menunjukkan paradigma baru dan mengawali identitas
keperawatan adalah mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan untuk
semua

orang.

Praktik

profesional

keperawatan

berusaha

untuk

mempromosikan interaksi antar manusia dan lingkungannya yang seirama


untuk memperkuat integritas lahan manusia, mengarahkan dan mengalihkan
pola lahan manusia dan lingkungan, untuk merealisasikan potensi maksimal
kesehatannya. Eksistensi keperawatan adalah memberi pelayanan kesehatan
untuk semua orang dan memelihara proses kehidupan manusia.
2) Kesehatan

Rogers menggunakan istilah kesehatan tanpa definisi yang jelas,dan


kesehatan pasif sebagai simbol kesejahteraan yaitu tidak mengalami sakit dan
kesakitan yang serius. Kesehatan MERUPAKAN ungkapan dari proses
kehidupan yang ditandai oleh perilaku-perilaku yang timbul dari interaksi
bersama dan simultan antara manusia dan lingkungan mereka. Kesehatan
dipandang sebagai saling tukar dan interaksi yang berkesinambungan kearah
potensi kesehatan maksimun dengan penekanan pada promosi.
3) Lingkungan
Merupakan lapang energi empat dimensi yang tidak dapat dikurangi
dengan pola dan karakteristik yang berbeda dari bagian-bagiannya. Suatu
lapang lingkungan adalah unik untuk lapang manusia yang spesifik,
meskipun kedua bidang tersebut masih secara bersinambungan berubah dan
secara kreatif berkembang bersama.
4) Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan
karakter yang berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu
berinteraksi dengan lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau
sebagai system terbuka. Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit
yang mampu berpartisipasi secara kreatif dalam perubahan (Christensen,
2009). Pada model konseptual yang spesifik pada area keperawatan, manusia
dan lingkungan dipersepsikan pada lahan energi yang terintegrasi satu sama
lain, tidak dapat diperkecil lagi dan memiiki banyak cara dalam berevolusi.
D. Teori Rogers dan Karakteristik Teori
1. Teori dapat saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu
fenomena tertentu. Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip
homeodynamic untuk pelayanan kemanusiaan memaksa untuk melihat
keperawatan dengan cara berbeda.
2. Teori harus murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi
utama. Hasil perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan,
melalui blok bangunan, dengan prinsip homeodynamic.
3. Teori harus relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa konsepsi
Rogers manusia yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan
(Fawcert,1989). Namun, teori jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi

dan berkontribusi pada kesulitan pemahaman. Serta didasarkan pada


penggunaan sistem terbuka yang kompleks.
4. Teori dapat menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji untuk memperluas
teori.
5. Teori berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum tubuh
dalam tanpa menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang dilakukan
untuk memvalidasi mereka. Teori ini dirancang untuk meminimalkan
masalah penelitian, kurangnya kesederhanaan, definisi operasional, dan
instrumen yang valid untuk mengukur hasil sehingga keperawatan benarbenar bisa mendapatkan keuntungan dari sistem abstrak Roger.
6. Teori digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktek
mereka. Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek keperawatan,
pemahaman perilaku klien mengambil dimensi baru. Selain itu, intervensi
keperawatan seperti sentuhan terapeutik dan penggunaan cahaya, warna,
musik, dan gerakan telah diturunkan dari ajaran Rogers.
7. Teori harus konsisten dengan validasi teori lain, hukum, dan prinsip-prinsip.
Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar untuk menghasilkan
pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal intervensi untuk
praktek keperawatan.

Sistem

Rogersjuga

telah

berperan

dalam

pengembangan teori-teorilainnya. Newman (1994) Parse dan (1992) karya


dua contoh tersebut.
E. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan
Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara
langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan.
Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan
tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi
keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep
Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang
seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam
konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam
keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian
keperawatan.

Gill dan Atwood mengadakan studi dengan menggunakan hipotesis-hipotesis


yang diambil dari prinsip-prinsip Rogers tentang helicy dan reciprocy. Fokusnya
adalah mutual interaction antara manusia dan lingkungan. Studi tersebut
mendukung prinsip hemodinamis reciprocy. Whelton mengaitkan teori Rogers
dengan proses perawatan menggunakan pasien-pasien penderita sakit jantung dan
fungsi-fungsi syaraf. Teori tersebut menjadi fokus untuk penerapan intervensiintervensi perawatan dan memprediksikan hasil-hasilnya. Falco dan Lobo
mengikat prinsip-prinsip hemodynamic dengan proses perawatan.
Mereka melaporkan kesehatan tidak akan diraih dengan memperkenalkan
homeostasis dan keseimbangan, tetapi dengan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamisme dan kompleksitas di dalam individu. Banyak studi
penelitian lain telah dilakukan dan semua studi ini memiliki implikasi dalam
membimbing praktek perawatan dan pendidikan, serta saran penelitian lebih
lanjut.
Rogers memandang perawat sebagai bagian integral dari lingkungan pasien.
Ia juga memandang perawatan sebagai ilmu pengetahuan unik yang berurusan
dengan kesatuan manusia yang berbeda dengan jumlah dari bagian-bagiannya.
Hal ini yang membedakan perawatan dengan berbagai profesi pelayanan lain.
F. Hasil Penelitian Penelitian Yang Berhubungan Dengan Marta E Roger
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Status Hemodinamika pada Pasien Koma
Diruang ICU Sebuah Rumah Sakit di Lampung, diteliti oleh Trori Rihiantoro
dalam Jurnal Keperawatan Indonesia volume 12 No. 2 Juli 2008 (ISSN 14104490). Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa terapi musik
berpengaruh secara bermakna terhadap status hemodinamika pada pasien koma.
Penerapan dan pengembangan intervensi keperawatan terapi musik hendaknya
dilakukan dan disosialisasikan secara luas. Komunikasi yang terapeutik dan
percakapan yang baik pada pasien koma dalam setiap aktivitas perawatan juga
merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perawat dan petugas
kesehatan lainnya dalam berinteraksi dengan pasien koma tersebut.
1. Latihan ROM Lengan Meningkatkan Kekuatan Otot pada Pasien Pasca
Stroke, diteliti oleh Judi Nurbaini dalam Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010
(ISSN 1858-3598). Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa

latihan ROM lengan dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca
stroke melalui mekanisme perangsangan sel untuk mengaktifkan Ca+
sehingga terjadi integritas protein otot. Jika Ca+ dan Troponin diaktifkan
maka

aktin

dan meisin

dipertahankan

agar

otot

dapat

berfungsi

menggerakkan skeletal. Oleh karena itu perawat harus lebih intensif untuk
memberikan latihan ROM pada pasien pasca stroke tidak hanya dilakukan di
Rumah Sakit tetapi dilanjutkan oleh keluarga melalui pendidikan kesehatan.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan
memiliki dampak yang besar terhadap proses penyembuhan dan peningkatan
kesehatan seseorang dalam aplikasi praktek keperawatan. Hal ini sesuai
dengan prinsip-prinsip hemodinamika di dalam konsep Rogers yang terdiri
dari Integral (badan manusia dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan,
rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan interaksi
antara badan manusia dan lingkungannya), Resonansi (berbicara pada
kejadian pertukaran alam antara manusia dan bidang lingkungan) dan Helicy
(manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka dalam pertukaran
adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara manusia dan
bidang lingkungan).
G. Hubungan

Teori

Keperawatan

Martha

E.

Rogers

dengan

Pendidikan

Keperawatan
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali
program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal
ini adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam
ilmu keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk
keperawatan bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta
memiliki batang tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi
perawat untuk menempuh pendidikan dalam keperawatan.
H. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers Dengan Praktik Keperawatan

Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari


konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan.
Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik
keperawatan, yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di
kemukakan Martha E Rogers :
1.
2.
3.
4.

Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien


Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
Penyesuaian terhadap pola
Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu, musik, pergerakan

dalam proses penyembuhan.


5. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
6. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
7. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
I. Penerimaan Oleh Komunitas Ilmu Keperawatan
1) Praktek
Roger meyakini bila teori-teorinya yang diturunkan dari model
konseptualnya mudah diterjemahkan ke dalam praktek, tetapi contohcontohnya tidak spesifik. Meski dalam model konseptual abstraknya tidak
secara langsung bisa digunakan dalam praktek, ia memberikan landasan bagi
penelitian dan pengembangan teori yang memberikan dasar pengetahuan bagi
praktek. Ia berusaha membangun suatu rencara perawatan menggunakan
prinsi-prinsip hemodinamis. Tetapi, hasil-hasil dari implementasi ini masih
berupa hal-hal umum, belum spesifik.
2) Pendidikan
Awal tahun 1960-an Rogers mengusulkan agar posisi paling dasar
dalam perawatan profesional haruslah level sarjana muda. Waktu itu
tujuannya kelihatan idealistis, namun sekarang penegasan-penegasannya
menjadi standar, bukannya eksepsi. Ia katakan hanya orang-orang yang
kompeten mengajar perawatan atau apa-apa yang seharusnya dilakuakan oleh
para perawat, merupakan perawat-perawat yang berkualitas. Anjurannya
menjadi bukti dalam pendidikan keperawatan saat ini, seperti banyaknya
perawat telah dipersiapkan untuk mengajar para perawat lain di semua level
pendidikan keperawatan.
3) Penelitian

Teori-teori

Rogers

secara

langsung

berhubungan

dengan

pengembangan riset dan teori dalam ilmu keperawatan. Model konseptual


memberikan stimulus dan arah bagi aktivitas keilmuan. Prinsip-prinsip
hemodinamik sedang dikaji. Sifat integral hubungan manusia-lingkungan dan
pertumbuhan kompleksitas kehidupan digunakan dalam studi-studi terkini
menggunakan model Rogers.

Meski hipotesisi-hipotesis sulit untuk

dibangun, teori tersebut sedang dicoba dengan riset.


Bagian yang terpenting dari teori Rogers adalah menggabungkan
fenomena yang ada pada manusia dan praktek keperawatan secara langsung.
Konsep ini memberikan arah dalam memberikan stimulasi dan untuk
aktivitas keilmuan. Konsep ini menghubungkan fenomena yang ada pada
grand dan middle range theory. Dua contoh dalam grand nursing theory pada
theory Rogers adalah teory Neumans health as expanding consciousness
dan Parses human becoming. Rogers (1986) mengatur bahwa riset
keperawatan harus mencakup kesatuan manusia yang terintegrasi dengan
lingkungan.

BAB III
ANALISA KASUS TEORI MARTHA E. ROGERS
A. Deskripsi Kasus
Teori Martha E. Rogers tidak memberikan teori yang spesifik dalam
aplikasinya dalam proses keperawatan, akan tetapi dengan mengadaptasikan
prinsip hemodinamik, maka perawat dapat menuangkan dasar-dasar pemikiran
Martha E. Rogers ke dalam tahap demi tahap proses keperawatan. Untuk lebih
dapat memudahkan pemahaman dapat kita lihat contoh kasus keperawatan yang
kemudian di dalam asuhan keperawatannya menggunakan konsep dasar
hemodinamik Martha E. Rogers.
B. Contoh Kasus:
Tn. X seorang direktur BUMN berusia 45 thn bersama istri datang ke poli
rehab medik untuk melakukan terapi gerak, lima bulan yang lalu Tn X terserang
stroke sehingga ekstermitas kiri mengalami atropi, pasca serangan dokter
menganjurkan Tn X melakuan terapi gerak dua kali seminggu. Semenjak satu
bulan Tn X kembali bekerja istrinya mengatakan suaminya sering menangis
sendiri. Tn X mengatakan merasa tidak nyaman dengan lingkungannya dan
sering merasa sedih karena keluarga besarnya dan teman-teman kantornya sering
menawarkan bantuan kepadanya. Istri Tn X juga berharap suaminya segera
sembuh.
Tn X cemas dengan kondisinya, apalagi mengingat teman-teman sudah
mulai meragukan kemampuannya serta teman-teman lainnya yang seusianya
sudah mulai dipromosikan sebagai CIO di kantornya. Teman-temannya sama
sepertinya tetapi menikmati hasil kerja kerasnya, Untuk itu Tn. X bertekad
memeriksakan dirinya ke dokter. Namun sudah dua minggu Tn. X tidak
memeriksakan diri ke dokter, karna merasa belum ada perubahan. Dari hasil
pemeriksaan dokter melalui pemeriksaan kekuataan otot di dapatkan ada
permasalahan masih atropi pada ekstermitasnya. Sementara pada istri Tn. X.

Tidak ada masalah pada kelemahannya. Untuk itu dokter memberikan terapi
rehab medik untuk mengembalikan mobilisasi Tn. X agar bisa aktifitas normal.
Dari

hasil

pemeriksaan

dokter, Tn

pun

semakin

takut

istrinya

meninggalkannya karena permasalahan yang ada pada kelumpuhannya. Ia


merasa tidak berguna dengan karir yang sudah diraihnya, kerena sebagai lakilaki yang sudah menikah selama 6 tahun ia belum membahagiakan istrinya.
Dalam kasus tersebut, aplikasi teori keperawatan Martha E. Rogers dalam
mengatasi masalah kesehatan atropi yang dialami Tn. X adalah menggunakan
konsep-konsep prinsip hemodinamik (integrity, resonansi, dan helicy).
C. Komponen Dalam Proses Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Dari hasil anamnesa perawat di dapatkan: Tn. X seorang direktur BUMN
berusia 45 thn bersama istri datang ke poli rehab medik untuk melakukan
terapi gerak, lima bulan yang lalu Tn X terserang stroke sehingga
ekstermitas kiri mengalami atropi. Semenjak satu bulan Tn X kembali
bekerja istrinya mengatakan suaminya sering menangis sendiri. Tn X
mengatakan merasa tidak nyaman dengan lingkungannya dan sering merasa
sedih karena keluarga besarnya dan teman-teman kantornya sering
menawarkan bantuan kepadanya. Pasca serangan dokter menganjurkan Tn X
melakuan terapi gerak dua kali seminggu. Dari hasil pemeriksaan dokter
melalui pemeriksaan kekuataan otot di dapatkan masih atropi pada
ekstermitasnya. Sementara pada istri Tn. X. Tidak ada masalah pada
kelemahannya. Untuk itu dokter memberikan terapi rehab medik untuk
mengembalikan mobilisasi Tn. X agar bisa aktifitas normal. Dari hasil
pemeriksaan dokter, Tn X pun semakin takut istrinya meninggalkannya
karena permasalahan yang ada pada kelumpuhannya. Ia merasa tidak
berguna dengan karir yang sudah diraihnya.

a. Pengkajian Integrasi
Tn. X sering merasa tidak nyaman dengan komunitas dan lingkungannya,
Tn. X sedih katika keluarga dan teman-teman kantornya sering menawarkan
bantuan kepadanya.
b. Pengkajian Resonansi
Tn. X cemas dengan kondisinya, apalagi mengingat teman-teman yang usia
sama sudah dipromosikan jabatannya dan dapat beraktifitas normal.
c. Pengkajian Helicy
Tn. X seorang pegawai BUMN berusia 45 thn, merasa tidak berguna dengan
karir yang sudah diraihnya, Tn. X takut istrinya meninggalkannya karena
permasalahan yang ada pada kelumpuhannya.
2. Diagnosa Keperawatan:
a.

Ansietas B/D lingkungan, fungsi, dan status peran


b. Resiko Harga diri rendah situasional B/D gangguan fungsi dan status
peran sosial

3. Komponen Rencana dan Implementasi


Implementasi ditekankan pada tiga faktor yakni: Resonanci, Helicy, dan
Integrity dengan cara mengurangi kecemasan, meningkatkan koping dan
bimbingan antisipasi.
1. Integrasi:
a. Memberikan lingkungan yang nyaman dan menenangkan bagi klien
b. Menggunakan komunikasi terapeutik
c. Memberikan support pada klien
d. Membantu klien untuk memahami kondisinya
2. Resonansi:
a. Memberikan health education tentang kecemasan yang dialaminya
b. Meminimalkan dampak kecemasan yang dirasakan klien
3. Helicy

a. Memberikan dukungan dan motivasi untuk kesehatannya


b. Membantu klien mewujudkan harapannya untuk segera beraktifitas
normal
c. Membantu klien untuk mengidentifikasi stresor dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
4. Komponen Evaluasi Keperawatan
1. Pasien tidak merasa takut dan cemas lagi
2. Pasien mampu menjalankan terapi yang disarankan oleh dokter
3. Pasien menerima kondisinya dan melakukan hal hal yang positif untuk
menghadapi permasalahannya
4. Pasien merasa optimis dan mampu berinterkasi dengan orang lain
D. Pembahasan Penggunaan Prinsip Rogers Dalam Proses Keperawatan
Prinsip-prinsip hemodinamika memberi petunjuk untuk mengetahui hubungan
antara perkembangan individu dengan alam sebagai respon sehat yang berhubungan
dengan masalah yang terjadi. Kesuksesan menggunakan prinsip hemodinamika perlu
pertimbangan perawat dan melibatkan baik perawat maupun klien dalam proses
keperawatan. Jika sesuatu di luar individu adalah bagian dari lingkungan maka
perawat menjadi bagian dari lingkungan klien.
Keperawatan bekerja dengan klien bukan untuk untuk klien. Hal Ini meliputi
proses keperawatan dengan menunjukkan bahwa perawat memperhatikan manusia
secara keseluruhan, tidak cukup satu aspek, satu masalah, atau terbatas pada
pemenuhan kebutuhannya saja.
Tujuan diagnosa keperawatan memberikan kerangka kerja dalam intervensi
keperawatan direncanakan dan dilaksanakan. Intervensi keperawatan akan
tergantung pada fokus diagnosa keperawatan. Fokus pada integralitas akan
diimplementasikan dengan lingkungan sama dengan pada individu.

Resonansi menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditujukan untuk


mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan sebagai manusia yang utuh.
Karena proses kehidupan manusia merupakan suatu fenomense. Rencana
keperawatan pada bagian helicy membutuhkan penerimaan individu terhadap
perubahan yang terjadi strategi untuk meningkatkan dan memodifikasi irama dan
tujuan hidup. Untuk itu dibutuhkan informasi dan partisipasi aktif klien pada proses
keperawatan. konsep yang menyebutkan manusia adalah unik dan dapat dikenali
karena kemampuannya dalam merasakan, memberi kesempatan perawat untuk
membantu memecahkan masalah kesehatannya dan mengatur agar tujuannya dapat
mencapai kesehatan.

BAB V
ANALISA KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI

A. Kekuatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homodinamik memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan.
Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan
dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat hubungan dan
integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia dan
lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan.
Teori Rogers mengemukakan secara unik bahwa keperawatan merupakan ilmu
dan seni yang mendasari perawat dalam mengekspresikan interaksi antara individu
dan lingkungan.
Asal-usul Ilmu manusia yang seutuhnya terlihat jelas. Rogers menjelaskan
mengapa ia mengembangkan sebuah model konseptual, mengientifikasi berbabagi
perbaikan dalam konseptual, dan menjelaskan alasan perubahan dalam terminologi.
Rogers juga secara ekplisit mengindentifikasi banyak asumsi yang mendasari ilmu
manasia seutuhnya.
Klaim filosofis dalam bentuk keyakinan Rogers yang dengan mudah diambil dari
publikasi. Asusmsi dan keyakinan menunjukkan bahwa Rogers melihat keperawatan
sebagai ilmu yang sah dan seni yang harus mendasarkan prakteknya pada dasar ilmu
pengetahuan. Bukti empiris juga menunjukkan bahwa Rogers menghargai
pandangan manusia dengan lingkungan. Rogers menunjukkan bahwa perspektif
manusia identik sebagai disiplin ilmu yang unik. Rogers berulangkali menekankan
pandangannya bahwa kesehatan menunjukkan bahwa diharapkan tujuan khusus
untuk intervensi keperawatan harus didasarkan pada nilai-nilai masyarakat, bukan
perawat saja.

Ilmu manusia yang utuh cukup komprensif berkaitan dengan kedalam konten.
Banyak visi ulang dan perbaikan dalam sistem konseptual dan itu membuktikan
kepedulian Rogers terhadap presisi bahasa. Rogers mendefensikan dan menjelaskan
paradigma konsep manusia, lingkungan, kesehatan dan keperwatan. Manusia dan
lingkungan terlihat jelas hubungannya secara ekplisit teridentifikasi. Kesehatan
ditunjuk sebagai kesejahteraan dan mengidentifikasinya melalui hubungan proses.
Selain itu, keperwatan menjelasakan penekanan dan karakteristik sebagai kata benda.
Tujuan dari keperawatan tergambar jelas. Sebuah proses keperawatan dalam
bentuk Metode Kesehatan Patterning Practice, diekstraksi dari publikasi Rogers oleh
komponen-pro utama ilmu manusiua yang utuh. Ilmu manusia yang utuh konsisten
dengan temuan ilmiah. Itu sangat jelas dalam desakan Rogers 'bahwa tindakan
keperawatan Art of Nursing Practice-harus berasal dari basis-terorganisir dan empiris
yang memadai pengetahuan Independent Ilmu Keperawatan.
Rogers selalu menyatakan bahwa praktik keperawatan harus berdasarkan teori.
Lebih khusus, ia menyatakan, "praktik keperawatan harus fleksibel dan kreatif,
individual dan berorientasi sosial, penyayang dan terampil. Rogers (1987a) juga
menyatakan, "Untuk perawat harus memenuhi tanggung jawab sosial dan profesional
mereka pada hari-hari ke depan menuntut bahwa praktek mereka didasarkan pada
dasar teoritis substantif. Praktek perawat adalah penggunaan pengetahuan dalam
pelayanan kepada orang-orang "(hlm. 121-122). Selanjutnya, Rogers (1980a)
menyatakan, "prinsip-prinsip luas untuk memandu praktek harus mengganti aturanof-thumb" (hlm. 337).
Sifat dinamis keperawatan jelas di Rogers '(1970) pernyataan bahwa "sifat
dinamis dari kehidupan menandakan revisi terus menerus sifat dan makna data
diagnostik dan revisi seiring langkah-langkah intervensi" (hlm. 125). Selain itu, sifat
dinamis dari Metode Kesehatan Patterning Praktek ini terbukti dalam Voluntary
Reksa Patterning sebagai perawat dan peserta dalam keperawatan dalam proses
saling berkesinambungan dan juga terbukti dalam penggunaan pola manifestasi dan
apresiasi untuk evaluasi manifestasi pola pada aplikasi modalitas keperawatan.

Ilmu manusia yang utuh kompatibel dengan standar etika untuk practice. Rogers
(1992b) berkomentar, "Lanjutan penekanan pada hak asasi manusia, klien
pengambilan keputusan, dan ketidak patuhan dengan tradisional aturan praktis
adalah dimensi penting dari ilmu pengetahuan baru dan seni keperawatan "(hal. 33).
Rogers terkait konsep paradigma manusia, lingkungan, dan keperawatan.
Keterkaitan keempat konsep paradigma yang dinyatakan ringkas dalam dua
pernyataan tentang tujuan perawat dan. Konsep rogers dapat digunakan dalam
pengaturan beragam, mulai dari pelayanan kesehatan berbasis masyarakat untuk
rumah sakit dengan "munculnya manusia ke luar angkasa" (Rogers, 1992b, hal. 27 ),
dan dengan orang-orang mengalami hampir kondisi yang berhubungan dengan
kesehatan apapun dari lahir sampai mati, "dalam kesehatan dan penyakit, dalam
sukacita-" (Rogers, 1992c, p. 1339).
Selanjutnya, Ilmu Manusia utuh berlaku untuk individu dan kelompok, termasuk
keluarga, kelompok sosial dan masyarakat (Rogers, 1992b). Luasnya Ilmu Makhluk
kesatuan manusia ini dapat lebih mendukung kearah penyedian untuk penelitian
keperawatan, pendidikan, administrasi, dan praktek.
B. Kelemahan
Walaupun prinsip-prinsip hemoedinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami
kesulitan untuk memahami konsep-konsep dan hubungan-hubungannya bila tidak
memiliki pengetahuan yang kuat atas bidang lainnya. Meskipun asumsi dasar yang
diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, teori Rogers bersifat abstrak.
Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyedikan pemahaman
yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasionalan konsep serta membawa keabstrakan
konsep dan hubungan ke tingkap empiris untuk pengajuan yang mengganggu banyak
ilmuan perawat. Ketidakmampuan yang cukup untuk menggunakan atau menguji
sistem yang membuat kesuliatan mengimplementasikan keperawatan.

Dengan demikian penggunaan prinsip-prinsip hemodnamik masih reltif terbatas


pada pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami kesulitan
untuk memahami konsep-konsep dan hubungan-hubungannya bila tidak memiliki
pengetahuan yang kuat atas bidang lainnya. Meskipun asumsi dasar yang diberikan
dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, teori Rogers bersifat abstrak. Persyaratan belum
cukup untuk dioperasionalkan untuk menyedikan pemahaman yang jelas. Kesulitan
definisi pengoperasionalan konsep serta membawa keabstrakan konsep dan
hubungan ke tingkap empiris untuk pengujuan yang mengganggu banyak ilmuan
perawat. Ketidakmampuan yang cukup untuk menggunakan atau menguji sistem
yang membuat kesuksesan mengimplementasikan kesuliatan keperawatan. Dengan
demikian penggunaan prinsip-prinsip hemodnamik masih reltif terbatas.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta
seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan
sejarah, mitologi biologi, fisika, matematika dan berbagai literatur lainnya
yang menghasilkan suatu model manusia sebagai unit yang utuh dan
lingkungan sebagai integrasi sumber energi untuk proses kehidupan manusia.
2. Manusia dan lingkungan dijelaskan sebagai suatu susunan atau pola sistem
terbuka di alam semesta.
3. Empat blok bangunan sebagai modelnya atau Building Blocks, yang terdiri
dari: Lapang energi, Keterbukaan, Pola dan organisasi, pandimensional.
4. Sifat dan arah hubungan antara manusia dan lingkungannya diperlihatkan
melalui tiga prinsip hemodinamik prinsip-prinsip hemodinamik terdiri dari
tiga hal, yaitu: Helicy, Resonasi, Integralitas
5. Tujuan keperawatan adalah membantu semua orang agar mencapai
kesejahteraan maksimum di dalam potensi setiap individu, keluarga dan
kelompok.
B. Saran
1. Sebagai pembuktian eksistensi profesi keperawatan, perawat hendaknya
memiliki landasan keilmuan yang kuat dan sikap profesionalisme didalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien.
2. Karena keperawatan terus berkembang, perawat dituntut membuat hipotesis
tentang praktek keperawatan dan memiliki prinsip yang mendasari praktek
keperawatan dan tujuan yang sesuai dengan keperawatan.
3. Model konsep dan teori keperawatan hendaknya digunakan untuk
memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktek, penuntun penelitian
dan kurikulum, serta mengidentifikasi bidang dan tujuan dari praktek
keperawatan. Teori-teori tersebut hendaknya digunakan sebagai arah dalam
melakukan penelitian, pendidikan dan praktek.

DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha R. 2014. Nursing Theory and their work. eight Edition. Mosbi
Elsevier.
Christensen, Paula. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Keperawatan (Nursing
Proses Aplikasion of Conseptual Models) edisi 4. Jakarta: EGC.
Fotter dan perry. 2005. Buku ajar Fungdamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktek. Ed. 4. Jakarta:EGC

Fawcett jacqueline. 2005. Contemporary nursing knowledge. Edisi 2. Philadelphia:


Davis company.
Muwarni, 2008. Pengantar Konsep dasar Keperawatan.Yogyakarta: Fitramaya
Kim, Hesook Suzie & Kollak, Ingrid. 2006.Nursing Theories, Conceptual &
Philosophical Foundations. Second edition. New York: Springer Publishing
Company.
Marriner, Ann. 2001. Nursing Theorists And Their Work. Mosby Company.
Nurbaeni, Judi, dkk. 2010. Latihan ROM Lengan Meningkatkan Kekuatan Otot pada
Pasien Pasca Stroke. Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010 (ISSN 1858-3598).
Rihiantoro, Tori, dkk. 2008. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Status Hemodinamika
pada Pasien Koma Diruang ICU Sebuah Rumah Sakit di Lampung. Jurnal
Keperawatan Indonesia volume 12 No. 2 Juli 2008 (ISSN 1410-4490)
Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory
Development Using Kings Conceptual System. New York: Springer Publishing
Company.
Smith, Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed.
New York: Springer Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai