Anda di halaman 1dari 14

TEORI KEPERAWATAN

MADELEINE LEININGER

Sebagai laporan tugas individual


Blok 1 Basic in Nursing
Dosen Pengampu : Fitri Arofiati, S.Kep., Ns, MAN, Ph.D

Disusun oleh :
Nancy Susanita, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH YOGYAKARTA 2019

1
Daftar isi
Table of Contents
No table of contents entries found.

ii
iii
TEORI KEPERAWATAN MEDELEINE LEININGER

A. Latar belakang
Pada pertengahan tahun 1950, Madeleine bekerja sebagai perawat penjaga anak-anak dimana
dia memulai mengobservasi bahwa anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda
berespon yang berbeda pula pada pelayanan pengobatan dan psikitrinya. Setelah berdiskusi
dengan professor terkenal Dr. Margaret Mead dari Universitas Cincinnati waktu itu,
Madeleine memulai unntuk menguji hubungan antara keperawatan dan disiplin dari
antropolgi. Dari diskusi tersebut dan observasi anak-anak beserta keluarganya terkait
perbedaan kebudayaan, Madeleine mengejar sebagai PhD dalam bidang antropogi yang
berfokus pada materi budaya, sosial dan psikologi di Universitas Washington, Seattle,
Washington. Selama program doktoralnya, dia sibuk dalam tantangan riset lapangan kurang
lebih 2 tahun dari 1962 – 1964, mempelajari pola sehat sakit dan praktik pelayanan serta
modalitas diantara masyarakat Gadsup, orang asli di Dataran Tinggi Papua Timur, Nugini.
Kehidupan orang Gadsup sangat berbeda dengan pola hidup di Amerika. Ini terjadi selama
penelitiannya ketika Madeleine berfokus pada studi komparatif di mana dia memulai
mengakui kebutuhan para perawat untuk mempelajari perhatian/ kepedulian sebagai pusat
dari disiplin keperawatan dan untuk mengetahui pola budaya perawatan dan hubungan antara
disiplin antropologi dan keperawatan.
Sejak Madeleine menjadi wanita pertama yang mengadakan penelitian dengan masyarakat
Gadsup, dia mempunyai banyak pengalaman untuk dibagikan dengan anggota tim
penelitiannya, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan PhD. Konseptualisasi awal
dari teori diperkenalkan dengan metode ethnonursing dalam disertasi doktornya (Leininger,
1966). Temuannya dijelaskan lebih lanjut dalam sebuah artikel tentang studi Gadsup
diterbitkan dalam Journal of Nursing Transcultural (McFarland and Weh be-Alamah, 2019).
Dia mempublikasikan satu dari buku-bukunya yang penting yaitu Nursing and Anthropology
: Two World to Blend di tahun 1970 berdasarkan pengetahuan dari perawatan dalam budaya
yang berbeda dan yang mengikuti pola pada umumnya, dan dampaknya dalam keperawatan
berdasarkan berbagai pengalamannya. Madeleine berjalan terus kearah kemajuan,
mengkritisi hal yang penting dalam perkembangan keperawatan. Usaha dia untuk
meningkatkan perawatan pasien dan kesejahteraan melalui pendidikan keperawatan yang
kompeten secara budaya kemudian akan diciptakan sebagai “Transcultural Teori
Keperawatan” (Sitzman & Eichelberger, 2004, hal. 93) dalam jurnal (Betancourt, 2016).

B. Sejarah perkembangan
Di Universitas Utah, Transcultural Nursing Society d(Betancourt, 2016)iinisiasi pada tahun
1974 – 1975. Disiplin formal dinamakan Transcultural Nursing / keperawatan Transkultural

4
dan salah satu buku pertama dan terpentingnya adalah Transcultural Nursing : Concepts,
Theories and Practises pada tahun 1978. Buku itu menyoroti system konseptualnya budaya
perawatan yang sudah komplit dan setelahnya baru dipublikasikan. Dalam buku ini, ia
disajikan ide-ide awal transkultural Teori, dan Praktek. Dalam buku ini, ia disajikan ide-ide
awal transkultural teori keperawatan termasuk asumsi, definisi, dan proposisi serta teori-teori
lainnya dan studi tentang keperawatan lintas budaya dan perilaku caring. Ini terjadi di
Universitas Utah juga dimana dia menginisiasi pertama kali tiga dari yang sekarang secara
internasional diakui yaitu Caring Conferences in Nursing. Madeleine dan rekannya Dr.
Margaret Andrews mempublikasikan buku Transcultural Concept in Nursing Care (Andrews
& Boyle, 2019) yang dipresentasikan di edisi ke-8. Pada tahun 1989 Madeleine membentuk
Journal of Transcultural Nursing, tetapi secara formal diinisiasi oleh Sage Publications oleh
Dr. Marilyn (Marty) Douglas pada tahun 1998.
Komitmen Madeleine tentang keperawatan transcultural berkembang di Universitas Wayne
State di Detroit, Michigan, setelah dekan Universitas Utah sebagai direktur riset, di mana
banyak mahasiswa mendapatkan gelar PhD menggunakan metode ethnonursingnya dan
dengan teorinya Keragaman Budaya perawatan dan universal : sebuah teori keperawatan
yang pertamakali dipubiklasikan sebagai bagian dari buku (Bab) di penelitian keperawatan
kualitatifnya pada tahun 1985. Banyak buku yang mnegikuti teorinya dipublikasikan pada
tahun 1991 oleh Nursing Laegue untuk publikasi keperawatan. (Leininger, 1991a) (termasuk
metode ethnonursing) dalam artikel (McFarland and Wehbe-Alamah, 2019). Hasil karyanya
dipublikasi kembali di berbagai masa oleh sarjana bimbingannya Dr. Marilyn McFarland,
puncaknya pada saat publikasi oleh Dr. McFarland dan sarjana bimbingan keperawatan
transcultural Dr. Hiba Wehbe-Alamah setelah Madeleine meninggal yaitu Leininger’s
Culture Care: Diversity and Universality: A Worldwide Nursing Theory (3rd ed.) pada tahun
2015 and Leininger’s Transcultural Nursing (4th ed.) pada tahun 2018. Teori Madeleine
adalah satu dari beberapa teori keperawatan yang mengintegrasikan metode yaitu metodologi
ethnonursing (Leininger, 1990, 1997, 2002, 2006a) yang menawarkan sebuah terjemahan/
pelaksanaan pendekatan pengetahuan sebagai cara untuk mengambil keputusan dan
bertindak dalam keperawatan transcultural dan dalam prakteknya (Ray, Morris, &
McFarland in Beck, 2013).

C. Penjelasan teori
Teori Leininger ini membantu untuk lebih mendefinisikan harapan hubungan perawat dan
pasien karena pada akhirnya perawat adalah orang yang mengimplementasikan perawatan
dan sebagian besar waktu di sisi pasien yang akan menerima perawatannya. Tujuan
Leininger adalah untuk perawat bisa membenamkan diri dalam pendidikan budaya dan
menerapkan gaya paralel untuk apa yang pasien dianggap cocok sesuai dengan harapan
budaya nya. Untuk melakukannya ada sebuah komponen dari rencana perawat dalam
memberikan perawatan menggunakan proses keperawatan. Perawat merencanakan intervensi
sesuai dengan budaya yang dibutuhan pasien dan mengevaluasi pelaksanaan, menilai apakah
atau kebutuhan budaya pasien sepenuhnya sesuai atau tidak.
5
Dalam edisi pertama buku teori Leininger ini (1991a), ia menggambarkan Sunrise Model
sebagai peta kognitif untuk mengarahkan dan menggambarkan mempengaruhi dimensi,
komponen, dan aspek atau konsep utama dari teori dengan jumlah pandangan yang
terintegrasi dari dimensi ini. Kemudian, Leininger (1997) memperkenalkan Sunrise Model
sebagai panduan teori konseptual transcultural. Edisi kedua dan ketiga dari buku teori
Leininger ini diterbitkan pada tahun 2006 (Leininger & McFarland, 2006) dan 2015
(McFarland & Wehbe-Alamah, 2015a). Pada tahun 2006, Leininger menempatkan Sunrise
Enabler di ethnonursing yang dan sindrom yang fokus perawatan utama bagi kelompok
budaya yang diteliti. penempatannya dalam Sunrise Enabler (di bawah dimensi budaya dan
sosial struktur dan ekspresi perawatan di atas, pola, dan praktik) mengakui fakta bahwa
faktor biologis mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dimensi struktur sosial dan budaya serta
faktor-faktor lain yang digambarkan dalam sinar matahari ( HB Wehbe-Alamah, komunikasi
pribadi, Oktober 2015).
Perawatan integratif ditambahkan ke Sunrise Enabler sebagai konsep yang dijelaskan oleh
Leininger (2002d) sebagai “cara yang aman, kongruen, dan kreatif dari campuran bersama-
sama holistik, generik, dan pengetahuan perawatan profesional dan praktek sehingga klien
mengalami hasil yang bermanfaat untuk kesejahteraan atau untuk memperbaiki kondisi
manusia atau LifeWay”(hlm. 148). Sementara holisme integratif meliputi keperawatan, itu
juga meluas ke praktek perawatan kesehatan multidisipliner dan interdisipliner profesional
yang menyatu dengan nilai-nilai klien khusus perawatan budaya dan generik, keyakinan, dan
preferensi untuk mempromosikan penyembuhan dan kesehatan. Update terbaru untuk teori
dan Sunrise Enabler meliputi pengenalan faktor biologi. Penambahan faktor biologis pada
2018 memastikan masuknya dan penilaian penyakit fisik dan mental kondisi (terutama
budaya-terikat dan budaya khusus kondisi), keturunan dan genetik, dan orang-orang yang
mempengaruhi dan / atau dipengaruhi oleh perawatan generik dan profesional (McFarland,
2018c; Wehbe-Alamah, 2018c).

6
SUNRISE ENABLER

Assumptive Premises of the Culture Care Theory

1. Care
Secara teori care didefiniskan sebagai membantu, memberikan support, dan memungkinkan
pengalaman atau ide-ide ke depannya. (Leininger, 2002b, 2006a; McFarland, 2018c;
McFarland & Wehbe-Alamah, 2015b). kata caring merujuk kepada aksi, attitude, dan
praktik yang digunakan untuk membantu orang lain untuk mencapai kesembuhan dan
kesehatan. (Leininger, 2002b; McFarland, 2018c). di bagan mayor care termasuk dalam
Both Folk dan Professional care dan diprediksi bisa mempengaruhi dan menjelaskan
kesehatan atau menjadi sehat untuk budaya yang sama atau berbeda (Leininger, 1978).
Berdasarkan penemuan pada riset baru-baru ini care adalah lebih luas tertanamnya dan
merupakan suatu fenomena yang tidak terlihat—sering diambil untuk diberikan—kadang-
kadang menjadi tantangan bagi perawat untuk secara cepat mengidentifikasi dan mengerti
secara menyeluruh (Eipperle, 2015; Leininger, 1991a, 2002b; McFarland, 2018c).

2. Culture
7
Konstruksi mayor yang merupakan pusat dari teori sudah diadaptasikan dari konsep
antropologi. Leininger (1991a, 2002b, 2006a) mendefinisikan culture sebagai sesuatu yang
bisa dipelajari, dibagi dan ditransferkan berupa nilai, kepercayaan, norma, dan pandangan
hidup dari budaya tertentu yang membimbing pikiran, keputusan-keputusan dan tindakan
dalam pola pandangantertentu. Dari pandangan antropologi culture biasanya dilihat secara
lebih luas dan menyeluruh yang berarti untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksi
pandangan hidup orang saat ini dan di lokasi yang berbeda secara geografis.
3. Culture Care.
Transkultur menyiapkan perawat-perawat pengetahuan tentang budaya perawatan dalam
berbagai cara berdasarkan konseptual dengan menyatukan antara budaya dan perawatan,
dan mengkonfirmasikan hubungan ini melalui penelitian dan praktik. Penggunaan
pendekatan ini dalam keperawatan dapat mencakup dua aspek dalam praktik yaitu perawat
dan pasien. Kekuatan struktur ini untuk membantu penemuan dan pemahaman akan sakit,
kesehatan dan ekspresi kesehatan manusia lainnya menyisakan focus yang penting dalam
keperawatan transcultural.
4. Emic and Etic
Konsep ini merupakan bagian mayor dari teori. Kata emic berarti lokasi, asli atau
pengetahuan budaya orang dalam dan pandangan spesifik dari fenomena. Etik berarti
pandangan orang luar atau orang asing (biasanya professional kesehatan) dan pengetahuan
institusional tentang fenomena budaya perawatan (Leininger, 1978; McFarland &
WehbeAlamah, 2015b; Wehbe-Alamah, 2018b).
5. Integrative Care
Leininger mendefinisikan integrative care sebagai pandangan aman, sesuai dan kreatif as
safe, congruent, and creative dari penyatuan pengetahuan perawatan secara holistic, generic
dan professional dan praktik, maka pengalaman pasien yang positif untuk mendapatkan
kesehatan atau perbaikan dari kondisi kesehatannya atau pandangan hidupnya (Leininger,
2002d).
6. Culturally Congruent Care
Konsep ini merujuk pada pengetahuan berbasis perawatan, tindakan dan keputusan
digunakan secara sensitive dan pandangan pengetahuan secara tepat dan bermanfaat untuk
menyesuaikan dengan nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup pasien untuk
kesehatannya, atau untuk pencegahan sakit, ketidakmampuan atau kematian (Leininger,
2006a; McFarland, 2018b).
7. Culture Care Diversity
Konsep ini merujuk pada perbedaan atau variasi diantara orang-orang dalam menghargai
makna perawatan budaya, pola, nilai-nilai, pandangan hidup, symbol atau hal lain yang
berhubungan dengan penyediaan pelayanan yang menguntungkan kepada pasien dengan
budaya yang spesifik (Leininger, 2006a, 2015)
8. Culture Care Universality
Konsep ini merujuk kepada secara umum dibagikan atau fenomena perawatan budaya yang
mirip dari individu atau kelompok dengan makna yang sekarang, pola, nilai, pandangan
8
hidup atau symbol yang dijadikan sebagai petunjuk untuk pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyediakan bantuan, dukungan, fasilitas atau kemampuan perawatan untuk
menghasilkan kesembuhan (Leininger, 2006a, 2015).
9. Health
Konsep ini merujuk pada pernyataan kesehatan yang didefinisikan secara budaya, nilai dan
praktik dan merefleksikan kemampuan individu atau kelompok untuk menunjukkan
aktivitas dari peran mereka dalam budaya yang diekspresikan, keuntungan dan pola
pandangan hidup (Leininger, 1991b, 2015)
10. Ethnohistory
Leininger (1978) mengkonsep ulang teori antropologi ini membangun sebuah perspektif
perawat. Dalam aksi yang sama, ia mendefinisikan ethnohistory sebagai factor masa lalu,
kejadian, instansi dan pengalaman manusia, kelompok, kebudayaan dan institusi yang
terjadi dahulu dalam konteks tertentu yang membantu menjelaskanpandangan hidup masa
lalu dan masa kini tentang pengaruh budaya dalam perawatan terhadap kesehatan dan
menjadi sehat atau kematian (Leininger, 2002b, 2015).
11. Environmental Context
Konsep ini merujuk kepada totalitas dari suatu kejadian, situasi atau pengalaman tertentu
yang memberikan makna kepada ekspresi manusia, interpretasi dan interaksi social dalam
geofisik tertentu, ekologikal, spiritual, sosiopolotik, dan factor teknologi di dalam
pengaturan budaya yang spesifik (Leininger, 2002b; McFarland, 2018c)
12. Worldview
Konsep ini merujuk kepada pandangan dimana manusia cenderung untuk mencari dunianya
atau secara umum membentuk pendirian gambaran atau nilai tentang hidup atau dunia di
sekitarnya (Leininger, 1978, 2002b; McFarland, 2018c). Worldview menyediakan
perspektif yang luas tentang orientasi seseorang terhadap hidup, manusia, atau kelompok
yang mempengaruhi perawatan atau respon kepedulian dan keputusan.
13. Culture Care Modes of Decisions and Actions
Dalam teori CCT (Culture care Teori), Leininger (1978) mengemukakan tiga keputusan
perawtan budaya dan cara aksi untuk menyediakan kebudayaan yang sesuai dengan
pelayanan keperawatan. Leininger (1978) menyatakan bahwa perawat memerlukan variasi
dari pendekatan yang kreatif untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermakna
dan bermanfaat kepada pasien. Keputusan dan tindakan ini sangat penting untuk perawatan
yang efektif dan perawatan yang peduli dan harus digunakan dengan penemuan dari
penelitian dengan metode ethnonursing yang dituntun oleh CCT.

Culture Care Decision and Action Modes


1. Pelestarian perawatan budaya dan / atau pemeliharaan : Bantu, mendukung, fasilitatif, atau
memungkinkan tindakan profesional atau keputusan yang membantu budaya untuk
mempertahankan, melestarikan, atau mempertahankan keyakinan perawatan
menguntungkan dan nilai-nilai atau menghadapi penyakit, cacat, mati, dan kematian.

9
2. Akomodasi perawatan budaya dan / atau negosiasi : Bantu, akomodatif, fasilitatif, atau
memungkinkan tindakan perawatan penyedia kreatif atau keputusan yang membantu
budaya beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan orang lain untuk perawatan budaya
kongruen, aman, dan efektif untuk kesehatan mereka, kesejahteraan, atau berurusan dengan
penyakit, cedera, cacat, dan sekarat.
3. Repatterning perawatan budaya dan / atau restrukturisasi : Bantu, mendukung, fasilitatif,
atau memungkinkan tindakan profesional dan keputusan bersama yang akan membantu
orang menyusun ulang, mengubah, memodifikasi, atau merestrukturisasi lifeways dan
lembaga mereka untuk mencapai pola yang lebih baik perawatan kesehatan, praktek, atau
hasil.

Sosial dimensi struktur Studi


Faktor teknologi, faktor agama, spiritual, dan filosofis, Kekerabatan dan sosial factor, Nilai-
nilai budaya, keyakinan, dan lifeways, faktor biologis, faktor-faktor politik dan hokum, Faktor-
faktor ekonomi dan faktor pendidikan.

D. Paradigma keperawatan
Paradigma keperawatan menurut Madeleine Leininger adalah :
1. Manusia / pasien
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma –norma
yang diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki pasien dalam mengisi
kehidupannya.
3. Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan di mana pasien dengan
budayanya saling berinteraksi, baik lingkungan fisik, social dan simbolik.
4. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada pasien
dengan berfokus pada perilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit.

E. Aplikasi teori keperawatan


1. Penelitian
Para peneliti terus mengembangkan penelitian studi penemuan dipandu oleh CCT yang
berkontribusi terhadap pengetahuan, disiplin, dan praktek klinis keperawatan melalui
artikel yang dipublikasikan, presentasi, dan media sosial. Fawcett (2003) menyatakan
bahwa sementara semua penelitian keperawatan memiliki nilai, penelitian berdasarkan
model konseptual keperawatan spesifik perlu ditekankan, karena kemajuan pengetahuan
keperawatan disiplin khusus dapat terjadi hanya ketika semua peneliti perawat
mengidentifikasi model konseptual dipandu studi mereka .
10
Perawat yang kompeten secara budaya menerapkan praktek-praktek perawatan yang
kongruen budaya yang melampaui semua pengaturan klinis, pendidikan, administrasi,
dan penelitian. peneliti perawat dan organisasi keperawatan telah merespon dengan
merancang proyek transkultural translasi untuk implementasi dalam pengaturan
masyarakat dan klinis (American National University, 2019) yang bisa mendapatkan
keuntungan populasi dari beragam budaya (Marion et al., 2016). Dengan demikian,
proyek-proyek ini bermakna akan meningkatkan hasil perawatan kesehatan, kesehatan,
kesejahteraan, dan kualitas hidup bagi orang-orang dari beragam budaya dan orang-orang
yang mengalami sosial dan kesehatan kesenjangan (McFarland, 2018a; McFarland &
Wehbe-Alamah, 2015b).
2. Pendidikan
Meskipun CCT telah digunakan secara luas untuk memandu program transculturally
terfokus, telah diusulkan bahwa diperluas aplikasi teori akan bermanfaat sebagai
kerangka membimbing untuk kurikulum dan program sarjana dan pascasarjana
keperawatan. Kompetensi CCT inti konstruksi budaya, budaya kongruen perawatan,
perawatan generik dan profesional, keragaman budaya, dan pandangan kesehatan dari
perspektif pasien dan lain-lain-bisa berulir melalui setiap kursus kurikulum keperawatan
untuk meningkatkan kompetensi keperawatan dalam penyediaan perawatan yang
kongruen dalam beragamnya budaya klien.

3. Kebijakan Kesehatan
Dengan fokus pada faktor-faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi kompetensi
budaya, perawatan yang sesuai dengan budaya, dan kesehatan dan kesejahteraan, CCT
adalah kerangka teoritis tepat waktu dan relevan untuk memandu inisiatif kebijakan
menyikapi penentu kesehatan AS. ketidakadilan sosial dan kesenjangan kesehatan
mempengaruhi hasil kesehatan, harapan hidup, dan semua penyebab kematian termasuk
kematian akibat penyakit jantung, hipertensi, obesitas, dan diabetes (Keyes & Galea,
2016).

4. Praktik

a. Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini
amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga
merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai
salah satu cara pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan tradisional ini
dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut (Betancourt, 2016):
1) Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk
menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak
sebanyak setengah gelas.

11
2) Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan
cara minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan
untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh.
3) Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala
(Jawa: tuma) tiga kali sehari untuk pengobatan penyakit kuning.
4) Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan
herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh
masyarakat dapat mengobati penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang
paru (pneumonia), radang saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis),
radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore),
kencing manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare juga
dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat
menyebuhkan diabetes melitus.
b. Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini bahwa
pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik. Misalnya, di
Afrika, penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan
penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup untuk
mengganti produk yag akan dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai
penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.

c. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri
menurut keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien
berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah
melakukan pengkajian tentang latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
1) Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami nyeri
diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat
memperparah dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan
umat Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya
dengan posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke
sebelah kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan
dapat meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang
tidak tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.
2) Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari
obat yang diberikan oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’
dari burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
3) Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat
atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun,
harus diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah

12
nyeri atau hal-hal lain yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang
disebut dukun pijat yang sering didatangi orang banyak apabila mengalami
keluhan nyeri misalnya kaki terkilir.
4) Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap
mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua aplikasi transkultural
sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak medis agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan.
d. Nilai Gula Darah Normal
Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan.
Setelah makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association
merekomendasikan kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada
kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5
liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200
mg/ dl. Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :
1) Laki-laki usia 50 tahun,
2) Pingsan saat rapat di kantornya,
3) Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,
4) Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,
5) Kegemukan, dan
6) Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan
makanan yang manis.
Analisis kasus
Ditinjau dari keadaan fisik :
-          Kegemukan
-          Kadar gula darah di atas normal
Ditinjau dari pola hidup :
-          Kurang aktivitas fisik
-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula
Peran perawat
1) Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan
pasien,bantuan dalam menjaga pola makan dan melakukan implementasi
independent dari dokter berupa pemberian obat dan aturan pemakaian.
2) Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga
kondisi kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi
kesehatannya.

Peran dari segi transkultural


3) Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan
bahayanya
4) Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut
5) Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima
pada budaya pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita
DM atau mengurangi konsumsi gula yang biasa digunakan.

13
Referensi

Betancourt, D.A.B., 2016. Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of Nursing 2, 8.

McFarland, M.R., Wehbe-Alamah, H.B., 2019. Leininger’s Theory of Culture Care Diversity

and Universality: An Overview With a Historical Retrospective and a View Toward the

Future. J. Transcult. Nurs. 104365961986713.

https://doi.org/10.1177/1043659619867134

14

Anda mungkin juga menyukai