Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

a. Latar belakang teori Karl Marie Martinsen

Karl Marie Martinsen, seorang perawat dan seorang penyusun teori filosofi
keperawatan lahir di Oslo, Norwegia tahun 1943 ketika terjadi perang dunia
ke II saat Jerman mengekspansi Norwegia. Beliau meruapakan filosofi yang
terkenal dengan Philosophi of caring. Teori filosofikal, ilmiah dasar dan
aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari Marie Martinsen berfokus
pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta
caring, yang mengadopsi pada tiga filsuf secara khusus, antara lain: filsuf
jerman, politisi dan sosialis, Karl Marx (1818-1883); filsuf jerman dan
pendiri fenomenologi, Edmund Husserl (1859-1938); serta filosofis
Perancis dan fenomenolog tubuh, Merleau-Ponty (1908-1961). Martinsen
juga memperluas sumber-sumber teoritisnya dengan memasukkan filsuf
lain, teolog, dan sosiolog, antara lain: Martin Heidegger (1889 – 1976),
seorang fenomenologis Jerman dan murid dari Husserl; Knud Eiler
Logstrup (1905 – 1981), seorang filosofis Denmark dan teologis; Max
Weber (1864 – 1920), seorang sosiologis Jerman dan memiliki signifikansi
yang besar dalam filsafat ilmu sosial; Michel Foucault, seorang filosofis;
Paul Ricoeur (1913 – sekarang), seorang filosofis Perancis.

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh
Kari Marie Martinsen berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan
etika keperawatan serta caring. Pandangan dunia fenomenologis berbasis
Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan
dalam isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan
suatu perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan
bersifat unik.
Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi,
keterbukaan dan kemurahan hati dan kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan
keperawatan di masyarakat saling terkait satu sama lainnya, karena
pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan
berkesinambungan karena kebutuhan tiap individu berbeda satu sama
lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan kebutuhan pasien
saat itu (Alligood M.R., 2010).

b. Konsep Utama dan Definisi

Adapun konsep-konsep utama dari Martinsen meliputi perawatan, penilaian


professional, praktik moral dalam perawatan, person oriented professional,
ungkapan hidup tertinggi, area yang tak dapat di sentuh, vokasi, mata hati,
the registering eye (Arman, Ranheim, Rydenlund, Rytterström, &
Rehnsfeldt, 2015)

1. Perawatan
Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar
keperawatan, tetapi juga merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan
ialah perkembangan positif individu melalui kebaikan. Perawatan
berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang terjadi
secara simultan. Perawatan mempunyai arah untuk menuju situasi orang
lain. Dalam konteks profesional, perawatan memerlukan pendidikan dan
latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan pasien akan
berubah menjadi sentimental (Martinsen K, 1990). Adanya pengamanan,
tidak ada kelalaian, dan tidak sentimentil merupakan ekspresi dari
perawatan.
2. Penilaian Profesional
Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang
sebenarnya. Hal ini bisa dicapai melalui latihan menilai secara
profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari
berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya
dilatih dengan melihat, mendengar dan menyentuh secara klinis, tetapi
juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh secara
klinis dengan cara yang baik dan benar (Martinsen K, 1993).
Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena
persepsi seseorang memiliki analog dengan variasi karakter yang
ditimbulkannya dan bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang perlu
diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara kesan dengan
situasi, pengetahuan profesional yang dimiliki, dan pengalaman
sebelumnya. Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan profesional
melalui kepekaan alami dan bahasa sehari-hari (Martinsen K, 2006).
"Tanpa pengetahuan profesional, kepedulian terhadap pasien menjadi
hanya sentimentalitas."
3. Praktik Moral Dalam Perawatan
Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara
bersama-sama saat bekerja sehingga caring dapat diekspresikan dalam
tindakan keperawatan (Martinsen K, 1990). Moral itu ada dalam situasi
nyata yang harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu
dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati dan refleksi
(Martinsen K, 1990).
4. Person Oriented Professional
Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai
tenaga profesional memandang pasien sebagai orang yang menderita dan
harus dilindungi integritasnya. Hal ini memberikan tantangan bagi
profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam menjalin
hubungan yang saling menguntungkan dan bersifat manusiawi dengan
tujuan untuk melindungi dan merawat pasien. Selain itu, profesionalisme
berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman terhadap
posisi masing-masing pihak dimana pihak satu membutuhkan pihak
lainnya, dan menempatkan pasien sebagai fokus dari caring (Martinsen
K, 2000).
5. Ungkapan Hidup Tertinggi
Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati,
kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini merupakan fenomena yang
dapat kita terima seperti kita menerima waktu, ruang, udara, air, dan
makanan (Alvsvag 2003). Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring
tidak dapat dilaksanakan (Martinsen K, 2000).
6. Area Yang Tak Dapat Disentuh
Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh kita
masuk ke dalamnya, menemui orang lain ataupun menemui alam lain.
Terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area yang tidak
tersentuh adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari keterbukaan.
Keterbukaan dan area yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang
kontradiktif dalam caring (Martinsen K, 2006).
7. Vokasi
Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa
sempurna dalam berhubungan dan merawat (peduli) terhadap orang lain
(Martinsen K, 2000). Keperawatan memerlukan penyempurnaan
pribadi selain pengetahuan dalam hal professional.
8. Mata Hati
Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi
yang ada didalamnya. Mata hati berhubungan dengan perhatian yang
didasarkan pada hubungan saling berbalas dan saling memahami.
9. The Registering Eye
The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat.
Hal itu berkaitan dengan mencari koneksi, sistematisasi, peringkat,
klasifikasi, dan menempatkan dalam sistem. The registering eye
merupakan aliansi antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi,
dan industrialisasi. Jika seorang pasien dan seorang profesional
menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan keluar dari
situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang (Martinsen, E. H,
2011).
c. Konsep Dasar Terkait Paradigma Dalam Keperawatan dan
Definisinya

1. Keperawatan

Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik


keperawatan dimana perawat memberikan asuhan keperawatan merawat
dan peduli pada orang lain. Hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan caring ke pasien yaitu : caring berkaitan dengan hubungan,
praktik, dan moral. Caring dapat praktikkan dalam kasus nyata dimana
caring melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi. Caring yang berkaitan dengan moral dapat diartikan sebagai
situasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan didasarkan pada evaluasi
tindakan keperawatan.

2. Manusia

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari


lingkungan sosial dan komunitasnya. Martinsen berpendapat bahwa
terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan tubuhnya.
Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan
dunia, sedangkan manusia adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai tubuh,
manusia mempunyai persepsi dan pemahaman. Tubuh terdiri dari
jasmani dan jiwa.

3. Kesehatan

Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan
ekspresi tingkat kompetensi dalam pengobatan. Dampak yang
membahayakan dari pengobatan dan pelayanan yang tidak adekuat bagi
orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan Martinsen kembali
berpikir ke konsep konservatif yaitu sehat secara ideal.
4. Lingkungan

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke
tempat yang lain dan dalam ruang yang satu ke ruang yang lain (berada
dalam tempat dan ruang khusus). Dilihat dari dimensi ruang terdapat
waktu, ambience, dan kekuatan. Martinsen menyatakan bahwa waktu,
arsitektur, dan pengetahuan dapat bekerja terhadap ambience suatu
dimensi ruang. Arsitektur, hubungan dengan orang lain, penggunaan
obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di dalam ruangan,
semuanya tersusun teratur dalam ruang dan situasi. Manusia masuk
dalam ruang universal, ruang alami, tetapi melalui penciptaan ruang
budaya. Kita membangun rumah dengan ruangan-ruangan dan aktivitas
pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda (Alligood M.R.,
2010).

d. Fokus Unik

Filosofi keperawatan dari Karl Martinsen yeng terkenal adalah Philosophi


of Caring. Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang
dikembangkan berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika
keperawatan serta caring. Pandangan dunia fenomenologis berbasis
Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan
dalam isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan
suatu perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan
bersifat unik (Alligood M.R., 2010).
Moral adalah fokus keunikan caring di dalam model keperawatan Karl
Martinsen. Bagaimana merawat dan peduli pada klien (Alligood M.R.,
2010). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
profesional tidak hanya sebatas tuntas memberikan asuhan keperawatan
tetapi memberikan makna dalam sebuah kedekatan terapeutik pada pasien.
Perawat tidak hanya terampil dalam hal tindakan keperawatan yang
dilakukan tetapi jiwa dari apa yang dilakukan tersebut mengandung
moralitas perawat. Berempati, berefleksi diri, memberikan keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan merupakan kepekaan rasa yang harus dimunculkan
dalam diri seorang perawat (Alligood M.R., 2010). Bahwasannya dalam
suatu kedekatan terapeutik dengan pasien, moral dapat terjadi bila empati
dan refleksi ditampilkan secara bersama – sama sehingga caring dapat
diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral itu ada dalam situasi
nyata, dalam suatu tindakan keperawatan yang harus diperhitungkan.
Kemudian tindakan tersebut harus dipertanggungjawabkan didasarkan pada
empati dan refleksi.
Moral, etika dan caring merupakan tiga komponen yang harus bersinergi
dalam upaya pelayanan keperawatan profesional yg terindividualisasi, tidak
hanya sekadar terstandar saja. Dapat dibayangkan bagaimana asuhan
keperawatan yg diberikan perawat tanpa disertai rasa moral, etika, dan
caring, tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien menjadi tidak
profesional. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring menurut
Karl Martinsen yaitu caring harus berkaitan dengan hubungan, praktek dan
moral. (Alligood M.R., 2006), mengatakan “ Caring membuat
kemungkinan”. Perhatian seseorang terhadap orang lain, kejadian sesuatu
memberikan motivasi dan petunjuk kepada individu untuk perduli. Caring
sebagai dasar asuhan keperawatan adalah aspek yang mempunyai implikasi
praktis untuk mengubah praktek keperawatan sesuai kebutuhan klien.
Hubungan yang terbina harus didasarkan pada pendidikan dan pelatihan
serta kepedulian bahwa individu itu unik dan moral memberikan aspek
afektif menentramkan yang merupakan salah satu esensi keunikan dalam
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood M.R., & T. A. . (2006). Nursing Theorist and Their Work (6 ed). ST.

Louis: Mosby Elsevier.

Alligood M.R., & T. A. . (2010). Nursing Theorist and Their Work (7 ed). Unites

States of America: Mosby Elsevier.

Arman, M., Ranheim, A., Rydenlund, K., Rytterström, P., & Rehnsfeldt, A.

(2015). The Nordic Tradition of Caring Science: The Works of Three

Theorists. Nursing Science Quarterly, 28(4), 288–296.

https://doi.org/10.1177/0894318415599220

Martinsen K. (1990). Moral practice and documentation i practical nursing.

Aarhus: Philosophia.

Martinsen K. (1993). [Courage to live and suffering–challenges of the considerate

nurse]. In K. Martinsen (Ed.) The considerate nurse. Oslo: Tano.

Martinsen K. (2000). The Eye and the Vocation. Bergen: Fagbokforlaget.

Martinsen K. (2006). Perawatan dan kerentanan. Oslo: Akribe.

Anda mungkin juga menyukai