Anda di halaman 1dari 43

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS TEORI KEPERAWATAN


NURSING CONSEPTUAL MODELS BETTY NEUMAN DAN MIDDLE
RANGE THEORIES PAMELLA G. REED

Makalah Mata ajar Sains Keperawatan

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Fiora Ladesvita 1406522954
Weny Amelia 1406597412
Muhammad Nurmansyah 1406523156
Dewi Siti Oktavianti 1406522752
Doharni Pane 1406596965

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNVERSITAS INDONESIA

2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Analisis Teori
Keperawatan Nursing Conseptual Models Betty Neuman dan Middle Range Theories
Pamella G. Reed. Makalah ini disusun bertujuan untuk menganalisa teori
Keperawatan Nursing Conseptual Models Betty Neuman dan Middle Range Theories
Pamella G. Reed.
Bersama ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Enie Novieastari, SKp., MSN. Selaku koordinator mata kuliah Sains
Keperawatan
2. Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD selaku dosen pengajar mata kuliah Sains
Keperawatan
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk lebih menyempurnakan
makalah ini.

Depok, Oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar 1
Belakang ................................................................................. 2
B. Tujuan ..........................................................................................
.....
BAB II : ISI
A. Teori Betty Neuman ......................................................................... 3
B. Teori Betty Neuman Dan Pandangan Paradigma Keperawatan ...... 10
C. Teori Betty Neuman Dan Proses Keperawatan .............................. 12
D. Penerapan Teori Betty Neuman Dalam Kasus Di Rumah Sakit ..... 17
BAB III : PEMBAHASAN
A. Analisa Komponen Teori .............................................................. 20
B. Analisa Proses Keperawatan ......................................................... 24
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 26
B. Saran ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan sebuah profesi yang unik dan kompleks sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
Ilmu keperawatan berawal dari konsep dan teori keperawatan dimana pada
pelaksanaan praktek keperawatan harus mengacu kepada model konsep dan teori
keperawatan yang ada. Konsep merupakan sebuah ide yang abstrak yang perlu
diuraikan atau dijelaskan dalam sebuah teori. Pengetahuan tentang proses
pengembangan empiris teori/model konseptual merupakan dasar untuk memahami
disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori
keperawatan untuk membimbing penelitian dan praktek profesional keperawatan/
pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan
keperawatan akan berjalan dengan baik jika didukung dengan adanya pengembangan
model teori keperawatan karena teori keperawatan sangat penting bagi
pengembangan profesionalisme keperawatan.
Menurut Tomey & Alligood (2010) terdapat empat tipe karya teoritis
keperawatan yaitu Nursing Philosophies, Nursing Conseptual Models, Nursing
Theories, dan Middle Range Nursing Theories.
Tipe teori pertama yaitu Filosofi Keperawatan yang merefleksikan
kepercayaan dan nilai serta mindset atau pandangan. Filosofi keperawatan juga
memiliki pernyataan yang luas dan berisi nilai-nilai dan keyakinan yang mengusulkan
ide-ide general tentang apa itu keperawatan, apa perhatian/fokus keperawatan, dan
bagaimana profesi keperawatan menunjukkan kewajiban moral kepada masyarakat.
Tipe teori kedua yaitu Nursing Conseptual Models yang terdiri dari karya-
karya keperawatan yang disusun oleh teoris yang merupakan pelopor dalam dunia
keperawatan. Nursing Conseptual Models lebih komprehensif dan menggambarkan
tentang konsep metaparadigma meliputi manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan.
Tipe teori ketiga yaitu Nursing Theories yang didapat dari filosofi
keperawatan, model konseptual, teori keperawatan yang masih abstrak, atau dari
karya disiplin ilmu lain. Teori lebih spesifik dan dapat dijadikan pedoman dalam
praktik keperawatan.
Tipe teori keempat yaitu Middle Range Nursing Theories yang merupakan
tipe teoritis yang memiliki fokus spesifik yang lebih lengkap dan lebih konkrit
daripada nursing theory pada level abstraksi. Middle Range Theories lebih tepat
dalam menjawab pertanyaan seputar praktik keperawatan karena lebih spesifik dalam
membahas pasien, keluarga pasien, dan lingkungan pasien.
Keempat karya teori tersebut sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami
oleh perawat sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan yang optimal kepada klien. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis
akan memaparkan gambaran dan analisa terhadap dua teori keperawatan yaitu
Nursing Conseptual Models dari Betty Neuman dan Middle Range Nursing Theories
dari Pamella G. Reed.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan gambaran dan
analisa terhadap dua teori keperawatan yaitu Nursing Conseptual Models dari
Betty Neuman dan Middle Range Nursing Theories dari Pamella G. Reed.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan dan menganalisa Nursing Conseptual Models dari Betty
Neuman
1) Biografi singkat Betty Neuman
2) Definisi dan konsep teori Betty Neuman
3) Asumsi mayor konsep teori Betty Neuman
b. Menjelaskan dan menganalisa Middle Range Nursing Theories dari
Pamella G. Reed
1) Biografi singkat Pamella G. Reed.
2) Sumber-sumber teori Self-Transcendence
3) Definisi dan konsep utama teori Self-Transcendence
4) Asumsi mayor teori Self-Transcendence

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan dan
sistematika penulisan, Bab II Tinjauan Teori dan Hasil Diskusi dari : Nursing
Conseptual Models dari Betty Neuman, biografi singkat Betty Neuman, definisi dan
konsep teori Betty Neuman dan asumsi mayor konsep teori Betty Neuman ; Middle
Range Nursing Theories dari Pamella G. Reed, biografi Pamella G. Reed, sumber-
sumber teori Self-Transcendence, definisi dan konsep utama, moderating and
mediating factor dalam konsep utama teori Self-Transcendence, point of Intervention,
dan asumsi mayor teori Self-Transcendence. Bab III dalam makalah ini berisi tentang
analisa teori keperawatan Nursing Conseptual Models dari Betty Neuman dan Middle
Range Nursing Theories dari Pamella G. Reed. Bab IV Penutup yaitu kesimpulan dan
saran.
BAB II
ISI

A. Nursing Conseptual Models Betty Neuman


1. Kepercayaan dan Latar Belakang Teori
Betty Neuman lahir pada tahun 1924 dan dibesarkan di lingkungan petani di
Ohio. Latar belakang kehidupan di pedesaan membantu dirinya
mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang
membutuhkan, seperti yang dilakukan sepanjang kariernya. Ia menamatkan
pendidikan pertama keperawatan dengan gelar ganda yaitu dari People
Hospital School of Nursing (sekarang Rumah Sakit Umum) tahun 1947 di
Akron, Ohio. Sebagai seorang perawat muda ia pergi ke Califonia dan
bekerja dengan banyak peran termasuk sebagai perawat di rumah sakit,
Sekolah perawat, perawat di industri dan sebagai Clinical Instructure pada
University of Southern California Medical Centre. Gelar sarjana muda di
dapat pada tahun 1957 di kesehatan masyarakat dan psikologi dengan
peringkat sangat baik, gelar master diperoleh pada tahun 1966 pada
kesehatan jiwa, konsultasi kesehatan masyarakat dari University of
California Los Angeles (UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam
psikologi klinik dari Pacivic Western University pada tahun 1985.
Neuman telah menjadi pionir keperawatan yang berkaitan dengan kesehatan
mental. Beliau dan Donna Aquilina dua orang perawat yang mengembangkan
peran perawat konselor dalam community crisis center di Los Angeles. Ia
telah mengembangkan, mengajar dan memberbaiki program kesehatan
mental komunitas untuk perawat setingkat post master pada UCLA. Beliau
telah mengembangkan praktik dan pengajaran secara ekplisit untuk konsultan
kesehatan mental pada akhir tahun 1960 an, sebelum pembuatan model
sistem. Model pengajaran dan praktek ini dikutip dalam buku pertama yang
dipublikasikannya, Consultation and community Organization in Community
menthal Health Nursing. Neuman telah menciptakan suatu model konseptual
keperawatan pada tahun 1970 untuk mahasiswa keperawatan UCLA.
Tujuannya adalah untuk memperluas pemahaman mengenai variable-variabel
klien diluar model medical. Neuman model meliputi pengetahuan konsep
perilaku seperti mengidentifikasi masalah dan pencegahannya. Pertama kali
Neuman mempublikasikan modelnya selama awal tahun 1970 an. Beliau
selanjutnya medefinisikan dan menyaring berbagai aspek dari model dalam
menyiapkan edisi pertamanya yaitu The Neuman System model: Application
Nursing Education and Practice pada tahun 1982. Selanjutnya
dikembangkan dan direvisi model yang digambarkan dalam subbagian
edisinya. ( Neuman 1989, 1995, 2002). Sejak dikembangkannya Neuman
System Model, ia telah melakukan berbagai kegiatan aktifitas profesional
yang luas mencakup sejumlah publikasi, presentasi makalah, konsultasi,
mengajar, pertemuan-pertemuan mengenai aplikasi dan penggunaan
modelnya. Neuman telah memperluas jangkauan keahlian dan pemikirannya
mengenai perawatan dengan pedidikan keperawatan berkelanjuan pada
UCLA dan lembaga kemasyarakatan selama 14 tahun. Beliau merupakan
peserta dari assosiasi terapi perkawinan dan keluarga Amerika. Selanjutnya
secara terus-menerus aktif, praktek klinikal pribadi terapi perkawinan dan
keluarga yang memilki ijin dengan penekanan pada suatu konsultasi
kepastoran. Neuman tinggal di Ohio dan memelihara peran
kepemimpinannya pada Neuman System Model Trustees Group. Kelompok
Kepercayaan Model System Neuman. Beliau memberikan pelayanan
sebagai konsultan nasional dan internasional mengenai pelaksanaan model
untuk program pendidikan keperawatan dan agen praktek klinik.
2. Teori Betty Neuman
Sistem Model Neuman terdiri dari beberapa konsep utama. Konsep utama
yang terdapat dalam model ini adalah pedekatan wholistik, system terbuka
(meliputi fungsi atau proses, input dan output, feedback, negentropy, dan
stabilitas), lingkungan (penciptaan lingkungan), sistem klien (meliputi lima
komponen klien, struktur dasar, garis perlawanan, garis pertahanan normal,
garis pertahanan fleksibel), kesehatan (sehat, sakit), stressor, tingkat reaksi,
pencegahan sebagai intervensi (pencegahan primer, sekunder, dan tersier)
dan reconstitution (alligood, 2014).

Penjelasan dari masing-masing konsep Sistem Model Neuman tersebut


sebagai berikut:
a. Pendekatan wholistik
Merupakan suatu pendekatan yang dinamis, terbuka tentang perawatan
klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus
masalah keperawatan serta untuk pemahaman terbaik mengenai klien
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Klien sebagai suatu system dapat
didefinisikan sebagai individu, keluarga, kelompok, masyarakat atau
social issu (Neuman, 2011). Klien digambarkan sebagai sesuatu bagian
yang utuh dari interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua
variabel yang secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Neuman telah memasukkan
variable spiritual pada edise kedua (1989) . Beliau merubah ejaan holistik
menjadi wholistik pada edisi kedua untuk meningkatkan pemahaman
terhadap istilah yang ditujukan terhadap whole person (B.Neuman,
personal communication, June 20, 1988)
b. Sistem terbuka
Suatu sistem dikatakan terbuka karena elemen-elemen sistem tersebut
secara terus menerus bertukar informasi dan energi dalam suatu organisasi
yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress adalah komponen dasar
pada suatu system terbuka. Konsep sistem terbuka terdiri dari beberapa
komponen yang terdiri dari:

1) Fungsi atau proses


Yaitu adanya proses pertukaran energi, informasi, dan berbagai
hal dengan lingkungannya dan menggunakan sumber energi
yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang utuh.
2) Input dan Output
Berupa zat-zat, energi, informasi yang saling bertukar antara
klien dan lingkungan.
3) Feedback
Yaitu adanya umpan balik dari output untuk input untuk
memperbaiki tindakan untuk merubah, meningkatkan, atau
menstabilkan system.
4) Negentropy
Yaitu suatu proses pemanfaatan energi konservasi yang
membantu kemajuan system kearah stabilitas atau baik.
5) Stabilitas
Yaitu suatu keinginan keadaan seimbang antara
penanggulangan system dan stressor untuk memelihara tingkat
kesehatan yang optimal dan integritas.
c. Konsep lingkungan
Diartikan berupa kekuatan internal dan ekternal disekitar klien atau
sistem klien yang mempengaruhi klien. Setiap kekuatan-kekuatan
tersebut mengikuti konteks klien atau sistem klien apakah sebagai
individu, keluarga, masyarakat atau kelompok masyarakat lainnya.
Dalam konsep lingkungan terdapat konsep penciptaan lingkungan.
Konsep penciptaan lingkungan yaitu lingkungan yang diciptakan dan
dikembangkan secara tidak sadar oleh klien untuk mengekspresikan
system secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah
menyediakan suatu arena aman untuk system fungsi klien dan
melindungi klien dari stressor.

d. Sistem Klien
Konsep sistem klien menyatakan bahwa klien atau sistem klien terdiri
dari lima variabel klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual) dalam berinteraksi dengan lingkungan
menjadikan klien sebagai system. Variabel fisiologi maksudnya adalah
struktur dan fungsi tubuh. Variabel psikologi maksudnya adalah proses
mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Variabel sosiokultural
maksudnya adalah efek dan pengaruh kondisi sosiokultural. Variabel
perkembangan ditujukan pada usia yang berkaitan dengan aktivitas
dan proses. Variabel spiritual ditujukan pada kepercayaan-kepercayaan
spiritual dan pengaruhnya. Klien atau sistem klien memiliki beberapa
komponen yang terdiri dari:
1) Struktur dasar
Struktur dasar menyatakan klien sebagai system terdiri dari
pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat. Pusat
diagram dari lingkaran mempresentasikan faktor kehidupan
dasar atau sumber energi klien. Struktur inti ini terdiri dari
faktor kehidupan dasar yang umum untuk seluruh anggota
spesies. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik.
2) Garis Perlawanan
Garis perlawanan yaitu garis lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur inti dasar, disebut garis perlawanan.
Lingkaran ini mempresentasikan faktor-faktor sumber daya
yang membantu klien mempertahankan melawan suatu
stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun tubuh.
Ketika garis perlawanan efektif, system klien dapat stabil
kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat terjadi.
Kekuatan perlawanan terhadap stressor ditentukan oleh
hubungan saling keterkaitan kelima variabel pada system klien.

3) Garis pertahanan normal


Garis pertahanan normal adalah garis lingkaran utuh terluar
dari model yang mempresentasikan suatu keadaan stabil untuk
individu atau system. Keadaan ini dipelihara dari waktu ke
waktu dan dijadikan sebagai suatu standar untuk mengkaji
penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Garis pertahanan
normal meliputi variable system dan perilaku seperti kebiasaan
pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkembangan.
Pelebaran dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan
status kesehatan dan pengecilan berarti suatu penurunan status
kesehatan.
4) Garis Pertahanan Fleksibel
Garis petahanan fleksibel yaitu garis lingkaran putus-putus
terluar yang bersifat dinamis dan dapat berubah dengan cepat
dalam waktu yang singkat. Hal ini dipersepsikan sebagai
penahan yang melindungi terhadap stresor dari pecahnya/
berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang dipresentasikan
sebagai garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel
(fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual) dapat mempengaruhi tingkat kemampuan individu
untuk menggunakan pertahanan garis fleksibel untuk melawan
kemungkinan dari reaksi stressor seperti kehilangan tidur.
Neuman menggambarkan garis pertahanan fleksibel sebagai
mekanisme pertahanan sistem pertama. Ketika garis pertahanan
fleksibel meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang
lebih besar dalam waktu yang singkat terhadap invasi stresor.
Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit
pertahanan.

e. Konsep Kesehatan
Yang termasuk kedalam konsep kesehatan adalah :
1) Sehat
Sehat yaitu kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien
berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem atau dengan
kata lain kebutuhan sistem terpenuhi.
2) Sakit
Sakit yaitu ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang
mengakibatkan keadaan tidak seimbang dan penurunan energi.
f. Konsep Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan
gangguan pada system yang stabil. Stresor dapat berupa:
1) Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti
respon kondisional seseorang.
2) Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih
individu, seperti harapan peran.
3) Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluar individu, seperti
keadaan finansial.
g. Konsep tingkat reaksi
Konsep tingkat reaksi merupakan jumlah energi yang diperlukan oleh
klien untuk menyesuaikan terhadap stressor.
h. Konsep pencegahan sebagai intervensi
Konsep pencegahan sebagai intervensi adalah tindakan yang bertujuan
untuk membantu klien menahan, mencapai, atau mempertahankan
stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah garis
pertahanan dan perlawanan yang dilakukan pasa fase reaksi dan
rekonstitusi. Intervensi dimulai ketika stresor dicurigai atau
diidentifikasi. Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual
dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman
mengidentifikasi tiga level intervensi:
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan ketika stresor dicurigai atau
diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko
diketahui. Perawat akan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stresor, atau
dengan kata lain usaha untuk memperkuat seseorang ketika
bertemu dengan stresor, atau menguatkan garis pertahanan
fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment awal
sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal
dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan
menguatkan garis internal resistensi, mengurangi reaksi, dan
meningkatkan faktor resistensi.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier terjadi sesudah treatment aktif atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada
penyesuaian kearah kestabilan sistem yang optimal. Tujuan
utamanya yaitu meningkatkan resistensi terhadap stresor
untuk membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau
regresi. Proses ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus
ke pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya
suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan
klien.
i. Konsep rekonstitusi.
Rekosnstitusi terjadi mengikuti treatment reaksi stressor. Hal ini
menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana tingkat
kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya untuk
melawan stresor. Rekonstitusi mencakup faktor interpersonal,
intrapersonal, ekstrapersonal, dan lingkungan yang berhubungan
dengan variabel sistem klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual).

Semua konsep di atas akan saling mempengaruhi sehingga akan


memberikan gambaran yang jelas tentang model sistem Neuman. Secara
sederhana model sistem Neuman digambarkan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar konsep Teori Betty Nemunan
3. Teori Betty Neuman dan Pandangan Paradigma Keperawatan
Berikut ini pandangan Neuman terhadap empat konsep sentral dalam
paradigma keperawatan. Pandangan ini mempengaruhi Neuman dalam
mengembangkan teorinya. Adapun pandangan Neuman tersebut adalah
(Neuman, 2002) :
a. Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan semua
aspek manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah
profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel yang
mempengaruhi respon individu terhadap stresor. Persepsi perawat
mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan sehingga Neuman
menyatakan bahwa persepsi antara keluarga dan pasien harus dikaji. Dia
mengembangkan instrumen pengkajian dan intervensi untuk membantu
melakukan tugas tersebut.
b. Manusia sebagai klien atau sistem klien
Model sistem Neuman menyatakan konsep klien sebagai sistem yang
dapat berupa individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok
sosial tertetu. Sistem klien adalah gabungan hubungan yang dinamik
antara faktor fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan atau pergerakan
konstan yang hidup sebagai system terbuka dalam hubungan timbal balik
dengan lingkungan.
c. Kesehatan
Neuman menamakan hasil penelitiannya sebagai model sehat. Dia
memandang kesehatan sebagai kondisi yang terus menerus dari sehat
menuju sakit yang secara alamiah, dinamis dan secara konstan seseorang
berubah untuk mencapai kondisi sehat yang optimal atau stabil yang
diindikasikan seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Menurunnya kondisi
sehat merupakan akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien
berada dalam kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap
yang diberikan pada waktu itu.
d. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari
model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan
adalah hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai
semua faktor internal dan eksternal yang berada disekeliling manusia dan
berinteraksi dengan manusia dan klien. Stresor (intrapersonal,
interpersonal, dan ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep
lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang
berinteraksi dengan dan secara potensial dapat mengubah stabilitas
sistem. Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai
berikut: (1) internal, (2) eksternal, (3) lingkungan yang diciptakan.
Lingkungan internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya
yang terjadi pada klien. Lingkungan eksternal adalah interpersonal atau
ekstrapersonal dengan semua interaksinya yang terjadi di luar klien.
Lingkungan yang diciptakan adalah lingkungan yang dibentuk secara
sadar dan digunakan klien untuk membantu mekanisme pertahanan. Hal
ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan yang
diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi
variabel-variabel sistem untuk menciptakan efek yang ditentukan
sehingga dapat membantu klien mengatasi stresor lingkungan yang
mengancam dengan melakukan perubahan pada diri sendiri atau situasi.
Contohnya respon menolak (variabel fisiologi), dan semangat untuk
survife pada siklus kehidupan (variabel perkembangan). Penciptaan
lingkungan secara terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
perubahan kedaan sehat yang dipersepsikan.

4. Penegasan Teori
Penegasan teori adalah hubungan antar model konsep-konsep yang penting.
Model Neuman menggambarkan perawat sebagai partisipan aktif dengan
klien dan memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon
individu terhadap stresor. Klien didalam hubungan timbal balik dengan
lingkungan berinteraksi dengan menyesuaikan dirinya kelingkungan atau
menyesuaikan lingkungan dengan dirinya. Neuman menghubungkan empat
konsep sentral berupa manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan ke
dalam pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Publikasi pertama tentang
Neuman menyatakan asumsi dasar yang menghubungkan model konsep yang
esensial. Pernyataan ini terlampir dalam daftar kotak 16.1. Dalam daftar
kotak tersebut juga diidentifikasi permasalahan dan menyajikan definisi,
penjelasan dan keterkaitan tentang kosep model tersebut.
5. Bentuk Logis
Neuman menggunakan dua logika deduktif dan induktif dalam modelnya.
Sebelumnya telah menjelaskan bahwa Neuman melahirkan modelnya dari
teori dan disiplin ilmu lain. Modelnya juga merupakan sebuah hasil dari
filosofi dan observasinya dalam mengajar keperawatan kesehatan jiwa dan
klinik konseling.
6. Penerimaan Oleh Komunitas Keperawatan
Alligood (2010) menyatakan bahwa model konseptual memberikan kerangka
referensi untuk bertindak, ketika grand teori mengusulkan sebuah kebenaran
yang dapat diuji. Model Neuman dapat menggambarkan keduanya yaitu
sebagai model dan sebagai grand teori keperawatan. Sebagai model teori ini
memberikan kerangka kerja konseptual untuk praktik, riset dan pendidikan
keperawatan. Sebagai grand teori, model ini mengajukan beraneka ragam
cara pandang terhadap fenomena keperawatan dalam bentuk dasar asumsi.

Kerangka Konsepnya yaitu :


a. Praktek
Penggunaan Model Sistem Neuman dalam fasilitas praktik keperawatan
diarahkan pada tujuan, kesatuan, pendekatan holistik untuk perawatan
klien, namun model ini juga cocok digunakan pada multidisiplin untuk
mencegah perpecahan pada perawatan klien. Model ini menggambarkan
sistem klien dan klasifikasi stressor yang dapat dimengerti dan
digunakan oleh semua anggota tim kesehatan (Mirenda, 1986). Pedoman
ini telah dipublikasikan untuk penggunaan model dalam praktek
keperawatan klinis dan untuk administrasi pelayanan kesehatan
(Fawcett, 2011)
Beberapa instrumen telah diterbitkan untuk memfasilitasi penggunaan
model ini. Instrumen ini meliputi penilaian dan intervensi alat untuk
membantu perawat dalam mengumpulkan dan mensintesis data klien,
format untuk pencegahan sebagai intervensi, dan format untuk
penerapan proses keperawatan dalam kerangka Sistem Model Neuman
(Neuman 2011, Russell 2002).
Format proses keperawatan Neuman terdiri dari beberapa tahap; (1)
Diagnosa keperawatan, (2) Tujuan keperawatan, (3) Hasil keperawatan.
Diagnosa keperawatan meliputi didapatnya data yang lengkap dan
komprehensif dari variasi kesehatan yang dapat ditentukan. Tujuan
kemudian dirancang dengan klien untuk perubahan yang ditentukan
dengan variasi yang benar. Hasil keperawatan ditentukan dengan
intervensi keperawatan melalui penggunaan satu atau lebih tiga
pencegahan sebagai mode intervensi. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tujuan keperawatan atau membuat kembali tujuan
keperawatan.
Neuman (2011) menguraikan Format proses keperawatannya,
menjelaskan langkah-langkah dalam proses untuk penggunaan model
nya pada kotak asuhan keperawatan. Russel (2002) memberikan
gambaran penggunaan format klinik dalam mengarahkan praktik
keperawatan dengan individu, keluarga, komunitas dan organisasi.
Luasnya model Neuman telah menghasilkan aplikasi dan adaptasi dalam
berbagai pengaturan praktik keperawatan, termasuk rumah sakit, panti
jompo, pusat rehabilitasi, penampungan, unit kesehatan mental, pusat
persalinan, dan pelayanan berbasis masyarakat seperti praktik perawat
jemaat. Banyak contoh yang dikutip dalam buku Neuman
(1982,1989,1995,2002,2011). Pendekatan holistik model ini dibuat
khususnya berlaku untuk klien yang mengalami stres kompleks yang
mempengaruhi beberapa variabel klien seperti kanker hati terminal
(Hsuan, 2009). Model ini telah digunakan untuk memandu Emergis,
program yang komprehensif kesehatan mental yang menyediakan
perawatan kejiwaan bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia,
dan perawatan kecanduan dan pelayanan sosial (Munck & Merks, 2002)
Model Neuman memberikan perspektif sistem untuk digunakan dengan
individu dan keluarga, untuk praktek berbasis masyarakat dengan
kelompok, dan dalam keperawatan kesehatan masyarakat, sebagai
prinsip wholictic yang membantu perawat untuk mencapai perawatan
yang berkualitas tinggi melalui praktek berbasis fakta (Ume-Nwagbo,
Dewan , & Lowry, 2006)
b. Pendidikan
Model ini telah diterima di lingkungan akdemik, dan digunakan secara
luas dalam sebagai panduan kurikulum. Model ini telah dipergunakan
dalam semua level pendidikan keperawatan di Amerika Serikat, dan
negara lain diantaranya Australia, Kanada, Denmark, Inggris, Korea,
Kuwait, Portugal, Taiwan, Belanda, dan Jepang (Beckman et al., 1994,
Lowry 2002). Dalam review yang terintegritas menggunakan model ini
dalam pendidikan, Lowry (2002) melaporkan bahwa although the trend
is toward eclecticism in Nursing education to day, the Neuman System
Model has served many programs well.. dan telah sering dipergunakan
di berbagai negara untuk memfasilitasi pembelajaran mahasiswa.
Panduan telah di publikasikan dalam penggunaan model ini di
pendidikan untuk profesi kesehatan. (Newman, Lowry, &
Fawcett,2011).
Perspektif holistik Model menyediakan kerangka kerja yang efektif
untuk pendidikan keperawatan disemua tingkatan. Lowry dan Newsome
(1995) melaporkan pada studi dari 12 program gelar associate yang
menggunakan model paling sering dalam peran guru dan pelayanan
keperawatan, dan bahwa mereka cenderung untuk melanjutkan praktek
dari perspektif model Neuman berbasis setelah lulus. Model Neuman
telah dipilih untuk program sarjana muda atas dasar teoriti perpektif dan
komprehensif untuk kurikulum holistik, dan karena potensial untuk
digunakan dengan individu, keluarga, kelompok-kelompok kecil, dan
masyarakat. Divisi Neuman College adalah sekolah pertama untuk
memilih Sistem Model Neuman sebagai basis konseptual untuk
kurikulum dan pendekatan pelayanan keperawatan klien pada tahun
1976. Neuman, Lowry, dan Fawcett (2011) melaporkan bahwa Sistem
Model Neuman ini terus melayani sebagai kerangka kerja konseptual
untuk lebih dari 25 program pendidikan keperawatan baik di Amerika
Serikat dan luar negeri termasuk Loma Linda University (Burns, 2011)
Model ini bekerja sama dengan baik untuk membimbing belajar klinik.
Misalnya, digunakan dengan mahasiswa keperawatan di sebuah pusat
keperawatan komunitas (Neuman, 2005), dan untuk mengajar
mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal
ini digunakan sebagai kerangka kerja yang komprehensif untuk
mengatur data yang dikumpulkan dari pasien bersalin oleh mahasiswa
keperawatan sarjana di University of South Florida (Lowry, 2002).
Bruick-Sorge (2007) melaporkan menggunakan model dalam
pengaturan simulasi klinis untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dengan menggunakan konsep Model.
Sistem Model Neuman ini digunakan untuk memandu pembelajaran di
kelas dan pengaturan klinis untuk berbagai tingkat keperawatan dan
kurikulum yang berhubungan dengan kesehatan di seluruh dunia.
Penerimaan oleh masyarakat pendidikan keperawatan adalah jelas. Seperti
secara online meningkat pendidikan keperawatan, maka akan penting
bahwa pendidik perawat menemukan pendekatan baru untuk menyajikan
informasi ini kepada semua tingkatan siswa.
c. Penelitian
Pada jumlah yang signifikan penelitian telah dilakukan selama dekade
terakhir pada komponen dari model untuk menghasilkan teori
keperawatan dan penggunaan model sebagai kerangka konseptual untuk
memajukan keperawatan sebagai disiplin ilmu. Aturan untuk Sistem
Neuman Model Berbasis Keperawatan Penelitian sebagaimana ditentukan
oleh Fawcett, model Neuman, didasarkan pada isi model dan sastra terkait
(Fawcet & Gigliotti, 2001). Pedoman lain telah diterbitkan untuk
memandu penggunaan model untuk penelitian keperawatan (Louis,
Gigliotti, Neuman, et.al, 2011)
Dalam edisi keempat Neuman Sistem Model, Fawcett dan Giangrande
(2002) menyajikan ulasan terintegrasi dari 200 laporan penelitian model
penggunaan yang diterbitkan tahun 1997. Skalsi, DiGerolamo, dan
Gigliotti (2006) melaporkan kajian literatur dari 87 Neuman Sistem studi
untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan stressor sistem klien Model
Berbasis.
Sistem Modal Neuman ini digunakan secara luas untuk menyediakan
kerangka kerja konseptual untuk proyek-proyek penelitian di Amerika
Serikat dan di negara lain. Penerimaan oleh komunitas riset keperawatan
adalah jelas.

B. Middle Range Nursing Theories Pamella G. Reed


1. Biografi Pamella G. Reed.
Pamela G. Reed lahir di Detroit, Michigan, 13 Juni 1952. Kemudian
menikah dengan suaminya Gary pada tahun 1973 dan memiliki 2 putri. Reed
lulus sarjana dari Wayne State University di Detroit tahun 1974 dan mendapatkan
M.S.N dalam kesehatan mental psikiatri pada anak dan remaja dan pendidikan
perawat pada tahun 1976. Dia mulai pendidikan doktor pada universitas tersebut
tahun 1979 dan menerima gelar Ph.D tahun 1982 dengan konsentrasi pada teori
keperawatan dan riset. Riset disertasinya, dibimbing oleh Joyce J. Fitzpatrick,
fokus pada hubungan antara kesejahteraan dan perspektif hidup dan kematian
pada penyakit terminal dan kesehatan individu.
Bidang besar penelitiannya adalah spiritual, filosofi keperawatan,
perkembangan sepanjang kehidupan, proses menua dan kesehatan mental. Riset
yang dilakukan mengukur peran spiritual dalam self-trancendence sebagai
fenomena perkembangan berhubungan dengan kesejahteraan dan keputusan
pelayanan kesehatan pada pasien terminal dan keluarga pemberi layanan.
Pengaruh Reed tidak hanya dalam riset dan publikasinya. Dampak kerja Reed
juga dicerminkan dalam riset lebih dari 50 mahasiswa yang tesis dan disertasinya
dibawah arahan/bimbingannya dan dalam pekerjaan ilmuwan lain yang
menerapkan teorinya atau skala pengukurannya (Self-Trancendence Scale dan
Spiritual Perspective Scale) dalam riset mereka.

2. Sumber-Sumber Teori Self-Transcendence Theory.


Reed (1991) mengembangkan teori tentang self-transcendence dengan
menggunakan strategi deductive reformulation. Strategi ini digunakan untuk
membangun middle range theory menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari
teori non keperawatan yang kemudian di reformulasi secara deductive dari model
konsep keperawatan. Teori non keperawatan yang dipergunakan adalah life-span
theory pada social kognitif dan pengembangan transpersonal orang dewasa.
Prinsip dari teori life-span adalah merupakan reformulasi dari prespektif
keperawatan dari Martha E. Rogers tentang konsep kesatuan system manusia.
Reed menjelaskan tentang teorinya yang terdiri dari tiga sumber (Reed,
2003). Sumber pertama adalah konsep baru tentang perkembangan manusia
sebagai proses sepanjang hayat dalam mencapai kedewasaan termasuk
didalamnya proses menua dan proses menjelang ajal.
Sumber kedua berasal dari teori yang dikemukakan oleh Rogers tentang
tiga prinsip hemodinamik yang dianggap sama dan sebangun dengan
pengembangan life-span teori. Roger menyatakan prinsip pengembangan sebagai
fungsi dari manusia dan kontekstual faktor juga mengidentifikasi adanya ketidak
seimbangan antara manusia dan lingkungan sebagai sesuatu yang penting /
pemicu dalam pengembangan. Sejalan dengan teori pengembangan dari Riegel
(1976) bahwa ketidaksinkronisasian antara fisik, emosional, lingkungan, dan
dimensi social merupakan sesuatu yang penting dalam terjadinya pengembangan.
Menurut prinsip Roger karakteristik dari pengembangan manusia adalah inovatif
dan tidak dapat diprediksi. Prinsip ini sejalan dengan prinsip life-span yang
mengidentifikasi pengembangan sebagai tidak dalam satu garis,
berkesinambungan sepanjang hidupnya, dan berdasarkan keberagaman individu
dan kelompok sehingga tidak dapat diprediksi dan hal tersebut sejalan dengan
prinsip Roger.
Sumber ketiga, berasal dari pengalaman klinik dan riset yang
mengindikasikan secara klinik dilaporkan bahwa depresi pada lansia lebih sedikit
disebabkan oleh penurunan sumber pengembangan dan perasaan sejahtera akibat
penurunan kemampuan fisik dan kognitif daripada kelompok kesehatan lansia.

3. Definisi dan Konsep Utama


Terdapat lima konsep dasar dalam teori self-transcendence :
Vulnerability, Self-Transcendence, Well-Being Moderating and Mediating
Factor, dan Point of Intervention.

a. Vulnerability
Vulnerability didefinisikan sebagai kesadaran seseorang akan
mortalitas personal (Reed, 2003 dalam Tomey, 2006, p. 645). Pada
permulaannya kalimat kesadaran seseorang akan mortalitas personal terkait
dengan perkembangan atau maturasi pada dewasa lanjut atau pada akhir
kehidupan. Self-transcendence merupakan sebuah pola yang berhubungan
dengan perkembangan lanjut dalam kontek tersebut (Reed, 1991 dalam
Tomey, 2006, p. 645). Konsep vulnerability meluas pada kesadaran situasi
mortalitas seseorang sampai meliputi krisis dalam kehidupan seperti
kecacatan, sakit kronik, kelahiran dan menjadi orang tua (parenting).
Vulnerability adalah kesadaran seseorang bahwa kematian akan timbul
seiring dengan proses menua dan dalam fase lain kehidupan atau selama
dalam kondisi kesehatan yang krisis. Konsep vulnerability mengklarifikasi
bahwa kontex dalam self-transcendence dalam realisasinya tidak hanya dalam
mengkonfontasi akhir dari hidup yang dimilikinya, tetapi termasuk
didalamnya ketidakmampuan, penyakit kronis.
b. Self-Transcendence
Self-transcendence awalnya didefinisikan oleh Reed (1991) sebagai
ekspansi dari konsep diri yang multidimensi: yang bersifat kedalam (seperti
melalui introspeksi pengalaman), yang bersifat keluar (seperti menjangkau
yang lainnya), dan yang bersifat temporer (saat yang lalu dan yang akan
dating terintegrasi ke dalam saat ini).
Self-transcendence merujuk pada fluktuasi persepsi yang melampaui
batas-batas seseorang atau dirinya melebihi batasan pandangan tentang diri
dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan pandimensional yaitu pandangan
keluar (terhadap orang lain dan lingkungan), pandangan ke dalam (terhadap
kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan, nilai-nilai dan mimpi-
mimpinya) dan pandangan yang bersifat temporal (terhadap integrasi atau
penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang).
Reed memberikan definisi yang komprehensif pada publikasi
terakhirnya sebagai berikut: Slef-transcendence merujuk pada fluktuasi
persepsi yang melampaui batas-batas seseorang atau dirinya melebihi batasan
pandangan tentang diri dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan
pandimensional yaitu pandangan keluar (terhadap orang lain dan lingkungan),
pandangan ke dalam ( terhadap kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan,
nilai-nilai dan mimpi-mimpinya ) dan pandangan yang bersifat temporal
(terhadap integrasi atau penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang).
Pada 2003, ada pola lain dari perluasan batas-batas yang tergabung
dalam self-transcendence, yaitu kemampuan memperluas batas-batas dirinya
secara transpersonal (menghubungkan dengan dimensi diluar dunia nyata).
Karena self-transcendence merupakan pandimensional, maka memungkinkan
bahwa dimensi lainnya dapat ditambahkan untuk mendeskripsikan
kemampuan dalam memperluas batasan-batasan tersebut.
c. Well-Being (Sejahtera)
Kesejahteraan didefinisikan sebagai rasa dari perasaan sehat dan
perasaan menyeluruh terkait dengan kriteria yang dimiliki seseorang untuk
kesejahteraan dan hal yang menyeluruh. Pada mulanya, Reed tidak secara
ekplisit mendefinisikan kesejahteraan, tetapi mengaitkannya dengan konsep
sehat mental yang tergantung pada isu penting dari perkembangan fase
kehidupan. Reed juga menjelaskan mekanisme yang mendasari kesejahteraan
dalam suatu artikel di tahun 1997. dalam artikel itu dia mengemukakan bahwa
keperawatan menjadi sebuah studi untuk mencapai kesejahteraan melalui
proses keperawatan. Kesejahteraan sebagai suatu proses keperawatan
kemudian dideskripsikan dalam istilah-istilah hasil suatu sintesa terhadap dua
jenis perubahan : Perubahan dalam kompleksitas kehidupan (seperti
meningkatnya kelemahan akibat bertambahtuanya usia atau kehilangan suami
atau istri yang dicintai) marah terhadap perubahan dalam integrasi (contoh
memaknai kejadian-kejadian hidup secara konstruktif ).
Well-being, diartikan sebagai rasa yang timbul dari keseluruhan
perasaan sehat, termasuk didalamnya criteria yang ditetapkan sendiri tentang
keseluruhan perasaan sejahtera.
d. Moderating and Mediating Factor
Luasnya perbedaan variable personal dan kontektual dan interaksinya
dapat mempengaruhi proses self-transcendence yang berkontribusi terhadap
kesejahteraan contoh seperti variable usia, jenis kelamin, kemampuan
kognitif, pengalaman hidup, perspektif spiritual, lingkungan sosial, dan
peristiwa-peristiwa bersejarah. Variable personal dan kontextual ini dapat
memperkuat atau melemahkan hubungan antra vulnerability dan self-
transcendence dan antara self-transcendence dan kesejahteraan.
e. Point of Intervention
Menurut teori self-transcendence terdapat dua poin intervensi. Kedua
poin tersebut berhubungan / berkaitan dalam beberapa cara denga proses self-
transcendence. Fokus tindakan keperawatan dapat secara langsung pada
sumber-sumber didalam diri seseorang untuk sel-trancendence atau berfokus
pada beberapa faktor personal dan kontextual yang mempengaruhi hubungan
antara fulnerability dan self-transcendence dan hubungan antara self-
trancendence dan kesejahteraan.
Dapat disimpulkan, teori self-transcendence mengajukan tiga
keterkaitan, sebagai berikut :
1) Peningkatan vulnerability berkaitan dengan peningkatan self-
transcendence.
2) Self-transcendence adalah secara positif berhubungan dengan well-being
(sejahtera).
3) Personal dan kontextual factor dapat mempengaruhi hubungan antara
vulnerability dengan self-transcendence dan antara self-transcendence
dengan well-being.
Hubungan/keterkaitan tersebut dapat dilihat pada kerangka
konsep/bagan berikut ini :
Model of Self-Transcendence Theory Reed, P.G. (2003) dalam Tomey (2006)

Kerangka sistematik di atas menunjukkan hubungan antara


metaparadigma yang dibentuk kesehatan, manusia, lingkungan dan aktifitas
keperawatan. Dalam kerangka tersebut konsep utama adalah vulnerability
(lingkungan) yang merupakan kesadaran manusia akan kematiannya,
termasuk krisis dalam hidup, kecacatan, penyakit terminal, kelahiran bayi dan
orangtua. Vulnerability mempengaruhi seseorang dalam sisi psikologis dengan
berbagai macam respon dari individu dalam memaknai kejadian atau peristiwa
yang dialami. Dikatakan apabila vulnerablity positif maka self-transcendence
akan meningkat. Self-transcendence merupakan pengembangan batasan
konsep diri. Apabila seseorang mengalami krisis dan vulnerability menurun
(seseorang tidak mampu mengembangkan kesdaran akan makna kejadian
tersebut) dalam hidupnya maka mengalami penurunan kapasitas memperluas
batasan "transpersonally (untuk berhubungan dengan dimensi di luar
dirinya)"diri sendiri. Sebaliknya, apabila vulnerability meningkat (seseorang
menyadari makna kejadian yang dialami) maka self-transendence juga akan
meningkat, dalam hubungan kedalam dirinya, hubungan dengan diluar dirinya
(orang lain, lingkungan) dan pengalaman masa lalu yang bisa terintegrasi
dalam menghadapi masa sekarang. Hubungan antara vulnerability dan self-
transcendence dipengaruhi oleh faktor-faktor dari individu yang memperbaiki
hubungan seperti umur, jenis kelamin, kemamp[uan kognitif, pengalaman
hidup, perspektif spiritual, lingkungan sosial. Selain mempengaruhi hubungan
antara vulnerability dan self-transcendence, faktor dari individu
mempengaruhi self-trancendence dan well-being. Points of intervention dalam
hal ini adalah aktifitas keperawatan yang diberikan dan akan mempengaruhi
hubungan vulnerabilty dan self-transcendence serta self-transcendence dan
well-being. Pada akhirnya self-transcendence yang positif didukung faktor
individu dan adanya tindakan perawatan akan mengarahkan seseorang dalam
keadaan well-being (sejahtera atau sehat).
Self-transcendence dapat diintegrasikan dalam berbagai situasi hidup.
Perawat dapat melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan perspektif
dan akivitas refleksi diri, alturisme, harapan dan keyakinan/keimanan tentang
mortalitas personal yang dikaitkan dengan peningkatan rasa sejahtera.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam kelompok yang memiliki masalah
yang sama, seperti contohnya gathering pada kelompok cancer, ostomate,
psikoterapi dan lain-lain, dapat dijadikan media bagi seseorang untuk
mencapai rasa sejahtera. Dalam kelompok tersebut mereka dapat melakukan
sharing, berbagi pengalaman dan saling membantu antara satu sama lain,
sehingga mereka merasa berarti. Ketika seseorang merasa berarti
keberadaannya untuk orang lain maupun dirinya sendiri, maka akan timbul
rasa sejahtera. Perawat dalam hal ini berperan selaku fasilitator dalam
meningkatkan self-transcendence seseorang sedemikian rupa sehingga mampu
menggali hal-hal positif dan membangun makna yang positif dalam diri
seseorang sehingga menimbulkan rasa sejahtera ( well-being ) dalam dirinya.
Perawat dapat memfasilitasi pasien-pasien untuk melakukan self-
transcendence dengan memberikan kesempatan untuk merefleksikan berbagai
hal, instropeksi diri, menggali keyakinan diri tentang makna hidup, melihat
hal-hal positif dalam dirinya, melakukan interaksi positif dengan
lingkungannya sehingga mereka yakin bahwa mereka benar-benar merasa
berarti bagi dirinya dan orang lain, mereka merasa telah melakukan kebaikan-
kebaikan yang akan menjadi bekal dalam menghadapi kondisi terburuk
bahkan kematian sekalipun dengan tenang dan damai, pada kondisi demikian
dapat dikatakan bahwa mereka merasa sejahtera (well-being).

4. Asumsi Mayor
Pada awal kerja teorinya, Reed (1986, 1987) mengusulkan pendekatan
model proses untuk menyusun kerangka kerja konseptual yang akan
mengarahkan perawat dan pendidikan keperawatan pada spesialis klinikal.
Model tersebut, sehat merupakan pusat dari konsep, dikelilingan aktifitas
keperawatan, manusia dan lingkungan. Asumsi dari model focus dari
keperawatan adalah membangun dan melibatkan pengetahuan untuk
meningkatkan proses kesehatan.
Asumsi dari model Reed adalah kesehatan menjadi sentral konsep
dipengaruhi oleh aktivitas keperawatan, manusia dan lingkungan. Focus
dalam model ini adalah disiplin keperawatan yang telah membangun dan
menyatukan pengetahuan untuk meningkatkan proses kesehatan.
a. Kesehatan
Kesehatan, didefinisikan secara implisit sebagai proses kehidupan
yang terdiri dari pengalaman positif dan negative yang digunakan oleh
manusia secara kreatif dan unik untuk mencapai rasa sejahtera. Sehat, pada
proses model, didefinisikan secara implisit sebagai proses hidup baik
pengalaman positif dan negative dari nilai unik individu dan lingkungan yang
meningkatkan kesejahteraan

b. Keperawatan
Peran aktifitas keperawatan membantu seseorang (melalui proses
interpersonal dan manajemen terapi dari lingkungan) dengan ketrampilan
yang diperoleh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
c. Manusia
Manusia adalah seseorang yang harus dipahami sebagai individu yang
sedang berkembang sepanjang hayat mereka dalam berinteraksi dengan orang
lain dan dengan lingkungan dalam perubahan yang kompleks dan vital dimana
hal tersebut bisa berkontribusi positif atau negative dalam mencapai
kesehatan dan rasa sejahtera. Manusia dipahami berkembang sepanjang
kegidupan dalam interaksi dengan manusia yang lain dan dalam lingkungan
yang mngubah secara komplek dan bersemangat bias kea rah positif dan
negative yang berkontribusi kea rah kesehatan dan kesejahteraan.
d. Lingkungan
Keluarga, kontak social,lingkungan fisik, dan sumber komunitas
adalah lingkungan yang secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan
yang dapat dipengaruhi oleh keperawatan melalui manajemen interaksi
terapeutik antara manusia, objek, dan aktivitas keperawatan ( Reed, 1987,
p.26 ).
Dalam keterangan sebelumnya dari munculnya teori self-
transcendence, Reed mengidentifikasi satu asumsi kunci berdasarkan konsep
Roger dan dipengaruhi oleh teori life-span development, pengetahuan tentang
klinik kesehatan mental, penemuan penelitian, dan pengalaman individu.
Asumsinya bahwa manusia sebagai system terbuka yang memiliki batas-batas
dalam dirinya untuk mendefinisikan kenyataan dirinya dalam menghadirkan
rasa menyeluruh dan keterkaitan dengan lingkungannya. Reed (2003)
menegaskan kembali asumsi ini dalam publikasi terbaru, mengulang asumsi
dasar Roger bahwa manusia adalah bagian integral dari lingkungannya.
Asumsi kedua, bahwa self-transcendence menjadi suatu
pengembangan yang sifatnya segera. Berkenaan dengan hal ini, self-
transcendence harus diekspresikan seperti pengembangan kapasitas didalam
hidup seseorang untuk merealisasikan kesinambungan rasa menyeluruh dan
keterkaitan. Asumsi ini sama dan sebangun dengan konsep Franhls (1969)
dan Maslows (1971) bahwa self-transcendence merupakan karakteristik
bawaan manusia, ketika diaktualisasikan akan memberi arti bagi eksistensi
seseorang.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Nursing Conseptual Models Betty Neuman


Neuman mengembangkan model konsep keperawatan komprehensif yg
operasional yg sesuai dengan fenomena keperawatan. Jadi model ini mestinya
masih dapat digunakan oleh perawat yg akan datang dan oleh profesi
kesehatan lain. Pandangan model yg menyeluruh memungkinkan utk
berkreatifitas yg bermanfaat. Catatan kritik model neuman yg utama misalnya
konsep-konsep yg terlalu luas telah dikurangi (B. Neuman, personal
communication, 21 Juni 1992). Model Neuman memberikan kerangka konsep
keperawatan yg sesuai dan menyeluruh serta fleksibel yg memungkinkan
untuk adaptasi dalam penggunaannya dimasa yg akan datang dengan isu-isu
perawatan kesehatan pada abad ke 21.
1. Clarity
Konsep neuman telah dikenal oleh para perawat. Esensi konsep model ini
terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan perawatan, sama dengan
pemahaman konsep-konsep keperawatan tradisional. Konsep - konsep
Neuman diambil dari disiplin ilmu lain yg digunakan untuk model ini.
Pada teori Neuman, penjelasan definisi dari konsep mayor seperti pedekatan
wholistik, system terbuka (meliputi fungsi atau proses, input dan output,
feedback, negentropy, dan stabilitas), lingkungan (penciptaan lingkungan),
sistem klien (meliputi lima komponen klien, struktur dasar, garis perlawanan,
garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel), kesehatan (sehat, sakit),
stressor, tingkat reaksi, pencegahan sebagai intervensi (pencegahan primer,
sekunder, dan tersier) dan reconstitution sudah jelas digambarkan oleh
Neuman. Tetapi penjelasan tidak disertai oleh contoh yang lebih konkret,
sehingga masih sedikit abstrak dalam memberikan gambaran terkait hubungan
antara klien, stressor, dan lingkungan.

2. Simplicity
Model Neuman terdiri dari konsep-konsep yg sesuai dengan logika.
Hubungan antara konsep - konsep dan variabel - variabel cenderung saling
melengkapi. Perbedaan antara konsepkonsep cenderung tidak jelas pada
beberapa poin, tetapi hilangnya suatu teori akan terjadi bila benar - benar ada
pemisahan. Neuman mengatakan bahwa konsep-konsep dapat dipisah untuk
menganalisa, tujuan khusus dan intervensi. Model ini biasa digunakan untuk
menambah teori bagi keperawatan, juga untuk profesi kesehatan lain. Teori
model ini dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan keseimbangan dinamis
klien dan reaksi atau kemungkinan bereaksi terhadap stressor. Konsep
preventif sebagai intervensi dapat digunakan untuk menggambarkan dan
memperkirakan fenomena keperawatan. Model ini cukup rumit namun para
perawat menggunakan model ini karena mudah untuk dimengerti dan berguna
antar budaya.
Menurut analisa kelompok, teori Neuman merupakan teori yang
komprehensif, dimana Neuman telah menjelaskan komponen-komponen dan
variabel-variabel dengan jelas dan mudah untuk dimengerti seperti sistem
klien dengan sumber energi yang menjadi dasar dan inti dari pusat diagram
dari lingkaran yang mempresentasikan faktor kehidupan dasar atau sumber
energi klien yang merupakan pusat energi untuk menghadapi stressor yang
datang dari luar atau lingkungan. Teori neuman merupakan teori yang
komprehensif sehingga dapat mempermudah perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan bagi pasien. Tetapi menurut kelompok, dalam format
proses keperawatan Neuman yang terdiri dari beberapa tahap; (1) Diagnosa
keperawatan, (2) Tujuan keperawatan, (3) Hasil keperawatan, belum cukup
komprehensif dalam mengkaji pasien dengan bermacam masalah
keperawatan. Menurut kelompok, format proses keperawatan yang dibuat oleh
Neuman dapat lebih komprehensif jika format tersebut dibuat dengan lebih
terperinci sehingga lebih komprehensif dan lebih mudah untuk diterapkan
dalam melakukan proses asuhan keperawatan.

3. Generality
Model sistem Neuman telah digunakan untuk bermacam-macam situasi
keperawatan baik yang komprehensif atau adaptasi. Beberapa konsep meluas
dan menampilkan klien yang mungkin seorang atau suatu sistem yg lebih
besar. Konsep lainnya lebih pasti dan mengidentifikasi tindakan khusus
seperti pencegahan primer, sehingga model ini bermanfaat untuk para perawat
dan profesi kesehatan lain yg bekerja antar individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam lingkungan kesehatan. Cakupan, sasaran, dan tujuan dalam
teori Neuman ini sangat luas dan umum, dimana terdapat berbagai macam
bentuk intervensi sehingga dapat diaplikasikan kedalam proses keperawatan
baik itu klinik maupun komunitas.
4. Empirical Precision
Meskipun model ini belum benar-benar diuji, para ahli keperawatan
menunjukkan ketertarikan pada model ini dan menggunakannya sebagai
petunjuk penelitian keperawatan yg dimulai oleh Hoffman (1982), Louis dan
Koervelyessy (1989).
Menurut kelompok, teori Neuman masih belum cukup konkret karena belum
disertai oleh contoh pada tiap komponen konsep mayor, tetapi terkait pada
proses pengujian, menurut kelompok teori Neuman ini baik dan mudah untuk
dilakukan pengujian karena teori ini bersifat komprehensif.
5. Derivable Consequences
Hasil hasil yang diperoleh dari konsep model Neuman meliputi petunjuk
bagi perawat profesional untuk mengkaji sistem klien, proses keperawatan
dan implementasi dari intervensi - intervensi preventif. Fokus pencegahan
yang utama dan kepedulian berbagai disiplin ilmu adalah untuk memperbaiki
mutu perawatan. Proses keperawatan Neuman memenuhi kesehatan dengan
melibatkan klien secara aktif dengan bernegosiasi pada tujuan proses
keperawatan. Konsekuensi lain yang diperoleh dari model ini mempunyai
potensi untuk diteruskan menjadi teori keperawatan, misal ; teori kemampuan
klien yg optimal dan pencegahan sebagai intervensi. Konsep model ini relevan
pada abad ke 21, pada trend profesional kesehatan sepanjang melanjutkan
teori perkembangan dan penelitian dengan model ini, perawat profesional
dapat mengembangkannya sebagai dasar pengetahuan yang ilmiah. Menurut
fawcett(1989). Suatu model menemukan pertimbangan sosial dari kesesuaian,
significan, dan dapat digunakan. Model ini berkembang luas dan mempunyai
dasar yang sistematis. Model ini menjadi contoh yang baik untuk dipahami
dan dipandang dimana perawat dapat memberikan respon pada dunia dengan
cepat yang dapat merubah kebutuhan perawatan kesehatan.
Teori Neuman merupakan teori yang komprehensif dan mudah untuk
dipahami, oleh karena itu, penggunaan teori Neuman dalam proses
keperawatan sangatlah penting karena dalam teori Neuman dibahas mulai dari
struktur dasar yaitu sumber energi yang dimiliki pasien hingga
kemampuannya dalam menghadapi stressor baik dari lingkungan
intrapersonal, interpersonal, ataupun ekstrapersonal sehingga apabila proses
keperawatan dilakukan dengan menggunakan teori Neuman, dapat
memberikan kemudahan bagi perawat dalam melakukan proses keperawatan
tersebut.
6. Accessibility
Model ini telah diuji dan digunakan secara ektensif untuk panduan pada
penelitian keperawatan. Karya awal yang tersedia dokumentasi awal
dukungan empiris. Tes lanjutan dan penyempurnaan melalui kerja lembaga
penelitian dan penelitian perawat independen meningkatkan model presisi
empiris sebagai penelitian terus dan temuan dari berbagai studi disintesis.
7. Importance
Konseptual model Neuman termasuk pedoman untuk perawat professional
terhadap penilaian system klien. Pemanfaatan peoses keperawatan , dan
tindakan dari intervensi preventif, yang semuanya penting untuk pemberian
asuhan keperawatan. Fokus pada pencegahan primer dan perawatan
interdisipliner futuristik dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Proses keperawatan Neuman memenuhi mandat kesehatan saat
ini dengan melibatkan klien secara aktif dalam negosiasi tujuan asuhan
keperawatan

B. Analisa Middle Range Nursing Theories Pamella G. Reed


1. Clarity dan Concictency
Clarity dan Concictency merupakan kriteria kunci dalam menggambarkan dan
merefleksikan sebuah teori. Kejelasan suatu teori dievaluasi dari tingkat
kejelasan definisi dari konsep (kejelasan semantik) dan dari pemahaman
terhadap hubungan antara konsep dan penalaran didalam teori itu (kejelasan
struktural). Konsistensi semantik dievaluasi dari seberapa baik konsep itu
digunakan secara konsisten terhadap definisi dan asumsi dasar dari teori.
Konsistensi struktural dievaluasi dari kesesuaian antara asumsi, tujuan teori,
definisi konsep, dan hubungan antara konsep-konsep.
2. Simplicity
Teori Reed memiliki tingkat kesederhanaan yang kuat, dengan tiga konsep
mayor (Vulnerability, Self-Transcendence, Well-Being), dilanjutkan dengan
dua konsep lainnya (Moderating and Mediating Factor, dan Point of
Intervention) yang saling berhubungan, penuh arti, dan bersifat
komprehensif.
3. Generality
Cakupan dan tujuan dari teori Reed yaitu teori dapat diaplikasikan kedalam
kondisi kesehatan manusia yang bervariasi. Tujuan dari teori ini juga untuk
meningkatkan pemahaman perawat tentang konsep sehat sejahtera. Pada
awalnya, fokus teori Reed adalah perkembangan individu yang dihadapkan
pada tantangan dalam masa kedewasaan yang dihubungkan dengan indikator
pada kesehatan mental. Hal ini juga dikaitkan antara self transcendence
(sebagai indikator perkembangan kedewasaan) dengan kesehatan mental
(sebagai indikator sehat sejahtera), cakupan teori ini diperluas hingga
individu yang lebih tua dan telah menghadapi berbagai persoalan hidup.
Perkembangan dan aplikasi teori ini diperoleh dari konsep tambahan yang
lebih spesifik dari vulnerability, point of intervention, dan variabel personal
dan kontekstual. Cakupan teori ini lebih luas dan lebih banyak persamaan
dengan konsep life span, karena konsep mayor dalam teori ini dapat
diaplikasikan kesetiap orang yang dihadapkan dengan peristiwa kehidupan
dari kelahiran, memberikan asuhan keperawatan hingga sehat, pada kondisi
sakit, dan kematian. Perluasan cakupan dantujuan dari teori ini yaitu dari
sehat mental hingga sehat sejahtera.
4. Empirical Precision
Walaupun konsep teori ini masih bersifat abstrak seperti Vulnerability, Self-
Transcendence, dan Well-Being, indikator empiris dari subkonsep telah
diidentifikasi dan dipelajari oleh banyak peneliti. Pada kenyataannya,
ukuran/nilai dari Self-Transcendence terus diasah untuk mengembangkan dan
memperbaiki skala Self-Transcendence Reed. Well-Being juga telah diukur
menggunakan indikator empiris yang bervariasi. Peneliti menemukan
hubungan yang cukup kuat antara Self-Transcendence dan indikator Well-
Being, sebagai hipotesa pada teori ini dan juga sebagai pembuktian terhadap
penelitian empiris.
5. Derivable Consequences
Teori Self-Transcendence merupakan middle range theory yang digunakan
untuk menilai tercapainya tujuan dari pendidikan, praktek, dan penelitian
dalam keperawatan. Teori ini, didasari oleh filosofi, penelitian, dan praktek
keperawatan yang diujikan pada penelitian lanjutan. Dalam teori ini, dibahas
tentang perkembangan manusia terkait hubungan antara kondisi
kesehatannya dengan pelayanan keperawatan. Perawat dan pasien sering
dihadapkan pada tantangan akan kematian. Penjelasan teori Self-
Transcendence belum diuraikan secara alamiah, sehingga belum optimal
untuk memfasilitasi perkembangan intervensi keperawatan, dan belum dapat
dijadikan sebagai strategi yang dapat mempromosikan sehat sejahtera kepada
perawat dan pasien.
6. Accessibility
Bagaimana konsep baik dari teori terkait dengan diamati, realitas empiris dan
praktik keperawatan mengacu pada kriteria aksesibilitas (Chinn and
Kramer,2011). Meskipun teori abstrak dengan konsep kerentanan,
transendensi-diri, dan kesejahteraan, banyak peneliti telah mengidentifikasi
dan mempelajari indikator empiris. Secara khusus, pengukuran transendensi-
diri telah diasah melalui pengembangan dan penyempurnaan dari Skala Self-
Trascendence Reeds. Kesejahteraan telah diukur dengan berbagai indikator
empiris.
Peneliti dapat menggunakan indikator pendekatan dan empiris yang berbeda
untuk mengukur transendensi-diri karena konsep meminjamkan diri untuk
berbagai pendekatan dan langkah-langkah yang sesuai dengan konteks
perawatan klinis tujuan. Temuan penelitian yang mendukung hubungan yang
kuat antara transendensi-diri dan kesejahteraan, sebagaimana dihipotesiskan
oleh teori, membuktikan ketepatan empiris teori ini.
7. Importance
Self-Transendensi Teori adalah middle range theory yang mengarah kepada
tujuan digunakan pada asuhan keperawatan, praktek, dan penelitian. Teori
yang didasarkan pada filosofi keperawatan, penelitian, dan praktek dan diuji
dalam penelitian, menghasilkan pengetahuan baru keperawatan yang berguna
dalam praktek. Teori ini memberikan wawasan kedalam sifat perkembangan
manusia yang berkaitan dengan situasi kesehatan yang relevan dengan
asuhan keperawatan. Perawat dan pasien menghadapi peristiwa yang
menantang kematian pribadi. Pengetahuan sumber daya pembangunan dapat
bergerak untuk orang dalam memperluas perkumpulan perawat untuk
memfasilitasi kesejahteraan pada saat kerentanan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nursing Conseptual Models Betty Neuman
Model sistem Neuman diperoleh dari sistem teori yang umum. Teori ini
berfokus pada klien sebagai sistem (individu, keluarga, kelompok, masyarakat)
dan pada respon klien terhadap stressor. Sistem klien meliputi 5 variabel
(fisiologi, psikologi, sosiokultural, developmental, spiritual) dan dikonsep secara
lebih mendalam (sumber dasar energi) dikelilingi oleh lingkaran konsentris yang
meliputi garis kekebalan, garis pertahanan, dan garis pertahanan fleksibel . Lima
variabel tersebut dipertimbangkan setiap bagiannya sebagai lingkaran
konsentris. Ketegangan merupakan tekanan yang dapat merangsang baik
intrapersonal, interpersonal, atau ekstrapersonal.
Model ini menyarankan 3 tingkatan untuk intervensi keperawatannya
(Pencegahan primer, sekunder dan tertier), yang mana didasarkan pada konsep
Caplan pada tingkat pencegahan (1964). Maksud pencegahan sbg intervensi
adalah untuk mendapatkan keseimbangan yang maksimal untuk klien sebagai
sistem. Neuman menyarankan suatu format bagi proses keperawatan dimana
klien sebagai penerima pelayanan ikut berpartisipasi aktif dengan perawat untuk
memilih intervensi dan mencapai tujuan.
Model Neuman telah diterima dengan baik oleh komunitas perawat dan
digunakan dalam administrasi, praktek, pendidikan, dan penelitian. Kelompok
model sistem Neuman aktif terlibat dalam melindungi keutuhan model ini dan
mengembangkannya. Suatu lembaga pendidikan tinggi dari model sistem
Neuman telah mulai bekerja untuk mendapatkan dan menguji middle range
theory berdasarkan model.
2. Middle Range Nursing Theories Pamella G. Reed
Self-Transendensi Teori adalah mengembangkan awalnya menggunakan
reformulasi deduktif dari rentang hidup teori perkembangan, Rogers sistem
konseptual makhluk kesatuan manusia, penelitian empiris, dan pengalaman klinis
dan pribadi teori tersebut. Konsep-konsep teoritis yang abstrak, tetapi subkonsep
beton telah mengembangkan dan dipelajari secara ekstensif dalam sejumlah
populasi. Penelitian menemukan dukungan hubungan hipotesis di antara
tampilan transendensi-diri, perilaku, dan kesejahteraan. Temuan penelitian ini
menyarankan cara-cara bagaimana perawat mempromosikan pandangan
transendensi diri dan perilaku dalam diri mereka sendiri dan pada klien mereka.
Penelitian lebih lanjut direncanakan untuk menguji intervensi dalam
mempromosikan transendensi diri dan studi faktor personal dan kontekstual yang
mengubah hubungan di antara konsep-konsep teori. Selain itu, pendekatan
penelitian kualitatif membantu dalam mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam konsep transendensi-diri sebagai proses keperawatan dalam
mengungkapkan kedalaman dan mengubah kompleksitas manusia.

B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan, diharapkan perawat dapat menerapkan
penggunaan teori keperawatan Neuman dan Self-Transcenden Reed untuk
mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Pemahaman yang berkelanjutan terhadap teori dapat dilakukakan dengan
pemakaian teori secara terus-menerus.
Pengembangan teori dapat dilakukan dengan berbagai kajian ilmiah dan
penelitian keperawatan terkait, tanpa meninggalkan paradigma keperawatan sebagai
acuan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood (2014). Nusring Theorist And Their Works. Eighth Edition. Louis: Mosby
Elsevier, Inc.
Freese, B.T. (2006). System model Betty Neuman, dalam Ann, .T., & Martha, P.A.
(Eds), Nursing theory and their work. Edisi 6 (hlm. 318-354). St. Louis. Mosby
Year book Inc.
Marriner-Tomey & Alligood (2010). Nursing Theorist and Their Works. Seventh
Edition.St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.
Neuman, B. (2002). The Neuman system model definition, dalam Betty N. & Jean F.
(Eds), The Neuman system model. Edisi 4 (hlm.322-324). Upper Saddle River,
NJ: Prentice-Hall.

Anda mungkin juga menyukai