Disusun Oleh:
Kelompok 6
Fiora Ladesvita 1406522954
Weny Amelia 1406597412
Muhammad Nurmansyah 1406523156
Dewi Siti Oktavianti 1406522752
Doharni Pane 1406596965
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Analisis Teori
Keperawatan Nursing Conseptual Models Betty Neuman dan Middle Range Theories
Pamella G. Reed. Makalah ini disusun bertujuan untuk menganalisa teori
Keperawatan Nursing Conseptual Models Betty Neuman dan Middle Range Theories
Pamella G. Reed.
Bersama ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Enie Novieastari, SKp., MSN. Selaku koordinator mata kuliah Sains
Keperawatan
2. Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD selaku dosen pengajar mata kuliah Sains
Keperawatan
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk lebih menyempurnakan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar 1
Belakang ................................................................................. 2
B. Tujuan ..........................................................................................
.....
BAB II : ISI
A. Teori Betty Neuman ......................................................................... 3
B. Teori Betty Neuman Dan Pandangan Paradigma Keperawatan ...... 10
C. Teori Betty Neuman Dan Proses Keperawatan .............................. 12
D. Penerapan Teori Betty Neuman Dalam Kasus Di Rumah Sakit ..... 17
BAB III : PEMBAHASAN
A. Analisa Komponen Teori .............................................................. 20
B. Analisa Proses Keperawatan ......................................................... 24
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 26
B. Saran ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan sebuah profesi yang unik dan kompleks sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
Ilmu keperawatan berawal dari konsep dan teori keperawatan dimana pada
pelaksanaan praktek keperawatan harus mengacu kepada model konsep dan teori
keperawatan yang ada. Konsep merupakan sebuah ide yang abstrak yang perlu
diuraikan atau dijelaskan dalam sebuah teori. Pengetahuan tentang proses
pengembangan empiris teori/model konseptual merupakan dasar untuk memahami
disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori
keperawatan untuk membimbing penelitian dan praktek profesional keperawatan/
pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan
keperawatan akan berjalan dengan baik jika didukung dengan adanya pengembangan
model teori keperawatan karena teori keperawatan sangat penting bagi
pengembangan profesionalisme keperawatan.
Menurut Tomey & Alligood (2010) terdapat empat tipe karya teoritis
keperawatan yaitu Nursing Philosophies, Nursing Conseptual Models, Nursing
Theories, dan Middle Range Nursing Theories.
Tipe teori pertama yaitu Filosofi Keperawatan yang merefleksikan
kepercayaan dan nilai serta mindset atau pandangan. Filosofi keperawatan juga
memiliki pernyataan yang luas dan berisi nilai-nilai dan keyakinan yang mengusulkan
ide-ide general tentang apa itu keperawatan, apa perhatian/fokus keperawatan, dan
bagaimana profesi keperawatan menunjukkan kewajiban moral kepada masyarakat.
Tipe teori kedua yaitu Nursing Conseptual Models yang terdiri dari karya-
karya keperawatan yang disusun oleh teoris yang merupakan pelopor dalam dunia
keperawatan. Nursing Conseptual Models lebih komprehensif dan menggambarkan
tentang konsep metaparadigma meliputi manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan.
Tipe teori ketiga yaitu Nursing Theories yang didapat dari filosofi
keperawatan, model konseptual, teori keperawatan yang masih abstrak, atau dari
karya disiplin ilmu lain. Teori lebih spesifik dan dapat dijadikan pedoman dalam
praktik keperawatan.
Tipe teori keempat yaitu Middle Range Nursing Theories yang merupakan
tipe teoritis yang memiliki fokus spesifik yang lebih lengkap dan lebih konkrit
daripada nursing theory pada level abstraksi. Middle Range Theories lebih tepat
dalam menjawab pertanyaan seputar praktik keperawatan karena lebih spesifik dalam
membahas pasien, keluarga pasien, dan lingkungan pasien.
Keempat karya teori tersebut sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami
oleh perawat sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan yang optimal kepada klien. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis
akan memaparkan gambaran dan analisa terhadap dua teori keperawatan yaitu
Nursing Conseptual Models dari Betty Neuman dan Middle Range Nursing Theories
dari Pamella G. Reed.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan gambaran dan
analisa terhadap dua teori keperawatan yaitu Nursing Conseptual Models dari
Betty Neuman dan Middle Range Nursing Theories dari Pamella G. Reed.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan dan menganalisa Nursing Conseptual Models dari Betty
Neuman
1) Biografi singkat Betty Neuman
2) Definisi dan konsep teori Betty Neuman
3) Asumsi mayor konsep teori Betty Neuman
b. Menjelaskan dan menganalisa Middle Range Nursing Theories dari
Pamella G. Reed
1) Biografi singkat Pamella G. Reed.
2) Sumber-sumber teori Self-Transcendence
3) Definisi dan konsep utama teori Self-Transcendence
4) Asumsi mayor teori Self-Transcendence
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan dan
sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Teori dan Hasil Diskusi dari : Nursing
Conseptual Models dari Betty Neuman, biografi singkat Betty Neuman, definisi dan
konsep teori Betty Neuman dan asumsi mayor konsep teori Betty Neuman ; Middle
Range Nursing Theories dari Pamella G. Reed, biografi Pamella G. Reed, sumber-
sumber teori Self-Transcendence, definisi dan konsep utama, moderating and
mediating factor dalam konsep utama teori Self-Transcendence, point of Intervention,
dan asumsi mayor teori Self-Transcendence. Bab III dalam makalah ini berisi tentang
analisa teori keperawatan Nursing Conseptual Models dari Betty Neuman dan Middle
Range Nursing Theories dari Pamella G. Reed. Bab IV Penutup yaitu kesimpulan dan
saran.
BAB II
ISI
d. Sistem Klien
Konsep sistem klien menyatakan bahwa klien atau sistem klien terdiri
dari lima variabel klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual) dalam berinteraksi dengan lingkungan
menjadikan klien sebagai system. Variabel fisiologi maksudnya adalah
struktur dan fungsi tubuh. Variabel psikologi maksudnya adalah proses
mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Variabel sosiokultural
maksudnya adalah efek dan pengaruh kondisi sosiokultural. Variabel
perkembangan ditujukan pada usia yang berkaitan dengan aktivitas
dan proses. Variabel spiritual ditujukan pada kepercayaan-kepercayaan
spiritual dan pengaruhnya. Klien atau sistem klien memiliki beberapa
komponen yang terdiri dari:
1) Struktur dasar
Struktur dasar menyatakan klien sebagai system terdiri dari
pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat. Pusat
diagram dari lingkaran mempresentasikan faktor kehidupan
dasar atau sumber energi klien. Struktur inti ini terdiri dari
faktor kehidupan dasar yang umum untuk seluruh anggota
spesies. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik.
2) Garis Perlawanan
Garis perlawanan yaitu garis lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur inti dasar, disebut garis perlawanan.
Lingkaran ini mempresentasikan faktor-faktor sumber daya
yang membantu klien mempertahankan melawan suatu
stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun tubuh.
Ketika garis perlawanan efektif, system klien dapat stabil
kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat terjadi.
Kekuatan perlawanan terhadap stressor ditentukan oleh
hubungan saling keterkaitan kelima variabel pada system klien.
e. Konsep Kesehatan
Yang termasuk kedalam konsep kesehatan adalah :
1) Sehat
Sehat yaitu kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien
berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem atau dengan
kata lain kebutuhan sistem terpenuhi.
2) Sakit
Sakit yaitu ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang
mengakibatkan keadaan tidak seimbang dan penurunan energi.
f. Konsep Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan
gangguan pada system yang stabil. Stresor dapat berupa:
1) Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti
respon kondisional seseorang.
2) Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih
individu, seperti harapan peran.
3) Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluar individu, seperti
keadaan finansial.
g. Konsep tingkat reaksi
Konsep tingkat reaksi merupakan jumlah energi yang diperlukan oleh
klien untuk menyesuaikan terhadap stressor.
h. Konsep pencegahan sebagai intervensi
Konsep pencegahan sebagai intervensi adalah tindakan yang bertujuan
untuk membantu klien menahan, mencapai, atau mempertahankan
stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah garis
pertahanan dan perlawanan yang dilakukan pasa fase reaksi dan
rekonstitusi. Intervensi dimulai ketika stresor dicurigai atau
diidentifikasi. Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual
dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman
mengidentifikasi tiga level intervensi:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan ketika stresor dicurigai atau
diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko
diketahui. Perawat akan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stresor, atau
dengan kata lain usaha untuk memperkuat seseorang ketika
bertemu dengan stresor, atau menguatkan garis pertahanan
fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment awal
sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal
dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan
menguatkan garis internal resistensi, mengurangi reaksi, dan
meningkatkan faktor resistensi.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier terjadi sesudah treatment aktif atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada
penyesuaian kearah kestabilan sistem yang optimal. Tujuan
utamanya yaitu meningkatkan resistensi terhadap stresor
untuk membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau
regresi. Proses ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus
ke pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya
suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan
klien.
i. Konsep rekonstitusi.
Rekosnstitusi terjadi mengikuti treatment reaksi stressor. Hal ini
menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana tingkat
kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya untuk
melawan stresor. Rekonstitusi mencakup faktor interpersonal,
intrapersonal, ekstrapersonal, dan lingkungan yang berhubungan
dengan variabel sistem klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual).
4. Penegasan Teori
Penegasan teori adalah hubungan antar model konsep-konsep yang penting.
Model Neuman menggambarkan perawat sebagai partisipan aktif dengan
klien dan memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon
individu terhadap stresor. Klien didalam hubungan timbal balik dengan
lingkungan berinteraksi dengan menyesuaikan dirinya kelingkungan atau
menyesuaikan lingkungan dengan dirinya. Neuman menghubungkan empat
konsep sentral berupa manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan ke
dalam pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Publikasi pertama tentang
Neuman menyatakan asumsi dasar yang menghubungkan model konsep yang
esensial. Pernyataan ini terlampir dalam daftar kotak 16.1. Dalam daftar
kotak tersebut juga diidentifikasi permasalahan dan menyajikan definisi,
penjelasan dan keterkaitan tentang kosep model tersebut.
5. Bentuk Logis
Neuman menggunakan dua logika deduktif dan induktif dalam modelnya.
Sebelumnya telah menjelaskan bahwa Neuman melahirkan modelnya dari
teori dan disiplin ilmu lain. Modelnya juga merupakan sebuah hasil dari
filosofi dan observasinya dalam mengajar keperawatan kesehatan jiwa dan
klinik konseling.
6. Penerimaan Oleh Komunitas Keperawatan
Alligood (2010) menyatakan bahwa model konseptual memberikan kerangka
referensi untuk bertindak, ketika grand teori mengusulkan sebuah kebenaran
yang dapat diuji. Model Neuman dapat menggambarkan keduanya yaitu
sebagai model dan sebagai grand teori keperawatan. Sebagai model teori ini
memberikan kerangka kerja konseptual untuk praktik, riset dan pendidikan
keperawatan. Sebagai grand teori, model ini mengajukan beraneka ragam
cara pandang terhadap fenomena keperawatan dalam bentuk dasar asumsi.
a. Vulnerability
Vulnerability didefinisikan sebagai kesadaran seseorang akan
mortalitas personal (Reed, 2003 dalam Tomey, 2006, p. 645). Pada
permulaannya kalimat kesadaran seseorang akan mortalitas personal terkait
dengan perkembangan atau maturasi pada dewasa lanjut atau pada akhir
kehidupan. Self-transcendence merupakan sebuah pola yang berhubungan
dengan perkembangan lanjut dalam kontek tersebut (Reed, 1991 dalam
Tomey, 2006, p. 645). Konsep vulnerability meluas pada kesadaran situasi
mortalitas seseorang sampai meliputi krisis dalam kehidupan seperti
kecacatan, sakit kronik, kelahiran dan menjadi orang tua (parenting).
Vulnerability adalah kesadaran seseorang bahwa kematian akan timbul
seiring dengan proses menua dan dalam fase lain kehidupan atau selama
dalam kondisi kesehatan yang krisis. Konsep vulnerability mengklarifikasi
bahwa kontex dalam self-transcendence dalam realisasinya tidak hanya dalam
mengkonfontasi akhir dari hidup yang dimilikinya, tetapi termasuk
didalamnya ketidakmampuan, penyakit kronis.
b. Self-Transcendence
Self-transcendence awalnya didefinisikan oleh Reed (1991) sebagai
ekspansi dari konsep diri yang multidimensi: yang bersifat kedalam (seperti
melalui introspeksi pengalaman), yang bersifat keluar (seperti menjangkau
yang lainnya), dan yang bersifat temporer (saat yang lalu dan yang akan
dating terintegrasi ke dalam saat ini).
Self-transcendence merujuk pada fluktuasi persepsi yang melampaui
batas-batas seseorang atau dirinya melebihi batasan pandangan tentang diri
dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan pandimensional yaitu pandangan
keluar (terhadap orang lain dan lingkungan), pandangan ke dalam (terhadap
kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan, nilai-nilai dan mimpi-
mimpinya) dan pandangan yang bersifat temporal (terhadap integrasi atau
penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang).
Reed memberikan definisi yang komprehensif pada publikasi
terakhirnya sebagai berikut: Slef-transcendence merujuk pada fluktuasi
persepsi yang melampaui batas-batas seseorang atau dirinya melebihi batasan
pandangan tentang diri dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan
pandimensional yaitu pandangan keluar (terhadap orang lain dan lingkungan),
pandangan ke dalam ( terhadap kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan,
nilai-nilai dan mimpi-mimpinya ) dan pandangan yang bersifat temporal
(terhadap integrasi atau penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang).
Pada 2003, ada pola lain dari perluasan batas-batas yang tergabung
dalam self-transcendence, yaitu kemampuan memperluas batas-batas dirinya
secara transpersonal (menghubungkan dengan dimensi diluar dunia nyata).
Karena self-transcendence merupakan pandimensional, maka memungkinkan
bahwa dimensi lainnya dapat ditambahkan untuk mendeskripsikan
kemampuan dalam memperluas batasan-batasan tersebut.
c. Well-Being (Sejahtera)
Kesejahteraan didefinisikan sebagai rasa dari perasaan sehat dan
perasaan menyeluruh terkait dengan kriteria yang dimiliki seseorang untuk
kesejahteraan dan hal yang menyeluruh. Pada mulanya, Reed tidak secara
ekplisit mendefinisikan kesejahteraan, tetapi mengaitkannya dengan konsep
sehat mental yang tergantung pada isu penting dari perkembangan fase
kehidupan. Reed juga menjelaskan mekanisme yang mendasari kesejahteraan
dalam suatu artikel di tahun 1997. dalam artikel itu dia mengemukakan bahwa
keperawatan menjadi sebuah studi untuk mencapai kesejahteraan melalui
proses keperawatan. Kesejahteraan sebagai suatu proses keperawatan
kemudian dideskripsikan dalam istilah-istilah hasil suatu sintesa terhadap dua
jenis perubahan : Perubahan dalam kompleksitas kehidupan (seperti
meningkatnya kelemahan akibat bertambahtuanya usia atau kehilangan suami
atau istri yang dicintai) marah terhadap perubahan dalam integrasi (contoh
memaknai kejadian-kejadian hidup secara konstruktif ).
Well-being, diartikan sebagai rasa yang timbul dari keseluruhan
perasaan sehat, termasuk didalamnya criteria yang ditetapkan sendiri tentang
keseluruhan perasaan sejahtera.
d. Moderating and Mediating Factor
Luasnya perbedaan variable personal dan kontektual dan interaksinya
dapat mempengaruhi proses self-transcendence yang berkontribusi terhadap
kesejahteraan contoh seperti variable usia, jenis kelamin, kemampuan
kognitif, pengalaman hidup, perspektif spiritual, lingkungan sosial, dan
peristiwa-peristiwa bersejarah. Variable personal dan kontextual ini dapat
memperkuat atau melemahkan hubungan antra vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dan kesejahteraan.
e. Point of Intervention
Menurut teori self-transcendence terdapat dua poin intervensi. Kedua
poin tersebut berhubungan / berkaitan dalam beberapa cara denga proses self-
transcendence. Fokus tindakan keperawatan dapat secara langsung pada
sumber-sumber didalam diri seseorang untuk sel-trancendence atau berfokus
pada beberapa faktor personal dan kontextual yang mempengaruhi hubungan
antara fulnerability dan self-transcendence dan hubungan antara self-
trancendence dan kesejahteraan.
Dapat disimpulkan, teori self-transcendence mengajukan tiga
keterkaitan, sebagai berikut :
1) Peningkatan vulnerability berkaitan dengan peningkatan self-
transcendence.
2) Self-transcendence adalah secara positif berhubungan dengan well-being
(sejahtera).
3) Personal dan kontextual factor dapat mempengaruhi hubungan antara
vulnerability dengan self-transcendence dan antara self-transcendence
dengan well-being.
Hubungan/keterkaitan tersebut dapat dilihat pada kerangka
konsep/bagan berikut ini :
Model of Self-Transcendence Theory Reed, P.G. (2003) dalam Tomey (2006)
4. Asumsi Mayor
Pada awal kerja teorinya, Reed (1986, 1987) mengusulkan pendekatan
model proses untuk menyusun kerangka kerja konseptual yang akan
mengarahkan perawat dan pendidikan keperawatan pada spesialis klinikal.
Model tersebut, sehat merupakan pusat dari konsep, dikelilingan aktifitas
keperawatan, manusia dan lingkungan. Asumsi dari model focus dari
keperawatan adalah membangun dan melibatkan pengetahuan untuk
meningkatkan proses kesehatan.
Asumsi dari model Reed adalah kesehatan menjadi sentral konsep
dipengaruhi oleh aktivitas keperawatan, manusia dan lingkungan. Focus
dalam model ini adalah disiplin keperawatan yang telah membangun dan
menyatukan pengetahuan untuk meningkatkan proses kesehatan.
a. Kesehatan
Kesehatan, didefinisikan secara implisit sebagai proses kehidupan
yang terdiri dari pengalaman positif dan negative yang digunakan oleh
manusia secara kreatif dan unik untuk mencapai rasa sejahtera. Sehat, pada
proses model, didefinisikan secara implisit sebagai proses hidup baik
pengalaman positif dan negative dari nilai unik individu dan lingkungan yang
meningkatkan kesejahteraan
b. Keperawatan
Peran aktifitas keperawatan membantu seseorang (melalui proses
interpersonal dan manajemen terapi dari lingkungan) dengan ketrampilan
yang diperoleh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
c. Manusia
Manusia adalah seseorang yang harus dipahami sebagai individu yang
sedang berkembang sepanjang hayat mereka dalam berinteraksi dengan orang
lain dan dengan lingkungan dalam perubahan yang kompleks dan vital dimana
hal tersebut bisa berkontribusi positif atau negative dalam mencapai
kesehatan dan rasa sejahtera. Manusia dipahami berkembang sepanjang
kegidupan dalam interaksi dengan manusia yang lain dan dalam lingkungan
yang mngubah secara komplek dan bersemangat bias kea rah positif dan
negative yang berkontribusi kea rah kesehatan dan kesejahteraan.
d. Lingkungan
Keluarga, kontak social,lingkungan fisik, dan sumber komunitas
adalah lingkungan yang secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan
yang dapat dipengaruhi oleh keperawatan melalui manajemen interaksi
terapeutik antara manusia, objek, dan aktivitas keperawatan ( Reed, 1987,
p.26 ).
Dalam keterangan sebelumnya dari munculnya teori self-
transcendence, Reed mengidentifikasi satu asumsi kunci berdasarkan konsep
Roger dan dipengaruhi oleh teori life-span development, pengetahuan tentang
klinik kesehatan mental, penemuan penelitian, dan pengalaman individu.
Asumsinya bahwa manusia sebagai system terbuka yang memiliki batas-batas
dalam dirinya untuk mendefinisikan kenyataan dirinya dalam menghadirkan
rasa menyeluruh dan keterkaitan dengan lingkungannya. Reed (2003)
menegaskan kembali asumsi ini dalam publikasi terbaru, mengulang asumsi
dasar Roger bahwa manusia adalah bagian integral dari lingkungannya.
Asumsi kedua, bahwa self-transcendence menjadi suatu
pengembangan yang sifatnya segera. Berkenaan dengan hal ini, self-
transcendence harus diekspresikan seperti pengembangan kapasitas didalam
hidup seseorang untuk merealisasikan kesinambungan rasa menyeluruh dan
keterkaitan. Asumsi ini sama dan sebangun dengan konsep Franhls (1969)
dan Maslows (1971) bahwa self-transcendence merupakan karakteristik
bawaan manusia, ketika diaktualisasikan akan memberi arti bagi eksistensi
seseorang.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Simplicity
Model Neuman terdiri dari konsep-konsep yg sesuai dengan logika.
Hubungan antara konsep - konsep dan variabel - variabel cenderung saling
melengkapi. Perbedaan antara konsepkonsep cenderung tidak jelas pada
beberapa poin, tetapi hilangnya suatu teori akan terjadi bila benar - benar ada
pemisahan. Neuman mengatakan bahwa konsep-konsep dapat dipisah untuk
menganalisa, tujuan khusus dan intervensi. Model ini biasa digunakan untuk
menambah teori bagi keperawatan, juga untuk profesi kesehatan lain. Teori
model ini dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan keseimbangan dinamis
klien dan reaksi atau kemungkinan bereaksi terhadap stressor. Konsep
preventif sebagai intervensi dapat digunakan untuk menggambarkan dan
memperkirakan fenomena keperawatan. Model ini cukup rumit namun para
perawat menggunakan model ini karena mudah untuk dimengerti dan berguna
antar budaya.
Menurut analisa kelompok, teori Neuman merupakan teori yang
komprehensif, dimana Neuman telah menjelaskan komponen-komponen dan
variabel-variabel dengan jelas dan mudah untuk dimengerti seperti sistem
klien dengan sumber energi yang menjadi dasar dan inti dari pusat diagram
dari lingkaran yang mempresentasikan faktor kehidupan dasar atau sumber
energi klien yang merupakan pusat energi untuk menghadapi stressor yang
datang dari luar atau lingkungan. Teori neuman merupakan teori yang
komprehensif sehingga dapat mempermudah perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan bagi pasien. Tetapi menurut kelompok, dalam format
proses keperawatan Neuman yang terdiri dari beberapa tahap; (1) Diagnosa
keperawatan, (2) Tujuan keperawatan, (3) Hasil keperawatan, belum cukup
komprehensif dalam mengkaji pasien dengan bermacam masalah
keperawatan. Menurut kelompok, format proses keperawatan yang dibuat oleh
Neuman dapat lebih komprehensif jika format tersebut dibuat dengan lebih
terperinci sehingga lebih komprehensif dan lebih mudah untuk diterapkan
dalam melakukan proses asuhan keperawatan.
3. Generality
Model sistem Neuman telah digunakan untuk bermacam-macam situasi
keperawatan baik yang komprehensif atau adaptasi. Beberapa konsep meluas
dan menampilkan klien yang mungkin seorang atau suatu sistem yg lebih
besar. Konsep lainnya lebih pasti dan mengidentifikasi tindakan khusus
seperti pencegahan primer, sehingga model ini bermanfaat untuk para perawat
dan profesi kesehatan lain yg bekerja antar individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam lingkungan kesehatan. Cakupan, sasaran, dan tujuan dalam
teori Neuman ini sangat luas dan umum, dimana terdapat berbagai macam
bentuk intervensi sehingga dapat diaplikasikan kedalam proses keperawatan
baik itu klinik maupun komunitas.
4. Empirical Precision
Meskipun model ini belum benar-benar diuji, para ahli keperawatan
menunjukkan ketertarikan pada model ini dan menggunakannya sebagai
petunjuk penelitian keperawatan yg dimulai oleh Hoffman (1982), Louis dan
Koervelyessy (1989).
Menurut kelompok, teori Neuman masih belum cukup konkret karena belum
disertai oleh contoh pada tiap komponen konsep mayor, tetapi terkait pada
proses pengujian, menurut kelompok teori Neuman ini baik dan mudah untuk
dilakukan pengujian karena teori ini bersifat komprehensif.
5. Derivable Consequences
Hasil hasil yang diperoleh dari konsep model Neuman meliputi petunjuk
bagi perawat profesional untuk mengkaji sistem klien, proses keperawatan
dan implementasi dari intervensi - intervensi preventif. Fokus pencegahan
yang utama dan kepedulian berbagai disiplin ilmu adalah untuk memperbaiki
mutu perawatan. Proses keperawatan Neuman memenuhi kesehatan dengan
melibatkan klien secara aktif dengan bernegosiasi pada tujuan proses
keperawatan. Konsekuensi lain yang diperoleh dari model ini mempunyai
potensi untuk diteruskan menjadi teori keperawatan, misal ; teori kemampuan
klien yg optimal dan pencegahan sebagai intervensi. Konsep model ini relevan
pada abad ke 21, pada trend profesional kesehatan sepanjang melanjutkan
teori perkembangan dan penelitian dengan model ini, perawat profesional
dapat mengembangkannya sebagai dasar pengetahuan yang ilmiah. Menurut
fawcett(1989). Suatu model menemukan pertimbangan sosial dari kesesuaian,
significan, dan dapat digunakan. Model ini berkembang luas dan mempunyai
dasar yang sistematis. Model ini menjadi contoh yang baik untuk dipahami
dan dipandang dimana perawat dapat memberikan respon pada dunia dengan
cepat yang dapat merubah kebutuhan perawatan kesehatan.
Teori Neuman merupakan teori yang komprehensif dan mudah untuk
dipahami, oleh karena itu, penggunaan teori Neuman dalam proses
keperawatan sangatlah penting karena dalam teori Neuman dibahas mulai dari
struktur dasar yaitu sumber energi yang dimiliki pasien hingga
kemampuannya dalam menghadapi stressor baik dari lingkungan
intrapersonal, interpersonal, ataupun ekstrapersonal sehingga apabila proses
keperawatan dilakukan dengan menggunakan teori Neuman, dapat
memberikan kemudahan bagi perawat dalam melakukan proses keperawatan
tersebut.
6. Accessibility
Model ini telah diuji dan digunakan secara ektensif untuk panduan pada
penelitian keperawatan. Karya awal yang tersedia dokumentasi awal
dukungan empiris. Tes lanjutan dan penyempurnaan melalui kerja lembaga
penelitian dan penelitian perawat independen meningkatkan model presisi
empiris sebagai penelitian terus dan temuan dari berbagai studi disintesis.
7. Importance
Konseptual model Neuman termasuk pedoman untuk perawat professional
terhadap penilaian system klien. Pemanfaatan peoses keperawatan , dan
tindakan dari intervensi preventif, yang semuanya penting untuk pemberian
asuhan keperawatan. Fokus pada pencegahan primer dan perawatan
interdisipliner futuristik dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Proses keperawatan Neuman memenuhi mandat kesehatan saat
ini dengan melibatkan klien secara aktif dalam negosiasi tujuan asuhan
keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nursing Conseptual Models Betty Neuman
Model sistem Neuman diperoleh dari sistem teori yang umum. Teori ini
berfokus pada klien sebagai sistem (individu, keluarga, kelompok, masyarakat)
dan pada respon klien terhadap stressor. Sistem klien meliputi 5 variabel
(fisiologi, psikologi, sosiokultural, developmental, spiritual) dan dikonsep secara
lebih mendalam (sumber dasar energi) dikelilingi oleh lingkaran konsentris yang
meliputi garis kekebalan, garis pertahanan, dan garis pertahanan fleksibel . Lima
variabel tersebut dipertimbangkan setiap bagiannya sebagai lingkaran
konsentris. Ketegangan merupakan tekanan yang dapat merangsang baik
intrapersonal, interpersonal, atau ekstrapersonal.
Model ini menyarankan 3 tingkatan untuk intervensi keperawatannya
(Pencegahan primer, sekunder dan tertier), yang mana didasarkan pada konsep
Caplan pada tingkat pencegahan (1964). Maksud pencegahan sbg intervensi
adalah untuk mendapatkan keseimbangan yang maksimal untuk klien sebagai
sistem. Neuman menyarankan suatu format bagi proses keperawatan dimana
klien sebagai penerima pelayanan ikut berpartisipasi aktif dengan perawat untuk
memilih intervensi dan mencapai tujuan.
Model Neuman telah diterima dengan baik oleh komunitas perawat dan
digunakan dalam administrasi, praktek, pendidikan, dan penelitian. Kelompok
model sistem Neuman aktif terlibat dalam melindungi keutuhan model ini dan
mengembangkannya. Suatu lembaga pendidikan tinggi dari model sistem
Neuman telah mulai bekerja untuk mendapatkan dan menguji middle range
theory berdasarkan model.
2. Middle Range Nursing Theories Pamella G. Reed
Self-Transendensi Teori adalah mengembangkan awalnya menggunakan
reformulasi deduktif dari rentang hidup teori perkembangan, Rogers sistem
konseptual makhluk kesatuan manusia, penelitian empiris, dan pengalaman klinis
dan pribadi teori tersebut. Konsep-konsep teoritis yang abstrak, tetapi subkonsep
beton telah mengembangkan dan dipelajari secara ekstensif dalam sejumlah
populasi. Penelitian menemukan dukungan hubungan hipotesis di antara
tampilan transendensi-diri, perilaku, dan kesejahteraan. Temuan penelitian ini
menyarankan cara-cara bagaimana perawat mempromosikan pandangan
transendensi diri dan perilaku dalam diri mereka sendiri dan pada klien mereka.
Penelitian lebih lanjut direncanakan untuk menguji intervensi dalam
mempromosikan transendensi diri dan studi faktor personal dan kontekstual yang
mengubah hubungan di antara konsep-konsep teori. Selain itu, pendekatan
penelitian kualitatif membantu dalam mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam konsep transendensi-diri sebagai proses keperawatan dalam
mengungkapkan kedalaman dan mengubah kompleksitas manusia.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan, diharapkan perawat dapat menerapkan
penggunaan teori keperawatan Neuman dan Self-Transcenden Reed untuk
mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Pemahaman yang berkelanjutan terhadap teori dapat dilakukakan dengan
pemakaian teori secara terus-menerus.
Pengembangan teori dapat dilakukan dengan berbagai kajian ilmiah dan
penelitian keperawatan terkait, tanpa meninggalkan paradigma keperawatan sebagai
acuan.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood (2014). Nusring Theorist And Their Works. Eighth Edition. Louis: Mosby
Elsevier, Inc.
Freese, B.T. (2006). System model Betty Neuman, dalam Ann, .T., & Martha, P.A.
(Eds), Nursing theory and their work. Edisi 6 (hlm. 318-354). St. Louis. Mosby
Year book Inc.
Marriner-Tomey & Alligood (2010). Nursing Theorist and Their Works. Seventh
Edition.St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.
Neuman, B. (2002). The Neuman system model definition, dalam Betty N. & Jean F.
(Eds), The Neuman system model. Edisi 4 (hlm.322-324). Upper Saddle River,
NJ: Prentice-Hall.