PENDAHULUAN
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta - fakta yang telah diobservasi, tetapi
kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung. Teori keperawatan digunakan
untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan, sehingga model
keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri
yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di
tempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model
konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan
yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti;
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek
yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
terhadap kebutuhan semua pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan
pasien. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan
Model Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan
ilmu dan praktek serta profesi keperawatan di Indonesia.
1.3 Tujuan
Mengetahui teori yang digunakan keperawatan dalam linkup middle range teori
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
mengidentifikasi bahwa terdapat kompenen bayi yang mempengaruhi peran
seorang ibu yaitu temperamen bayi, kemampuan memberikan isyarat, penampilan,
karakteristik umum, iresponsiveness (ketanggapan), dan status kesehatan. Mercer
(1995) juga mencatat banyak temuan pentingnya peran ayah.
Asumsi Mayor
3
karakteristik kepribadian bawaan juga mempengaruhi
responperilakunya (Mercer, 1986a).
1) Keperawatan
4
b. pelaksanaan perawatan bagi mereka yang membutuhkan
tenaga professional untuk mencapai fungsi kesehatan pada
tingkat yang optimal.,
c. penelitian untukmelakukan perubahan, ilmu pengetahuan
berdasarkan kepada asuhan keperawatan yang terbaik.
Perawat memberikan asuhan keperawan untuk individu,
keluarga dan komunitas. Melakukan pengkajian situasi dan lingkungan
klien, perawat mengidentifikasi tujuan bersama klien, memberikan
bantuan kepada klien melalui pembelajaran, dukungan, melaksanakan
perawatan klien yang tidak dapat melakukan perawatan sendiri dalam
konteks lingkungan klien.
2) Individu (person)
5
penting dalam melaksanakan peran seorang ibu. Ibu, ayah dan anak
serta anggota keluarga saling berinteraksi dan mempengaruhi satu dan
lainnya (Mercer,1995)
3) Kesehatan
4) Lingkungan
6
2.1.1 Maternal Role Attainment: Mercer’s Original Model
a.Mikrosistem
b. Mesosistem
7
mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan
lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.
c. Makrosistem
1. Antisipatory
Tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup
data sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu
terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan janin
dalam uterus dan mulai memainkan peran.
8
2. Formal
3. Informal
4. Personal
9
Sedangkan sifat bayi yang memberi dampak terhadap
identitas peran ibu meliputi temperamen, kemampuan memberi
isyarat, ekspresi, karakteristik umum, respon dan kesehatan.
Contoh respon perkembangan bayi, mengenai perkembangan
identitas pengasuhan ibu (lihat gambar 2.2) meliputi:
10
adalah pandangan diri yang terinternalisasikan, dan peran adalah
komponen eksternal, komponen perilaku.
11
2.2. Merle H. Mishel
2.2.1 Sumber Teori dan Mayor Konsep
Merle Mishel menemukan idenya ketika ayahnya meninggal karena
kanker kolon. Mishel menyadari bahwa ayahnya tidak dapat menemukan apa
yang terjadi pada dirinya. Waktu itu, dokter tidak mberkomunikasi secara
efekti terhadap pasien. Ayah mishel berusaha untuk mengontrol sebagian
aspek ketika sedang berusaha menghadapi ketidakpastian dari sakitnya ini.
Mishel tidak menyadari keadaan ini sebagai sebuah ketidakpastian tetapi
sebagai sesuatu yang ambigu. Setelah itu ketika dia menjalani studi
doktoralnya, mishel kembali ke ide ini dan menggunakannya untuk disertasi.
Mishele membuat sebuah skala untuk menguji ambigu yang diterima dalam
penyakit. Skala ini kemudian dinamakan menjadi Mishel Uncertainty in
Ilness Scale.
12
Teori rekonseptualisasi, Mishel (1990) mengakui bahwa pendekatan
barat terhadap ilmu pengetahuan mendukung pandangan mekanistik dalam
penekanan pada kontrol dan prediktabilitas. Dengan menggunakan teori
sosial kritis, Mishel mengakui bias dalam teori aslinya, orientasi terhadap
kepastian dan adaptasi. Kemudian Mishel menggunakan prinsip-prinsip dari
teori chaos yang berfokus sistem terbuka. Dengan menggunakan teori chaos
memungkinkan untuk menginterpretasikan ketepatan mengenai penyakit
kronis. Suatu ketidakseimbangan menjadikan orang-orang dalam
ketidakpastian secara terus-menerus dalam menemukan makna baru dalam
penyakit.
13
7. Structure providers Struktur provides adalah sumber daya yang tersedia
untuk membantu orang dalam menginterpretasikan kerangka stimulus
12. Illusion Ilusi mengacu pada keyakinan yang dibangun dari uncertainty
14. New view of life Pandangan baru tentang kehidupan mengacu pada
formulasi/ penyusunan yang menghasilkan arti baru dari integrasi
uncertainty secara terus-menerus menjadi diri sendiri – struktur
uncertainty diterima sebagai bagian ritme hidup yang alami
14
Kesadaran seseorang akan adanya kematian. Diartikan sebagai kontek bagi
perkembangan atau kematangan di usia senja atau pada akhir kehidupan. Konsep
vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di
dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan
pengasuhan.
2. Self Transcendence
Bernard Lonergan, filsuf dan teolog, dalam bukunya Method in Theology (1975)
menulis bahwa manusia mencapai keotentikannya dalam transendensi diri (self-
transcendence). Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah
dicapai. Suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi
lebih baik.
Menurut G Reed, self transcendence didefinisikan sebagai pengembangan konsep
diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu :
· Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-
pengalaman yang telah dialami.
· Outwardly (lahiriah) : tampak dari luar. Diartikan bahwa pentingnya
melakukan hubungan dengan dunia luar dalam hal ini berinteraksi dengan
lingkungannya.
· Temporally (duniawi) : menggunakan keterampilan atau pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman masa lalu sehingga menjadi pelajaran untuk mencapai
tujuan masa depan yang terintegrasi dengan menerapkannya pada masa
kini/sekarang.
3. Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
4. Moderating-Mediating Factors
Variabel kontekstual dan personal dan interaksinya bisa mempengaruhi proses
transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang baik. Contoh dari variabel
tersebut adalah usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi
spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu. Variable kontekstual dan personal
15
dapat memperkuat dan memperlemah hubungan vulnerabilities dan transendensi diri
dan antara transendensi diri dan keadaan baik/sejahtera (well being).
5. Point Of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi. Tindakan
keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam
diri seseorang terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa faktor personal dan
kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ;
hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
Asumsi Mayor :
1. Health
Sehat, merupakan awal proses model, yang didefinisikan secara mutlak sebagai
proses kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan positif dimana individu
menciptakan lingkungan dan nilai-nilai yang unik yang mendukung kesejahteraan
(well-being).
2. Nursing
Peran keperawatan adalah untuk mendampingi orang-orang (persons) (melalui proses
interpersonal dan manajemen terapeutik pada lingkungannya) dengan membutuhkan
keterampilan untuk mendukung kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).
3. Person
Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi
dengan orang lain dan dalam perubahan lingkungan yang kompleks dan bersemangat
yang dapat berkontribusi secara positif dan negatif terhadap kesehatan dan keadaan
baik.
4. Environment
Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang
secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat
mempengaruhinya dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara orang-orang,
objek dan aktivitas keperawatan
16
2.4 Carolyn L. Wiener Dan Marylin J. Dodd
17
dalam kehidupan seseorang dan interaksi dengan pelaku lain dalam situasi
kehidupan tersebut.
18
a. Identitas
b. Temporalitas
c. Tubuh
19
mempengaruhi. Disusun oleh total organisasi. Jenis pekerjaan yang
diselenggarakan pada trajectory yang dilakukan oleh pasien dan keluarga:
b. Pekerjaan sehari-hari
c. Pekerjaan biografis
20
diri saat mereka memantau tanggapan orang lain terhadap strategi yang
mereka coba kelola dalam hidup dengan penyakit.
Manusia adalah fokus dari teori Wiener dan Dodd tentang trajektori
sakit. Teori ini menjelaskan asumsi utama yang mencerminkan turunannya
dalam sebuah perspektif sosiologis Teori ini meliputi tidak hanya komponen
fisik dari penyakit, tetapi ―total organisasi kerja yang dilakukan selama
perjalanan penyakit‖ (Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Trajektori
sakit secara teoritis berbeda dari perjalanan suatu penyakit. Dalam teori ini,
trajektori sakit tidak terbatas pada orang yang menderita penyakit.
Sebaliknya, organisasi keseluruhan melibatkan orang sakit, keluarga, dan
professional perawatan kesehatan yang memberikan perawatan (Alligood,
2014).
Penegasan Teoritis
21
dengan penyakit dalam berbagai konteks, termasuk biografis (konsepsi diri)
dan sosiologis (interkasi dengan orang lain). Dari perspektif ini, mengelola
gangguan (atau koping terhadap ketidakpastian) melibatkan interaksi pasien
dengan berbagai pemain dalam organisasi serta kondisi sosial eksternal.
Mengingat kompleksitas interaksi tersebut di beberapa konteks dan dengan
banyak pemain di seluruh trajektori sakit, koping adalah sebuah proses yang
sangat bervariasi dan dinamis (Alligood, 2014).
22
koping dan perawatan diri keluarga selama 6 bulan pengobatan kemoterapi.
Sampel untuk studi yang lebih besar termasuk 100 pasien dan keluarga mereka.
Setiap pasien telah didiagnosis menderita kanker (payudara, paru-paru,
kolorektal, ginekologi, atau limfoma) dan sedang dalam proses menerima
kemoterapi untuk pengobatan penyakit awal atau untuk kekambuhan kembali.
Subjek dalam studi ini didesain setidaknya satu anggota keluarga yang bersedia
untuk berpartisipasi dalam studi ini.
Ketika data untuk studi yang lebih besar dianalisis, menjadi jelas bagi
Dodd (peneliti utama) bahwa data wawancara kualitatif memberikan wawasan
yang signifikan yang selanjutnya dapat menginformasikan studi. Wiener,
seorang ahli teori grounded yang bekerja sama dengan Strauss,salah satu
pendiri metode ini, kemudian direkrut untuk melakukan analisis data
23
wawancara sekunder. Perlu dicatat bahwa metode teori grounded biasanya
melibatkan sebuah proses perulangan bersamaan dalam pengumpulan dan
analisis data (Glaser, 1978; Glaser & Strauss, 1965). Ketika wawasan teoretis
diidentifikasi, pengumpulan data sampling dan selanjutnya secara teoritis
didorong untuk menyempurnakan konsep, dimensi, variasi, dan kasus negatif
yang muncul. Namun, dalam proyek ini, data telah dikumpulkan sebelumnya
menggunakan panduan wawancara terstruktur; dengan demikian, ini adalah
analisis sekunder dari kumpulan data yang telah ada.
24
diizinkan oleh para peneliti (Oberst, 1993). Tapi ukuran kumpulan data belaka
tidak menceritakan keseluruhan cerita.
25
preschool Children with Myelomeningocele‘, yang mengidentifikasi emosi tentang
kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan
Burke Chronic sorrow Questionaire, ‗Chronic sorrow in mothers of school-age with
myelomeningocele‘.
NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode
manajemen yang efektif menjadi model yang mereka gunakan . adanya perbedaan
atau inkosistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme
koping individu.
26
1) Berduka kronis (chronic sorrow)
2) Kehilangan (Loss)
27
menangis atau ekspresi emosi lainnya. Manajemen eksternal adlah
intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et all 1998
dalam Alligood 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara
professional dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka,
caring dan tenaga professional yang kompeten lainnya (Alligood,
2014).
5) Inefektif Manajemen
6) Effective Management
7) Strategi Manajemen
28
d. Emosional, mekanisme koping emosional misalny adalh
menangis dan mengekspresikan emosi.
Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau
individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaab kembali berduka (re-
grief). Staregi koping eksternal , dideskripsikan sebagai intervensi yang
dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa
nyaman para subyek dengan bersfat empati , memberi edukasi serta merawat
dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.
1) Keperwatan
2) Manusia
3) Kesehatan
29
Kesehatan seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang
tercipta setelah kehilangan . Koping yang efektif menghasilkan respon normal
terhadap kehilangan.
4) Lingkungan
1) Clarity (kejelasan)
Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area
klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga
diartikan secara jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai
contoh pemahaman bahwa Chronnic sorrow memberikan kerangka berpikir
dalam menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami suatu
kehilangan atau berduka yang memanjang . Dalam konsep chronic sorrow
terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event atau kejadian
pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal, maupun eksternal.
Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau tidak efektif yang
pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan. Apabila manajemen efektif ,
maka individu akan mengalami kenyamanan dalam kondisi kroniknya dan
sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan mengalami
ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal maupun
eksternal akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang
tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita
yang kronis.
Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau
fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik
klinik. Seperti yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan middle range teori ini
30
memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat , pelajar/mahasiswa
perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara
nasional dan internasional (Alligood, 2014).
Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang
mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan
mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu -
individu yang tidak mengalami berduka kronis ini apakah mereka memiliki
karakteristik kepribadian yang berbeda , misalnya memiliki ketabahan atau
mereka menerima intervensi yang berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa
data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan kehilangan yang terus
menerus. Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari
berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk
berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang berhubungan tidak
jelas dipaparkan.
Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas
perbedaan problem oriented dengan cognitive strategies . demikian juga emotive
cognitive. Emosional dan strategi interpersonal belum digambarkan secara jelas.
Beberapa overlap yang nyata antara manajemen internal dan eksternal terjadi
ketika kata ―interpersonal‖ digunakan untuk menggambarkan bantuan
professional.
31
Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara
yang diharapkan dengan dengan kenyataan . kejadian tersebut dapat memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan / mendalam yang potensial
progersif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan
pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode manajemen
dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari internal (koping
personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim
kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif, maka individu akan
meningkat perasaan Kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal
sebaliknya.
2) Simplicity (kesederahaan)
32
Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak
yang mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara
empiris, teori diperluas untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari
kehilangan . teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan
dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberian
perawatan. Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi
pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari pengalaman
digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu . pemicu dan manajemennunik
pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih
beragam.
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan
keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara
umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh
manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.
33
Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami
seseorang Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi
terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan terminal. Aplikasi teori ini
sangat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang
dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang berkelanjutan.
34
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik
dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam
pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu
memenuhinya. Perawat harus mengetahui peran profesionalnya, aktivitas
perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan
bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada
beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat
yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat
lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi
kewenangannya.
a. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang
dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
b. Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien.
Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan
persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.
c. Disiplin proses keperawatan
Menurut Orlando (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses
keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan
tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam
hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku
tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan
pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
d. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan
produktif.
2.6.2 Asumsi Pokok Teori Orlando
35
Hampir keseluruhan dari teori Orlando digambarkan secara implicit.
Schieding (1993) memberikan beberapa asumsi dari tulisan Orlando
mengenai empat bidang dan elebotasi mengenai pandangan Orlando:
1. Asumsi Mengenai Keperawatan
Keperawatan merupakan profesi yang berbeda dengan disiplin
ilmu lain. Keperawatan professional mempunyai fungsi dan dan
menghasilkan produk yang berbeda (hasil). Terdapat perbedaan antara
sekadar membaringkan dengan tindakan keperawatan yang
professional.
2. Asumsi Mengenai Pasien
Kebutuhan pasien akan pertolongan merupakan suatu hal yang
unik. Pasien memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan
kebutuhannya akan pertolongan.
a. Ketika pasien tidak memperoleh kebutuhannya maka ia akan
mengalami kemunduran.
b. Tingkah laku dari seorang pasien merupakan suatu hal yang
memberikan mana.
c. Pasien mampu dan bersedia berkomunikasi secara verbal atau
tidak verbal.
3. Asumsi Mengenai Perawat
Reaksi seorang perawat terhadap pasienya merupakan suatu
hal yang unik. Perawat seharusnya tidak menambah tekanan pada
seorang pasien.
a. Pemikiran dari seorang perawat merupakan alat utama dalam
menolong seorang pasien.
b. Perawat menggunakan respon yang spontan dalam menjalankan
tanggung jawab keperawatanya.
c. Praktek keperawtan seorang perawat dikemabnagkan berdasarkan
gambaran dari diri mereka masing-masing.
4. Asumsi Mengenai Situasu Yang Terjadi Antara Pasien dan Perawat
36
Situasi hubungan antara perawta dan pasien merupakan suatu
hal yang dinamis. Hal-hal yang terjadi dalam interaksi antar pasien
dan perawat merupakan bahan utama dalam menggembangkan
pengetahuan seorang perawat.
37
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.(PPNI, 2000 hlm 57). Pelaksanaan
asuhan keperawatan tersebut merupakan aplikasi unsur dan konsep dari
beberapa teori dan model keperawatan yang diadopsi, digabung,
dikembangkan serta dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya teori dan model
yang mewarnai asuhan keperawatan yaitu teori yang dikemukakan oleh Ida
Jean Orlando yang dikenal dengan teori proses keperawatan atau disiplin
proses keperawatan.
Dalam teorinya Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep
utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing
process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau
prosesi keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi
perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi
permasalahan klien yangdisampaikan kepada perawat, menanyakan untuk
validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006:434) Orlando juga menggambarkan
mengenai disiplin nursing proses sebagaimana interaksi total (toytally
interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat
dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap
perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukantindakan yang
tepat (George, 1995 ;162)Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mencoba
membuat uraian mengenailebih jauh mengenai aplikasi Teori Keperawatan
Ida Jean Orlando―Nursing Procces Theory‖ Dalam Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan Di Rumah Sakit.
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang lebih
sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat tindakan
masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan membangun
kebijakan public yang sehat. Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan
38
efektifnya dalam komunitas, lingkungan dan masyarakat dimana mereka perlu hidup.
Perawat mengerti dan memikirkan usaha peningkatan derajat kesehatan. Dan telah
menetapkan skema untuk upaya peningkatan derajat kesehatan:
1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan pribadi
dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan dalam formulasi
kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat kesehatan.
2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam perkembangan dan kepercayaan kesehatan dan
tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter yang
berbeda, nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang tua dan lingkungan keluarga
dapat memberikan kesehatan atau sebaliknya. Lebih banyak perhatian harus
diberikan kepada perkembangaan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan
keluarga.
3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik perilaku
mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.
4. Kesehatan lingkungan.
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luas ke individu,
keluarga, dan komunitas dapat sampai kepotensi optimal mereka. Kesehatan
lingkungan yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisan dan keseimbangan
diantara dua manusia disekeliling mereka.
5. Kesehatan masyarakat.
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat
mempunyai standar hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan mengajak
dalam beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah masyarakat yang baik
adalah anggota masyarakat yang mau membantu dan bertanggungung jawab untuk
kesehatan.
39
Teori pemahaman untuk promosi kesehatan & proteksi kesehatan
40
Model interaksi kesehatan klien berfokus pada karakteristik, klien
dan factor eksternal pada klien untuk menyediakan keterangan secara
komprehensif pada tindakan langsung terhadap pengurangan resiko dan
promosi kesehatan.
41
mempromosikan kesehatan. Kognisi perilaku spesifik diidentifikasi sebagai
manfaat yang dirasakan tindakan, hambatan untuk bertindak, self-efficacy,
aktivitas terkait mempengaruhi, pengaruh interpersonal, dan pengaruh
situasional (Sakraida 2014). Komitmen seseorang untuk sebuah rencana
tindakan, serta tuntutan dan preferensi bersaing selanjutnya diukur untuk
memprediksi hasil (McCullagh, 2013).
Asumsi utama dari teori ini fokus pada unsur-unsur paradigma yang
Pender gambarkan yakni:
1. Manusia
Manusia sebagai makhluk holistik yang berusaha untuk
mewujudkan sebuah negara yang optimal dari aktualisasi diri dengan
menggunakan atribut bawaan dan eksistensial untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mencapai keseimbangan (Sakraida 2014). Isyarat ini
sementara membimbing seseorang menuju negara yang sejahtera
sepanjang kontinum melalui jalur yang paling resistensi. Meskipun
42
manusia tersebut dipandang sebagai diri regulator independen, penyedia
layanan kesehatan berpengaruh dalam memprovokasi perubahan gaya
hidup dengan peran-pemodelan dan memberikan wawasan (Sakraida
2014). HPM ini didorong oleh persepsi klien keberhasilan; apakah
perilaku akan menghasilkan hasil yang diinginkan tergantung pada upaya
yang dilakukan dan tingkat kesulitan.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam teori Pender ini didefinisikan sebagai
pengaruh interpersonal dan situasional, bukan kekuatan statis.
Lingkungan mengacu pada keadaan fisik, interpersonal, dan ekonomi di
mana orang hidup. Kualitas lingkungan tergantung pada tidak adanya zat
beracun, ketersediaan makanan dan sebagainya.
3. Sehat
43
Model Pender ini memandang kesehatan sebagai keadaan
makhluk yang bervariasi dalam tingkat sepanjang kontinum, yang
dipengaruhi oleh pengubah internal dan eksternal. "Pender
mendefinisikan kesehatan sebagai aktualisasi potensi manusia yang
melekat dan diperoleh melalui perilaku yang diarahkan pada tujuan,
perawatan diri yang kompeten, dan hubungan yang memuaskan dengan
orang lain untuk menjaga integritas struktural dan harmoni "(McCullagh,
2013).
4. Perawat
Dalam model Pender ini perawat memainkan peran utama dalam
memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada klien untuk
mempromosikan self-efficacy, yang dibuat lebih efektif bila kepercayaan
praktisi dirasakan dalam keterampilan nya sendiri/ pengetahuan yang luas.
Tujuan utama dari perawat adalah untuk membantu orang dan bisa
merawat diri sendiri.
Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak
Cincinnati Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu
memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang
berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan
masalah ini.
2.8.1 Teori Model Keperawatan Menurut Medeleine Leininger
44
berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai
penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun
1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik,
Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan
subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian
terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan lebih
dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.
Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja
pemberian asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaan
(diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya
yang berbeda. Hal ini mengarah pada di kembangkannya teori-teori
universalitas dan diversitas dalam asuhan kultural.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni
humanistik yang dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi
perilaku asuhan (individu dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan
pada peningkatan,dan pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari
penyakit yang memiliki signifikasi fisik, psiko kultural dan social atau makna
dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau dari orang
yang memiliki kompetensi peran serupa‖ (Leininger,1984, hal 4-5)
Beberapa inti dari model teorinya adalah :
1. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau
kelompok yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar
mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai
kelompok tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di
putuskan, dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok
tersebut.
3. Asuhan transkultural
45
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar
mempelajari norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam
rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu
individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup
atau kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.
4. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan
rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma,
dan cara hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai
kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara
hidup kultur atau sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan
dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu
tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.
5. Universalitas asuhan kultural
1. Manusia
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan
hidup, dan nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur,
individu memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh,
ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap
manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan pengetahuan
tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang
memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut
46
sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari
individu.
2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau
kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan
sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem
layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari
dua sub sistem :
a) Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi
bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis,
layanan keperawatan, dan fisioterapi.
b) Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang
terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan
etnik, pengobatan alternative.
4. Keperawatan
Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai
keperawatan transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan
aspek-aspek sebagai berikut :
a) Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik
b) Keperawatan berpusat pada individu
c) Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan
kesejahteraan, dan memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu
penyakit, sambil mempertimbangkan perbedaan budaya.
47
2.9 Betty Newman
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas
keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan
fleksibel, yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan
lain-lain, garis pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya
perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis
pertahanan resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan,
tingkat pendidikan masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari
imunisasi di daerah yang ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada garis
pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini
bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.
Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh
dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar
pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan
satu kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis,
sosiokultural dan spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan
dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi
terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan
yang dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi
proses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya
dilakukan menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh
48
akibat stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder
dan tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat meliputi
berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang
potensial dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu seperti mengidentifikasi
adanya stressor, mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung
koping pada pasien secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada
penguatan pertahan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana
pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, menurut Neuman meliputi berbagai
tindakan perawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit
serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor dan pencegahan tersier untuk
memberikan penguatan pertahan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk membantu dalam mencegah
terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur
serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu
penyakit.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam
mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat mengkaji
mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-
variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor.
Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan
gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman,
manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari
fisiologi, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem
terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan
disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stesor. Lingkungan
internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal
dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal
dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan lingkungan yang aman, yang
mungkin terbentuk oleh mekanisme yang di sadari maupun yang tidak disadari.
49
Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak
sistem. Model Neuman mencakup stresor interpersonal, intrapersonal, daan
ekspersonal.
Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem terbuka
(meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan
stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien (meluputi
lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis
pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan
rekontruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :
Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga,
kelompok, masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang
utuh bagian dari interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua
variabel yang secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Sistem Terbuka
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi
dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress
adalah komponen dasar pada suatu system terbuka.
Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan
lingkungannya dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk
bergerak kearah stabilitas yang utuh.
Input dan Out put
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy,
informasi yang saling bertukar antara klien dan lingkungan.
Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan
sebagai feed back untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan
untuk merubah, meningkatkan, atau menstabilkan system.
Negentropy
50
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu
kemajuan system kearah stabilitas atau baik.
Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan
sistem kearah sakit atau kemungkinan kematian.
Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan
stressor untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
Enviroment :
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien
setiap saat sebagai bagian dari lingkungan.
Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk
mengekspresikan system secara simbolik dari keseluruhan system.
Tujuannya adalah menyediakan suatu arena aman untuk system fungsi
klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor.
Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual) klien dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien
sebagai system.
Basic Clien Structure :
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh
lingkaran terpusat. Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor
kehidupan dasar atau sumber energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor
kehidupan dasar yang umum untuk seluruh anggota organisme. Seperti
sebagai faktor bawaan atau genetik.
Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar
disebut garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang
membantu klien mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh
adalah respon system imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien
51
dapat menyusun system kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat
terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh interrelationship kelima
variable sistem klien.
Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat.
Hal itu menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu
dipelihara dari waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk
mengkaji penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi
variabel system dan perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya
hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan
suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu penyusutan keadaan
kesehatan.
Garis Pertahanan Fleksibel :
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan
fleksibel. Hal ini dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu
yang singkat. Hal ini dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi
terhadap stressor dari pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil
yang di presentasikan sebagai garis pertahanan normal. Hubungan antara
variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural, perkembangan, dan spiritual)
dapat mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk menggunakan
pertahanan garis fleksibel untuk melawan kemungkinan dari reaksi stressor
seperti gangguan tidur. Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel
meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu
yang singkat terhadap invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan
memberikan lebih sedikit pertahanan.
Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem
klien berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem
terpenuhi.
Sakit (Illness) :
52
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan
keadaan tidak seimbang dan penurunan energi.
Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem yang stabil. Stressor dapat berupa :
1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon
kondisional seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu,
seperti harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaan
finansial.
Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien
untuk menyesuaikan terhadap stressor.
Pencegahan sebagai intervensi :
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien
menahan, mencapai, atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi
dapat terjadi sebelum dan sesudah garis perlindungan dan perlawanan yang
dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada
kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil
antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai
atau diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui.
Neuman menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain
usaha untuk memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau
menguatkan garis pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan
reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau
treatment awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya
53
internal dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan
garis internal resistensi, mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor
resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian
kearah kestabilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu
meningkatkan resistensi terhadap stressor untuk membantu mencegah
terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses ini mendorong untuk
kembali pada tipe siklus ke pencegahan primer. Sebagai contoh akan
dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan
klien.
Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut
Teori Betty Neuman
1. Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman
menyatakan konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien
adalah gabungan hubungan yang dinamik antara faktor fisiologi, psokologi,
sosiokultural, perkembangan, dan spiritual. Sistem klien digambarkan
sebagai perubahan atau pergerakan konstan yang hidup sebagai system
terbuka dalam hubungan timbak balik dengan lingkungan.
2. Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia
memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju
sakit yang secara alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah
untuk mencapai kondisi sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan
seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan
akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi
dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang diberikan pada
waktu itu.
3. Keperawatan
54
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan
semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah
profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi
respon individu terhadap stress. Persepsi perawat mempengaruhi terhadap
pelayanan yang diberikan sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi
antara pemberi pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan
instrument pengkajian dan intervensi untuk membantu melakukan tugas
tersebut.
4. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari
model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah
hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor
internal dan eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi
dengan manusia dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan
ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan dan
digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan dan
secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :
a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya
yang terjadi pada klien
b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan
semua interaksinya yang terjadi di luar klien.
c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan
digunakan klien untuk membantu mekanisme pertahanan.
Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan
yang diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi
varibel-variabel sistem untuk menciptakan efek yang ditentukan sehingga
dapat membantu klien mengatasi stressor lingkungan yang mengancam
dengan melakukan perubahan pada diri sendiri atau situasi. Contohnya
respon menolak (variabel fisiologi), dan semangat untuk survive pada siklus
kehidupan (variabel perkembangan). Lingkungan yang diciptakan secara
55
terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan oleh keadaan
sehat yang dipersepsikan klien.
56
proses yang saling menguntungkan pada manusia dan juga tidak dapat
dipisahkan dari manusia. Kejadian ini membuktikan bahwa asumsi tentang
manusia dan prosesnya adalah sebagai berikut (McEwen & Wills, 2014):
1. Manusia adalah ada selama pola secara teratur dari pembentukan (proses)
alam semesta (keberadaan, pembentukan, dan pola).
2. Manusia adalah mahluk terbuka, menentukan makna situasi secara bebas,
bertanggung jawab untuk keputusan (situasi bebas, terbuka, dan energi).
3. Manusia adalah unit terkecil, terjadi pola hubungan yang teratur (energi,
pola, dan pembentukkan).
3. Manusia adalah mempunyai cakupan yang luas (melihat lebih jauh)
secara multidimensi terhadap berbagai kemungkinan-kemungkinan
(terbuka, pandimensional, dan situasi yang bebas).
4. Menjadi unit terkecil dari kehidupan kesehatan manusia (terbuka, situasi
bebas dan pembentukkan).
5. Menjadi bagian proses pembentukkan manusia-alam semesta secara
terarur (pola pembentukan dan pandimensional).
6. Menjadi adalah pola yang terbentuk dari prioritas nilai dari hubungan
(siatusi bebas, pola, dan keterbukaan).
7. Menjadi adalah proses dalam diri terhadap berbagai kemungkinan
(keterbukaan, situasi bebas, dan keberadaan).
8. Menjadi adalah proses menjadi manusia sebagai suatu unit (keberadaan,
energi, dan pandimensional).
2.10.3 Prinsip dan Konsep teori Human Becoming
Tiga prinsip pada teori Human Becoming. Setiap prinsip berisi 3
konsep yang diperlukan untuk mengeksplorasi pengertian yang lebih
mendalam tentang theory human becoming. Teori ini terdiri dari 3 bagian
besar yaitu: structuring, cocreating rhythmical pattern, and
cotranscendence (McEwen & Wills, 2014).
1. Structuring
Pada komponen ini terdapat tiga bagian penting antara lain
a. Imaging
57
Menurut Parse manusia memiliki rasa ingin tahu yang luarbiasa
tinggi.Dalam memenuhi hasratnya akan suatu hal tersebut manusia
mencoba untuk mencari tahu ataupun menduga jawabanya. Jawaban dari
pertanyaan muncul dari penggalian manusia terhadap realita dan
pandangannya terhadap suatu fenomena. Imaging adalah intepretasi
personal dari arti, kemungkinan dan konsekuensi. Perawat tidak dapat
mengetahui imaging secara lengkap tetapi perawat mampu mengungkap,
menghormati, dan memberi kesaksian sebagai pertahanan manusia
dengan proses membentuk, mencari, mengintegrasi, menolak dan
mengintepretasi
b. Valuing
c. Languaging
Manusia berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
Setiap tindakan seperti cara berbicara, melihat, bergerak, bahkan ketika
mereka diam mengisyaratkan terjadinya komunikasi. Perawat
dapat memahamibeberapa bahasa dimana manusia tersebut
memperlihatkan, tetapi mereka tidak mampu mengetahui arti dari bahasa
tersebut. Untuk mengerti bahasa, perawat harus bertanya kepada orang
tersebut apa maksud dari kata-kata, tindakan dan gerak-gerik tersebut.
Sesuatu yang mungkin terjadi ketika seseorang belum mengetahui
maksud dari bahasa mereka, dimana perawat menghormati proses yang
sedang berjalan untuk mengerti maksud dari situasi tersebut. Jelaslah
bahwa untuk mengerti itu membutuhkan waktu, dan manusia tahu kapan
untuk menjelaskan arti yang sesuai pada saat itu.
2. Cocreating
Maksud dari prinsip ini adalah kehidupan manusia menciptakan pola-pola
dari hari ke hari dan pola-pola tersebut memberitahukan tentang arti dan
nilai secara personal. Dalam pola yang saling berhubungan manusia
menciptakan, banyak kebebasan dan pembatasan pada pilihan; semua pola
terlibat dalam ikatan yang komplek dan tidak terikat dengan manusia,
pikiran dan pilhan. Prinsip kedua ini memiliki 3 konsep yaitu :
58
a. Mengutarakan–menyembunyikan (Revealing-Concealing)
Mengutarakan-membunyikan adalah cara seseorang untuk
memperlihatkan dan sembunyi, sekaligus, untuk menjadi manusia (Parse,
1981, 1998). Digunakan untuk menceritakan dan lebih
mengenalkan tentang diri sendiri kepada orang lain. Terkadang manusia
mengetahui apa yang ingin dikatakan dan mereka menyalurkannya
dengan begitu jelas dan terkadang juga manusia memiliki hal yang
mengejutkan diri mereka sendiri dengan kata-kata yang mereka lontarkan.
59
untuk diganggu. Pilihan mencerminkan cara orang bergerak dan berubah
dalam proses menjadi.
Tiga konsep prinsip ini adalah sebagai berikut
a. Powering
Makna tentang kehidupan dan perjuangan dan kemauan untuk
terus berjuang meskipun menemui kesulitan dan ancaman. Parse (1981,
1998) menggambarkan powering sebagai proses mendorong - menolak
yang selalu terjadi dan yang menegaskan keberadaan kita dalam
kemungkinan ketidakberadaan. Orang secara terus-menerus terlibat dan
ketidakberadaan (tentang hilang dan risiko kematian dan
penolakan). Powering adalah gaya yang diberikan, yang mendorong
untuk bertindak dan kemungkinan hidup dengan tujuan di tengah untuk
menegaskan dan memegang apa yang disayangi, sementara secara
bersamaan hidup dengan kehilangan dan ancaman
ketidakberadaan (nonbeing). Selalu ada perlawanan dengan kekuatan
mendorong powering, karena orang-orang yang hidup dengan orang lain
yang juga menghadapi terhadap berbagai kemungkinan.
b. Originating
Konsep tentang keunikan manusia dan memegang dua paradoks
berikut: (1) sesuai-tidak sesuai dan (2) kepastian-ketidakpastian. Orang
berjuang untuk menjadi seperti orang lain, namun mereka juga berusaha
untuk menjadi unik. Pilihan tentang originating terjadi dengan realitas
kepastian-ketidakpastian. Tidak mungkin mengetahui semua yang
mungkin datang dari memilih untuk menjadi berbeda atau dari memilih
untuk menjadi seperti orang lain. Originating dan menciptakan lagi
adalah pola yang berdampingan dengan keteguhan dan kesesuaian (Parse,
1981, 1998). Pola originating kerajinan manusia yang unik ketika
kemungkinan mereka terlibat kehidupan sehari-hari. Perawat
saksi originating bersama orang-orang yang sedang dalam proses
memilih bagaimana mereka akan dengan mengubah pola kesehatan.
c. Transforming
60
Transforming adalah tentang perubahan yang disengaja dan
pergeseran pandangan bahwa orang-orang memiliki tentang hidup
mereka. Orang selalu berjuang untuk mengintegrasikan yang tidak biasa
dengan yang biasa terjadi dalam keseharian kehidupan mereka. Ketika
penemuan-penemuan yang baru dibuat, orang mengubah pemahaman
mereka, kadang-kadang, pola hidup dan pandangan dunia dapat bergeser
dari wawasan misteri dan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan
mereka. Transformasi adalah perubahan yang berkelanjutan dengan
karakteristik mutual process dan kecerdikan manusia sebagai orang-orang
yang menemukan cara untuk mengubah arah harapan dan impian mereka
(Parse, 1981, 1998). Perawat, dengan cara mereka hadir dengan orang
lain, membantu atau menghalangi upaya orang untuk mengklarifikasi
harapan, impian, dan arah yang diinginkan mereka.
61
dengan bagaimana perilaku dalam hidupnya mengembangkan powering,
originating, dan transforming.
3. Manusia
Manusia merupakan komponen terbuka, unik dan berbeda dari
komponen yang lain secara terpisah. Parse memandang konsep manusia
universal dan kesehatan sebagai suatu kesatuan. Parse mengatakan bahwa
walaupun tiap hal ini dideskripsikan secara terpisah tetapi mereka
berhubungan dalam suatu proses. Manusia mempengaruhi dan
dipengaruhi orang lain. Manusia menjadi tau dan mengerti saat mereka
bekerja dengan alam melalui orang lain dengan ide-ide,sejarah, budaya
dan harapan-harapan. Konsep manusia menurut Parse diantaranya:
1. Manusia yang hidup berdampingan sambil coconstituting pola ritmis
dengan alam semesta.
2. Manusia adalah kesatuan, terus coconstituting pola berhubungan.
3. Manusia terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, yang
bertanggung jawab atas keputusan.
4. Manusia ini melampaui multidimensional dengan possibles
5. Becoming adalah proses terbuka, dipengaruhi oleh pengalaman
manusia (konsep terbuka, coconstituting dan situasi kebebasan).
4. Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai pemberi stimulus dalam proses
timbal balik dalam hubungan dengan manusia. Segala sesuatu secara
pribadi dan pengalamannya yang mampu memberikan hubungan timbal
balik dengan manusia.
62
Piaget, Engel, Selyr dan M. Erikson diintegarasikan dan disintesis menjadi
teori yang holistik dan paradigma untuk keperawatan. H. Erikson (1976)
dalam Alligood (2014), mengemukakan pendapat bahwa manusia mempunyai
hubungan pikirian dan badan dan identifikasi sumber potensial yang dapat
memprediksi kemampuan mereka dalam mengatasi stress. Erikson juga
menjelaskan hubungan antara status kebutuhan dan proses perkembangan,
kepuasan dengan kebutuhan, kehilangan dan rasa sakit, dan kesehatan dan
kebutuhan akan kepuasan.
63
Karya Winnicott, Klein, Mahler, dan Bowlby tentang hubungan
keterikatan objek saat perkembangan dan pertumbuhan manusia dari masa
kanak-kanak sampai tua juga mempengaruhi teori modeling dan re-modeling
ini. Erikson menyatakan teori bahwa hubungan antara keterikatan objek dan
kebutuhan akan kepuasan. Ketika sebuah benda berulang kali memenuhi
kebutuhan dasar seseorang, maka keterikatan atau keterhubungan dengan
benda tersebut objek tersebut akan terjadi. Sebuah konsep baru yang
disintesis yaitu melihat hubungan keterikatan objek dihubungkan dengan rasa
keterpisahan pada manusia (Erickson, H., 2006, 2010; Erickson, Erickson, &
Jensen, 2006; Erickson, Tomlin, & Swain, 1983; Erickson, M.,
1996b dalam Alligood, 2014).
2.11.2 onsep Utama dan Definisi Konsep Teori Modeling dan Role Modeling
a. Modeling
64
dari Modeling adalah pengembangan citra perawat dipandang dari perspektif
klien. Sains tentang Modeling adalah gabungan ilmu dan analisis data yang
dikumpulkan tentang pemodelan klien. Modeling terjadi ketika perawat
menerima keadaan dan mengerti tentang kliennya (Erickson, Tomlin, &
Swain, 2002).
b. Role Modeling
c. Keperawatan
d. Nurturance
65
Penerimaan merupakan sesuatu yang unik, berharga, dan penting bagi
individu dalam mengembangkan potensi dirinya. Perawat menggunakan
empati untuk membantu individu belajar bahwa perawat menerima dan
menghormati dirinya. Penerimaan tanpa syarat akan memudahkan individu
menggerakan potensi yang dimilikinya untuk mencapai kesehatan yang
optimal (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam Alligood, 2014).
f. Manusia
1) Holism
2) Kebutuhan Dasar
3) Lifetime Development
66
Perkembangan seumur hidup individu melewati tahap
psikologis dan kognitif. Dalam tahap psikolgis, setiap tahap memiliki
tugas perkembangan tersendiri mencakup alternatif dari pengambilan
keputusan seperti kepercayaan versus ketidakpercayaan, keyakinan
versus keraguan. Individu yang matang secara psikologis mampu
mempertahankan kesehatannya, sedangkan tahap kognitif dimana
individu berfikir untuk terus bertumbuh dan berkembang. Piaget
percaya bahwa pembelajaran kognitif berkembang secara berurutan
sesuai dengan tahapan umur (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood, 2014).
4) Affiliated Individuation
1) Inherent Endowment
2) Adaptasi
67
Adaptasi terjadi karena individu merespons stresor eksternal
dan internal dengan cara yang diarahkan pada kesehatan dan
diarahkan pada pertumbuhan. Adaptasi melibatkan mobilisasi sumber
daya koping internal dan eksternal. Tidak ada subsistem yang berada
dalam bahaya saat adaptasi terjadi (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood 2014). Kemampuan individu untuk memobilisasi
sumber daya digambarkan oleh Adaptive Potential Assessment
Model (APAM). APAM mengidentifikasi tiga keadaan potensial
penanggulangan yang berbeda: (1) arousal (gairah), (2) ekuilibrium
(adaptif dan maladaptif), dan (3) Impoverishment (pemiskinan).
Masing-masing bagian ini mewakili potensi yang berbeda untuk
memobilisasi sumber perawatan diri. Gerakan di antara bagian
dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk mengatasi (dengan
stressor yang terus berlanjut) dan adanya tekanan baru" (Erickson,
Tomlin, & Swain, 2002, hlm. 80-81 dalam Alligood, 2014). Perawat
dapat menggunakan model ini untuk memprediksi potensi individu
untuk memobilisasi sumber perawatan diri sebagai respons terhadap
stres (Alligood, 2014).
4) Perawatan Diri
a) Pengetahuan Self-care
68
Pada tingkat tertentu, seseorang tahu apa yang
membuat dia sakit, mengurangi keefektifannya, atau
mengganggu pertumbuhannya. Orang tersebut juga tahu apa
yang akan membuatnya baik, mengoptimalkan keefektifan
atau pemenuhannya (keadaan tertentu), atau mempromosikan
pertumbuhannya (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hal 48
dalam Alligood, 2014).
c) Tindakan selft-care
a. Keperawatan
69
yang diarahkan oleh kesehatan (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam
Alligood, 2014).
b. Manusia
Pembedaan dilakukan antara pasien dan klien dalam teori ini. Seorang
pasien diberi perawatan dan instruksi; sedangkan klien berpartisipasi dalam
perawatannya sendiri. Tujuannya adalah agar perawat bekerja dengan klien
(Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hal 21). Klien adalah orang yang
dianggap anggota sah dari tim pengambil keputusan, yang selalu memiliki
kendali atas rejimen yang direncanakan, dan siapa yang dimasukkan ke dalam
perencanaan dan pelaksanaan perawatannya sendiri sebanyak mungkin
(Erickson, Kinney, Stone, et al., 1990, hal 20; Erickson, Tomlin, & Swain,
2002, hal 253 dalam Alligood, 2014).
c. Kesehatan
d. Lingkungan
Model Dorothy Johnson (1980, 1990) adalah sintesis dari teori dan konsep
ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi kedalam kerangka kerja sistem. Teori
70
mengenai stress dan adpatasi menjadi titik focus dalam model ini. Setiap orang
dipandang sebagai suatu sistem perilaku yang terdiri atas tujuh subsistem. Subsistem
tersebut berinteraksi dan saling terkait. Setia orang berupaya mencapai keseimbangan
dan kestabilan baik secara internal maupun eksternal dan berfungsi secara efektif
melalui penyesuaian dan beradaptasi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan
melalui pola atau respons yang telah dipelajari. Jika tekanan-tekanan ini terlalu besar
dan orang tersebut tidak mampu beradaptasi atau mencapai fungsi yang optimum,
maka terjadi ketidakstabilan dalam satu subsistem atau lebih, sehingga mengurangi
kapasitas dan efesiensi fungsi dan mengurangi energy. Perawat membantu siapa saja
yang terancam atau secara potensial terancam oleh ketidak seimbangan sistem
perilaku guna mempertahankan fungsi yang efisien dan efektif.
Para perawat mengatur tekanan eksternal untuk memulihkan sistem perilaku
(biopsikososial) pada tingkat yang optimum dengan memberdayakan regulasi atau
pengendalian eksternal, mengubah unsur structural dengan arah yang diinginkan atau
memenuhi kebutuhan fungsi dari subsistem. Model Johnson didasarkan pada
interaksi dari sistem perilaku seseorang dan subsistem dengan lingkungan.
a. Sistem perilaku
Dalam teori sistem, suatu sistem adalah keutuhan dengan bagian-bagian
yang saling bergantung. Bagian-bagian tersebut memilii struktur dan suatu proses
atau pola perilaku. Sistem ditandai oleh organisasi, interaksi, saling
ketergantungan, dan integrasi dari bagian-bagiannya. Melalui interaksi baik di
dalam subsistem maupun dengan tekanan ekternal yang bekerja pada subsistem,
sistem berupaya untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan melalui
penyusuaian dan adaptasi.
b. Subsistem
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada satu subsistem dapat mengganggu subsistem yang
lainnya. Masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas
71
khusus yang penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruhan
subsistem, dan masing-masing mempunyai struktur dan fungsi.
4 unsur structural memengaruhi setiap subsistem. Unsur pertama adalah
tujuan atau dorongan, didefinisikan sebagai tujuan dari perilaku dan konsekuensi
yang dicapai. Secara umum tujuan masing-masing subsistem adalah universal,
namun terdapat variasi individual. Unsur kedua, set subsistem individu
mencerminkan ―predidposisi tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang
mengacu pada tujuan‖ (Johnson, 1990). Set membedakan rentang perilaku yang
tersedia bagi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang dipilih
terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan, dan pengalaman. Unsur ketiga,
masing-masing subsistem mempunyi pilihan perilaku alternative untuk mencapai
tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individual, yang
merupakan satu-satunya aspek yang dapat diamati dari setiap subsistem. Perilaku
ini diteliti untuk mengetahui efisiensinya dalam mencapai tujuan.
Masing-masing subsistem mempunyai suatu set respon atau
kecenderungan perilaku yang telah diterapkan yang diarahkan kepada tujuan atau
dorongan yang umum. Respon-respon tersebut dibentuk melalui kematangan,
pengalaman, dan pembelajaran. Respon dipengaruhi oleh factor-faktor
biopsikososial. Seiring waktu, respon dapat dimodifikasi, tetapisuatu pola respon
berulang yang dapat diamati terus berlanjut.
Masing-masing dari ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik:
a. Ingestif
Mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan mengnternalisasi
lingkungan eksternal (grubbs, 1980).
b. Pencapaian
Menguasai atau mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian
beberpa standar kesempurnaan, seperti keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.
c. Agresif
Melindungi diri dan oranglain dari benda-benda, orang, ide-ide yang
meiliki potensi mengancam; berfungsi sebagai mekanisme perlindungan
72
diri. Agresif, subsistim berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan
perlindungan dan penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti
sesuatu bahwa menghasilkan tanggapan bertahan dari perorangan ketika
hidup atau wilayah diancam. Subsistim agresif tidak meliputi perilaku itu
dengan satu penggunaan primer untuk melukai individu lain.
d. Eliminative
Merupakan bentuk pengelluaran segala sesuatu dari sampah atau barang
yang tidak berguna secara biologis. Subsistim eliminative berhubungan ke
perilaku mengepung eksresi dari sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui
ini mungkin sulit terpisah dari satu perspektif sistem biologi. Bagaimanapun,
seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku dari makanan, ada secara
sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat untuk manusia ke
eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda secara sosial perilaku yang
dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tapi keberadaan dari hal itu pola
yang tersisa dari budaya ke budaya.
e. Seksual
Menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang
lain. Subsistim seksual mencerminkan tingkah laku berhubungan ke
prokreasi. Biologi berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada
subsistim seksual. Lagi, perilaku berhubungan ke budaya dan akan
membedakan dari budaya ke budaya. Perilaku juga akan bervariasi sesuai
dengan genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan suatu masukan
pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa
diterima oleh masyarakat luas.
f. Afiliatif atau Kelekatan
Berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau orang. Tujuannya
adalah mencapai inklusi social, keakraban dan ikatan social yang kuat untuk
keamanan dan akhirnya untuk bertahan. Akhirnya, subsistim perampungan
menimbulkan perilaku coba itu untuk mengontrol lingkungan. Intelektual,
fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan keterampilan sosial adalah beberapa
73
area yang Johnson kenali. Area lain dari pemenuhan pribadi atau sukses juga
boleh diliputi di subsistim ini.
g. Ketergantungan
Subsistim detik diidentifikasi oleh Johnson adalah subsistim
ketergantungan. Johnson mencirikan subsistim ketergantungan dari lampiran
atau subsistim affiliative. Perilaku ketergantungan adalah ―membantu‖
perilaku itu memelihara perilaku dari individu lain pada lingkungan. Hasil
dari perilaku ketergantungan adalah ―persetujuan‖, perhatian atau bantuan
pengenalan dan ―fisik‖. Sulit untuk memisahkan subsistim ketergantungan
dari affiliative atau subsistim lampiran karena tanpa seseorang diinvestasikan
di atau terlampir ke perorangan untuk menjawab ke individu itu merupakan
perilaku ketergantungan, subsistim ketergantungan harus menghidupkan
lingkungan yang berfungsi/berguna.
Mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan guna mendapat bantuan,
perhatian, kepastian, dan keamanan: bantuan dalam mencapai dukungan,
perhatian, kepercayaan, dan sokongan.
Berdasarkan subsistem tersebut di atas, maka akan terbentuk sebuah
sistem perilaku individu, sehingga Jhonson memiliki pandangan bahwa
keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi
sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut.
74
Menurut Jhonson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu
yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Johnson meyakini masing-masing individu telah memiliki pola, penuh arti,
berulang, jalan dari akting yang termasuk satu sistem tingkah laku spesifik ke
individu itu. Aksi ini atau perilaku dari satu ―terorganisir‖ dan unit fungsional yang
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi di antara orang dan
lingkungannya dan mendirikan hubungan dari orang ke objek, peristiwa dan keadaan
pada lingkungannya. Johnson mengidentifikasi tujuh subsistim pada sistem tingkah
laku. Identifikasi ini dari tujuh subsistim berlawanan dengan lain yang punya
menerbitkan penafsiran dari meodel Johnson.
Fungsi optimal dari subsistim affiliative memgiijinkan "pemasukan sosial,
keakraban pada formasi dan lampiran dari satu kemasyarakatan yang kuat dan
terikat". Subsistem satu pemberi kekhawatiran berpengaruh telah ditemukan secara
kritis untuk survival dari satu bayi. Pada proses kematangan perorangan, lampiran ke
pejabat berlanjut dan lampiran tambahan ke individu berpengaruh nyata yang lain
saat mereka memasuki keduanya anak dan kemudian menjadi dewasa.
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-
masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang penting
untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruha subsistem dan masing-masing
mempunyai struktur dan fungsi. Empat unsur structural memengaruhi setiap
subsistem. Unsur pertama adalah tujuan atau dorongan, didefenisikan sebagai tujuan
dari perilaku dan konsekuensi yang ingin dicapai. Secara umum tujuan masing-
masing subsistem adalah universal namun terdapat variasi individual. Unsur kedua,
set subsistem individu mencerminkan ―predisposisi tindakan yang akan dilakukan
oleh seseorang mengacu pada tujuan‖ (Johnson, 1990). Set membedakan rentang
perilaku yang tersedia bagi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang
dipilih terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan, dan pengalaman. Unsur ketiga,
masing-masing subsistem mempunyai pilihan perilaku alternative untuk mencapai
75
tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individual, yang
merupakan satu-satunanya aspek yang dapat diamati dari setiap subsistem. Perilaku
ini diteliti untuk mengetahui efesiesinya dalam mencapai tujuan. Masing-masing
subsistem mempunyai suatu set respons atau kecenderungan perilaku yang telah
ditetapkan dan diarahkan kepada tujuan atrau dorongan yang umum. Respons-
respons tersebut dibentuk melalui kematangan, pengalaman, dan pembelajaran.
Respons dipengaruhi oleh factor-faktor psikososial. Seiring waktu, respons dapat
dimodifikasi, tetapi suatu pola respons berulang yang dapat diamati terus berlanjut.
c. Kebutuhan sistem
Masing-masing subsistem mengharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan
fungsi harus dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk
mempertahankan kestabilan dan keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipenuhi
melalui upaya individual sendiri atau melalui bantuan dari lingkungan.
Kebutuhan ini mencakup perlindungan, pemeliharaan, dan stimulasi.
Perlindungan mengacu pada menjaga keamanan individu dari pengaruh yang
membahayakan saat sistem tidak dapat mengatasinya, menjaga individu dari
ancaman yang tidak diinginkan, dan mengatasi ancaman atas nama individu
(grubbs, 1980). Pemeliharaan berarti mendukung perilaku adaptif individu yang
adekuat melalui pemeliharaan, latihan, dan kondisi-kondisi yang mendukung
perilaku yang sesuai. Stimulasi meningkatkan kelangsungan tumbuh kembang.
Berbagai bentuk stimulasi digunakan untuk tujuan yang berbaeda guna
mempertahankan atau meningkatkan kestabilan perilaku.
Individu menggunakan berbagai mekanisme pengaturan dan
pengendalian untuk megevaluasi dan memilih perilaku yang diinginkan.
Mekanisme ini dipelajari melalui pengalaman dimasa kanak-kanak dan biasanya
di internalisasi dimasa dewasa. Tiga tipe utama mekanisme pengaturan dan
pengendalian yang digunakan individu adalah biopsikologis, psikologis, dan
sosiokultural. Mekanisme ini memberi pantauan dan umpan balik kepada sistem.
Mekanisme-mekanisme tersebut memandu perubahan-perubahan perilaku dan
mengoordinasi diantara subsistem.
76
d. Pola Perilaku
Masing-masing sistem dan subsistem mengembangkan respon-respon
yang berpola, berulang, dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional
yang terorganisasi dan terintegrasi. Respon-respon yang berpola ini menentukan
interaksi dari subsistem, sistem, dan lingkungan. Pola perilaku menetapkan
hubungan sistem atau orang dengan benda-benda, peristiwa, dan situasi dalam
lingkungan. Pola-pola ini teratur, bertujuan, dan dapat diprediksi, yang
mempertahankan efisiensi fungsi sistem.
Dalam pandangan Johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien.
Jika sitem seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan
lingkungan eksternal, maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur
eksternal untuk memodifikasi atau mengubah struktur atau memandu kebutuhan
fungsi guna memulihkan kestabilan.
Model ini hanya dapat diterapkan untuk individu yang sistem perilakunya
terancam atau potensial terus terancam oleh ketidakstabilan. Model ini sangat
berguna dalam proses keperawatan untuk individu yang sakit. Model mencakup
aspek biopsikososial kesehatan; namun demikian, model perkembangan juga
dapat dibutuhkan untuk pengkajian dan analisis keperawatan yang lengkap.
Model dari Johnson tidak menguraikan dengan jelas pengaturan lingkungan
tempat keperawatan terjadi, tidak juga membahas kebutuhan pemeliharan dan
promosi kesehatan seseorang.
77
memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran actual dan tak
langsung makhluk social lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi
adaptif utama.
a. Sistem
Dengan memakai definisi sitem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan, ―A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the
interpedence of its part‖ (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan Chin yakni tedapat ―organisasi, interaksi, interpedensi dan
integrasi bagian dan elemen-elemen‖.
Disamping itu, manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam
bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap kekuatan yang
mengenai mereka.
b. Batasan Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting
dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat
di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri
sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental
dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang
melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap
sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan
tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang
dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negative.
Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespons atau menanggapi
suatu peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi,
juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu. Selain pengertian
tersebut di atas pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek biologis.
Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku organisasi,
misalnya merupakan kegiatan atau aktivitas- aktivitas yang dilakukan dalam
organisasi. Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktivitas
78
manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara,
berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati
oleh orang lain. Namun adapula perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang
lain atau biasa disebut sebagai internal activities seperti, persepsi, emosi,
pikiran, dan motivasi.
Dalam dunia kesehatan, ada dua factor yang mempengaruhi perilaku
manusia. Kedua factor tersebut adalah factor keturunan atau genetic dan
factor lingkungan (enviromental). Perspektif yang berpusat pada personal
mencakup factor biologis dan factor sosiopsikologis. Factor biologis
memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan biologis dari
kedua orang tua. Sedangkan factor yang mempengaruhi perubahan perilaku,
pada hakikatnya identik dengan factor yang mempengaruhi perkembangan
individu. Factor yang dimaksud dapat berupa factor pembawaan (heredity)
yang bersifat alamiah, factor lingkungan yang merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan factor waktu yaitu
saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga factor tersebut dalam proses
berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif. Telah
dikemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh factor keturunan
serta factor lingkungan oleh karena itu, kedua factor tersebut ikut menentukan
perilaku manusia. Factor keturunan merupakan bawaan dari seseorang yang
melekat pada dirinya sebagai warisan dari orang tuanya. Termasuk dalam
factor ini antara lain emosi, kemampuan sensasi, kemampuan berfikir
(kecerdasan).
Kata ―Behaviorisme‖ biasanya digunakan untuk melukiskan isi
sejumlah teoriyang saling berhubungan dibidang psikologi, sosiologi dan
ilmu-ilmu tingkah laku.
Ilmu perilaku adalah suatu istilah bagi pengelompkan yang
mempunyai cakupan luas termasuk di dalamnya antropologi, sosiologi, dan
psikologi. Yang bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai kegiatan
manusia, sikap, dan nilai-nilai. Setelah psikologi bekembang luas dituntut
mempunyai cirri-ciri suatu disiplin ilmu pengetahuan maka jiwa dipandang
79
terlalu abstrak. Sementara itu, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa
diamati, dicatat, dan diukur.Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
perilaku karena perilaku dianggap lebih muda diamati, dicatat, dan diukur.
Arti prilaku mencangkup prilaku yang kasat mata seperti makan, menangis,
memasak, melihat, bekerja, dan prilaku yang tak kasatmata, seperti fangtasi,
motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik
tidak bergerak.
Pandangan Johnson tentang manusia seperti mempunyai dua sistem
utama, sistem biologi dan sistem tingkah laku. Ini adalah peran dari sistem
pengobatan untuk memfokuskan pada sistem biologi, sedangkan fokus
keperawatan adalah sistem tingkah laku.
Ada pengenalan dari aksi timbal balik yang terjadi di antara sistem
biologi dan tingkah laku ketika beberapa jenis dari kelainan fungsi tubuh
terjadi di yang lain sesuatu dari sistem. Yang dapat dipengaruhi oleh tiga
unsur utama.
a) Masyarakat
Berhubungan dengan lingkungan dimana seseorang berada.
Menurut Johnson, perilaku seseorang dipengaruhi oleh semua peristiwa pada
lingkungan. Pengaruh budaya pada perilaku seseorang dipandang dari dalam.
Ini adalah rasakan pada banyak alur, yang membedakan budaya ke budaya
yang bebeda, yang mempengaruhi perilaku spesifik pada sekelompok orang-
orang, meskipun bisa jadi seluruh anggota masyarakat atau individu ada yang
sama.
b) Kesehatan
Adalah penuh arti, yang dapat menyesuaikan diri, tanggapan, fisik,
secara mental, emosional, dan secara sosial, ke stimuli internal dan eksternal
agar memelihara kemantapan hidup. Model tingkah laku Jhonson
mendukung bahwa seseorang mencoba untuk memelihara keseimbangan.
c) Perawat
Perawat mempunyai satu masukan primer yaitu untuk membantu
perkembangan keseimbangan pada seseorang. Hal Ini mempertimbangkan
80
praktek dari perawat dengan individu pada apapun titik pada rangkaian
penyakit kesehatan. Perawatan implementasi mungkin memfokuskan pada
perubahan dari satu perilaku yang mendukung untuk memelihara
keseimbangan seseorang . Di teori lebih awal, Johnson memfokuskan
perawatan pada individu yang terganggu keseimbangannya. Oleh Jhonson
pada 1980, dia menyatakan keperawatan itu mempunyai kaitan dengan utuh
terorganisir dan terintegrasi, tapi itu fokus utama di di dalam memelihara
satu seimbang pada sistem tingkah laku ketika penyakit terjadi pada
perorangan.
2.13 Boykin and Schoenhofer
Premis inti atau central thesis dalam teori Nursing as Caring A Model for
Transforming Practice yang disusun oleh Anne Boykin dan Savina O.
Schoenhofer adalah ―nurturing persons living caring and growing in caring‖ yaitu
merawat individu yang hidup dan tumbuh dalam aspek caring (Alligood & Tomey,
2010; Boykin & Rigg, 2010). Teori ini mencakup kerangka kerja konseptual yang
komprehensif yang menunjukkan makna dan tujuan dari keperawatan sebagai suatu
disiplin ilmu dan profesi. Teori ini juga mencakup ide dalam situasi keperawatan
yang dimaknai sebagai proses berbagi pengalaman dengan adanya
perilaku caring didalamnya, hal tersebut akan meningkatkan kepribadian (Alligood
& Tomey, 2010).
Teori ini menunjukkan keunikan dalam konsep keperawatan dimana setiap
perawat memaknai hubungan antara perawat dan pasien dalam
prinsip caring (Mccance & Mckenna, 1999). Sensitifitas dan keterampilan dalam
menciptakan perilaku caring dikembangkan seiring keinginan perawat dalam
memaknai caring itu sendiri. Dalam teori ini, manusia dimaknai sebagai individu
yang bersifat caring secara fundamental, potensial dan aktual (Alligood & Tomey,
2010).
Cakupan teori ini dibatasi oleh beberapa konsep yang meliputi caring sebagai
hidup dan ditawarkan dalam situasi keperawatan. Situasi atau pelayanan keperawatan
81
meliputi ekspresi dari nilai, kehendak, dan perbuatan dari dua individu atau lebih
untuk hidup dalam hubungan interaksi keperawatan. Kepribadian dimaknai sebagai
proses kehidupan yang mendasari caring, mengimplikasikan individu yang
berlaku caring secara otentik dan bersikap terbuka dalam proses caring. Dengan
adanya situasi keperawatan yang berlandaskan caring maka akan meningkatkan
kepribadian melalui keintiman caring, proses menghargai diri sendiri dan individu
lain (Alligood & Tomey, 2010; Boykin & Rigg, 2010).
Dalam situasi keperawatan, terdapat kesepakatan atau proses komunikasi
langsung yang disebut sebagai ‗direct invitation‘ antara perawat dan individu yang
dirawat untuk membina hubungan dengan caring. Proses ini meliputi kerendahan
hati dan kehendak dalam membina hubungan dengan caring. Berdasarkan hal
tersebut maka fokus dalam teori ini bukan apa saja yang dapat dilakukan oleh
perawat akan tetapi berfokus pada hal-hal apa yang dimaknai dari proses
keperawatan tersebut bagi individu yang dirawat (Alligood & Tomey, 2010).
Teori ini mencakup panggilan bagi perawat yang disebut sebagai ―call for
nursing‖, dimaknai sebagai panggilan yang menimbulkan kehendak dalam diri
perawat. Hal tersebut tidak dapat diprediksi akan tetapi dihasilkan dari pengalaman
dalam hubungan caring. Dengan kehendak dan panggilan jiwa perawat, maka proses
dalam hubungan keperawatan mencakup pandangan perawat pada pasien
sebagai caring person (Alligood & Tomey, 2010). Selanjutnya, teori ini mencakup
proses caring diantara perawat dan individu yang dirawat, respon perawat terhadap
situasi serta memahami keperawatan dapat dilakukan dengan mempelajari sejarah
sebelumnya (Alligood & Tomey, 2010). Definisi caring, konsep dari teori, proposisi
dalam teori yang disususn oleh Boykin dan Schoenhofer masih bersifat abstrak
sehingga teori ini diklasifikasikan sebagai grand theory.
82
caring. Caring merupakan sebuah proses. Setiap orang, sepanjang hidupnya
bertumbuh dan mengeskpreskikan caring (Boykin dan Schoenhofer, 2013). Dengan
mellihat hal tersebut, fokus dari keperawatan adalah manusia hidung dan bertumbuh
dalam caring (Parker, 2007)
Teori perawat sebagai caring memiliki enam asumsi yang merupakan nilai
yang disediakan untuk mengerti dan memahami arti dari keperawatan. Asumsi
tersebut adalah sebagai berikut ((Boykin dan Schoenhofer, 2013).
1. Manusia adalah caring karena memiliki sisi baik sebagai manusia
2. Manusia adalah caring dari waktu ke waktu
3. Manusia adalah satu kesatuan yang utuh dalam satu waktu
4. Kemanusian merupakan dasar dari hidup caring
5. Sisi Kemanusian manusia meningkat ketika berpartisipasi memelihara hubungan
yang saling caring dengan orang lain
6. Keperawatan merupakan disiplin ilmu dan sebuah profesi.
Keenam asumsi Boykin dan Schoenhofer merupakan bagian paradigma yaitu
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Alligood, 2003)
Berikut bagaimana teori membahas tentang paradigma keperawatan:
a. Manusia
Secara umum teori ini mengungkapkan caring sebagai karakter dari manusia
itu sendiri, sehingga manusia identik dengan caring (Boykin dan Schoenhofer, 2013).
Asumsi 1,2, dan 3 dari teori ini memperlihatkan bahwa manusia merupakan bagian
tak terpisahkan dari caring (Aliggod, 2003). Penjabaran dari tiga asumsi tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Asumsi pertama, Manusia adalah caring karena memiliki sisi baik sebagai
manusia. Asumsi ini menegaskan bahwa menjadi manusia berarti hidup
caring dan setiap manusia menjalani kehidupannya dengan menumbuhkan
sikap caring (Aliggood, 2003). Asumsi di atas tidak memaksa bahwa setiap
manusia harus bertingkah laku caring, tetapi menerima bahwa secara
fundamental manusia adalah mahluk yang peduli (Boykin dan Schoenhofer,
2013).
83
b) Asumsi kedua, manusia adalah satu kesatuan yang utuh pada saat ini. Asumsi
ini menegaskan menjadi utuh pada saat ini menunjukan bahwa tidak ada
kekurangan, tidak ada kerusakan, dan tidak ada kehilangan apapun (Alligood,
2003). Pandangan manusia adalah caring dan utuh disengajar agar manusia
dipandang sebagai satu kesatuan tanpa dilihat secara terpisah sebagai pikiran,
badan, dan jiwa.
c) Asumsi Ketiga, Manusia adalah caring dari waktu ke waktu. Asumsi ini
menegaskan bahwa caring merupakan sebuah proses seuur hidup ayng terus
bergerak dari waktu ke waktu dalam diri manusia (Aliggod, 2013). Dalam
pergerakan caring tersebut, manusia terus mengembangkang skeprsi diri
sebagai manusia yang caring.
Ketiga asumsi tersebut di atas menggaris bawahi bahwa theori ini
berfokus pada manusia. Selama hidupnya manusia akan terus berperilaku caring.
Hal ini karena caring dan manusia adalah satu kesatuan yang utuh.
b. Sehat
Teori ini membahas tentang sehat yang tercermin dalam asumsi ke-4
yaitu, kemanusian adalah dasar dari hidup caring (Aliggod, 2003)/ Kemanusian
merupakan sebuah proses hidup dan bertumbuh dengan caring dan menjadi
penyeimbangan antara keyakinan, perilaku dan hidup menurut arti kehidupan
seseorang (Aligood, 2003). Manusia dikatakan sehat/utuh jika manusia tersebut
dapat mengespresikan caring dari ke hari hingga meningkat menjadi hubungan
caring dengan orang lain , (Boykin & Schoenhofer, 2010). Dengan kata lain
indikator sehat menurut teori ini ketika manusia mampu mengembangkan caring
baik di dalam dirinya maupun dengan orang lain.
c. Lingkungan
Teori ini membahas tentang lingkungan yang tercermin dalam asumsi ke-
5 yaitu Sisi Kemanusian manusia meningkat ketika berpartisipasi memelihara
hubungan yang saling caring dengan orang lain (Alligood, 2003). Kemanusian
adalah sebuah proses kehidupan yang didasari oleh caring. Sebagai sebuah
proses, kemanusian mengetahui potensi seorang untuk hidup caring dan
84
memelihara hubungan dengan caring pada orang lain (Alligood 2003). Sebuah
hubungan yang terjalin antara manusia dan lingkungannya dapat terjalin baik jika
dilandasi dengan caring. Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya dan orang
lain adalah seorang yang caring, dia dapat membuka diri dengan orang lain
(Boykin & Schoenhofer, 2010).
d. Keperawatan
Teori ini membahas tentang keperawatan yang tercermin dalam asumsi
ke-6 yaitu Keperawatan merupakan disiplin ilmu dan sebuah profesi (Alligood,
2014). Sebagai disiplin ilmu dan profesi keperawatan memiliki karakteristik unik
yaitu merawat manusia yang hidup dan bertumbuh dengan caring (Boykin &
Schoenhofer, 2010). Karakteristik tersebut membuat perawat sadar bahwa
manusia memiliki kebutuhan unik karena hidup dalam caring dan sebagai
perawat harus menyadari kebutuhan tersebut dengan cara memberi caring pada
pasien. Teori keperawatan sebagai caring ini berfokus kepada pengetahuan yang
dibutuhkan untuk mengerti dengan utuh tentang arti dari menjadi manudia dan
metode khusus untuk membuktikan pengetahun tersebut (Aliggod, 2014).
Sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang manusia, pengetahuan
keperawatan berarti pengetahuan tentang personal, secara empiris, budaya, dan
estetika dalam satu waktu. Asumsi dasar dari keperawatan sebagai caring adalah
menjadi manusia berarti menjadi caring dan tujuan dari disiplin ilmu dan profeis
adalah untuk mengenal manusia dan merawat mereka sebagai sesorang yang
hidup dan bertumbuh dalam caring (Aligood, 2014). Selain caring dengan
manusia, perawat juga dituntut untuk caring terhadap keperawatan itu sendiri.
Caring antara perawat dan merawat dalam teori ini juga divisualisasikan
dalam dance of caring (Alliggod, 2014) .
85
Symphonological memiliki beberapa konsep utama, antara yaitu konsep yang
pertama adalah nursing, dimana symphonology menyatakan bahwa seorang perawat
atau professional kesehatan lainnya bertindak sebagai agen pasien. Menggunakan
pendidikan dan pengalamannya, perawat bekerja untuk pasiennya, dimana dia akan
mengerjakan untuk dirinya sendiri jika ia mampu. Perawatan tidak dapat terjadi tanpa
perawat dan pasien. ‖ Seorang perawat tidak akan melakukan tindakan jika tidak ada
interaksi ‖ ( Husted & Husted , 2001, hal . 37 )
Konsep yang kedua yaitu person-patient, dimana Husteds mendefinisikannya
seseorang sebagai individu dengan Struktur karakter unik yang memiliki hak untuk
mencapai tujuan yang penting sebagaimana yang dia pilih (Husted & Husted , 2001).
Seseorang mengambil peran pasien ketika ia telah kehilangan atau mengalami
penurunan dalam agency, mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mengambil
tindakan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup atau kebahagiaan. Ketidak
mampuan untuk mengambil tindakan mungkin merupakan akibat dari masalah fisik
atau mental, atau dari kurangnya pengetahuan atau pengalaman ( Husted & Husted ,
1998).
Konsep yang ketiga yaitu health, yang merupakan sebuah konsep yang
berlaku untuk setiap potensi kehidupan seseorang. Kesehatan melibatkan tidak hanya
yang berkembang dari tubuh fisik, tetapi juga kebahagiaan. Kebahagiaan
direalisasikan sebagai individu menggapai dan mengembangkan ke arah hasil
rencana hidup yang mereka pilih (Husted & Husted, 2001).
terdapat beberapa konsep lainnya, antara lain :
a. Agency
Yaitu kapasitas agen untuk melakukan tindakan menuju tujuan yang dipilih,
dimana tujuan bersama dari seorang perawat dan pasien adalah untuk
memulihkan agency pasien (Husted & Husted , 2008).
b. Contecs
Yang merupakan jalinan fakta yang relevan dari suatu situasi (Husted & Husted ,
2008, hal . 84). Terdapat tiga unsur yang saling terkait dengan konteks: konteks
situasi, konteks pengetahuan, dan konteks kesadaran seorang agen.
Right
86
Dimana Husteds menggambarkan hak sebagai elemen etika yang mendasar.
c. Symphonology
Memahami hak sebagai konsep tunggal. Hal Ini adalah implisit, Perjanjian spesies –
yang luas bahwa seseorang tidak akan memaksa yang lain untuk bertindak, atau
mengambil secara paksa hasil dari tindakan orang lain. Hak dipandang sebagai
perjanjian penting antara orang-orang yang rasional, perjanjian non-agresi ( Husted
& Husted , 1997a ) .
Semua konsep yang ada dalam teori ini didefinisikan dengan jelas, kecuali pada
konsep kesehatan (health), dimana konsep ini hanya dijelaskan secara umum saja,
tidak mendetail dan khusus. Semua konsep yang ada didefinisikan sesuai dengan
definisi yang berlaku secara umum
87
standar bioetika. Pada edisi keempat, teori telah ditampilkan dengan kejelasan
yang lebih lanjut, dimana digunakan tabel dan gambar dan termasuk petunjuk
agar pemahaman bisa lebih mudah didapatkan.
Teori ini menantang dan membutuhkan mengembangkan dari pembaca
dalam pemahaman baru yang lebih familiar. Dengan pemberian contoh dapat
lebih mempermudah perawat dalam mengenali dan memahami pentingnya arti
alternatif dan istilah yang lebih akrab.
3. Kesederhanaan (Simplicity)
Teori ini jika perawat atau pembaca memiliki wawasan dan pemikiran
terbuka dalam memandang peristiwa yang berbeda dalam keperawatan. Teori ini
sebenarnya sederhana, hal ini dapat kita lihat dari beberapa konsep dan hubungan
antar konsep yang didefinisikan secara logis.
4. Generalitas (Generality)
Teori Symphonological bioethical dapat diterapkan pada semua tingkatan
praktek keperawatan dan dalam semua bidang pelayanan kesehatan. Prinsip-
prinsip dalam teori ini dapat diterapkan pada perawat dan pasien, peneliti dan
subjek penelitian , manajer dan karyawan, serta pendidik dan mahasiswa. Semua
jenis Profesional pelayanan kesehatan dapat menggunakan metode ini untuk
menentukan perilaku etis yang tepat dalam prakteknya. Teori ini juga dapat
diterapkan pada proses pembentukan kebijakan etis kesehatan. Prinsip-prinsip ini
dapat diterapkan di semua lapisan masyarakat , tergantung pada sifat kesepakatan
antara para pihak terlibat.
88
lainnya dapat dengan mudah memahami konsep-konsep dan menerapkannya
dalam segala situasi.
Hasil dari menggunakan model Symphonological adalah patient centred,
dan keputusan etis yang sesuai dengan standar. Teori Symphonological
bioethical juga telah dapat diuji dengan penelitian ilmiah, diantaranya Penelitian
yang dilakukan oleh Irwin (2004) menggunakan sampel dari 30 peserta yang
terlibat dalam berbagai keputusan mengenai perawatan kesehatan dan
pengobatan selama dirawat di rumah sakit dalam setting perawatan akut. Hasil
menegaskan bahwa pasien mengungkapkan semua konsep Symphonology ketika
mendiskusikan pengalaman mereka dengan pengambilan keputusan pelayanan
kesehatan. Skor analisis statistik pretest dan posttest pada Skala Preferensi
Pengambilan Keputusan Bioethical untuk Pasien menunjukkan bahwa subjek
memiliki pengalaman yang lebih positif terlibat dalam pengambilan keputusan (
p 5 0,02 ) dan merasa lebih memiliki cukup pengetahuan ( p 5 0,013) , frustrasi
yang relative rendah (p 5 0.014 ) , dan rasa kekuasaan yang lebih ( p 5 0,009)
setelah intervensi. Temuan ini mendukung validitas Teori Symphonology,
dan dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman pada keterlibatan
dalam pengambilan keputusan.
6. Derivable Consequence
Teori Symphonological bioethical, yang memungkinkan perawat
memahami sebuah teori etika berbasis praktek sangat penting dan berguna untuk
praktek keperawatan maupun professional kesehatan lain. Teori ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi tindakan etis
dalam perawatan kesehatan, yang merupakan hal yang sangat penting untuk
pasien, profesional perawatan kesehatan, dan industri perawatan kesehatan itu
sendiri. Teori ini juga membantu perawat dalam memahami dilema etika praktik
keperawatan, sebagai issu penting bagi pendidikan keperawatan, penelitian dan
praktek. Sebelum seorang perawat atau ahli kesehatan mengambil tindakan (
terlepas dari seberapa efektif tindakan memiliki di masa lalu ), tindakan harus
dirujuk dulu secara etika, berkaitan dengan pasien tertentu yang ditangani, dan
89
semua itu dapat dilakukan dengan baik jika perawat memiliki pemahaman yang
baik tentang teori etika dalam praktek keperawatan, yang terdapat dalam
teori Symphonological bioethical.
2.15 Barker
Tidal model adalah sebuah model pemulihan untuk promosi kesehatan mental
yang dikembangkan oleh Profesor Phil Barker, Poppy Buchanan-Barker dan rekan-
rekan mereka. Tidal model berfokus pada proses perubahan yang ada pada semua
orang. Model ini berusaha untuk mengungkapkan arti dari pengalaman seseorang,
menekankan pentingnya suara mereka sendiri dan kebijaksanaan melalui kekuatan
metafora. Ini bertujuan untuk memberdayakan seseorang untuk memimpin
pemulihannya sendiri bukannya diarahkan oleh para profesional.
Filosofi yang mendasari model ini awalnya terinspirasi oleh penelitian selama
lima tahun tentang apa yang dibutuhkan untuk perawat kesehatan jiwa yang
dilakukan oleh Prof. Dr. Chris Barker dan Stevenson di Universitas Newcastle,
Inggris. Sejak tahun 2000, model ini telah dipraktekkan di Inggris dan luar negeri.
Karena karyanya di bidang ini, Phil Barker sering disebut sebagai teoris kontemporer
yang menonjol dalam keperawatan kesehatan jiwa.
Model pasang surut menarik metafora filosofis inti dari teori chaos, seperti
yang tak terduga-namun dibatasi-sifat perilaku manusia dan pengalaman
90
dibandingkan dengan aliran dinamis dan kekuatan air dan gelombang pasang
laut. (Barker, 2001)
91
1.Domain diri (self–domain) adalah di mana orang merasakan pengalaman
mereka. Ada penekanan untuk membuat orang merasa lebih aman dan praktisi
membantu mengembangkan ―rencana keamanan‖ atau security plan untuk
mengurangi ancaman terhadapnya atau orang lain di sekitarnya.
2.Domain dunia (world domain) di mana orang berpegang pada kisah mereka.
Praktisi Tidal model menggunakan cara khusus untuk mengeksplorasi cerita ini
bersama-sama, mengungkapkan makna yang tersembunyi, menggali sumber
daya yang ada, dan untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan untuk
membantu pemulihan.
3.Domain lainnya (others domain) menggambarkan berbagai hubungan yang
dimiliki seseorang di masa lalu, masa sekarang dan masa depan, tidak hanya
praktisi Tidal model tetapi juga anggota lain dari tim perawatan kesehatan dan
sosial, teman, keluarga dan pendukung lainnya.
Kekuatan metafora
92
Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu
diperhatikan:
2.16 Kolkaba
93
Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar
seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan dengan mekanisme
sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan kemampuan tubuh dalam
merespon suatu penyakit atau prosedur invasif. Beberapa alternatif untuk
memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan obat, merubah posisi, backrub,
kompres hangat atau dingin, sentuhan terapeutik. Kenyamanan psikospiritual
dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi
dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang
terdekat selama perawatan dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses
kesembuhan klien. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan
hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap
informasi kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai dengan
budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah
menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien tanpa
memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya, dan memfasilitasi team work yang mengatasi kemungkinan adanya
konflik antara proses penyembuhan dengan budaya klien. Kebutuhan yang terakhir
adalah kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang berhubungan dengan
menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi
saat klien beristirahat, dan memberikan lingkungan yang aman bagi klien
(Kolcaba, 2006). Hubungan antara tiga tipe kenyamanan dan empat aspek
pengalaman holistik tergambar dalam struktur taksonomi (terlampir).
94
directed healthcare: modifying Kolcaba’s comfort theory as an institution-wide
approach”, penelitian ini menyimpulkan bahwa teori comfort bisa diterapkan,
bahkan pada lingkungan yang tampak tidak nyaman seperti ICU. Di Indonesia,
aplikasi teori Kolcaba juga telah dilakukan dalam berbagai penelitian, sebagai contoh
penelitian yang dilakukan oleh Kustati Budi Lestari dengan judul ―Dampak dekapan
keluarga dan pemberian posisi duduk terhadap distress anak saat dilakukan
pemasangan infus‖, hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian dekapan
keluarga dan pemberian posisi duduk anak terhadap score distress anak.
2.17 Beck
95
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan
dengan ibu yg bersangkutan. Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau
dua aspek dalam satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap
tahap penyembuhan mereka.
1. Konsep utama
96
Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek,
tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu
menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal
Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa
trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini
merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi
mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck,
2001).
f. Kepuasan perkawinan
Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan
ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada
hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan,
kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai
terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya
(Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya
Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan
yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala
depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan
seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi
Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang
bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan
Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa
temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi
postpartum.
i. Maternity blues
97
Maternity blues adalah sebuah fenomena yang hanya sekilas
dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama
setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau
lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis,
cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil
(Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri
Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara
umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah
kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga
diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan
perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck,
2001).
k. Status sosioekonomi
Segre, Lisa, Losch, O‘Hara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan
kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga,
semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan
Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita
dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah,
menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan
(Beck, 2001).
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan
Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh
perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang dialami.Jika kehamilan
itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang
cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan
bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The
American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009).
Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya,
98
hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi
postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan
perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun
perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang
tua (ACOG, 2009)
2. Paradigma
2.18 Swanson
Lima konsep tambahan merupakan bagian integral dari teori caring Swanson
dan mewakili lima proses dasar kepedulian: keyakinan utama, mengetahui, berada
bersama, melakukan, dan memungkinkan.
Proses peduli ini berurutan dan tumpang tindih. Pada kenyataannya, mereka
mungkin tidak ada terpisah satu sama lain karena masing-masing merupakan
komponen integral dari struktur menyeluruh dari kepedulian (Wojnar, 2010, hal.
746) .Menurut Swanson (199%, mengetahui, bersama dengan, melakukan untuk
memungkinkan dan mempertahankan keyakinan adalah komponen penting dari
hubungan perawat-klien terlepas dari konteksnya.
100
a) Individu/Orang.
b) Lingkungan
101
Konsisten dengan pandangan lingkungan ini, orang memang
mempengaruhi, dan mereka dipengaruhi oleh lingkungan mereka. pengaruh
lain pada lingkungan termasuk faktor budaya, sosial, biofisik, politik, dan
ekonomi (wojnar, 2010).
c) Kesehatan
Untuk mengalami kesehatan dan kesejahteraan adalah "untuk
menjalani pengalaman yang subyektif, penuh makna dari keutuhan. keutuhan
melibatkan rasa keterpaduan dan menjadi di mana semua segi keberadaan
bebas untuk diekspresikan" (swanson, 1993, p.353). segi-segi ini mencakup
banyak diri yang menjadikan manusia sebagai manusia — misalnya,
spiritualitas, pikiran, perasaan, kecerdasan, kreativitas, keterkaitan,
femininitas, maskulinitas, dan seksualitas individu. konsisten dengan definisi
ini, pandangan swanson membangun kembali kesejahteraan sebagai proses
penyembuhan yang memerlukan "melepaskan rasa sakit batin, membangun
makna baru, memulihkan integrasi, dan muncul ke dalam rasa keutuhan yang
diperbarui" (hal.353)
d) Perawatan
102
Analisis yang disajikan disini terdiri dari pemeriksaan asumsi dan
proposisi serta kritik singkat dari teori kepedulian seperti yang diusulkan oleh
swanson .
2.19 Rulland
Konsep Mayor dari Teori ini ada 5 hal yang kemudian dapat menjadi panduan
dalam melakukan perawatan pada pasien terminal. Konsep itu adalah
1) Terbebas dari Nyeri
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan
pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan
ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan
aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan,
1995; Pain terms, 1979).
2) Pengalaman Menyenangkan
Nyaman / atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive oleh
Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram
dan damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa menyenangkan ‖
(Ruland and Moore, 1998, p 172).
3) Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan
103
Setiap akhir penyakit pasien adalah ― ingin dihormati dan dinilai sebagai
manusia‖ (Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide
personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa
hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai
orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang
sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
4) Merasakan Damai
Damai adalah ―perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas)
dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan‖ (Ruland & Moore,
1998, p 172). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
5) Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah ―perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan
orang yang menerima pelayanan‖ (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini
melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan,
dan hubungan yang dekat (intim).
a. Asumsi Mayor Teori Peceull EOL
Karena teori Peaceful EOL diturunkan dari standar perawatan yang ditulis
oleh tim perawat ahli dan professional yang sudah bepengalaman menghadapi kasus
terminal, konsep metaparadigm mengikuti sifat dari fenomena keperawatan,
perawatan yang kompleks dan holistic dibutuhkan sebagai syarat bisa terjadi peaceful
EOL.
Dua asumsi dari teori Ruland dan Moore (1998) adalah sebagai berikut:
1) Kejadian dan perasaan pada perawatan peaceful EOL bersifat personal dan
individual, sangat subjektif.
Peran perawat sangat penting dalam menciptakan kondisi peaceful EOL.
Perawat mengkaji dan menganalisa petunjuk atau data yang menggambarkan
pengalaman seseorang tentang EOL yang diharapkan olehnya serta member
intervensi yang sesuai untuk meningkatkan atau menjaga keadaan peaceful,
bahkan pada pasien yang sekarat atau menjelang ajal dan tidak bisa
berkomunikasi verbal
104
Dua asumsi tambahan yang implicit atau tidak dituliskan secara langsung
adalah:
1) Keluarga, adalah istilah yang mempengaruhi semua secara signifikan, merupakan
komponen penting dalam peaceful EOL
2) Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan, yang
biasanya lebih kearah memberikan yang terbaik, perawatan paling canggih, yang
biasanya mengarah kepada over treatment atau terlalu banyak diberi treatment.
Tujuan dari perawatan EOL adalah memaksimalkan treatment, yang berarti
memberikan yang terbaik yang masih mungkin bisa diterima, menggunakan
teknologi yang memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
mencapai kematian yang damai dan sukses.
105
5. Memfasilitasi partisipasi orang yang penting untuk pasien dalam perawatan
pasien, membantu fase sedih, takut dan menjawab pertanyaannya dan
memfasilitasi kesempatan untuk kedekatan keluarga yang dapat berpengaruh
pada pengalaman pasien akan kedekatan.
6. Pengalaman pasien saat tidak berada dalam sakit, nyaman, bermartabat, damai,
kedekatan dengan orang lain yang penting untuk pasien dalam masa akhirnya.
106
e. Aplikasi di Dalam dan Luar Negeri
Dari teori EOL yang dikembangkan oleh Ruland dan Moore, Asosiasi
Institusi Pendidikan Keperawatan Amerika membuat kompetensi yang harus
dipenuhi agar mahasiswa mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
pasien dan keluarga pada akhir hayatnya. Ada 15 cara untuk mengembangkan
kompetensi.
Dari 15 cara memengembangkan kompetensi tersebut, nilai atau atau aturan
mayor yang bisa disimpulkan adalah:
1. Menghormati tujuan, kesukaan dan pilihan pasien
2. Memberikan perawatan yang komprehensif
3. Memanfaatkan kekuatan dari sumber daya yang ada, kolaborasi
4. Berfokus pada pemberian pelayanan
5. Membangun system dan mekanisme support
Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode
perawatan paliatif yakni bertujuan kepada pasien, keluarga, dan
lingkungannya bagaimana mengerti, memahami, dan menerima kenyataan
adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan kembali sembuh
secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih mudah apabila
dapat mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan
menteri kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007tentang Kebijakan perawatan paliatif :
1. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik
dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar
falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya.
2. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif
di Indonesia masih terbatasdi 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau daribesarnya
kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan
pelayanan perawatan paliatifjuga masih terbatas.
107
3. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan
arah bagi sarana pelayanan kesehatanuntuk menyelenggarakan
pelayanan perawatan paliatif.
108
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pelajari seluruh teori keperawatan yang termasuk dalam middle range teori
untuk menunjang pada tugas akhir penelitian
109