Anda di halaman 1dari 109

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta - fakta yang telah diobservasi, tetapi
kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung. Teori keperawatan digunakan
untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan, sehingga model
keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri
yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di
tempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model
konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan
yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.
Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti;
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek
yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
terhadap kebutuhan semua pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan
pasien. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan
Model Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan
ilmu dan praktek serta profesi keperawatan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Teori siapa saja yang digunakan dalam middle range teori ?

1.3 Tujuan

Mengetahui teori yang digunakan keperawatan dalam linkup middle range teori

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Ramona T. Mercer

2.1.1 Teori Mercer

Teori Mercer Maternal Role Attainment berdasarkan pada penelitiannya


pada awal tahun 1960 an. Profesor dan mentor Mercer yaitu Reva Rubin dari
University of Pittsburg merupakan stimulus utama bagi kedua penelitian dan teori
perkembangan. Rubin terkenal dengan kerjanya dalam mendefinisikan dan
mendeskripsikan pencapaian peran ibu sebagai suatu proses ikatan yang
mendalam, atau yang melekat pada anak dan mencapai identitas peran ibu atau
melihat dirinya sendiri dalam peran dan mempunyai perasaan nyaman tentang hal
tersebut. kerangka kerja Mercer lebih jelas banyak menggunakan konsep Rubin.

Selain menggunakan kerja Rubin, penelitian Mercer juga berdasarkan pada


kedua teori yaitu teori peran dan perkembangan. Mercer lebih banyak
mengandalkan pada pendekatan interaksionis dari teori peran, penggunaan teori
Mead (1934) yaitu teori role enactment (teori pengundangan peran) dan teori
Turner (1978) Teori Core Self (teori Inti diri). Selain itu, teori penerimaan peran
Thorton dan Nardi (1975) yang juga membantu bentuk teori Mercer. Teori
perkembangan Werner (1957) juga berkontribusi terhadap teori Mercer ini.
Disamping itu, kerja Teori Mercer dipengaruhi oleh Teori Sistem general
Bertalanffy (1968). Model teori pencapai peran ibu menggunakakan lingkaran
sarang burung Bertalanffy yang berarti sebagai gambaran interaksi lingkungan
mempengaruhi peran ibu.

Pengguanan bukti empiris dari penelitian yang dilakukan oleh Mercer


adalah banyak factor yang mempengaruhi peran seorang ibu. Pada penelitian
Mercer, peran ibu termasuk pada usia pertama melahirkan, pengalaman
melahirkan, awal pemisahan dari bayi, stress sosial, social support, ciri-ciri
kepribadian, konsep diri, sikap membesarkan anak, dan kesehatan. Mercer juga

2
mengidentifikasi bahwa terdapat kompenen bayi yang mempengaruhi peran
seorang ibu yaitu temperamen bayi, kemampuan memberikan isyarat, penampilan,
karakteristik umum, iresponsiveness (ketanggapan), dan status kesehatan. Mercer
(1995) juga mencatat banyak temuan pentingnya peran ayah.

Gambar. 2.1 Model of Maternal Role Attaiment

Asumsi Mayor

Untuk pencapaian peran ibu, Mercer (1981,1986a,1995) menetapkan


beberapa asumsi:

a) inti diri yang relative stabil, diperoleh melalui sosialisasi seumur


hidup, menentukan bagaimana ibu mendefiniskan dan merasakan
event-event sebagai seorang ibu, persepsinya terhadap bayinya dan
tanggapan lain terhadap ibunya, dengan situasi hidupnya yang
mana dia berespon (Mercer, 1986a).
b) Disamping pada sosialisasi ibu, tingkat perkembangannya dan

3
karakteristik kepribadian bawaan juga mempengaruhi
responperilakunya (Mercer, 1986a).

c) Partner peran ibu, bayinya, akan mencerminkan kemampuan ibu


dalam berperan sebagai ibu melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan (Mercer, 1986a).
d) Bayi (infant) dianggap sebagai partner aktif dalam proses
pengambilan peran sebagai ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh perannya (Mercer, 1981).
e) Ayah atau partner ibu lainnya yang dekat dapat menyumbangkan
pencapaian peran dalam cara yang tidak dapat diduplikasikan
dengan pendukung lainnya (Mercer 1995).
f) Identitas maternal berkembang bersamaan dengan ikatan keibuan
dan saling ketergantungan satu sama lainnya (Mercer, 1995; Rubin
1977).
Asumsi mayor teori ini meliputi keperawatan, individu,
kesehatan dan lingkungan:

1) Keperawatan

Marcer (1995) menyatakan, keperawatan adalah profesi


kesehatan yang memiliki interaksi yang panjang dan sering dengan
wanita dalam siklus maternitas. Perawat bertanggung jawab dalam
promosi kesehatan terhadap keluarga dan anak. Mercer mengatakan
bahwa perawat merupakan pioner dalam pengembangan dan strategi
pengkajian pada pasien-pasien ibu dan anak.

Definisi menurut Mercer menunjukkan komunikasi personal


sebagaimana berikut ini: Keperawatan adalah profesi yang dinamis
dengan berfokus pada tiga pokok, yaitu:

a. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit,

4
b. pelaksanaan perawatan bagi mereka yang membutuhkan
tenaga professional untuk mencapai fungsi kesehatan pada
tingkat yang optimal.,
c. penelitian untukmelakukan perubahan, ilmu pengetahuan
berdasarkan kepada asuhan keperawatan yang terbaik.
Perawat memberikan asuhan keperawan untuk individu,
keluarga dan komunitas. Melakukan pengkajian situasi dan lingkungan
klien, perawat mengidentifikasi tujuan bersama klien, memberikan
bantuan kepada klien melalui pembelajaran, dukungan, melaksanakan
perawatan klien yang tidak dapat melakukan perawatan sendiri dalam
konteks lingkungan klien.

Dalam tulisannya Mercer (1995) mengatakan pentingnya


asuhan keperawatan. Walaupun ia tidak menyebutkan secara spesifik
dalam bukunya Becoming a Mother: Research on Maternal from
Rubbin to The Present. Mercer menekankan bahwa ketiga bantuan
atau perawatan yang diterima bagi seorang wanita selama kehamilan
dan tahun pertama kelahiran dapat memberikan dampak yang penjang
terhadap ibu dan bayinya.Perawat dalam tatanan keperawatan ibu dan
anak memegang peranan yang luas di dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dan memberikan informasi selama periode tersebut
(Mercer, 2004 cit Alligood & Tommey, 2014

2) Individu (person)

Mercer (1985) tidak mendefinisikan secara spesifik tentang


individu tetapi ia berpusat pada diri sendiri. Ia memandang bahwa diri
sendiri merupakan bagian terpisah dari peran yang dilaksanakannya.
Peran ibu merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia yang
berfokus pada interaksi bayi dan ayah, mereka saling mempengaruhi
antara satu dan yang lain. Inti pada diri sendiri berasal dari konteks
budaya sesuai dengan pemahaman terhadap lingkungan dan
pengembangannya. Konsep Harga diri dan Percaya diri merupakan hal

5
penting dalam melaksanakan peran seorang ibu. Ibu, ayah dan anak
serta anggota keluarga saling berinteraksi dan mempengaruhi satu dan
lainnya (Mercer,1995)

3) Kesehatan

Dalam teorinya Mercer mengartikan status kesehatan


sebagaimana persepsi Ibu atau ayah mengenai kesehatan masa lalu,
saat ini dan yang akan datang, resisten terhadap kemungkinan
timbulnya penyakit, cemas akan kesehatan, orientasi terhadap
pemulihan penyakit. Status kesehatan Bayi Baru Lahir tergantung
kepada penyakit yang menyertai bayi sejak lahir dan status kesehatan
bayi melalui suatu rentang perawatan kesehatan seluruhnya. Status
kesehatan keluarga mempunyai dampak negatif terhadap stress
antepartum. Status kesehatan dipengaruhi oleh pemeliharaan bayi oleh
keluarga. Kesehatan juga di pandang sebagai hasil yang dipengaruhi
oleh variable ibu dan anak. Mercer menekankan pentingnya perawatan
kesehatan selama proses melahirkan dan masa kanak-kanak.

4) Lingkungan

Konsep lingkungan berasal dari definisi Bronfrenbrenner yaitu


dari lingkungan ekologi dan didasarkan dalam model pertamanya
(Gambar 2.1) yang menjelaskan tentang interaksi ekologi lingkungan
dimana peran ibu berkembang. Perkembangan dari peran seseorang
tidak dapat dipisahkan dari lingkungan, ada suatu akomodasi
mutualisme antara perkembangan seseorang dan perubahan properti
tatanan di sekitarnya, hubungan antara tatanan, dan konteks yang
terbesar dimana tatanan dilaksanakan. Stress dan dukungan lingkungan
sosial mempengaruhi peran ibu dan pola pengasuhan serta peran
pengembangan anak.

6
2.1.1 Maternal Role Attainment: Mercer’s Original Model

Maternal Role Attainment yang dikemukakan oleh Mercer mengikuti


kerja Bronfenbrenner (1979) yang dikenal dengan lingkaran sarang burung
yang meliputi sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem
(lihat gambar 2.1). Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian
yang dikemukakan Bronfenbrenner‘s, yaitu :

a.Mikrosistem

Mikrosistem adalah suatu lingkungan dimana peran pengasuhan ibu


terjadi, yang meliputi faktor – faktor: fungsi keluarga, hubungan ibu dan
ayah, lingkungan sosial, status ekonomi, nilai keluarga dan stressor.
Variabel – variable ini meliputi lingkungan dimana terjadi satu atau lebih
dari satu variable yang berdampak pada transisi menjadi seorang ibu. Bayi
adalah seorang individu yang menyatu dengan sistem keluarga. Keluarga
dipandang sebagai suatu sistem semi tertutup yang terbatas dan merupakan
suatu kontrol terhadap sitem keluarga dan sistem sosial.

Mikrosistem sangat berpengaruh terhadap peran pengasuhan


seorang ibu. Pada tahun 1995 Mercer mengembangkan konsep dan
modelnya yang paling awal dengan menekankan pada pentingnya peran
pengasuhan seorang ayah. Mercer menyatakan bahwa seorang ayah akan
membantu mengurangi ketegangan yang terjadi diantara ibu dan ayah.
Peran pengasuhan seorang ibu dicapai melalui interaksi ayah, ibu dan bayi
(Gambar 2.2). Lapisan a sampai d merepresentasikan tahap peran
pengasuhan seorang ibu yang dimulai dari antisipasi terhadap peran
individu dan tahap pertumbuhan serta perkembangan bayi.

b. Mesosistem

Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan


individu di mikrosistem. Interaksi mesosistem mempengaruhi apa yang
terjadi terhadan berkembangnya peran ibu dan anak. Mesosistem

7
mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan
lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.

c. Makrosistem

Makrosistem merujuk kepada tumbuhnya suatu contoh atau model


yang berasal dari suatu budaya tertentu melalui transisi kebudayaan yang
konsisten. Makrosistem meliputi pengaruh sosial, politik, budaya dari
kedua sistem. Lingkungan perawatan kesehatan dan kebijakan sistem
pelanyanan kesehatan terbaru berdampak pada peran pengasuhan peran
ibu.

Gambar 2.2. A Microsistem within the evolving model of


maternal role attainment

Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat)


tahap penguasaan peran, yang mana tahapan-tahapan tersebut telah
diadaptasi dari penelitian Thorthon dan Nardi (lihat gambar 2.2) yaitu :

1. Antisipatory
Tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup
data sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu
terhadap peran, belajar untuk berperan, hubungan dengan janin
dalam uterus dan mulai memainkan peran.

8
2. Formal

Tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup


proses pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran
perilaku menjadi petunjuk formal, harapan konsesual yang lain
dalam sistem sosial ibu.

3. Informal

Tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara


khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari
sistem sosial. Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan
kehidupannya yang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan
ke depan.

4. Personal

Personal atau identitas peran yang terjadi adalah


internalisasi wanita terhadap perannya. Perngalaman wanita yang
dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan dalam menampilkan
perannya dan peran ibu tercapai.

Tahap peran perawatan ibu menjadi tumpang tindih dan


mengalami gangguan sebagaimana tumbuh kembang bayi.
Identifikasi peran seorang ibu bisa dicapai dalam satu bulan atau
berbulan-bulan. Tahap ini dipengaruhi oleh dukungan sosial, stress,
fungsi keluarga dan hubungan antara ibu dan ayah. Sikap dan
perilaku baik pada ibu dan anak dapat mempengaruhi identitas,
peran ibu dan anak. Sikap dan perilaku ibu menurut Model Mercer
adalah empati, sensitif terhadap perilaku anak, harga diri dan
konsep diri, penerimaan sebagai orang tua, kematangan dan
fleksibilitas, perilaku, pengalaman hamil dan melahirkan,
kesehatan, depresi dan konsep peran.

9
Sedangkan sifat bayi yang memberi dampak terhadap
identitas peran ibu meliputi temperamen, kemampuan memberi
isyarat, ekspresi, karakteristik umum, respon dan kesehatan.
Contoh respon perkembangan bayi, mengenai perkembangan
identitas pengasuhan ibu (lihat gambar 2.2) meliputi:

a. Kontak mata dengan ibu, ketika berkomunikasi dan menggenggam


tangan
b. Reflek tersenyum dan tenang ketika berespon terhadap perawatan
ibu.
c. Perilaku interaktif yang konsisten dengan ibu
d. Respon melepaskan diri dari ibu, anak sudah lebih aktif.
Identitas peran ibu dapat tercapai dalam satu bulan atau
beberapa bulan. Tahapan ini dipengaruhi oleh support sosial, stress,
fungsi family, dan hubungan antara ibu dan ayah. Keperibadian dan
perilaku dari keduanya baik ibu dan bayi dapat mempengaruhi
identitas peran ibu dan hasil akhir (outcome) bayi. Berdasarkan
model Mercer, kepribadian dan perilaku termasuk empati,
senstivitas terhadap syarat bayi, harga diri, konsep diri, dan
orangtua menerima sebagai anaknya, maturitas dan fleksibilitas,
sikap, pengalaman selama hamil dan melahirkan, kesehatan,
depresi, dan konflik peran. Kepribadian bayi akan berdampak pada
identitas peran ibu termasuk tempermen, kemampuan memberikan
isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness
(ketanggapan), dan kesehatan.

Menurut Mercer (1995) Identitas peran seseorang dapat dicapai


ketika ibu telah terintegrasi peran kedalam harga dirinya, Ia nyaman
dengan identitasnya sebagai seorang ibu, secara emosional dapat
merasakan harmoni, kepuasan dan kemampuan dalam berperan.
Penggunan teori Burke dan Tully (1977), Mercer mentapkan bahwa
identitas peran mempunyai komponen internal dan eksternal, identitas

10
adalah pandangan diri yang terinternalisasikan, dan peran adalah
komponen eksternal, komponen perilaku.

2.1.3 Becoming A Mother : A Revised Model

Mercer secara terus menerus telah menggunakan hasil


penelitiannya sebagai kerangka membangun teorinya. Pada tahun 2003 ia
mulai menguji teori peran pengasuhan ibu (Theory of Maternal Role
Attainment), yang mengusulkan istilah menjadi seorang ibu lebih
memberikan suatu proses refleksi yang akurasi berdasarkan pada penelitian
terbaru.

Selanjutnya pada tahun 2004, Mercer menyarankan konsep proses


pengasuhan dan tidak tidak terus mengembangkan diri sebagai seorang ibu.
Kesimpulan Mercer didasarkan pada perluasan penelitian terbaru mengenai
penyimpangan perilaku wanita ketika menjadi seorang ibu. Crain, dan
Thompson (1986) menanyakan tentang peran pengasuhan ibu sebagai suatu
proses yang memberikan konstribusi terhadap pengujian kembali teorinya.
Demikian juga Koniak Griffin (1993) menanyakan tentang penyimpngan
perilaku dan kognitif peran pengasuhan seorang ibu. Hartrick (1997)
melaporkan bahwa wanita dalam hasil penelitiannya tentang ibu yang
memiliki anak usia antara tiga (3) sampai dengan enam belas (16) tahun
memberikan suatu proses yang bermakna bagi diri sendiri. Dan akhirnya,
melalui suatu sintesis sembilan penelitian kualitatif, (Nelson, 2003)
menjelaskan perkembangan secara terus-menerus dan trasnformasi pada
wanita menjadi seorang ibu. Mercer (2004) kemudian melakukan suatu
perubahan dalam pengasuhan ibu memerlukan hubungan yang baru untuk
dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mengajukan untuk menggantikan
peran pengasuhan ibu dengan menjadi seorang ibu.

11
2.2. Merle H. Mishel
2.2.1 Sumber Teori dan Mayor Konsep
Merle Mishel menemukan idenya ketika ayahnya meninggal karena
kanker kolon. Mishel menyadari bahwa ayahnya tidak dapat menemukan apa
yang terjadi pada dirinya. Waktu itu, dokter tidak mberkomunikasi secara
efekti terhadap pasien. Ayah mishel berusaha untuk mengontrol sebagian
aspek ketika sedang berusaha menghadapi ketidakpastian dari sakitnya ini.
Mishel tidak menyadari keadaan ini sebagai sebuah ketidakpastian tetapi
sebagai sesuatu yang ambigu. Setelah itu ketika dia menjalani studi
doktoralnya, mishel kembali ke ide ini dan menggunakannya untuk disertasi.
Mishele membuat sebuah skala untuk menguji ambigu yang diterima dalam
penyakit. Skala ini kemudian dinamakan menjadi Mishel Uncertainty in
Ilness Scale.

Ketidakpastian merupakan aspek bersama dalam pengalaman terhadap


penyakit. Penyakit dapat mengganggu stabilitas kehidupan yang diterima, dan
hasil penyakit ini dapat menjadi tidak bisa diprediksi. Banyak aspek yang
mempengaruhi peraaan ketidakpastian, dalam hal ini, mempengaruhi
pengaruh psikologis terhadap pengalaman. Untuk menjelaskan fenomena
inilah Dr.Merle Mishel mengembangkan Uncertainty in Illness Theory.

Pada saat Mishel memulai penelitian Uncertainty, konsep belum


diterapkan dalam kesehatan dan konteks illness. Teori Uncertainty in Ilness
original menggambarkan informasi – pengolahan models (Warburton, 1979)
dan penelitian kepribadian (Budner, 1962) dari disiplin psikologi,
karakteristik dari Uncertainty merupakan skema kognitif atau representasi
internal dari situasi atau kejadian. Mishel attributes yang mendasari stres –
coping – kerangka adapatasi dalam teori kerja original Lazarus dan Folman
(1984). Aspek unik adalah aplikasi kerangka Uncertainty sebagai stressor
dalam konteks penyakit. Kerangka teori di atas sangat bearti untuk
keperawatan.

12
Teori rekonseptualisasi, Mishel (1990) mengakui bahwa pendekatan
barat terhadap ilmu pengetahuan mendukung pandangan mekanistik dalam
penekanan pada kontrol dan prediktabilitas. Dengan menggunakan teori
sosial kritis, Mishel mengakui bias dalam teori aslinya, orientasi terhadap
kepastian dan adaptasi. Kemudian Mishel menggunakan prinsip-prinsip dari
teori chaos yang berfokus sistem terbuka. Dengan menggunakan teori chaos
memungkinkan untuk menginterpretasikan ketepatan mengenai penyakit
kronis. Suatu ketidakseimbangan menjadikan orang-orang dalam
ketidakpastian secara terus-menerus dalam menemukan makna baru dalam
penyakit.

2.2.2 Major concepts & definitions

1. Uncertainty Uncertainty, ketidakmampuan untuk menentukan makna


atau sakit mengenai peristiwa terkait, hal ini terjadi ketika pembuat
keputusan tidak dapat menetapkan nilai objek tertentu atau peristiwa atau
tidak dapat memprediksi hasil yang akurat

2. Cognitives schema Skema kognitif adalah suatu interprestasi subjektif


dari seseorang dalam pengobatan penyakit dan rawat inap

3. Stimuli Frame Stimuli Frame adalah bentuk, komposisi dan struktur


stimuli seseorang untuk menangkap struktur ke dalam skema kognitiF

4. Symtom pattern Symtom pattern adalah derajat gejala yang terjadi


dengan konsistensi cukup, hal tersebut dianggap memiliki pola atau
konfigurasi

5. Event Familiarity Event Familiarity adalah sejauh mana situasi,


kebiasaan atau berulang, atau mengandung isyarat yang diaku

6. Events congruence Events congruence mengacu pada konsistensi antara


yang diharapkan dan pengalaman penyakit terhadap peristiwa terkait

13
7. Structure providers Struktur provides adalah sumber daya yang tersedia
untuk membantu orang dalam menginterpretasikan kerangka stimulus

8. Credible authority Otoritas kredibel adalah tingkat kepercayaan dan


keyakinan seseorang terhadap penyedia layanan kesehatan

9. Social supports Dukungan social mempengaruhi uncertainty dengan cara


membantu individu untuk menginterpretasikan arti dalam suatu peristiwa

10. Cognitive capacities Kapasitas kognitif adalah kemampuan seseorang


untuk mengelola informasi dalam kendala situasi, ini mencermikan
kemampuan bawahan

11. Inference Inferensi mengacu pada evaluasi uncertainty yang terkait


menggunakan ingatan pengalaman

12. Illusion Ilusi mengacu pada keyakinan yang dibangun dari uncertainty

13. Adaptation Adaptasi mencerminkan perilaku biopsikososial yang terjadi


dalam diri seseorang yang dapat didefinisikan secara terpisah dari
perilaku biasa

14. New view of life Pandangan baru tentang kehidupan mengacu pada
formulasi/ penyusunan yang menghasilkan arti baru dari integrasi
uncertainty secara terus-menerus menjadi diri sendiri – struktur
uncertainty diterima sebagai bagian ritme hidup yang alami

15. Probabilistic thinking Pemikiran probabilistik merujuk pada


kepercayaan dalam kondisi di dunia, di mana harapan mengenai kepastian
yang berkelanjutan dan prediksi ditinggalkan

2.3 Pamela G Reed

Definisi Dan Konsep Utama


1. Vulnerability

14
Kesadaran seseorang akan adanya kematian. Diartikan sebagai kontek bagi
perkembangan atau kematangan di usia senja atau pada akhir kehidupan. Konsep
vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di
dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan
pengasuhan.
2. Self Transcendence
Bernard Lonergan, filsuf dan teolog, dalam bukunya Method in Theology (1975)
menulis bahwa manusia mencapai keotentikannya dalam transendensi diri (self-
transcendence). Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang telah
dicapai. Suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi
lebih baik.
Menurut G Reed, self transcendence didefinisikan sebagai pengembangan konsep
diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu :
· Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-
pengalaman yang telah dialami.
· Outwardly (lahiriah) : tampak dari luar. Diartikan bahwa pentingnya
melakukan hubungan dengan dunia luar dalam hal ini berinteraksi dengan
lingkungannya.
· Temporally (duniawi) : menggunakan keterampilan atau pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman masa lalu sehingga menjadi pelajaran untuk mencapai
tujuan masa depan yang terintegrasi dengan menerapkannya pada masa
kini/sekarang.

3. Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
4. Moderating-Mediating Factors
Variabel kontekstual dan personal dan interaksinya bisa mempengaruhi proses
transendensi diri yang berkontribusi terhadap kondisi yang baik. Contoh dari variabel
tersebut adalah usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi
spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu. Variable kontekstual dan personal

15
dapat memperkuat dan memperlemah hubungan vulnerabilities dan transendensi diri
dan antara transendensi diri dan keadaan baik/sejahtera (well being).
5. Point Of Intervention
Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi. Tindakan
keperawatan secara langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam
diri seseorang terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa faktor personal dan
kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerabel ;
hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
Asumsi Mayor :
1. Health
Sehat, merupakan awal proses model, yang didefinisikan secara mutlak sebagai
proses kehidupan dari dua hal yaitu pengalaman negatif dan positif dimana individu
menciptakan lingkungan dan nilai-nilai yang unik yang mendukung kesejahteraan
(well-being).
2. Nursing
Peran keperawatan adalah untuk mendampingi orang-orang (persons) (melalui proses
interpersonal dan manajemen terapeutik pada lingkungannya) dengan membutuhkan
keterampilan untuk mendukung kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).
3. Person
Person dipahami sebagai perkembangan masa kehidupannya dalam berinteraksi
dengan orang lain dan dalam perubahan lingkungan yang kompleks dan bersemangat
yang dapat berkontribusi secara positif dan negatif terhadap kesehatan dan keadaan
baik.
4. Environment
Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas adalah lingkungan yang
secara signifikan berkontribusi pada proses kesehatan dimana perawat
mempengaruhinya dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara orang-orang,
objek dan aktivitas keperawatan

16
2.4 Carolyn L. Wiener Dan Marylin J. Dodd

2.4.1 Sumber Teoritis

Menjalani sebuah penyakit dapat menciptakan gangguan dalam


kehidupan normal seseorang. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan, termasuk fungsi fisiologis, interaksi sosial, dan
konsep diri. Salah satu hal yang menjadi respon terhadap gangguan tersebut
adalah koping. Karena proses seputar perjalanan penyakit terapat di dalam
konteks kehidupan seseorang, maka respon koping secara inheren terletak
pada interaksi sosiologis dengan orang lain dan proses biografi diri. Koping
sering digambarkan sebagai ringkasan strategi yang digunakan untuk
mengelola gangguan, usaha untuk menyekat tanggapan spesifik terhadap satu
peristiwa yang hidup dalam kompleksitas konteks kehidupan, atau label nilai
yang diberikan pada perilaku responsif (misalnya, baik atau buruk) yaitu
dijelaskan secara kolektif sebagai coping. Namun, interaksi yang kompleks
antara gangguan fisiologis, interaksi dengan orang lain, dan konstruksi
konsep biografi tentang diri memberi jaminan perspektif penanganan yang
lebih canggih.

Teori Trajectory Illness membahas tentang perangkap teoritis tersebut


dengan membingkai fenomena ini dalam perspektif sosiologis yang
menekankan pengalaman gangguan yang berkaitan dengan penyakit dalam
konteks perubahan proses interaksional dan sosiologis yang pada akhirnya
mempengaruhi respons seseorang terhadap gangguan tersebut. Pendekatan
teoritis ini mendefinisikan kontribusi teori ini terhadap keperawatan, yaitu
koping bukanlah fenomena stimulus-respons sederhana yang dapat
dipisahkan dari konteks kehidupan yang kompleks. Kehidupan berpusat pada
tubuh yang hidup, oleh karena itu gangguan fisiologis penyakit merasuki
konteks kehidupan lainnya untuk menciptakan cara baru untuk hidup, dan
perasaan yang baru terhadap diri sendiri. Tanggapan terhadap gangguan yang
disebabkan oleh penyakit terjalin kedalam berbagai konteks yang dihadapi

17
dalam kehidupan seseorang dan interaksi dengan pelaku lain dalam situasi
kehidupan tersebut.

Dalam kerangka sosiologis ini, Wiener dan Dodd menanggapi


kekhawatiran serius mengenai atribusi konseptual berlebihan pada peran dari
ketidakpastian untuk memahami tanggapan terhadap kehidupan dengan
gangguan penyakit (Wiener & Dodd, 1993). Pepatah lama mengatakan bahwa
tidak ada sesuatu dalam kehidupan yang pasti, kecuali kematian dan pajak.
Hidup penuh dengan ketidakpastian, namun penyakit (terutama penyakit
kronis) menimbulkan ketidakpastian dengan cara yang mendalam. Sakit
kronis melebih-lebihkan ketidakpastian hidup bagi mereka yang
dikompromikan (yaitu, karena penyakit) dalam kemampuan mereka untuk
menanggapi ketidakpastian ini. Jadi, walaupun konsep ketidakpastian
memberikan lensa teoretis yang berguna untuk memahami trajectory illness,
tidak dapat diposisikan secara teoritis sehingga dapat membayangi secara
konseptual konteks dinamis hidup dengan penyakit kronis. Dengan kata lain,
trajectory illness didorong oleh pengalaman penyakit yang hidup dalam
konteks yang secara inheren tidak pasti dan melibatkan diri dan orang lain.
Aliran konteks kehidupan yang dinamis (biografi dan sosiologis)
menciptakan arus ketidakpastian dinamis yang menggunakan berbagai
bentuk, makna, dan kombinasi saat hidup dengan penyakit kronis. Dengan
demikian, menoleransi ketidakpastian adalah untaian teoritis kritis dalam
Teori trajectory illness.

2.4.2 Konsep Utama Dan Definisi

Konsepsi diri berdasarkan pada fisik dan dirumuskan berdasarkan


kemampuan yang dirasakan untuk membentuk kegiatan biasa atau yang
diharapkan untuk mencapai tujuan berbagai peran. Interaksi dengan orang
lain berpengaruh besar pada pembentukan konsep diri. Peran yang bervariasi
adalah tindakan seseorang tersebut memonitor reaksi orang lain dan perasaan
diri dalam proses pembentukan yang terintegrasi. Kunci unsur dalam konteks
biografi sebagai berikut:

18
a. Identitas

Konsepsi diri pada waktu tertentu yang menyatukan beberapa aspek


pribadi dan terletak pada tubuh

b. Temporalitas

Waktu biografi yang tercermin dalam aliran berkelanjutan peristiwa


kejadian hidup yang tiada henti, persepsi dari masa lalu, sekarang, dan
kemungkinan hubungan di masa depan ke dalam konsepsi diri

c. Tubuh

Aktivitas hidup dan persepsi turunan yang berbasis di dalam tubuh


Penyakit terutama kanker sangat mengganggu konsepsi diri yang biasa
atau sehari-hari dan diperparah oleh tindakan dan reaksi yang dirasakan
orang lain dalam konteks sosiologis kehidupan. Gangguan ini meresap
kedalam unsur biografi interdependen (identitas, temporalitas, dan tubuh).
Gangguan atau perasaan disekuilibrium ini ditandai oleh rasa kehilangan
kendali, sehingga menjadi keadaan yang ketidakpastian. Seiring konteks
kehidupan terus terungkap, dimensi ketidakpastian terwujud, tidak dalam
urutan linier tahap atau fase, tapi dalam perbedaan yang mengganggu
persepsi tentang tubuh yang tidak menentu, tidak pasti temporalitas, dan
identitas yang tidak pasti.

Pengalaman penyakit selalu ditempatkan dalam konteks biografis,


yaitu penyakit yang dialami secara terus-menerus dalam domain kehidupan
yang berhubungan dengan penyakit ketidakpastian bervariasi dalam dominasi
lintas lintasan penyakit melalui arus persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain yang dinamis. Aktivitas hidup dan hidup dengan penyakit adalah bentuk
pekerjaan. Lingkup pekerjaan meliputi orang dan semua orang lain dengan
siapa dia berinteraksi, termasuk keluarga dan penyedia layanan kesehatan. Ini
merupakan jaringan pemain disebut total organisasi. Orang sakit (atau pasien)
adalah pekerja pusat. Namun, semua pekerjaan terjadi di dalam dan saling

19
mempengaruhi. Disusun oleh total organisasi. Jenis pekerjaan yang
diselenggarakan pada trajectory yang dilakukan oleh pasien dan keluarga:

a. Pekerjaan terkait penyakit

Diagnostik, manajemen gejala, regimen perawatan, dan pencegahan krisis

b. Pekerjaan sehari-hari

Aktivitas hidup sehari-hari, menjaga rumah tangga, menjaga sebuah


kependudukan, mempertahankan hubungan, dan rekreasi

c. Pekerjaan biografis

Pertukaran informasi, ekspresi emosional, dan pembagian tugas melalui


interaksi dalam total organisasi

d. Pekerjaan pengurangan ketidakpastian

Kegiatan diundangkan untuk mengurangi dampak temporal, tubuh, dan


ketidakpastian identitas

Keseimbangan jenis pekerjaan ini bersifat dinamis, responsif,


berfluktuasi sepanjang waktu, situasi, persepsi, dan beragam pemain dalam
total organisasi untuk mendapatkan rasa keseimbangan (control). Keterkaitan
ini di antara jenis pekerjaan tercipta sebuah ketegangan yang ditandai dengan
pergeseran dominasi jenis pekerjaan melintasi lintasan. Yang penting adalah
konteks biografi berakar pada tubuh. Saat tubuh berubah selama perjalanan
sakit dan perawatan, kapasitas untuk melakukan jenis pekerjaan tertentu dan
akhirnya identitas seseorang adalah berubah. Kontribusi utama dari pekerjaan
ini adalah penggambaran jenis pekerjaan pengurangan ketidakpastian.
Kegiatan ini diberlakukan untuk mengurangi dampak dari berbagai keadaan
ketidakpastian yang diinduksi dalam menjalani kemoterapi kanker. Strategi
ini sangat dinamis dan responsif dan terjadi dikombinasi dan konfigurasi
bervariasi di seluruh lintasan penyakit untuk pemain yang berbeda dalam
organisasi. Mereka yang memberlakukan strategi ini mempengaruhi konsepsi

20
diri saat mereka memantau tanggapan orang lain terhadap strategi yang
mereka coba kelola dalam hidup dengan penyakit.

2.4.3 Asumsi Utama

Manusia adalah fokus dari teori Wiener dan Dodd tentang trajektori
sakit. Teori ini menjelaskan asumsi utama yang mencerminkan turunannya
dalam sebuah perspektif sosiologis Teori ini meliputi tidak hanya komponen
fisik dari penyakit, tetapi ―total organisasi kerja yang dilakukan selama
perjalanan penyakit‖ (Wiener&Dodd, 1993 dalam Alligood, 2014). Trajektori
sakit secara teoritis berbeda dari perjalanan suatu penyakit. Dalam teori ini,
trajektori sakit tidak terbatas pada orang yang menderita penyakit.
Sebaliknya, organisasi keseluruhan melibatkan orang sakit, keluarga, dan
professional perawatan kesehatan yang memberikan perawatan (Alligood,
2014).

Teori ini menjelaskan penggunaan istilah kerja. ―Para pemain yang


bervariasi dalam organisasi memiliki berbagai jenis pekerjaan; namun, pasien
adalah pekerja sentral dalam trajektori sakit‖. Pekerjaan yang hidup dengan
penyakit menghasilkan konsekuensi tertentu yang menyerap kehidupan
orang-orang yang terlibat. Pada gilirannya, konsekuensi dan konsekuensi
timbal balik berada diseluruh organisasi, melibatkan organisasi, melibatkan
organisasi keseluruhan dengan pekerja pusat (yaitu, pasien) melalui trajektori
hidup dengan penyakit. Hubungan antara para pekerja di dalam trajektori
adalah sebuah atribut yang ―memengaruhi baik manajemen dari perjalanan
penyakit itu, maupun nasib orang yang sakit‖ (Wiener & Dodd, 1993, dalam
Alligood, 2014).

Penegasan Teoritis

Konteks untuk pekerjaan dan hubungan sosial yang memengaruhi


pekerjaan hidup dengan penyakit dalam teori trajektori sakit berbasis pada
karya yang dipengaruhi oleh Corbin dan Strauss (1988). Sebagai pekerja
pusat, tindakan-tindakan dilakukan seseorang untuk mengelola dampak hidup

21
dengan penyakit dalam berbagai konteks, termasuk biografis (konsepsi diri)
dan sosiologis (interkasi dengan orang lain). Dari perspektif ini, mengelola
gangguan (atau koping terhadap ketidakpastian) melibatkan interaksi pasien
dengan berbagai pemain dalam organisasi serta kondisi sosial eksternal.
Mengingat kompleksitas interaksi tersebut di beberapa konteks dan dengan
banyak pemain di seluruh trajektori sakit, koping adalah sebuah proses yang
sangat bervariasi dan dinamis (Alligood, 2014).

Awalnya, diantisipasi bahwa trajektori hidup dengan kanker memiliki


fase-fase yang kelihatan atau tahapan yang dapat diidentifikasi oleh
pergeseran besar masalah, tantangan, dan kegiatan yang dilaporkan. Ini
adalah alasan untuk mengumpulkan data kualitatif di tiga titik selama
pengobatan kemoterapi. Bahkan, gagasan ini tidak berlaku: status fisik pasien
dengan kanker dan konsekuensi sosial-psikologis penyakit dan pengobatan
adalah tema sentral pada semua titik pengukuran sepanjang trajektori
(Alligood, 2014).

Para penulis secara konseptual menyamakan ketidakpastian dengan


hilangnya kontrol, menggambarkan sebagai ―aspek yang paling bermasalah
dari hidup dengan kanker‖. Penegasan teoritis ini tercermin lebih lanjut dalam
identifikasi proses sosial-psikologis inti dari hidup dengan kanker,
:mentoleransi ketidakpastian yang menyertai penyakit‖ (Wiener&Dodd, 1993
dalam Alligood, 2014). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
ketidakpastian diungkapkan oleh pasien dan keluarga yang berbasis dalam
kerangka kerja teoritis dari total organisasi dan kondisi sosiologis eksternal,
termasuk sifat dukungan keluarga, sumber daya keuangan, dan kualitas
bantuan dari penyedia layanan kesehatan (Alligood, 2014).

Penggunaan Bukti Empiris

Teori Trajectory sakit diperluas melalui analisis sekunder data kualitatif


yang dikumpulkan selama studi longitudinal prospektif yang memeriksa

22
koping dan perawatan diri keluarga selama 6 bulan pengobatan kemoterapi.
Sampel untuk studi yang lebih besar termasuk 100 pasien dan keluarga mereka.
Setiap pasien telah didiagnosis menderita kanker (payudara, paru-paru,
kolorektal, ginekologi, atau limfoma) dan sedang dalam proses menerima
kemoterapi untuk pengobatan penyakit awal atau untuk kekambuhan kembali.
Subjek dalam studi ini didesain setidaknya satu anggota keluarga yang bersedia
untuk berpartisipasi dalam studi ini.

Meskipun ukuran kuantitatif maupun kualitatif digunakan dalam


pengumpulan data untuk studi yang lebih besar, teori ini diperoleh melalui
analisis kualitatif data. Wawancara terstruktur seputar koping keluarga
dilakukan di tiga titik selama pengobatan kemoterapi. Para pasien dan anggota
keluarga diminta untuk mengingat bulan sebelumnya dan kemudian
mendiskusikan masalah paling penting atau tantangan yang harus mereka
hadapi, tingkat kesulitan yang diciptakan oleh masalah itu dalam keluarga, dan
kepuasan mereka dengan manajemen dari masalah itu.

Perhatian yang cermat diberikan untuk konsistensi pengumpulan data:


anggota keluarga konsisten dan hadir untuk setiap wawancara, panduan
wawancara yang terstruktur, dan perawat-pewawancara yang sama melakukan
setiap titik pengumpulan data terhadap sebuah keluarga yang diberikan. Proses
wawancara direkam, dibuat transkripsi secara kata perkata, dan kehadiran
perawat yang merekam di setiap wawancara untuk mencatat frase kunci ketika
wawancara berlangsung lebih lanjut untuk meningkatkan ketelitian
metodologis. Hasil pengumpulan data terdiri dari 300 wawancara (tiga
wawancara untuk masing-masing 100 unit pasien-keluarga) diperoleh pada
titik-titik yang bervariasi dengan tujuan pengobatan kemoterapi untuk kanker.

Ketika data untuk studi yang lebih besar dianalisis, menjadi jelas bagi
Dodd (peneliti utama) bahwa data wawancara kualitatif memberikan wawasan
yang signifikan yang selanjutnya dapat menginformasikan studi. Wiener,
seorang ahli teori grounded yang bekerja sama dengan Strauss,salah satu
pendiri metode ini, kemudian direkrut untuk melakukan analisis data

23
wawancara sekunder. Perlu dicatat bahwa metode teori grounded biasanya
melibatkan sebuah proses perulangan bersamaan dalam pengumpulan dan
analisis data (Glaser, 1978; Glaser & Strauss, 1965). Ketika wawasan teoretis
diidentifikasi, pengumpulan data sampling dan selanjutnya secara teoritis
didorong untuk menyempurnakan konsep, dimensi, variasi, dan kasus negatif
yang muncul. Namun, dalam proyek ini, data telah dikumpulkan sebelumnya
menggunakan panduan wawancara terstruktur; dengan demikian, ini adalah
analisis sekunder dari kumpulan data yang telah ada.

Keahlian Wiener dalam teori grounded menunjukkan adaptasi dari


metode teori ground untuk aplikasi data sekunder yang terbukti berhasil. Pada
dasarnya, prinsip yang mendasari analisis (yaitu, paradigma
coding/pengkodean) diterapkan untuk kumpulan data yang sudah ada
sebelumnya. Penyelidikan analitis melanjutkan secara induktif untuk
mengungkapkan proses sosial-psikologis inti di seputar yang dijelaskan oleh
teori ini. Dimensi ketidakpastian, proses manajemen, dan konsekuensi-
konsekunsi dijelaskan lebih lanjut untuk mengungkapkan konsistensi internal
dari perspektif teoritis dari trajektori sakit.

Ketika mempertimbangkan penggunaan metode teori grounded yang


diadaptasi untuk menganalisis bukti empiris yang sudah ada sebelumnya,
beberapa wawasan mendukung integritas karya ini. Pertama, Wiener
dipersiapkan dengan baik untuk pengembangan aplikasi baru dari metode ini
melalui pelatihan dan pengalamannya sebagai ahli teori grounded. Kredibilitas
metodologis peneliti ini mendukung perluasannya dari sebuah metode
penelitian tradisional menjadi sebuah aplikasi baru dalam perspektif
disiplinnya (sosiologi). Dukungan lebih lanjut adalah dari ukuran kumpulan
data: 100 pasien dan keluarga diwawancarai masing-masing tiga kali, untuk
total 300 wawancara, satu kumpulan data yang sangat besar untuk penelitian
kualitatif. Oberst menunjukan bahwa volume data yang diberikan ini,beberapa
kemiripan sampling teoritis (dalam kumpulan data penuh) kemungkinan akan

24
diizinkan oleh para peneliti (Oberst, 1993). Tapi ukuran kumpulan data belaka
tidak menceritakan keseluruhan cerita.

Sampling pasien yang memiliki kankerkisaran jenis-jenis yang relatif


luas (mulai dari kanker ginekologi sampai kanker paru-paru) dan baik pasien
yang menjalani pengobatan kemoterapi awal maupun mereka yang menerima
pengobatan untuk kekambuhan berkontribusi secara signifikan terhadap variasi
dalam kumpulan data. Strategi-strategi pengambilan sampel pada akhirnya
memberikan kontribusi untuk membangun sampel yang sesuai, terutama untuk
mengungkapkan perspektif perubahan trajektori dari waktu ke waktu.
Akhirnya, meskipun format wawancara yang terstruktur, adalah penting untuk
dicatat bahwa pasien dan keluarga berdialog tentang peristiwa-peristiwa bulan
sebelumnya dalam bentuk "brainstorming" (Wiener & Dodd, 1993, hal 18).
Teknik ini memungkinkan subjek untuk memperkenalkan hampir semua topik
yang menjadi perhatian mereka (terlepas dari struktur wawancara berikutnya).
Transkripsi rekaman secara kata per kata dari dialog-dialog ini memberikan
kontribusi terhadap variasi dan ketepatan kumpulan data yang dihasilkan. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa bukti empiris diambil melalui wawancara
yang dilakukan dalam studi yang lebih besar menyediakan data yang memadai
dan sesuai untuk analisis sekunder menggunakan metode teori ground yang
secara tepat disesuaikan.

2.5 Eakes, Burke, and Hainsworth

Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan


duka cita dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada
wanita dengan multiple sclerosis. Praktik tersebut , menginspirasinya untuk
mengambil disertasi dengan judul ― An ethnographic study of women with multiple
sclerosis using symbolic interaction approach.‖ Penelitian ini dipresentasikan pada
Kongres Sigma Theta Tau di Taipei, Taiwan pada tahun 1989.pada konferensi ini dia
menjadi familiar dengan penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri
presentasi yang diadakan Burke. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow
selama program masternya. Thesisnya berjudul ‗The Concern of Mothers of

25
preschool Children with Myelomeningocele‘, yang mengidentifikasi emosi tentang
kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan
Burke Chronic sorrow Questionaire, ‗Chronic sorrow in mothers of school-age with
myelomeningocele‘.

Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi


kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka
menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A.
Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

Nursing Concorium Research Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan


meddle range teori keperawatan mengenai kesedihan /berduka kronis (chronic
sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping
individu terhadap kesedihan kronis digunakan model stress milik Lazarus dan
Folkman (1984).

NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode
manajemen yang efektif menjadi model yang mereka gunakan . adanya perbedaan
atau inkosistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme
koping individu.

2.5.1 Konsep Utama Teori

Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam


teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-
masalah yang timbul akibat dari penyakit kronis mencakup proses berduka,
kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena kespesifikan
teori tersebut , maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik
keperawatan.

Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini


terkait dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sclerosis ,
diabetes melitus pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom
down, spina bifida dan lain-lain.

26
1) Berduka kronis (chronic sorrow)

Berduka kronis (chronic sorrow) adalah suatu kesenjangan yang sedang


berlangsung sebagai akibat dari suatu kehilangan dengan karakteristik
perspasif dan permanen. Gejala berduka dapat tetrjadi berulang secara
periodic dan gejala ini berpotensi progesif (Alligood, 2014).

2) Kehilangan (Loss)

Kehilangan muncul Karena adanya ketidakseimbangan /


perbedaan antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyata . sebagai
contoh anak yang sempurna dengan anak kondisi kronik yang berbeda
dengan ideal.

3) Peristiwa Pencetus (Triger Events)

Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang


menyebabkaan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau
memperburuk perasaan berduka (Alligood, 2014).

4) Metode Manajemen (Management Method)

Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana individu


menerima penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping
individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang
lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bial
efektif dalam mengatur perasaab bisa internal maupun eksternal.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu
dengan kondisi krois dan pemberi perawatannya. Kognitif koping
contohnya berfikir positif , membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya,
tidak memaksakan diri bila tidak mampu (hainworth, 1994 dalam
Alligood, 2014). Contoh koping interpersonal adalah pergi
memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau
group dan bicara atau brkomunikasi dengan orang lain (Eakes, 1993 ;
hainworth, 1994 dalam Alligood, 2014). Strategi emosional contohnya

27
menangis atau ekspresi emosi lainnya. Manajemen eksternal adlah
intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et all 1998
dalam Alligood 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara
professional dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka,
caring dan tenaga professional yang kompeten lainnya (Alligood,
2014).

5) Inefektif Manajemen

Manajemen Inefektif merupakan hasil dari strategi yang


meningkatkan ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic
sorrow.

6) Effective Management

Manajemen efektif merupakan hasil dari strategi yang


meningkatkan kenyamanan perasaan individual.

7) Strategi Manajemen

8) NCRCS meyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para


individu dapat melakukan manajemen perasaan secara efektif . Strategi
koping internal :

a. Action (tidakan), mekanisme koping action individu baik yang


bersangkutan maupun pelaku perawat nya. Contoh metode
distaksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri.

b. Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan , misalnya


berpikir positif, ikhlas menerima semua ini.

c. Interpersonal , mekanisme koping interpersonal misalnya dengan


konsultasi dengan ahli jiwa , berabungdengan kelompok
pendukung, melakukan curhat.

28
d. Emosional, mekanisme koping emosional misalny adalh
menangis dan mengekspresikan emosi.

Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau
individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaab kembali berduka (re-
grief). Staregi koping eksternal , dideskripsikan sebagai intervensi yang
dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa
nyaman para subyek dengan bersfat empati , memberi edukasi serta merawat
dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.

2.5.2 Konsep Utama Keperawatan Menurut Hansworth

1) Keperwatan

Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa


adanya chronic sorrow untuk kemudian melakukan intervensi untuk
mengatasinya. Peran utama perawat adalah bersikap empati , memberi
edukasi, serta merawat dan melakukan tindakan professional lainnya.

2) Manusia

Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan .


Manusia akan membandingkan pengalamannya dengan idealismenya pribadi
dan dengan orang-orang disekitarnya. Meskipun pengalaman individu
terhadap kehilangan bersifat unik, namun namun erdapat komponen-
komponen yang umumnya dapat diprediksi ada terikat pengalaman
kehilangan.

3) Kesehatan

29
Kesehatan seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang
tercipta setelah kehilangan . Koping yang efektif menghasilkan respon normal
terhadap kehilangan.

4) Lingkungan

Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya


interaksi individu dalam konteks social dengan keluarga , social dan
pekerjaan.

2.5.3 Asumsi Teori

1) Clarity (kejelasan)

Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area
klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga
diartikan secara jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai
contoh pemahaman bahwa Chronnic sorrow memberikan kerangka berpikir
dalam menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami suatu
kehilangan atau berduka yang memanjang . Dalam konsep chronic sorrow
terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event atau kejadian
pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal, maupun eksternal.
Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau tidak efektif yang
pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan. Apabila manajemen efektif ,
maka individu akan mengalami kenyamanan dalam kondisi kroniknya dan
sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan mengalami
ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal maupun
eksternal akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang
tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita
yang kronis.

Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau
fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik
klinik. Seperti yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan middle range teori ini

30
memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat , pelajar/mahasiswa
perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara
nasional dan internasional (Alligood, 2014).

Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang
mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan
mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu -
individu yang tidak mengalami berduka kronis ini apakah mereka memiliki
karakteristik kepribadian yang berbeda , misalnya memiliki ketabahan atau
mereka menerima intervensi yang berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa
data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan kehilangan yang terus
menerus. Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari
berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk
berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang berhubungan tidak
jelas dipaparkan.

Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas
perbedaan problem oriented dengan cognitive strategies . demikian juga emotive
cognitive. Emosional dan strategi interpersonal belum digambarkan secara jelas.
Beberapa overlap yang nyata antara manajemen internal dan eksternal terjadi
ketika kata ―interpersonal‖ digunakan untuk menggambarkan bantuan
professional.

Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang


bahwa focus dari perawatan adalah individu, keluarga (caregiver), kelompok
(peer group), hanya kurang memandang masyarakat yang dalam kondisi berduka
kronis ini bisa dijadikan sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini
hanya memandang profesi kesehatan sebangai sumber manajemen eksternal
untuk meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik , pengajaran, caring dan
memberikan asuhan yang professional.

Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi


kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian.

31
Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara
yang diharapkan dengan dengan kenyataan . kejadian tersebut dapat memicu
timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan / mendalam yang potensial
progersif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan
pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode manajemen
dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari internal (koping
personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim
kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif, maka individu akan
meningkat perasaan Kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal
sebaliknya.

2) Simplicity (kesederahaan)

Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi


pada fase berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas
pemahaman hubungan antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan.
Melalui model ini, jelas bahwa berduka kronis aalah siklus alami , menyebar dan
berpotensi berkembang.

Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode


manajemen internal versus metode manajemen eksternal. Selain itu teori ini
secaa sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode manajemen yang
dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver) menghasilkan respon
manajemen inefektif versus manajemen efektif.

Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu


mengidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal
pasien. Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih banyak berperan pada
metode menejemen yang efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi
progrsif. Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah
dimengerti . sebagai kelompok middle rang teori ini berguna untuk panduan
praktik dan penelitian selanjutnya.

3) Generality ( Keumuman / generalisasi)

32
Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak
yang mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara
empiris, teori diperluas untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari
kehilangan . teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan
dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberian
perawatan. Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi
pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari pengalaman
digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu . pemicu dan manajemennunik
pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih
beragam.

Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan
keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara
umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh
manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.

4) Empirical Precision (Presisi Empiris)

Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan


lebih mudah bagi peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan jumlah variable
yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi hipotesa berhubungan
dengan studi pada intervensi keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi
menejemen pada berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan
dasar pada praktik berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice).

Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka


kegunaannya jelas untuk penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari
berduka kronis membuat hal ini dapat dipelajari pada individu dengan
kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka
kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti dapat memikirkan alat
pengkajian untuk perawat klinik.

5) Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)

33
Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami
seseorang Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi
terutama pada kasus-kasus penyakit kronis dan terminal. Aplikasi teori ini
sangat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang
dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang berkelanjutan.

Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan


pengalaman yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung jawab
pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari anak atau kesedihan (Alligood,
2014).

2.6 Ida Jean Orlando

2.6.1 Teori Ida Jean Orlando


Menurut Orlando, keperawatan bersifat unik dan independent karena
berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang harus dibantu, nyata
atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada
pasien sebagai individu, artinya masing – masing orang berada pada situasi
yang berbeda. Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai
permintaan/kebutuhan pasien dimana bila disuplai, dikurangi, atau
menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan perasaan
tercukupi/wellbeing.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama
yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal
atau kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan
keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
1. Perawat harus menemuainya dan konsisten terhadap apa yang
dikatakanya dan mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien.
2. Perawat harus dapat mengkomunikasikanya dengan jelas terhadap
apa yang akan diekspresikanya.
3. Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung utnuk
perbaikam atau klarifikasi.

34
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik
dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam
pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu
memenuhinya. Perawat harus mengetahui peran profesionalnya, aktivitas
perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan
bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada
beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat
yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat
lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi
kewenangannya.
a. Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang
dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
b. Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien.
Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan
persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.
c. Disiplin proses keperawatan
Menurut Orlando (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses
keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan
tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam
hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku
tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan
pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
d. Kemajuan / peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan
produktif.
2.6.2 Asumsi Pokok Teori Orlando

35
Hampir keseluruhan dari teori Orlando digambarkan secara implicit.
Schieding (1993) memberikan beberapa asumsi dari tulisan Orlando
mengenai empat bidang dan elebotasi mengenai pandangan Orlando:
1. Asumsi Mengenai Keperawatan
Keperawatan merupakan profesi yang berbeda dengan disiplin
ilmu lain. Keperawatan professional mempunyai fungsi dan dan
menghasilkan produk yang berbeda (hasil). Terdapat perbedaan antara
sekadar membaringkan dengan tindakan keperawatan yang
professional.
2. Asumsi Mengenai Pasien
Kebutuhan pasien akan pertolongan merupakan suatu hal yang
unik. Pasien memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan
kebutuhannya akan pertolongan.
a. Ketika pasien tidak memperoleh kebutuhannya maka ia akan
mengalami kemunduran.
b. Tingkah laku dari seorang pasien merupakan suatu hal yang
memberikan mana.
c. Pasien mampu dan bersedia berkomunikasi secara verbal atau
tidak verbal.
3. Asumsi Mengenai Perawat
Reaksi seorang perawat terhadap pasienya merupakan suatu
hal yang unik. Perawat seharusnya tidak menambah tekanan pada
seorang pasien.
a. Pemikiran dari seorang perawat merupakan alat utama dalam
menolong seorang pasien.
b. Perawat menggunakan respon yang spontan dalam menjalankan
tanggung jawab keperawatanya.
c. Praktek keperawtan seorang perawat dikemabnagkan berdasarkan
gambaran dari diri mereka masing-masing.
4. Asumsi Mengenai Situasu Yang Terjadi Antara Pasien dan Perawat

36
Situasi hubungan antara perawta dan pasien merupakan suatu
hal yang dinamis. Hal-hal yang terjadi dalam interaksi antar pasien
dan perawat merupakan bahan utama dalam menggembangkan
pengetahuan seorang perawat.

2.6.3 Penerapan Teori Dalam Dunia Keperawatan


Praktek Kesehatan Teori Orlando telah berhasil digunakan di rumah
sakit umum dan rumah sakit jiwa. Seperti pengakuan yang gambarkan pada
Pusat Kesehatan Mental dan bagian klinik psikiatrik di Rumah Sakit umum di
beberapa negara. Teori Orlando juga diterapkan di praktek keperawatan milik
pribadi. Dunia Pendidikan Teori proses keperawatan Orlando merupakan
kerangka konseptual yang dapat dikembangkan dan dipraktekkan secara
langsung. Pelatihan dari penerapan teori Orlando sangat berguna bagi perawat
untuk mengontrol proses keperawatanya dan meningkatkan perkembangan
dari reaksi seorang pasien.
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan
suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan
ilmu lain,mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan
keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkanharus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesionalsesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatanyang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit
Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses
keperawatan.Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebagai salah satu rumah
sakit pendidikandi Indonesia, dari hasil pengamatan penulis selama
melaksanakan bimbingan praktek klinik keperawatan, telah melaksanakan
asuhan keperawatan yangkembangkan dengan mengacu pada pedoman
standar praktek pelaksanaan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Dimana standar praktik tersebut mengacu pada tahapan dalam proses
keperawatan yang terdiri dari 5 standar pengkajian, Diagnosis keperawatan,

37
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.(PPNI, 2000 hlm 57). Pelaksanaan
asuhan keperawatan tersebut merupakan aplikasi unsur dan konsep dari
beberapa teori dan model keperawatan yang diadopsi, digabung,
dikembangkan serta dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya teori dan model
yang mewarnai asuhan keperawatan yaitu teori yang dikemukakan oleh Ida
Jean Orlando yang dikenal dengan teori proses keperawatan atau disiplin
proses keperawatan.
Dalam teorinya Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep
utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing
process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau
prosesi keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi
perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi
permasalahan klien yangdisampaikan kepada perawat, menanyakan untuk
validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006:434) Orlando juga menggambarkan
mengenai disiplin nursing proses sebagaimana interaksi total (toytally
interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat
dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap
perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukantindakan yang
tepat (George, 1995 ;162)Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mencoba
membuat uraian mengenailebih jauh mengenai aplikasi Teori Keperawatan
Ida Jean Orlando―Nursing Procces Theory‖ Dalam Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan Di Rumah Sakit.

2.7 Nolla J. Pender

2.7.1 Promosi Kesehatan

Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang lebih
sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat tindakan
masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan membangun
kebijakan public yang sehat. Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan

38
efektifnya dalam komunitas, lingkungan dan masyarakat dimana mereka perlu hidup.
Perawat mengerti dan memikirkan usaha peningkatan derajat kesehatan. Dan telah
menetapkan skema untuk upaya peningkatan derajat kesehatan:

1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan pribadi
dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan dalam formulasi
kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat kesehatan.

2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam perkembangan dan kepercayaan kesehatan dan
tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter yang
berbeda, nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang tua dan lingkungan keluarga
dapat memberikan kesehatan atau sebaliknya. Lebih banyak perhatian harus
diberikan kepada perkembangaan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan
keluarga.

3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik perilaku
mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.

4. Kesehatan lingkungan.
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luas ke individu,
keluarga, dan komunitas dapat sampai kepotensi optimal mereka. Kesehatan
lingkungan yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisan dan keseimbangan
diantara dua manusia disekeliling mereka.

5. Kesehatan masyarakat.
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat
mempunyai standar hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan mengajak
dalam beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah masyarakat yang baik
adalah anggota masyarakat yang mau membantu dan bertanggungung jawab untuk
kesehatan.

39
Teori pemahaman untuk promosi kesehatan & proteksi kesehatan

1. Theory Of Reasoned Action & Theory Of Planned Behavior


Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah suatu kemauan dibawah
kontrol bukan sebagai hambatan untuk menunjukkan perilaku. Kepercayaan
merupakan class dari pondasi dalam struktur konseptual, dengan
memperhatikan perilaku. Model ini memperhatikan prediksi dan bergantian,
sehingga perilaku mengikutinya.

2. Social Cognitive Theory (Self-Efficacy)


Teori kognitif sosial adalah sebuah pendekatan teori yang
menjelaskan perilaku manusia. Dengan perspektif individu merupakan
adanya suatu kekuatan pada dirinya bukan control yang otomatis pada
stimulus eksternal. Perilaku manusia menerangkan adanya kejadian secara
timbal balik pada tindakan yang menentukan adanya interaksi dengan yang
lainnya. Persepsi self-efficacy adalah mempertimbangkan salah satu
kekuatan untuk menyelesaikan sebuah tingkatan penampilan dalam
perilaku yang spesifik.

3. The Theory Of Interpersonal Behavior


Sebuah model perilaku meliputi afektif dan psikologis dalam
kekuatan yang menerangkan perilaku ini merupakan factor yang
memberikan perhatian dalam model-model perilaku lainnya.

4. Cognitive Evaluation Theory


Motifasi manusia adalah dasar dari sebuah susunan dalam kebutuhan
psikologisnya: dari penentuan dirinya, kompetensi dan hubungan
interpersonal. Menentukan dirinya dan motivasi intrinsic (IM) adalah
konsep utama dalam teori. Motivasi intrinsic adalah energi dalam
kebutuhan dalam dirinya dan hubungan dalam kompetensi untuk nilai
perilaku personal.

5. The Interaction Model Of Chen Health Behavior

40
Model interaksi kesehatan klien berfokus pada karakteristik, klien
dan factor eksternal pada klien untuk menyediakan keterangan secara
komprehensif pada tindakan langsung terhadap pengurangan resiko dan
promosi kesehatan.

2.7.2 Paradigma Keperawatan


Paradigma keperawatan menggabungkan konsep orang, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan (Alligood 2014). Konsep-konsep ini secara
independen signifikan, namun interlaced untuk membentuk sebuah model
dari disiplin keperawatan. Mengingat interpretasi yang unik dari setiap
konsep, pemanfaatan teori keperawatan tertentu bergantung pada pandangan
dunia.

Nolla J. Pender pada tahun 1982 dalam upaya untuk menjelaskan


bagaimana orang melihat kesehatan mereka dan bagaimana latar belakang
dan kekuatan lingkungan tindakan pribadi langsung; akhirnya, fungsinya
adalah untuk memprediksi potensi perilaku kesehatan yang positif untuk
kelompok individu atau (Sakraida 2014). Promosi kesehatan di mana-mana
dalam keperawatan. Oleh karena itu, model ini dapat diterapkan dalam arti
luas. Namun, hal itu dapat diterapkan pada tingkat individu sedangkan
akuntansi untuk pengalaman sosial budaya yang unik untuk menjelaskan
fenomena perilaku mempromosikan kesehatan (Kearney-Nunnery, 2008).
Pender merevisi model ini terakhir pada tahun 2006 untuk lebih
meningkatkan kegunaannya dalam mengembangkan intervensi keperawatan
dalam mempromosikan kesehatan (McCullagh, 2013). Revisi menekankan
peran bahwa harapan memiliki dalam memprediksi kemanjuran intervensi
keperawatan dan meningkatkan status kesehatan klien (Ho, Berggren &
Dahlborg-Lyckhage, 2010).

HPM membagi proposisi utama dalam tiga kategori utama:


karakteristik individu dan pengalaman, kognisi perilaku spesifik dan
mempengaruhi, dan hasil perilaku (Kazer & Fitzpatrick, 2012). Penentu
utama lebih dikategorikan dalam proposisi ini untuk memprediksi perilaku

41
mempromosikan kesehatan. Kognisi perilaku spesifik diidentifikasi sebagai
manfaat yang dirasakan tindakan, hambatan untuk bertindak, self-efficacy,
aktivitas terkait mempengaruhi, pengaruh interpersonal, dan pengaruh
situasional (Sakraida 2014). Komitmen seseorang untuk sebuah rencana
tindakan, serta tuntutan dan preferensi bersaing selanjutnya diukur untuk
memprediksi hasil (McCullagh, 2013).

McCullagh (2013) menegaskan bahwa inti dari HPM didasarkan pada


teori-teori perilaku manusia, yang menganalisis dinamika motivasi pribadi;
yang paling berpengaruh adalah teori sosial-kognitif (SCT) dan teori
kepentingan (EVT). Hambatan tindakan yang bisa dikembangkan untuk
tindakan keperawatan tetapi sangat tergantung pada kesiapan untuk bertindak
oleh pasien (Stark, Chase, & DeYoung, 2010). Apakah aktual atau yang
dirasakan, hambatan untuk tindakan mungkin termasuk "waktu,
ketidaknyamanan, kesulitan perilaku, serta biaya personal" (Stark et al.,
2010). tuntutan attentional seperti kemampuan untuk multitask dan
memproses informasi baru, serta tuntutan afektif, yang mencakup reaksi
emosional terhadap stres, kesepian, dan kerugian harus dipertimbangkan
karena dapat membatasi perilaku promosi kesehatan, terutama pada populasi
lanjut usia (Stark et al., 2010). Menurut McGuire & Anderson, hambatan
yang dirasakan diidentifikasi sebagai faktor yang paling dominan yang
mempengaruhi perilaku promosi kesehatan.

Asumsi utama dari teori ini fokus pada unsur-unsur paradigma yang
Pender gambarkan yakni:

1. Manusia
Manusia sebagai makhluk holistik yang berusaha untuk
mewujudkan sebuah negara yang optimal dari aktualisasi diri dengan
menggunakan atribut bawaan dan eksistensial untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mencapai keseimbangan (Sakraida 2014). Isyarat ini
sementara membimbing seseorang menuju negara yang sejahtera
sepanjang kontinum melalui jalur yang paling resistensi. Meskipun

42
manusia tersebut dipandang sebagai diri regulator independen, penyedia
layanan kesehatan berpengaruh dalam memprovokasi perubahan gaya
hidup dengan peran-pemodelan dan memberikan wawasan (Sakraida
2014). HPM ini didorong oleh persepsi klien keberhasilan; apakah
perilaku akan menghasilkan hasil yang diinginkan tergantung pada upaya
yang dilakukan dan tingkat kesulitan.

Manusia dalam model promosi kesehatan mengacu pada individu


yang merupakan fokus utama dari model pender ini, setiap orang memiliki
karakteristik pribadi yang unik dan pengalaman yang mempengaruhi
tindakan selanjutnya. Diakui bahwa individu belajar perilaku kesehatan
dari keluarga dan comunity, sehingga model mencakup komponen untuk
penilaian dan intervensi pada keluarga dan comunity tingkat serta pada
tingkat individu.

Konsep Pender tentang manusia tersebut adalah jumlah dari


pengalaman dan kategori atribut pribadi termasuk biologis, psikologis, dan
pengaruh sosial budaya (Sakraida 2014). Lebih khusus, Pender mencari
pandangan yang paling komprehensif dan optimis manusia dan
mendefinisikan status kesehatan sebagai keadaan halus keseimbangan
antara masing-masing orang dan atau lingkungannya (McCullagh, 2013).
Orang berusaha untuk pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi dalam
lingkungan hisor nya.

2. Lingkungan
Lingkungan dalam teori Pender ini didefinisikan sebagai
pengaruh interpersonal dan situasional, bukan kekuatan statis.
Lingkungan mengacu pada keadaan fisik, interpersonal, dan ekonomi di
mana orang hidup. Kualitas lingkungan tergantung pada tidak adanya zat
beracun, ketersediaan makanan dan sebagainya.

3. Sehat

43
Model Pender ini memandang kesehatan sebagai keadaan
makhluk yang bervariasi dalam tingkat sepanjang kontinum, yang
dipengaruhi oleh pengubah internal dan eksternal. "Pender
mendefinisikan kesehatan sebagai aktualisasi potensi manusia yang
melekat dan diperoleh melalui perilaku yang diarahkan pada tujuan,
perawatan diri yang kompeten, dan hubungan yang memuaskan dengan
orang lain untuk menjaga integritas struktural dan harmoni "(McCullagh,
2013).

4. Perawat
Dalam model Pender ini perawat memainkan peran utama dalam
memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada klien untuk
mempromosikan self-efficacy, yang dibuat lebih efektif bila kepercayaan
praktisi dirasakan dalam keterampilan nya sendiri/ pengetahuan yang luas.
Tujuan utama dari perawat adalah untuk membantu orang dan bisa
merawat diri sendiri.

2.8 Medeleine M.Leininger

Hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger


antara lain di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia
ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang
perawatan. Hal inilah yang mendorong beliau untuk menjadi seorang perawat.

Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak
Cincinnati Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu
memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam budaya yang
berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa membantu memecahkan
masalah ini.
2.8.1 Teori Model Keperawatan Menurut Medeleine Leininger

a. Konsep Utama Teori Medeleine Leininger


Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang
pemberian traskultural. Konsepnya ―sunrise model‖ di publikasikan di

44
berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai
penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun
1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik,
Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan
subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian
terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan lebih
dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.
Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja
pemberian asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaan
(diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya
yang berbeda. Hal ini mengarah pada di kembangkannya teori-teori
universalitas dan diversitas dalam asuhan kultural.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni
humanistik yang dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi
perilaku asuhan (individu dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan
pada peningkatan,dan pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari
penyakit yang memiliki signifikasi fisik, psiko kultural dan social atau makna
dari mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau dari orang
yang memiliki kompetensi peran serupa‖ (Leininger,1984, hal 4-5)
Beberapa inti dari model teorinya adalah :
1. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau
kelompok yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar
mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
2. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai
kelompok tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di
putuskan, dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok
tersebut.
3. Asuhan transkultural

45
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar
mempelajari norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam
rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu
individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup
atau kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.
4. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan
rentang kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan. Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma,
dan cara hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai
kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara
hidup kultur atau sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan
dan ritual dapat muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu
tentang kematian, kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.
5. Universalitas asuhan kultural

Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan


kultural merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal
memberikan bantuan dan dukungan. Menurut Leininger, karakteristik
universal ini dapat berupa tindakan-tindakan seperti tersenyum, dan
memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan primer.

2.8.2 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan

1. Manusia
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan
hidup, dan nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur,
individu memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh,
ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap
manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan pengetahuan
tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang
memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut

46
sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari
individu.
2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau
kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan
sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem
layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari
dua sub sistem :
a) Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi
bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis,
layanan keperawatan, dan fisioterapi.
b) Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang
terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan
etnik, pengobatan alternative.

3. Sehat dan sakit


Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep
yang di tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit
berbeda-beda antar-budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di
perlukan agar mampu memahami makna yang diberikan oleh kelompok
budaya tertentu terhadap sehat dan sakit.

4. Keperawatan
Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai
keperawatan transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan
aspek-aspek sebagai berikut :
a) Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik
b) Keperawatan berpusat pada individu
c) Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan
kesejahteraan, dan memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu
penyakit, sambil mempertimbangkan perbedaan budaya.

47
2.9 Betty Newman

Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas
keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan
fleksibel, yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan
lain-lain, garis pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya
perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis
pertahanan resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan,
tingkat pendidikan masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari
imunisasi di daerah yang ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada garis
pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini
bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.
Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh
dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar
pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan
satu kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis,
sosiokultural dan spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan
dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi
terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan
yang dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi
proses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya
dilakukan menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh

48
akibat stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder
dan tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat meliputi
berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang
potensial dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu seperti mengidentifikasi
adanya stressor, mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung
koping pada pasien secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada
penguatan pertahan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana
pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, menurut Neuman meliputi berbagai
tindakan perawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit
serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor dan pencegahan tersier untuk
memberikan penguatan pertahan tubuh terhadap stresor melalui pendidikan
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk membantu dalam mencegah
terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur
serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu
penyakit.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam
mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat mengkaji
mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-
variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor.
Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan
gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman,
manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari
fisiologi, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem
terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan
disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stesor. Lingkungan
internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal
dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal
dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan lingkungan yang aman, yang
mungkin terbentuk oleh mekanisme yang di sadari maupun yang tidak disadari.

49
Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak
sistem. Model Neuman mencakup stresor interpersonal, intrapersonal, daan
ekspersonal.
Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem terbuka
(meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan
stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien (meluputi
lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis
pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan
rekontruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :
Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga,
kelompok, masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang
utuh bagian dari interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua
variabel yang secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Sistem Terbuka
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi
dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress
adalah komponen dasar pada suatu system terbuka.
Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan
lingkungannya dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk
bergerak kearah stabilitas yang utuh.
Input dan Out put
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy,
informasi yang saling bertukar antara klien dan lingkungan.
Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan
sebagai feed back untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan
untuk merubah, meningkatkan, atau menstabilkan system.
Negentropy

50
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu
kemajuan system kearah stabilitas atau baik.
Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan
sistem kearah sakit atau kemungkinan kematian.
Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan
stressor untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
Enviroment :
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien
setiap saat sebagai bagian dari lingkungan.
Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk
mengekspresikan system secara simbolik dari keseluruhan system.
Tujuannya adalah menyediakan suatu arena aman untuk system fungsi
klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor.
Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual) klien dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien
sebagai system.
Basic Clien Structure :
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh
lingkaran terpusat. Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor
kehidupan dasar atau sumber energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor
kehidupan dasar yang umum untuk seluruh anggota organisme. Seperti
sebagai faktor bawaan atau genetik.
Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar
disebut garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang
membantu klien mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh
adalah respon system imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien

51
dapat menyusun system kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat
terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh interrelationship kelima
variable sistem klien.
Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat.
Hal itu menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu
dipelihara dari waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk
mengkaji penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi
variabel system dan perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya
hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan
suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu penyusutan keadaan
kesehatan.
Garis Pertahanan Fleksibel :
Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan
fleksibel. Hal ini dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu
yang singkat. Hal ini dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi
terhadap stressor dari pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil
yang di presentasikan sebagai garis pertahanan normal. Hubungan antara
variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural, perkembangan, dan spiritual)
dapat mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk menggunakan
pertahanan garis fleksibel untuk melawan kemungkinan dari reaksi stressor
seperti gangguan tidur. Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel
meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu
yang singkat terhadap invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan
memberikan lebih sedikit pertahanan.
Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem
klien berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem
terpenuhi.
Sakit (Illness) :

52
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan
keadaan tidak seimbang dan penurunan energi.
Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem yang stabil. Stressor dapat berupa :
1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon
kondisional seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu,
seperti harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaan
finansial.
Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien
untuk menyesuaikan terhadap stressor.
Pencegahan sebagai intervensi :
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien
menahan, mencapai, atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi
dapat terjadi sebelum dan sesudah garis perlindungan dan perlawanan yang
dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada
kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil
antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai
atau diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui.
Neuman menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain
usaha untuk memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau
menguatkan garis pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan
reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau
treatment awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya

53
internal dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan
garis internal resistensi, mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor
resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau
pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian
kearah kestabilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu
meningkatkan resistensi terhadap stressor untuk membantu mencegah
terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses ini mendorong untuk
kembali pada tipe siklus ke pencegahan primer. Sebagai contoh akan
dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan
klien.
Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut
Teori Betty Neuman
1. Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman
menyatakan konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu,
keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien
adalah gabungan hubungan yang dinamik antara faktor fisiologi, psokologi,
sosiokultural, perkembangan, dan spiritual. Sistem klien digambarkan
sebagai perubahan atau pergerakan konstan yang hidup sebagai system
terbuka dalam hubungan timbak balik dengan lingkungan.
2. Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia
memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju
sakit yang secara alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah
untuk mencapai kondisi sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan
seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan
akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi
dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang diberikan pada
waktu itu.
3. Keperawatan

54
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan
semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah
profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi
respon individu terhadap stress. Persepsi perawat mempengaruhi terhadap
pelayanan yang diberikan sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi
antara pemberi pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan
instrument pengkajian dan intervensi untuk membantu melakukan tugas
tersebut.
4. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari
model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah
hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor
internal dan eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi
dengan manusia dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan
ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan dan
digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan dan
secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :
a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya
yang terjadi pada klien
b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan
semua interaksinya yang terjadi di luar klien.
c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan
digunakan klien untuk membantu mekanisme pertahanan.
Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan
yang diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi
varibel-variabel sistem untuk menciptakan efek yang ditentukan sehingga
dapat membantu klien mengatasi stressor lingkungan yang mengancam
dengan melakukan perubahan pada diri sendiri atau situasi. Contohnya
respon menolak (variabel fisiologi), dan semangat untuk survive pada siklus
kehidupan (variabel perkembangan). Lingkungan yang diciptakan secara

55
terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan oleh keadaan
sehat yang dipersepsikan klien.

2.10 Rosemarie Rizzo Parse

2.10.1 Sumber Teori Rosemarie Rizzo Parse


Parse menyusun teori human becoming dari prinsip-prinsip dan
konsep-konsep dari Rogers. Dia juga memasukkan konsep dan prinsip-prinsip
dari phenomenologic eksistensial seperti yang diungkapkan oleh Heidegger,
Sartre, dan Merleau-Ponty. Teori ini berasal dari pengalamannya dalam
keperawatan dan dari sintesis prinsip-prinsip teoritis dari ilmu manusia
(McEwen & Wills, 2014).

2.10.2 Teori Human Becoming Rosemarie Rizzo Parse


Menurut McEwen & Wills (2014) Teori Human Becoming diperoleh
dari pengalaman Rosemarie Rizzo Parse di bidang keperawatan, prinsip
teoritis dari ilmu manusia, prinsip dan konsep teori Rogers
dan phenomenologic eksistensial seperti yang diungkapkan oleh Heidegger,
Sartre, dan Merleau-Ponty. Teori Human Becoming merupakan alternative
pendekatan bio-psyco-social-spiritual.
Human Becoming Theory popular pada tahun 1992. Teori ini berasal
dari Man-living-health theory. Teori ini dikembangkan berdasarkan teori
keperawatan tradisional mengacu pada teori pakar keperawatan Eropa yaitu
dari Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, dan Gadamer yang bekerja sama
dengan pakar keperawatan dari Amerika Martha Rogers. Terdapat tiga prinsip
pada teori Human Becoming. Setiap prinsip berisi 3 konsep yang diperlukan
untuk mengeksplorasi pengertian yang lebih mendalam tentang theory human
becoming. Teori ini terdiri dari 3 bagian besar yaitu: structuring, cocreating
rhythmical pattern, and cotranscendence. (McEwen & Wills, 2014).
Parse tidak memisahkan secara spesifik asumsinya tentang alam
semesta karena dia yakin bahwa alam semesta adalah multidimensi dan

56
proses yang saling menguntungkan pada manusia dan juga tidak dapat
dipisahkan dari manusia. Kejadian ini membuktikan bahwa asumsi tentang
manusia dan prosesnya adalah sebagai berikut (McEwen & Wills, 2014):
1. Manusia adalah ada selama pola secara teratur dari pembentukan (proses)
alam semesta (keberadaan, pembentukan, dan pola).
2. Manusia adalah mahluk terbuka, menentukan makna situasi secara bebas,
bertanggung jawab untuk keputusan (situasi bebas, terbuka, dan energi).
3. Manusia adalah unit terkecil, terjadi pola hubungan yang teratur (energi,
pola, dan pembentukkan).
3. Manusia adalah mempunyai cakupan yang luas (melihat lebih jauh)
secara multidimensi terhadap berbagai kemungkinan-kemungkinan
(terbuka, pandimensional, dan situasi yang bebas).
4. Menjadi unit terkecil dari kehidupan kesehatan manusia (terbuka, situasi
bebas dan pembentukkan).
5. Menjadi bagian proses pembentukkan manusia-alam semesta secara
terarur (pola pembentukan dan pandimensional).
6. Menjadi adalah pola yang terbentuk dari prioritas nilai dari hubungan
(siatusi bebas, pola, dan keterbukaan).
7. Menjadi adalah proses dalam diri terhadap berbagai kemungkinan
(keterbukaan, situasi bebas, dan keberadaan).
8. Menjadi adalah proses menjadi manusia sebagai suatu unit (keberadaan,
energi, dan pandimensional).
2.10.3 Prinsip dan Konsep teori Human Becoming
Tiga prinsip pada teori Human Becoming. Setiap prinsip berisi 3
konsep yang diperlukan untuk mengeksplorasi pengertian yang lebih
mendalam tentang theory human becoming. Teori ini terdiri dari 3 bagian
besar yaitu: structuring, cocreating rhythmical pattern, and
cotranscendence (McEwen & Wills, 2014).
1. Structuring
Pada komponen ini terdapat tiga bagian penting antara lain
a. Imaging

57
Menurut Parse manusia memiliki rasa ingin tahu yang luarbiasa
tinggi.Dalam memenuhi hasratnya akan suatu hal tersebut manusia
mencoba untuk mencari tahu ataupun menduga jawabanya. Jawaban dari
pertanyaan muncul dari penggalian manusia terhadap realita dan
pandangannya terhadap suatu fenomena. Imaging adalah intepretasi
personal dari arti, kemungkinan dan konsekuensi. Perawat tidak dapat
mengetahui imaging secara lengkap tetapi perawat mampu mengungkap,
menghormati, dan memberi kesaksian sebagai pertahanan manusia
dengan proses membentuk, mencari, mengintegrasi, menolak dan
mengintepretasi
b. Valuing
c. Languaging
Manusia berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
Setiap tindakan seperti cara berbicara, melihat, bergerak, bahkan ketika
mereka diam mengisyaratkan terjadinya komunikasi. Perawat
dapat memahamibeberapa bahasa dimana manusia tersebut
memperlihatkan, tetapi mereka tidak mampu mengetahui arti dari bahasa
tersebut. Untuk mengerti bahasa, perawat harus bertanya kepada orang
tersebut apa maksud dari kata-kata, tindakan dan gerak-gerik tersebut.
Sesuatu yang mungkin terjadi ketika seseorang belum mengetahui
maksud dari bahasa mereka, dimana perawat menghormati proses yang
sedang berjalan untuk mengerti maksud dari situasi tersebut. Jelaslah
bahwa untuk mengerti itu membutuhkan waktu, dan manusia tahu kapan
untuk menjelaskan arti yang sesuai pada saat itu.
2. Cocreating
Maksud dari prinsip ini adalah kehidupan manusia menciptakan pola-pola
dari hari ke hari dan pola-pola tersebut memberitahukan tentang arti dan
nilai secara personal. Dalam pola yang saling berhubungan manusia
menciptakan, banyak kebebasan dan pembatasan pada pilihan; semua pola
terlibat dalam ikatan yang komplek dan tidak terikat dengan manusia,
pikiran dan pilhan. Prinsip kedua ini memiliki 3 konsep yaitu :

58
a. Mengutarakan–menyembunyikan (Revealing-Concealing)
Mengutarakan-membunyikan adalah cara seseorang untuk
memperlihatkan dan sembunyi, sekaligus, untuk menjadi manusia (Parse,
1981, 1998). Digunakan untuk menceritakan dan lebih
mengenalkan tentang diri sendiri kepada orang lain. Terkadang manusia
mengetahui apa yang ingin dikatakan dan mereka menyalurkannya
dengan begitu jelas dan terkadang juga manusia memiliki hal yang
mengejutkan diri mereka sendiri dengan kata-kata yang mereka lontarkan.

b. Tidak ada batasan–terbatas (Enabling-Limiting)


Kemungkinan–keterbatasan adalah tentang memilih dari
kemungkinan dan hidup dengan konsekuen pada pilihan yang telah
dipilih. Perawat dapat membantu untuk oranglain seperti merenungkan
pilihan dan antisipasi dari konsekuen pada pilihan yang sulit.
c. Berhubungan– terpisah (Connecting-Separating)
Konsep ini berhubungan dengan bagaimana manusia menciptakan
pola dari yang berhubungan dan terpisah antara manusia dan proyek.
Pola ini menciptakan nilai prioritas yang diungkapkan. Saling
berhubungan dan terpisah ini adalah tentang komunitas-kesendirian dan
orang yang terpisah dari perkumpulan untuk bergabung bersama.
Berhungan-terpisah juga menjelaskan antara 2 orang dapat lebih dekat
dan belum terpisahkan antara 2. Kadang-kadang terhubungkan ketika
orang terpisah karena seseorang dapat menghuni atau mendiami dengan
kehadiran seseorang dengan kedekatan yang besar, terutama ketika
berduka untuk orang lain. (Burnes, 200a; Cody, 1995b; Pilkington, 1993).
Nurses belajar mengenai pola seseorang dari terhubung-terpisah dengan
menanyakan tentang pentingnya arti suatu hubungan dan proyek.
3. Cotranscending
Dalam pengambilan keputusan pastilah akan ada keterlibata norang lain
baik mengenai bagaimana menjadi, sikap apa atau pendekatan untuk
memiliki, untuk berhubungan dengan siapa, minat apa atau keprihatinan

59
untuk diganggu. Pilihan mencerminkan cara orang bergerak dan berubah
dalam proses menjadi.
Tiga konsep prinsip ini adalah sebagai berikut
a. Powering
Makna tentang kehidupan dan perjuangan dan kemauan untuk
terus berjuang meskipun menemui kesulitan dan ancaman. Parse (1981,
1998) menggambarkan powering sebagai proses mendorong - menolak
yang selalu terjadi dan yang menegaskan keberadaan kita dalam
kemungkinan ketidakberadaan. Orang secara terus-menerus terlibat dan
ketidakberadaan (tentang hilang dan risiko kematian dan
penolakan). Powering adalah gaya yang diberikan, yang mendorong
untuk bertindak dan kemungkinan hidup dengan tujuan di tengah untuk
menegaskan dan memegang apa yang disayangi, sementara secara
bersamaan hidup dengan kehilangan dan ancaman
ketidakberadaan (nonbeing). Selalu ada perlawanan dengan kekuatan
mendorong powering, karena orang-orang yang hidup dengan orang lain
yang juga menghadapi terhadap berbagai kemungkinan.
b. Originating
Konsep tentang keunikan manusia dan memegang dua paradoks
berikut: (1) sesuai-tidak sesuai dan (2) kepastian-ketidakpastian. Orang
berjuang untuk menjadi seperti orang lain, namun mereka juga berusaha
untuk menjadi unik. Pilihan tentang originating terjadi dengan realitas
kepastian-ketidakpastian. Tidak mungkin mengetahui semua yang
mungkin datang dari memilih untuk menjadi berbeda atau dari memilih
untuk menjadi seperti orang lain. Originating dan menciptakan lagi
adalah pola yang berdampingan dengan keteguhan dan kesesuaian (Parse,
1981, 1998). Pola originating kerajinan manusia yang unik ketika
kemungkinan mereka terlibat kehidupan sehari-hari. Perawat
saksi originating bersama orang-orang yang sedang dalam proses
memilih bagaimana mereka akan dengan mengubah pola kesehatan.
c. Transforming

60
Transforming adalah tentang perubahan yang disengaja dan
pergeseran pandangan bahwa orang-orang memiliki tentang hidup
mereka. Orang selalu berjuang untuk mengintegrasikan yang tidak biasa
dengan yang biasa terjadi dalam keseharian kehidupan mereka. Ketika
penemuan-penemuan yang baru dibuat, orang mengubah pemahaman
mereka, kadang-kadang, pola hidup dan pandangan dunia dapat bergeser
dari wawasan misteri dan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan
mereka. Transformasi adalah perubahan yang berkelanjutan dengan
karakteristik mutual process dan kecerdikan manusia sebagai orang-orang
yang menemukan cara untuk mengubah arah harapan dan impian mereka
(Parse, 1981, 1998). Perawat, dengan cara mereka hadir dengan orang
lain, membantu atau menghalangi upaya orang untuk mengklarifikasi
harapan, impian, dan arah yang diinginkan mereka.

2.10.4 Asumsi Dasar Paradigma Keperawatan


McEwen & Wills (2014) menyatakan asumsi dasar paradigma
keperawatan berdasarkan konsep Parse yaitu:
1. Perawat
Keperawatan adalah sebuah ilmu pengetahuan manusia dan se
ni yang menggunakan badan abstrak pengetahuan untuk melayani orang.
Keperawatan dilihat sebagai komponen yang harus ada (dihadirkan) untuk
dapat memfasilitasi proses menjadi sehat dari setiap komponen yang lain.
Menulis secara luas tentang keyakinan mengenai keperawatan sebagai
ilmu pengetahuan dasar selama lebih dari 30 tahun. Parse telah
mengembangkan keyakinannya bahwa keperawatan adalah ilmu
pengetahuan dasar dan bahwa perawat memerlukan teori yang berbeda
dari disiplin ilmu lain.
2. Kesehatan
Kesehatan dipandang sebagai proses yang berubah secara terus
menerus untuk menjadi tetap sehat. Kesehatan manusia berhubugan erat

61
dengan bagaimana perilaku dalam hidupnya mengembangkan powering,
originating, dan transforming.
3. Manusia
Manusia merupakan komponen terbuka, unik dan berbeda dari
komponen yang lain secara terpisah. Parse memandang konsep manusia
universal dan kesehatan sebagai suatu kesatuan. Parse mengatakan bahwa
walaupun tiap hal ini dideskripsikan secara terpisah tetapi mereka
berhubungan dalam suatu proses. Manusia mempengaruhi dan
dipengaruhi orang lain. Manusia menjadi tau dan mengerti saat mereka
bekerja dengan alam melalui orang lain dengan ide-ide,sejarah, budaya
dan harapan-harapan. Konsep manusia menurut Parse diantaranya:
1. Manusia yang hidup berdampingan sambil coconstituting pola ritmis
dengan alam semesta.
2. Manusia adalah kesatuan, terus coconstituting pola berhubungan.
3. Manusia terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, yang
bertanggung jawab atas keputusan.
4. Manusia ini melampaui multidimensional dengan possibles
5. Becoming adalah proses terbuka, dipengaruhi oleh pengalaman
manusia (konsep terbuka, coconstituting dan situasi kebebasan).

4. Lingkungan
Lingkungan dipandang sebagai pemberi stimulus dalam proses
timbal balik dalam hubungan dengan manusia. Segala sesuatu secara
pribadi dan pengalamannya yang mampu memberikan hubungan timbal
balik dengan manusia.

2.11 Tomlin dan Swain

2.11.1 Asal Mula Teori Modeling dan Role Modeling

Teori dan paradigma Modeling dan Role-Modeling dikembangkan


dengan proses retroduktif. Model asli diambil dari pengalaman klinis Erikson
dan pengalaman pribadi dalam hidupnya. Hasil kerja dari Maslow, Erikson,

62
Piaget, Engel, Selyr dan M. Erikson diintegarasikan dan disintesis menjadi
teori yang holistik dan paradigma untuk keperawatan. H. Erikson (1976)
dalam Alligood (2014), mengemukakan pendapat bahwa manusia mempunyai
hubungan pikirian dan badan dan identifikasi sumber potensial yang dapat
memprediksi kemampuan mereka dalam mengatasi stress. Erikson juga
menjelaskan hubungan antara status kebutuhan dan proses perkembangan,
kepuasan dengan kebutuhan, kehilangan dan rasa sakit, dan kesehatan dan
kebutuhan akan kepuasan.

Tomlin dan Swain membantu memvalidasi model praktik Erikson dan


membantu Erikson mengembangkan dan mengartikulasikan fenomena,
konsep dan hubungan teori. Teori Maslow tentang kebutuhan dasar manusia
juga memengaruhi pandangan pribadi mereka bahwa manusia ingin menjadi
yang terbaik sejauh mana mereka bisa melakukannya, kebutuhan dasar yang
tidak terpenuhi akan perkembangan individu yang holistik sedangkan
kebutuhan akan kepuasan akan mendorong perkembangan manusia.
(Erickson,Tomlin, & Swain, 2002, p. 56; Erickson, M., 1996a, 1996b, 2006;
Jensen, 1995 dalam Alligood, 2014). Erikson lebih jauh mengembangkan
teori bahwa kebutuhan dasar yang belum terpenuhi akan mengakibatkan
gangguan fisik atau mental dan penyakit, sementara kebutuhan akan kepuasan
akan menjadi aset yang akan membantu mengurangi stres dan meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Teori pengembangan kognitif Piaget juga menjadi landasan kerangka


kerja untuk memahami perkembangan berfikir. Karya Erik Erikson tentang
tahapan perkembangan psikososial memberikan dasar teoritis untuk
memahami evolusi psikososial individu. Terdapat delapan tahap
perkembanan individu, setiap individu yang menyelesaikan tugas
perkembangannya akan memperoleh keuntungan dan kekuatan yang akan
berkontribusi terhadap pengembangan karakter dan kesehatan. Teori utilitas
Erikson melihat aspek tugas perkembangan manusia yang belum diselesaikan
(Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, dalam Alligood, 2014).

63
Karya Winnicott, Klein, Mahler, dan Bowlby tentang hubungan
keterikatan objek saat perkembangan dan pertumbuhan manusia dari masa
kanak-kanak sampai tua juga mempengaruhi teori modeling dan re-modeling
ini. Erikson menyatakan teori bahwa hubungan antara keterikatan objek dan
kebutuhan akan kepuasan. Ketika sebuah benda berulang kali memenuhi
kebutuhan dasar seseorang, maka keterikatan atau keterhubungan dengan
benda tersebut objek tersebut akan terjadi. Sebuah konsep baru yang
disintesis yaitu melihat hubungan keterikatan objek dihubungkan dengan rasa
keterpisahan pada manusia (Erickson, H., 2006, 2010; Erickson, Erickson, &
Jensen, 2006; Erickson, Tomlin, & Swain, 1983; Erickson, M.,
1996b dalam Alligood, 2014).

Dari lahir sampai konsep keterikatan objek pada manusia sangat


penting dalam memenuhi kebutuhan akan kepuasan, koping yang adaptif,
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Selanjutnya ―object loss‖ akan
menghasilkan defisit kebutuhan dasar (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002).
Kehilangan yang nyata dan rasa rasa terancam merupakan bagian yang
normal dari perkembangan manusia. Kehilangan akan menimbulkan
kesedihan dan akan mengganggu tumbuh kembang sehingga tidak
memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara maksimal (Erickson, Tomlin,
& Swain, 2002; Erickson, M., 2006). Karya Selye dan Engel, seperti yang
dikutip Erickson, Tomlin, dan Swain (1983), memberikan dukungan
konseptual tambahan hubungan respon stress dengan kehilangan. Teori Selye
mengemukakan teori respon biofisik individu terhadap stress, dan Engel
mengeksplorasi respon psikososial terhadap stressor (Alligood, 2014).

2.11.2 onsep Utama dan Definisi Konsep Teori Modeling dan Role Modeling

a. Modeling

Tindakan pemodelan adalah proses yang digunakan perawat untuk


mengembangkan citra dirinya dan pemahaman tentang klien, citra diri dan
pemahaman perkembangan klien dipandang dari prespektif klien. Seni

64
dari Modeling adalah pengembangan citra perawat dipandang dari perspektif
klien. Sains tentang Modeling adalah gabungan ilmu dan analisis data yang
dikumpulkan tentang pemodelan klien. Modeling terjadi ketika perawat
menerima keadaan dan mengerti tentang kliennya (Erickson, Tomlin, &
Swain, 2002).

b. Role Modeling

Seni Role Modeling terjadi terjadi saat perawat dan menerapkan


intervensi yang unik untuk klien. Sains Role Modeling terjadi saat perawat
merencanakan intervensi sesuai dengan teori keperawatan. Role
Modeling membutuhkan penerimaan tanpa syarat dari klien dan perawat
memfasilitasi kebutuhan dan perkembangan klien. Role Modeling kemudian
terjadi ketika perawat bergerak dari tahap analisis keperawatan ke tahap
proses perencanaan tindakan keperawatan (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood, 2014,).

c. Keperawatan

Keperawatan merupakan merupakan bantuan holistik kepada klien


dengan aktivitas sehari-harinya dihubungkan dengan kesehatan. Hal ini
merupakan proses interaktif, interpersonal, dan memanfaatkan sumber daya
untuk kesehatan yang optimal (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam
Alligood, 2014).

d. Nurturance

Nurturance adalah integrasi antara kognitif, fisiologis, proses afektfi


yang membantu klien ke arah yang lebih sehat. Nurturance menyatakan
bahwa perawat tahu dan mengerti tentang diri pribadi pasien dan menghargai
nilai yang dianut pasien, hal ini dipandang dari sudut pandang
klien (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam Alligood, 2014).

e. Penerimaan tanpa syarat

65
Penerimaan merupakan sesuatu yang unik, berharga, dan penting bagi
individu dalam mengembangkan potensi dirinya. Perawat menggunakan
empati untuk membantu individu belajar bahwa perawat menerima dan
menghormati dirinya. Penerimaan tanpa syarat akan memudahkan individu
menggerakan potensi yang dimilikinya untuk mencapai kesehatan yang
optimal (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam Alligood, 2014).

f. Manusia

Manusia sama-sama holistik mempunyai pertumbuhan dan


perkembangan seumur hidupnya, disamping itu juga memiliki afiliasi diri.
Perbedaan dapat terjadi karena memiliki adaptasi dan pengetahuan perawatan
diri yang berbeda (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam Alligood, 2014).

g. Bagaimana Individu Memiliki Kesamaan

1) Holism

Manusia adalah makhluk holistik yang memiliki interaksi


banyak subsistem didalam dirinya. Hal ini termasuk genetik, spiritual,
tubuh, fikiran, dan emosi yang saling mempengaruhi dan berinteraksi
satu sama lain. Keseluruhan subsistem yang bekerjasama akan
menciptakan sifat holistik tersebut (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood, 2014).

2) Kebutuhan Dasar

Semua manusia memiliki kebutuhan dasar yang bisa


didapatkan kepuasan dari kebutuhan dasar tersebut. Kebutuhan dasar
akan terpenuhi jika individu telah merasakan bahwa kebutuhan
dasarnya telah terpenuhi (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam
Alligood, 2014).

3) Lifetime Development

66
Perkembangan seumur hidup individu melewati tahap
psikologis dan kognitif. Dalam tahap psikolgis, setiap tahap memiliki
tugas perkembangan tersendiri mencakup alternatif dari pengambilan
keputusan seperti kepercayaan versus ketidakpercayaan, keyakinan
versus keraguan. Individu yang matang secara psikologis mampu
mempertahankan kesehatannya, sedangkan tahap kognitif dimana
individu berfikir untuk terus bertumbuh dan berkembang. Piaget
percaya bahwa pembelajaran kognitif berkembang secara berurutan
sesuai dengan tahapan umur (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood, 2014).

4) Affiliated Individuation

Setiap individu mempunyai naluri untuk berafiliasi satu sama


lain. Individu-individu harus saling mendukung dan bekerja sama,
sehingga akan merasakan kebebasan dan penerimaan akan dirinya
terhadap orang lain (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam
Alligood, 2014).

h. Bagaimana manusia berbeda

1) Inherent Endowment

Setiap individu dilahirkan dengan seperangkat gen yang


sampai batas tertentu akan menentukan penampilan, pertumbuhan,
perkembangan, dan tanggapan terhadap kejadian hidup. Jelas, kedua
susunan genetik dan karakteristik warisan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Mereka mungkin mempengaruhi
bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan dunia seseorang.
Mereka membuat individu berbeda satu sama lain, masing-masing
unik dengan caranya sendiri (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hlm.
74-75 dalam Alligood, 2014).

2) Adaptasi

67
Adaptasi terjadi karena individu merespons stresor eksternal
dan internal dengan cara yang diarahkan pada kesehatan dan
diarahkan pada pertumbuhan. Adaptasi melibatkan mobilisasi sumber
daya koping internal dan eksternal. Tidak ada subsistem yang berada
dalam bahaya saat adaptasi terjadi (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002
dalam Alligood 2014). Kemampuan individu untuk memobilisasi
sumber daya digambarkan oleh Adaptive Potential Assessment
Model (APAM). APAM mengidentifikasi tiga keadaan potensial
penanggulangan yang berbeda: (1) arousal (gairah), (2) ekuilibrium
(adaptif dan maladaptif), dan (3) Impoverishment (pemiskinan).
Masing-masing bagian ini mewakili potensi yang berbeda untuk
memobilisasi sumber perawatan diri. Gerakan di antara bagian
dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk mengatasi (dengan
stressor yang terus berlanjut) dan adanya tekanan baru" (Erickson,
Tomlin, & Swain, 2002, hlm. 80-81 dalam Alligood, 2014). Perawat
dapat menggunakan model ini untuk memprediksi potensi individu
untuk memobilisasi sumber perawatan diri sebagai respons terhadap
stres (Alligood, 2014).

3) Hubungan fikiran dan tubuh

Kita semua adalah makhluk biofisikal dan psikososial yang


ingin mengembangkan potensi kita, yaitu menjadi yang terbaik yang
kita bisa (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hal 70 dalam Alligood,
2014).

4) Perawatan Diri

Self-care melibatkan pengetahuan, sumber daya dan tindakan


sebagai berikut

a) Pengetahuan Self-care

68
Pada tingkat tertentu, seseorang tahu apa yang
membuat dia sakit, mengurangi keefektifannya, atau
mengganggu pertumbuhannya. Orang tersebut juga tahu apa
yang akan membuatnya baik, mengoptimalkan keefektifan
atau pemenuhannya (keadaan tertentu), atau mempromosikan
pertumbuhannya (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hal 48
dalam Alligood, 2014).

b) Sumber daya selft-care

Sumber perawatan diri adalah "sumber daya internal,


serta sumber daya tambahan, dimobilisasi melalui
tindakan selft-care yang membantu mendapatkan, memelihara,
dan mempromosikan tingkat kesehatan holistik yang optimal"
(Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hlm. 254-255 dalam
Alligood, 2014).

c) Tindakan selft-care

2.11.3 Asumsi Teori Modeling dan Role Modeling

Asumsi teori pada modeling dan role modeling dikaitkan dengan


paradigma keperawatan meliputi:

a. Keperawatan

Perawat adalah fasilitator bukan efektor. Hubungan klien dan perawat


adalah interaksi, proses interpersonal yang membantu individu untuk
mengidentifikasi, memobilisasi, dan mengembangkan kekuatannya sendiri
untuk mencapai keadaan optimal kesehatan dan kesejahteraan yang dirasakan
"(H. Erickson, komunikasi pribadi (2004), dalam Alligood, 2014). Lima
tujuan intervensi keperawatan adalah untuk membangun kepercayaan,
menegaskan dan mempromosikan kekuatan klien, mempromosikan orientasi
positif, memfasilitasi kontrol yang dirasakan, dan menetapkan tujuan bersama

69
yang diarahkan oleh kesehatan (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002 dalam
Alligood, 2014).

b. Manusia

Pembedaan dilakukan antara pasien dan klien dalam teori ini. Seorang
pasien diberi perawatan dan instruksi; sedangkan klien berpartisipasi dalam
perawatannya sendiri. Tujuannya adalah agar perawat bekerja dengan klien
(Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hal 21). Klien adalah orang yang
dianggap anggota sah dari tim pengambil keputusan, yang selalu memiliki
kendali atas rejimen yang direncanakan, dan siapa yang dimasukkan ke dalam
perencanaan dan pelaksanaan perawatannya sendiri sebanyak mungkin
(Erickson, Kinney, Stone, et al., 1990, hal 20; Erickson, Tomlin, & Swain,
2002, hal 253 dalam Alligood, 2014).

c. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial, bukan


hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Hal ini mengkonotasikan
keadaan keseimbangan dinamis di antara berbagai subsistem (manusia yang
holistik) (Erickson, Tomlin, & Swain, 2002, hlm. 46 dalam Alligood, 2014).

d. Lingkungan

Lingkungan tidak teridentifikasi dalam teori sebagai entitas tersendiri.


Para ahli teori melihat lingkungan di subsistem sosial sebagai interaksi antara
diri dan orang lain baik budaya maupun individu. Stressor biofisik dilihat
sebagai bagian dari lingkungan (H. Erickson, komunikasi pribadi, 30 Maret
1988 dalam Alligood, 2014).

2.12 Dorothy Johnson

2.12.1 Model Konsep dan Teori Keperawatan Jhonson

Model Dorothy Johnson (1980, 1990) adalah sintesis dari teori dan konsep
ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi kedalam kerangka kerja sistem. Teori

70
mengenai stress dan adpatasi menjadi titik focus dalam model ini. Setiap orang
dipandang sebagai suatu sistem perilaku yang terdiri atas tujuh subsistem. Subsistem
tersebut berinteraksi dan saling terkait. Setia orang berupaya mencapai keseimbangan
dan kestabilan baik secara internal maupun eksternal dan berfungsi secara efektif
melalui penyesuaian dan beradaptasi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan
melalui pola atau respons yang telah dipelajari. Jika tekanan-tekanan ini terlalu besar
dan orang tersebut tidak mampu beradaptasi atau mencapai fungsi yang optimum,
maka terjadi ketidakstabilan dalam satu subsistem atau lebih, sehingga mengurangi
kapasitas dan efesiensi fungsi dan mengurangi energy. Perawat membantu siapa saja
yang terancam atau secara potensial terancam oleh ketidak seimbangan sistem
perilaku guna mempertahankan fungsi yang efisien dan efektif.
Para perawat mengatur tekanan eksternal untuk memulihkan sistem perilaku
(biopsikososial) pada tingkat yang optimum dengan memberdayakan regulasi atau
pengendalian eksternal, mengubah unsur structural dengan arah yang diinginkan atau
memenuhi kebutuhan fungsi dari subsistem. Model Johnson didasarkan pada
interaksi dari sistem perilaku seseorang dan subsistem dengan lingkungan.

a. Sistem perilaku
Dalam teori sistem, suatu sistem adalah keutuhan dengan bagian-bagian
yang saling bergantung. Bagian-bagian tersebut memilii struktur dan suatu proses
atau pola perilaku. Sistem ditandai oleh organisasi, interaksi, saling
ketergantungan, dan integrasi dari bagian-bagiannya. Melalui interaksi baik di
dalam subsistem maupun dengan tekanan ekternal yang bekerja pada subsistem,
sistem berupaya untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan melalui
penyusuaian dan adaptasi.

b. Subsistem
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada satu subsistem dapat mengganggu subsistem yang
lainnya. Masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas

71
khusus yang penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruhan
subsistem, dan masing-masing mempunyai struktur dan fungsi.
4 unsur structural memengaruhi setiap subsistem. Unsur pertama adalah
tujuan atau dorongan, didefinisikan sebagai tujuan dari perilaku dan konsekuensi
yang dicapai. Secara umum tujuan masing-masing subsistem adalah universal,
namun terdapat variasi individual. Unsur kedua, set subsistem individu
mencerminkan ―predidposisi tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang
mengacu pada tujuan‖ (Johnson, 1990). Set membedakan rentang perilaku yang
tersedia bagi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang dipilih
terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan, dan pengalaman. Unsur ketiga,
masing-masing subsistem mempunyi pilihan perilaku alternative untuk mencapai
tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individual, yang
merupakan satu-satunya aspek yang dapat diamati dari setiap subsistem. Perilaku
ini diteliti untuk mengetahui efisiensinya dalam mencapai tujuan.
Masing-masing subsistem mempunyai suatu set respon atau
kecenderungan perilaku yang telah diterapkan yang diarahkan kepada tujuan atau
dorongan yang umum. Respon-respon tersebut dibentuk melalui kematangan,
pengalaman, dan pembelajaran. Respon dipengaruhi oleh factor-faktor
biopsikososial. Seiring waktu, respon dapat dimodifikasi, tetapisuatu pola respon
berulang yang dapat diamati terus berlanjut.
Masing-masing dari ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik:
a. Ingestif
Mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan mengnternalisasi
lingkungan eksternal (grubbs, 1980).
b. Pencapaian
Menguasai atau mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian
beberpa standar kesempurnaan, seperti keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.
c. Agresif
Melindungi diri dan oranglain dari benda-benda, orang, ide-ide yang
meiliki potensi mengancam; berfungsi sebagai mekanisme perlindungan

72
diri. Agresif, subsistim berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan
perlindungan dan penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti
sesuatu bahwa menghasilkan tanggapan bertahan dari perorangan ketika
hidup atau wilayah diancam. Subsistim agresif tidak meliputi perilaku itu
dengan satu penggunaan primer untuk melukai individu lain.
d. Eliminative
Merupakan bentuk pengelluaran segala sesuatu dari sampah atau barang
yang tidak berguna secara biologis. Subsistim eliminative berhubungan ke
perilaku mengepung eksresi dari sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui
ini mungkin sulit terpisah dari satu perspektif sistem biologi. Bagaimanapun,
seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku dari makanan, ada secara
sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat untuk manusia ke
eksresi dari limbah, telah mendefinisikan berbeda secara sosial perilaku yang
dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tapi keberadaan dari hal itu pola
yang tersisa dari budaya ke budaya.
e. Seksual
Menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang
lain. Subsistim seksual mencerminkan tingkah laku berhubungan ke
prokreasi. Biologi berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada
subsistim seksual. Lagi, perilaku berhubungan ke budaya dan akan
membedakan dari budaya ke budaya. Perilaku juga akan bervariasi sesuai
dengan genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan suatu masukan
pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa
diterima oleh masyarakat luas.
f. Afiliatif atau Kelekatan
Berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau orang. Tujuannya
adalah mencapai inklusi social, keakraban dan ikatan social yang kuat untuk
keamanan dan akhirnya untuk bertahan. Akhirnya, subsistim perampungan
menimbulkan perilaku coba itu untuk mengontrol lingkungan. Intelektual,
fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan keterampilan sosial adalah beberapa

73
area yang Johnson kenali. Area lain dari pemenuhan pribadi atau sukses juga
boleh diliputi di subsistim ini.
g. Ketergantungan
Subsistim detik diidentifikasi oleh Johnson adalah subsistim
ketergantungan. Johnson mencirikan subsistim ketergantungan dari lampiran
atau subsistim affiliative. Perilaku ketergantungan adalah ―membantu‖
perilaku itu memelihara perilaku dari individu lain pada lingkungan. Hasil
dari perilaku ketergantungan adalah ―persetujuan‖, perhatian atau bantuan
pengenalan dan ―fisik‖. Sulit untuk memisahkan subsistim ketergantungan
dari affiliative atau subsistim lampiran karena tanpa seseorang diinvestasikan
di atau terlampir ke perorangan untuk menjawab ke individu itu merupakan
perilaku ketergantungan, subsistim ketergantungan harus menghidupkan
lingkungan yang berfungsi/berguna.
Mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan guna mendapat bantuan,
perhatian, kepastian, dan keamanan: bantuan dalam mencapai dukungan,
perhatian, kepercayaan, dan sokongan.
Berdasarkan subsistem tersebut di atas, maka akan terbentuk sebuah
sistem perilaku individu, sehingga Jhonson memiliki pandangan bahwa
keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi
sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut.

Dorothy E. Jhonson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk


membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
dua sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons adaktif baik fisik, mental, emosi
dan sosial terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat
memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu
keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang
dilakukan ketika ia sakit.

74
Menurut Jhonson, ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu
yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Johnson meyakini masing-masing individu telah memiliki pola, penuh arti,
berulang, jalan dari akting yang termasuk satu sistem tingkah laku spesifik ke
individu itu. Aksi ini atau perilaku dari satu ―terorganisir‖ dan unit fungsional yang
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi di antara orang dan
lingkungannya dan mendirikan hubungan dari orang ke objek, peristiwa dan keadaan
pada lingkungannya. Johnson mengidentifikasi tujuh subsistim pada sistem tingkah
laku. Identifikasi ini dari tujuh subsistim berlawanan dengan lain yang punya
menerbitkan penafsiran dari meodel Johnson.
Fungsi optimal dari subsistim affiliative memgiijinkan "pemasukan sosial,
keakraban pada formasi dan lampiran dari satu kemasyarakatan yang kuat dan
terikat". Subsistem satu pemberi kekhawatiran berpengaruh telah ditemukan secara
kritis untuk survival dari satu bayi. Pada proses kematangan perorangan, lampiran ke
pejabat berlanjut dan lampiran tambahan ke individu berpengaruh nyata yang lain
saat mereka memasuki keduanya anak dan kemudian menjadi dewasa.
Model dari Johnson mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-
masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang penting
untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruha subsistem dan masing-masing
mempunyai struktur dan fungsi. Empat unsur structural memengaruhi setiap
subsistem. Unsur pertama adalah tujuan atau dorongan, didefenisikan sebagai tujuan
dari perilaku dan konsekuensi yang ingin dicapai. Secara umum tujuan masing-
masing subsistem adalah universal namun terdapat variasi individual. Unsur kedua,
set subsistem individu mencerminkan ―predisposisi tindakan yang akan dilakukan
oleh seseorang mengacu pada tujuan‖ (Johnson, 1990). Set membedakan rentang
perilaku yang tersedia bagi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang
dipilih terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan, dan pengalaman. Unsur ketiga,
masing-masing subsistem mempunyai pilihan perilaku alternative untuk mencapai

75
tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individual, yang
merupakan satu-satunanya aspek yang dapat diamati dari setiap subsistem. Perilaku
ini diteliti untuk mengetahui efesiesinya dalam mencapai tujuan. Masing-masing
subsistem mempunyai suatu set respons atau kecenderungan perilaku yang telah
ditetapkan dan diarahkan kepada tujuan atrau dorongan yang umum. Respons-
respons tersebut dibentuk melalui kematangan, pengalaman, dan pembelajaran.
Respons dipengaruhi oleh factor-faktor psikososial. Seiring waktu, respons dapat
dimodifikasi, tetapi suatu pola respons berulang yang dapat diamati terus berlanjut.

c. Kebutuhan sistem
Masing-masing subsistem mengharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan
fungsi harus dipenuhi dan mekanisme pengaturan tetap utuh untuk
mempertahankan kestabilan dan keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipenuhi
melalui upaya individual sendiri atau melalui bantuan dari lingkungan.
Kebutuhan ini mencakup perlindungan, pemeliharaan, dan stimulasi.
Perlindungan mengacu pada menjaga keamanan individu dari pengaruh yang
membahayakan saat sistem tidak dapat mengatasinya, menjaga individu dari
ancaman yang tidak diinginkan, dan mengatasi ancaman atas nama individu
(grubbs, 1980). Pemeliharaan berarti mendukung perilaku adaptif individu yang
adekuat melalui pemeliharaan, latihan, dan kondisi-kondisi yang mendukung
perilaku yang sesuai. Stimulasi meningkatkan kelangsungan tumbuh kembang.
Berbagai bentuk stimulasi digunakan untuk tujuan yang berbaeda guna
mempertahankan atau meningkatkan kestabilan perilaku.
Individu menggunakan berbagai mekanisme pengaturan dan
pengendalian untuk megevaluasi dan memilih perilaku yang diinginkan.
Mekanisme ini dipelajari melalui pengalaman dimasa kanak-kanak dan biasanya
di internalisasi dimasa dewasa. Tiga tipe utama mekanisme pengaturan dan
pengendalian yang digunakan individu adalah biopsikologis, psikologis, dan
sosiokultural. Mekanisme ini memberi pantauan dan umpan balik kepada sistem.
Mekanisme-mekanisme tersebut memandu perubahan-perubahan perilaku dan
mengoordinasi diantara subsistem.

76
d. Pola Perilaku
Masing-masing sistem dan subsistem mengembangkan respon-respon
yang berpola, berulang, dan bertujuan untuk membentuk suatu unit fungsional
yang terorganisasi dan terintegrasi. Respon-respon yang berpola ini menentukan
interaksi dari subsistem, sistem, dan lingkungan. Pola perilaku menetapkan
hubungan sistem atau orang dengan benda-benda, peristiwa, dan situasi dalam
lingkungan. Pola-pola ini teratur, bertujuan, dan dapat diprediksi, yang
mempertahankan efisiensi fungsi sistem.
Dalam pandangan Johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan, atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien.
Jika sitem seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan
lingkungan eksternal, maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur
eksternal untuk memodifikasi atau mengubah struktur atau memandu kebutuhan
fungsi guna memulihkan kestabilan.
Model ini hanya dapat diterapkan untuk individu yang sistem perilakunya
terancam atau potensial terus terancam oleh ketidakstabilan. Model ini sangat
berguna dalam proses keperawatan untuk individu yang sakit. Model mencakup
aspek biopsikososial kesehatan; namun demikian, model perkembangan juga
dapat dibutuhkan untuk pengkajian dan analisis keperawatan yang lengkap.
Model dari Johnson tidak menguraikan dengan jelas pengaturan lingkungan
tempat keperawatan terjadi, tidak juga membahas kebutuhan pemeliharan dan
promosi kesehatan seseorang.

2.12.2 Konsep Utama Dalam Teori Keperawatan

Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan behavioral


system theory. Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh
para ahli perilaku dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-
organismik yang keduanya dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat
responsive terhadap perubahan-perubahan dalam sensori stimulation. Johnson

77
memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran actual dan tak
langsung makhluk social lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi
adaptif utama.
a. Sistem
Dengan memakai definisi sitem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan, ―A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the
interpedence of its part‖ (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan Chin yakni tedapat ―organisasi, interaksi, interpedensi dan
integrasi bagian dan elemen-elemen‖.
Disamping itu, manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam
bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap kekuatan yang
mengenai mereka.
b. Batasan Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting
dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat
di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri
sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental
dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang
melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap
sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan
tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang
dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negative.
Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespons atau menanggapi
suatu peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi,
juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu. Selain pengertian
tersebut di atas pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek biologis.
Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku organisasi,
misalnya merupakan kegiatan atau aktivitas- aktivitas yang dilakukan dalam
organisasi. Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktivitas

78
manusia yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara,
berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati
oleh orang lain. Namun adapula perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang
lain atau biasa disebut sebagai internal activities seperti, persepsi, emosi,
pikiran, dan motivasi.
Dalam dunia kesehatan, ada dua factor yang mempengaruhi perilaku
manusia. Kedua factor tersebut adalah factor keturunan atau genetic dan
factor lingkungan (enviromental). Perspektif yang berpusat pada personal
mencakup factor biologis dan factor sosiopsikologis. Factor biologis
memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan biologis dari
kedua orang tua. Sedangkan factor yang mempengaruhi perubahan perilaku,
pada hakikatnya identik dengan factor yang mempengaruhi perkembangan
individu. Factor yang dimaksud dapat berupa factor pembawaan (heredity)
yang bersifat alamiah, factor lingkungan yang merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan factor waktu yaitu
saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga factor tersebut dalam proses
berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif. Telah
dikemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh factor keturunan
serta factor lingkungan oleh karena itu, kedua factor tersebut ikut menentukan
perilaku manusia. Factor keturunan merupakan bawaan dari seseorang yang
melekat pada dirinya sebagai warisan dari orang tuanya. Termasuk dalam
factor ini antara lain emosi, kemampuan sensasi, kemampuan berfikir
(kecerdasan).
Kata ―Behaviorisme‖ biasanya digunakan untuk melukiskan isi
sejumlah teoriyang saling berhubungan dibidang psikologi, sosiologi dan
ilmu-ilmu tingkah laku.
Ilmu perilaku adalah suatu istilah bagi pengelompkan yang
mempunyai cakupan luas termasuk di dalamnya antropologi, sosiologi, dan
psikologi. Yang bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai kegiatan
manusia, sikap, dan nilai-nilai. Setelah psikologi bekembang luas dituntut
mempunyai cirri-ciri suatu disiplin ilmu pengetahuan maka jiwa dipandang

79
terlalu abstrak. Sementara itu, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa
diamati, dicatat, dan diukur.Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
perilaku karena perilaku dianggap lebih muda diamati, dicatat, dan diukur.
Arti prilaku mencangkup prilaku yang kasat mata seperti makan, menangis,
memasak, melihat, bekerja, dan prilaku yang tak kasatmata, seperti fangtasi,
motivasi, dan proses yang terjadi pada waktu seseorang diam atau secara fisik
tidak bergerak.
Pandangan Johnson tentang manusia seperti mempunyai dua sistem
utama, sistem biologi dan sistem tingkah laku. Ini adalah peran dari sistem
pengobatan untuk memfokuskan pada sistem biologi, sedangkan fokus
keperawatan adalah sistem tingkah laku.
Ada pengenalan dari aksi timbal balik yang terjadi di antara sistem
biologi dan tingkah laku ketika beberapa jenis dari kelainan fungsi tubuh
terjadi di yang lain sesuatu dari sistem. Yang dapat dipengaruhi oleh tiga
unsur utama.
a) Masyarakat
Berhubungan dengan lingkungan dimana seseorang berada.
Menurut Johnson, perilaku seseorang dipengaruhi oleh semua peristiwa pada
lingkungan. Pengaruh budaya pada perilaku seseorang dipandang dari dalam.
Ini adalah rasakan pada banyak alur, yang membedakan budaya ke budaya
yang bebeda, yang mempengaruhi perilaku spesifik pada sekelompok orang-
orang, meskipun bisa jadi seluruh anggota masyarakat atau individu ada yang
sama.
b) Kesehatan
Adalah penuh arti, yang dapat menyesuaikan diri, tanggapan, fisik,
secara mental, emosional, dan secara sosial, ke stimuli internal dan eksternal
agar memelihara kemantapan hidup. Model tingkah laku Jhonson
mendukung bahwa seseorang mencoba untuk memelihara keseimbangan.
c) Perawat
Perawat mempunyai satu masukan primer yaitu untuk membantu
perkembangan keseimbangan pada seseorang. Hal Ini mempertimbangkan

80
praktek dari perawat dengan individu pada apapun titik pada rangkaian
penyakit kesehatan. Perawatan implementasi mungkin memfokuskan pada
perubahan dari satu perilaku yang mendukung untuk memelihara
keseimbangan seseorang . Di teori lebih awal, Johnson memfokuskan
perawatan pada individu yang terganggu keseimbangannya. Oleh Jhonson
pada 1980, dia menyatakan keperawatan itu mempunyai kaitan dengan utuh
terorganisir dan terintegrasi, tapi itu fokus utama di di dalam memelihara
satu seimbang pada sistem tingkah laku ketika penyakit terjadi pada
perorangan.
2.13 Boykin and Schoenhofer

2.13.1 Lingkup Teori (Theory Scope)

Premis inti atau central thesis dalam teori Nursing as Caring A Model for
Transforming Practice yang disusun oleh Anne Boykin dan Savina O.
Schoenhofer adalah ―nurturing persons living caring and growing in caring‖ yaitu
merawat individu yang hidup dan tumbuh dalam aspek caring (Alligood & Tomey,
2010; Boykin & Rigg, 2010). Teori ini mencakup kerangka kerja konseptual yang
komprehensif yang menunjukkan makna dan tujuan dari keperawatan sebagai suatu
disiplin ilmu dan profesi. Teori ini juga mencakup ide dalam situasi keperawatan
yang dimaknai sebagai proses berbagi pengalaman dengan adanya
perilaku caring didalamnya, hal tersebut akan meningkatkan kepribadian (Alligood
& Tomey, 2010).
Teori ini menunjukkan keunikan dalam konsep keperawatan dimana setiap
perawat memaknai hubungan antara perawat dan pasien dalam
prinsip caring (Mccance & Mckenna, 1999). Sensitifitas dan keterampilan dalam
menciptakan perilaku caring dikembangkan seiring keinginan perawat dalam
memaknai caring itu sendiri. Dalam teori ini, manusia dimaknai sebagai individu
yang bersifat caring secara fundamental, potensial dan aktual (Alligood & Tomey,
2010).
Cakupan teori ini dibatasi oleh beberapa konsep yang meliputi caring sebagai
hidup dan ditawarkan dalam situasi keperawatan. Situasi atau pelayanan keperawatan

81
meliputi ekspresi dari nilai, kehendak, dan perbuatan dari dua individu atau lebih
untuk hidup dalam hubungan interaksi keperawatan. Kepribadian dimaknai sebagai
proses kehidupan yang mendasari caring, mengimplikasikan individu yang
berlaku caring secara otentik dan bersikap terbuka dalam proses caring. Dengan
adanya situasi keperawatan yang berlandaskan caring maka akan meningkatkan
kepribadian melalui keintiman caring, proses menghargai diri sendiri dan individu
lain (Alligood & Tomey, 2010; Boykin & Rigg, 2010).
Dalam situasi keperawatan, terdapat kesepakatan atau proses komunikasi
langsung yang disebut sebagai ‗direct invitation‘ antara perawat dan individu yang
dirawat untuk membina hubungan dengan caring. Proses ini meliputi kerendahan
hati dan kehendak dalam membina hubungan dengan caring. Berdasarkan hal
tersebut maka fokus dalam teori ini bukan apa saja yang dapat dilakukan oleh
perawat akan tetapi berfokus pada hal-hal apa yang dimaknai dari proses
keperawatan tersebut bagi individu yang dirawat (Alligood & Tomey, 2010).
Teori ini mencakup panggilan bagi perawat yang disebut sebagai ―call for
nursing‖, dimaknai sebagai panggilan yang menimbulkan kehendak dalam diri
perawat. Hal tersebut tidak dapat diprediksi akan tetapi dihasilkan dari pengalaman
dalam hubungan caring. Dengan kehendak dan panggilan jiwa perawat, maka proses
dalam hubungan keperawatan mencakup pandangan perawat pada pasien
sebagai caring person (Alligood & Tomey, 2010). Selanjutnya, teori ini mencakup
proses caring diantara perawat dan individu yang dirawat, respon perawat terhadap
situasi serta memahami keperawatan dapat dilakukan dengan mempelajari sejarah
sebelumnya (Alligood & Tomey, 2010). Definisi caring, konsep dari teori, proposisi
dalam teori yang disususn oleh Boykin dan Schoenhofer masih bersifat abstrak
sehingga teori ini diklasifikasikan sebagai grand theory.

2.13.2 Konteks Teori (Theory Context)

Teori keperawatan sebagai caring Anne Boykin dan Savina O Schoenhofer


adalah teori yang mengungkapkan bahwah keperawatan merupakan caring yang
merupakan sebuah general yang menjadi gambaran praktik ilmu keperawatan
(Parker, 2007). Premis dasar dari Teori Anne ini adalah semua manusia memiliki

82
caring. Caring merupakan sebuah proses. Setiap orang, sepanjang hidupnya
bertumbuh dan mengeskpreskikan caring (Boykin dan Schoenhofer, 2013). Dengan
mellihat hal tersebut, fokus dari keperawatan adalah manusia hidung dan bertumbuh
dalam caring (Parker, 2007)
Teori perawat sebagai caring memiliki enam asumsi yang merupakan nilai
yang disediakan untuk mengerti dan memahami arti dari keperawatan. Asumsi
tersebut adalah sebagai berikut ((Boykin dan Schoenhofer, 2013).
1. Manusia adalah caring karena memiliki sisi baik sebagai manusia
2. Manusia adalah caring dari waktu ke waktu
3. Manusia adalah satu kesatuan yang utuh dalam satu waktu
4. Kemanusian merupakan dasar dari hidup caring
5. Sisi Kemanusian manusia meningkat ketika berpartisipasi memelihara hubungan
yang saling caring dengan orang lain
6. Keperawatan merupakan disiplin ilmu dan sebuah profesi.
Keenam asumsi Boykin dan Schoenhofer merupakan bagian paradigma yaitu
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Alligood, 2003)
Berikut bagaimana teori membahas tentang paradigma keperawatan:

a. Manusia
Secara umum teori ini mengungkapkan caring sebagai karakter dari manusia
itu sendiri, sehingga manusia identik dengan caring (Boykin dan Schoenhofer, 2013).
Asumsi 1,2, dan 3 dari teori ini memperlihatkan bahwa manusia merupakan bagian
tak terpisahkan dari caring (Aliggod, 2003). Penjabaran dari tiga asumsi tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Asumsi pertama, Manusia adalah caring karena memiliki sisi baik sebagai
manusia. Asumsi ini menegaskan bahwa menjadi manusia berarti hidup
caring dan setiap manusia menjalani kehidupannya dengan menumbuhkan
sikap caring (Aliggood, 2003). Asumsi di atas tidak memaksa bahwa setiap
manusia harus bertingkah laku caring, tetapi menerima bahwa secara
fundamental manusia adalah mahluk yang peduli (Boykin dan Schoenhofer,
2013).

83
b) Asumsi kedua, manusia adalah satu kesatuan yang utuh pada saat ini. Asumsi
ini menegaskan menjadi utuh pada saat ini menunjukan bahwa tidak ada
kekurangan, tidak ada kerusakan, dan tidak ada kehilangan apapun (Alligood,
2003). Pandangan manusia adalah caring dan utuh disengajar agar manusia
dipandang sebagai satu kesatuan tanpa dilihat secara terpisah sebagai pikiran,
badan, dan jiwa.
c) Asumsi Ketiga, Manusia adalah caring dari waktu ke waktu. Asumsi ini
menegaskan bahwa caring merupakan sebuah proses seuur hidup ayng terus
bergerak dari waktu ke waktu dalam diri manusia (Aliggod, 2013). Dalam
pergerakan caring tersebut, manusia terus mengembangkang skeprsi diri
sebagai manusia yang caring.
Ketiga asumsi tersebut di atas menggaris bawahi bahwa theori ini
berfokus pada manusia. Selama hidupnya manusia akan terus berperilaku caring.
Hal ini karena caring dan manusia adalah satu kesatuan yang utuh.

b. Sehat
Teori ini membahas tentang sehat yang tercermin dalam asumsi ke-4
yaitu, kemanusian adalah dasar dari hidup caring (Aliggod, 2003)/ Kemanusian
merupakan sebuah proses hidup dan bertumbuh dengan caring dan menjadi
penyeimbangan antara keyakinan, perilaku dan hidup menurut arti kehidupan
seseorang (Aligood, 2003). Manusia dikatakan sehat/utuh jika manusia tersebut
dapat mengespresikan caring dari ke hari hingga meningkat menjadi hubungan
caring dengan orang lain , (Boykin & Schoenhofer, 2010). Dengan kata lain
indikator sehat menurut teori ini ketika manusia mampu mengembangkan caring
baik di dalam dirinya maupun dengan orang lain.

c. Lingkungan
Teori ini membahas tentang lingkungan yang tercermin dalam asumsi ke-
5 yaitu Sisi Kemanusian manusia meningkat ketika berpartisipasi memelihara
hubungan yang saling caring dengan orang lain (Alligood, 2003). Kemanusian
adalah sebuah proses kehidupan yang didasari oleh caring. Sebagai sebuah
proses, kemanusian mengetahui potensi seorang untuk hidup caring dan

84
memelihara hubungan dengan caring pada orang lain (Alligood 2003). Sebuah
hubungan yang terjalin antara manusia dan lingkungannya dapat terjalin baik jika
dilandasi dengan caring. Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya dan orang
lain adalah seorang yang caring, dia dapat membuka diri dengan orang lain
(Boykin & Schoenhofer, 2010).

d. Keperawatan
Teori ini membahas tentang keperawatan yang tercermin dalam asumsi
ke-6 yaitu Keperawatan merupakan disiplin ilmu dan sebuah profesi (Alligood,
2014). Sebagai disiplin ilmu dan profesi keperawatan memiliki karakteristik unik
yaitu merawat manusia yang hidup dan bertumbuh dengan caring (Boykin &
Schoenhofer, 2010). Karakteristik tersebut membuat perawat sadar bahwa
manusia memiliki kebutuhan unik karena hidup dalam caring dan sebagai
perawat harus menyadari kebutuhan tersebut dengan cara memberi caring pada
pasien. Teori keperawatan sebagai caring ini berfokus kepada pengetahuan yang
dibutuhkan untuk mengerti dengan utuh tentang arti dari menjadi manudia dan
metode khusus untuk membuktikan pengetahun tersebut (Aliggod, 2014).
Sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang manusia, pengetahuan
keperawatan berarti pengetahuan tentang personal, secara empiris, budaya, dan
estetika dalam satu waktu. Asumsi dasar dari keperawatan sebagai caring adalah
menjadi manusia berarti menjadi caring dan tujuan dari disiplin ilmu dan profeis
adalah untuk mengenal manusia dan merawat mereka sebagai sesorang yang
hidup dan bertumbuh dalam caring (Aligood, 2014). Selain caring dengan
manusia, perawat juga dituntut untuk caring terhadap keperawatan itu sendiri.
Caring antara perawat dan merawat dalam teori ini juga divisualisasikan
dalam dance of caring (Alliggod, 2014) .

2.14 Husted and Husted

2.14.1 Konsep Teori

85
Symphonological memiliki beberapa konsep utama, antara yaitu konsep yang
pertama adalah nursing, dimana symphonology menyatakan bahwa seorang perawat
atau professional kesehatan lainnya bertindak sebagai agen pasien. Menggunakan
pendidikan dan pengalamannya, perawat bekerja untuk pasiennya, dimana dia akan
mengerjakan untuk dirinya sendiri jika ia mampu. Perawatan tidak dapat terjadi tanpa
perawat dan pasien. ‖ Seorang perawat tidak akan melakukan tindakan jika tidak ada
interaksi ‖ ( Husted & Husted , 2001, hal . 37 )
Konsep yang kedua yaitu person-patient, dimana Husteds mendefinisikannya
seseorang sebagai individu dengan Struktur karakter unik yang memiliki hak untuk
mencapai tujuan yang penting sebagaimana yang dia pilih (Husted & Husted , 2001).
Seseorang mengambil peran pasien ketika ia telah kehilangan atau mengalami
penurunan dalam agency, mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mengambil
tindakan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup atau kebahagiaan. Ketidak
mampuan untuk mengambil tindakan mungkin merupakan akibat dari masalah fisik
atau mental, atau dari kurangnya pengetahuan atau pengalaman ( Husted & Husted ,
1998).
Konsep yang ketiga yaitu health, yang merupakan sebuah konsep yang
berlaku untuk setiap potensi kehidupan seseorang. Kesehatan melibatkan tidak hanya
yang berkembang dari tubuh fisik, tetapi juga kebahagiaan. Kebahagiaan
direalisasikan sebagai individu menggapai dan mengembangkan ke arah hasil
rencana hidup yang mereka pilih (Husted & Husted, 2001).
terdapat beberapa konsep lainnya, antara lain :
a. Agency
Yaitu kapasitas agen untuk melakukan tindakan menuju tujuan yang dipilih,
dimana tujuan bersama dari seorang perawat dan pasien adalah untuk
memulihkan agency pasien (Husted & Husted , 2008).
b. Contecs
Yang merupakan jalinan fakta yang relevan dari suatu situasi (Husted & Husted ,
2008, hal . 84). Terdapat tiga unsur yang saling terkait dengan konteks: konteks
situasi, konteks pengetahuan, dan konteks kesadaran seorang agen.
Right

86
Dimana Husteds menggambarkan hak sebagai elemen etika yang mendasar.
c. Symphonology
Memahami hak sebagai konsep tunggal. Hal Ini adalah implisit, Perjanjian spesies –
yang luas bahwa seseorang tidak akan memaksa yang lain untuk bertindak, atau
mengambil secara paksa hasil dari tindakan orang lain. Hak dipandang sebagai
perjanjian penting antara orang-orang yang rasional, perjanjian non-agresi ( Husted
& Husted , 1997a ) .
Semua konsep yang ada dalam teori ini didefinisikan dengan jelas, kecuali pada
konsep kesehatan (health), dimana konsep ini hanya dijelaskan secara umum saja,
tidak mendetail dan khusus. Semua konsep yang ada didefinisikan sesuai dengan
definisi yang berlaku secara umum

2.14.2 Tipe dan Kategori Teori

Teori Symphonological bioethical ini termasuk dalam tipe grand teori,


dimana teori ini memiliki ruang lingkup yang luas. Penulis mengembangkan
Teori Symphonology tidak dari perkembangan alami dari pekerjaan lain, tetapi dari
pengakuan sebuah kebutuhan untuk pedoman teoritis yang berhubungan dengan
penyampaian perawatan kesehatan. Pemahaman dan penggunaan teori ini didasarkan
pada unsur etika yang mendasar, yang menggambarkan hubungan rasional antara
manusia : hak asasi manusia .Berdasarkan focus atau orientasinya,
teori Symphonological bioethical termasuk dalam kategori nurse-client dynamic,
dimana teori ini berfokus pada interaksi yang terjadi pada perawat dank lien.
Didalam teori ini di jelaskan bahwa Seorang perawat tidak akan melakukan tindakan
jika tidak ada interaksi antara perawat dan pasien.
1. Evaluasi / Critique Teori
2. Kejelasan (Clarity)
Teori Symphonological bioethical pada tulisan edisi awal dalam
menampilkan konsep dan hubungan antara konsep masih sulit untuk dipahami,
terutama oleh perawat pemula, tapi pada edisi ketiga, teori sudah ditampilkan
dengan lebih jelas, . untuk semua konsep, dan khususnya penjelasan tentang

87
standar bioetika. Pada edisi keempat, teori telah ditampilkan dengan kejelasan
yang lebih lanjut, dimana digunakan tabel dan gambar dan termasuk petunjuk
agar pemahaman bisa lebih mudah didapatkan.
Teori ini menantang dan membutuhkan mengembangkan dari pembaca
dalam pemahaman baru yang lebih familiar. Dengan pemberian contoh dapat
lebih mempermudah perawat dalam mengenali dan memahami pentingnya arti
alternatif dan istilah yang lebih akrab.

3. Kesederhanaan (Simplicity)
Teori ini jika perawat atau pembaca memiliki wawasan dan pemikiran
terbuka dalam memandang peristiwa yang berbeda dalam keperawatan. Teori ini
sebenarnya sederhana, hal ini dapat kita lihat dari beberapa konsep dan hubungan
antar konsep yang didefinisikan secara logis.

4. Generalitas (Generality)
Teori Symphonological bioethical dapat diterapkan pada semua tingkatan
praktek keperawatan dan dalam semua bidang pelayanan kesehatan. Prinsip-
prinsip dalam teori ini dapat diterapkan pada perawat dan pasien, peneliti dan
subjek penelitian , manajer dan karyawan, serta pendidik dan mahasiswa. Semua
jenis Profesional pelayanan kesehatan dapat menggunakan metode ini untuk
menentukan perilaku etis yang tepat dalam prakteknya. Teori ini juga dapat
diterapkan pada proses pembentukan kebijakan etis kesehatan. Prinsip-prinsip ini
dapat diterapkan di semua lapisan masyarakat , tergantung pada sifat kesepakatan
antara para pihak terlibat.

5. Empirical Precision dan Testability


Symphonological bioethical adalah teori yang didasarkan pada prinsip-
prinsip etika dan berdasarkan pada kenyataan. Bukti telah menunjukkan
dukungan teori dalam penelitian keputusan praktek keperawatan, dan realitas
kegunaan teori dalam praktek sudah terbukti. Perawat dan profesional kesehatan

88
lainnya dapat dengan mudah memahami konsep-konsep dan menerapkannya
dalam segala situasi.
Hasil dari menggunakan model Symphonological adalah patient centred,
dan keputusan etis yang sesuai dengan standar. Teori Symphonological
bioethical juga telah dapat diuji dengan penelitian ilmiah, diantaranya Penelitian
yang dilakukan oleh Irwin (2004) menggunakan sampel dari 30 peserta yang
terlibat dalam berbagai keputusan mengenai perawatan kesehatan dan
pengobatan selama dirawat di rumah sakit dalam setting perawatan akut. Hasil
menegaskan bahwa pasien mengungkapkan semua konsep Symphonology ketika
mendiskusikan pengalaman mereka dengan pengambilan keputusan pelayanan
kesehatan. Skor analisis statistik pretest dan posttest pada Skala Preferensi
Pengambilan Keputusan Bioethical untuk Pasien menunjukkan bahwa subjek
memiliki pengalaman yang lebih positif terlibat dalam pengambilan keputusan (
p 5 0,02 ) dan merasa lebih memiliki cukup pengetahuan ( p 5 0,013) , frustrasi
yang relative rendah (p 5 0.014 ) , dan rasa kekuasaan yang lebih ( p 5 0,009)
setelah intervensi. Temuan ini mendukung validitas Teori Symphonology,
dan dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman pada keterlibatan
dalam pengambilan keputusan.

6. Derivable Consequence
Teori Symphonological bioethical, yang memungkinkan perawat
memahami sebuah teori etika berbasis praktek sangat penting dan berguna untuk
praktek keperawatan maupun professional kesehatan lain. Teori ini dapat
membantu meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi tindakan etis
dalam perawatan kesehatan, yang merupakan hal yang sangat penting untuk
pasien, profesional perawatan kesehatan, dan industri perawatan kesehatan itu
sendiri. Teori ini juga membantu perawat dalam memahami dilema etika praktik
keperawatan, sebagai issu penting bagi pendidikan keperawatan, penelitian dan
praktek. Sebelum seorang perawat atau ahli kesehatan mengambil tindakan (
terlepas dari seberapa efektif tindakan memiliki di masa lalu ), tindakan harus
dirujuk dulu secara etika, berkaitan dengan pasien tertentu yang ditangani, dan

89
semua itu dapat dilakukan dengan baik jika perawat memiliki pemahaman yang
baik tentang teori etika dalam praktek keperawatan, yang terdapat dalam
teori Symphonological bioethical.

2.15 Barker

2.15.1 Konsep mayor dan definisi

Tidal model adalah pendekatan filosofis pada penemuan kesehatan mental.


Tidal model menekankan pada membantu orang dengan memulihkan suara
mereka. Dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, metafora dan cerita pribadi
orang mulai untuk mengekspresikan sesuatu dari makna hidup mereka. Ini adalah
langkah pertama menuju membantu mengontrol kembali kehidupan mereka.

Tidal model adalah sebuah model pemulihan untuk promosi kesehatan mental
yang dikembangkan oleh Profesor Phil Barker, Poppy Buchanan-Barker dan rekan-
rekan mereka. Tidal model berfokus pada proses perubahan yang ada pada semua
orang. Model ini berusaha untuk mengungkapkan arti dari pengalaman seseorang,
menekankan pentingnya suara mereka sendiri dan kebijaksanaan melalui kekuatan
metafora. Ini bertujuan untuk memberdayakan seseorang untuk memimpin
pemulihannya sendiri bukannya diarahkan oleh para profesional.

Filosofi yang mendasari model ini awalnya terinspirasi oleh penelitian selama
lima tahun tentang apa yang dibutuhkan untuk perawat kesehatan jiwa yang
dilakukan oleh Prof. Dr. Chris Barker dan Stevenson di Universitas Newcastle,
Inggris. Sejak tahun 2000, model ini telah dipraktekkan di Inggris dan luar negeri.
Karena karyanya di bidang ini, Phil Barker sering disebut sebagai teoris kontemporer
yang menonjol dalam keperawatan kesehatan jiwa.

2.15.2 Sumber Teoritis Phill Barker

Model pasang surut menarik metafora filosofis inti dari teori chaos, seperti
yang tak terduga-namun dibatasi-sifat perilaku manusia dan pengalaman
90
dibandingkan dengan aliran dinamis dan kekuatan air dan gelombang pasang
laut. (Barker, 2001)

Tidal model diaplikasikan melalui enam kunci asumsi filosofis yaitu:

a. keyakinan tentang keingintahuan dalam arti positif


b. pengakuan atas kekuatan sumberdaya, daripada berfokus pada masalah,
kekurangan atau kelemahan
c. menghormati keinginan seseorang, bukannya paternalistik
d. penerimaan paradoks krisis sebagai peluang
e. mengakui bahwa semua tujuan berfokus pada seseorang
f. keutamaan mengejar elegan dengan cara sederhana yang mungkin harus
dicari

Proses Keterlibatan (Engagement Process)

Agar praktisi dapat memulai proses keterlibatan menggunakan Tidal model,


hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. bahwa pemulihan mungkin terjadi


b. bahwa perubahan tidak bisa dihindari, tidak ada yang tetap
c. bahwa pada akhirnya, orang tahu apa yang terbaik untuk mereka
d. bahwa orang memiliki semua sumber daya yang mereka butuhkan untuk
memulai
e. perjalanan pemulihan
f. bahwa orang tersebut adalah guru dan tenaga penolong/praktisi adalah
muridnya

Proses keterlibatan dengan orang yang dalam masalah dan kesusahan


terjadi dalam tiga domain atau dimensi. Dengan Tidal model, praktisi
mengeksplorasi dimensi-dimensi tersebut untuk sadar akan situasi di saat ini dan
menentukan apa yang harusnya terjadi sekarang.

91
1.Domain diri (self–domain) adalah di mana orang merasakan pengalaman
mereka. Ada penekanan untuk membuat orang merasa lebih aman dan praktisi
membantu mengembangkan ―rencana keamanan‖ atau security plan untuk
mengurangi ancaman terhadapnya atau orang lain di sekitarnya.
2.Domain dunia (world domain) di mana orang berpegang pada kisah mereka.
Praktisi Tidal model menggunakan cara khusus untuk mengeksplorasi cerita ini
bersama-sama, mengungkapkan makna yang tersembunyi, menggali sumber
daya yang ada, dan untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan untuk
membantu pemulihan.
3.Domain lainnya (others domain) menggambarkan berbagai hubungan yang
dimiliki seseorang di masa lalu, masa sekarang dan masa depan, tidak hanya
praktisi Tidal model tetapi juga anggota lain dari tim perawatan kesehatan dan
sosial, teman, keluarga dan pendukung lainnya.

Kekuatan metafora

Tidal model menggunakan metafora atau filosofi air dan menjelaskan


bagaimana orang-orang dalam kesusahanatau distress bisa menjadi rapuh
secara emosional, fisik dan spiritual. Filosofi ini memandang pengalaman sehat
dan sakit seperti zat cair, bukan sebuah fenomena yang stabil, dan kehidupan
sebagai sebuah perjalanan yang dilakukan di lautan pengalaman. Filosofi ini
menyatakan bahwa kesehatan jiwa, faktor yang terkait dengan krisis kejiwaan,
bisa beragam serta kumulatif. Dengan berprinsip pada filosofi ini, perawat atau
tenaga penolong lainnya akan mendapatkan pemahaman yang lebih tentang
situasi yang saat itu sedang dihadapi seseorang dan perlunya suatu perubahan.
Dengan ini, praktisi atau tenaga penolong, seiring berjalannya waktu, akan
dibimbing untuk merawat atau mengasuh seseorang mulai dari awal perjalanan
mereka hingga terdampar, tenggelam atau sebaliknya dicampakkan oleh
permasalahan hidup mereka. Eksplorasi kemudian dapat dilakukan untuk
mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan badai dan apa yang perlu
dilakukan segera untuk dapat berlayar lagi.

92
Nilai Tidal model dapat diringkas menjadi sepuluh komitmen yang perlu
diperhatikan:

a. Value the Voice (Hargai Suara)


b. Respect the Language (Hormati Bahasa)
c. Develop Genuine Curiosity (Kembangkan Rasa Ingin Tahu)
d. Become the Apprentice (Menjadi Apprentice)
e. Reveal personal wisdom (Ungkapkan Kebijaksanaan)
f. Be Transparent (Jadilah Transparan atau Terbuka)
g. Use the Available Toolkit (Gunakan Sumberdaya yang Ada)
h. Craft the Step Beyond (Tentukan Langkah)
i. Give the Gift of Time (Berikan Waktu)
j. Know That Change is Constant (Ketahuilah Bahwa Perubahan Bersifat
Konstan)

2.16 Kolkaba

2.16.1 Konsep Teori Comfort Kolcaba

Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari suatu


intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung dan menyeluruh ketika
kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan terpenuhi (Peterson &
Bredow, 2008). Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan kenyamanan,
intervensi kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan, perilaku
pencari kesehatan, dan integritas institusional. Menurut Kolcaba dan Di Marco
(2005) hal tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:
Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori
kenyamanan terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien yang
membutuhkan penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram atau
kepuasan hati dari klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang
dirasakan pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana seseorang
individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang terjadi.

93
Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar
seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan dengan mekanisme
sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan kemampuan tubuh dalam
merespon suatu penyakit atau prosedur invasif. Beberapa alternatif untuk
memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan obat, merubah posisi, backrub,
kompres hangat atau dingin, sentuhan terapeutik. Kenyamanan psikospiritual
dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi
dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang
terdekat selama perawatan dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses
kesembuhan klien. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan
hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap
informasi kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai dengan
budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah
menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien tanpa
memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya, dan memfasilitasi team work yang mengatasi kemungkinan adanya
konflik antara proses penyembuhan dengan budaya klien. Kebutuhan yang terakhir
adalah kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang berhubungan dengan
menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi
saat klien beristirahat, dan memberikan lingkungan yang aman bagi klien
(Kolcaba, 2006). Hubungan antara tiga tipe kenyamanan dan empat aspek
pengalaman holistik tergambar dalam struktur taksonomi (terlampir).

1) Penelitian terkait Teori Kenyamanan Kolcaba


Penelitian-penelitian yang menerapkan teori comfort Kolcaba telah banyak
dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Krinsky, Murillo dan Johnson
tahun 2014 dengan judul ― A practical application of Katharine Kolcaba’s comfort
theory to cardiac patients”. Penelitian ini memberikan intervensi yang spesifik
―quiet time‖ untuk memberikan kenyamanan kepada pasien jantung. Penelitian
dilakukan oleh March dan McCormack tahun 2009 dengan judul ―Nursing theory-

94
directed healthcare: modifying Kolcaba’s comfort theory as an institution-wide
approach”, penelitian ini menyimpulkan bahwa teori comfort bisa diterapkan,
bahkan pada lingkungan yang tampak tidak nyaman seperti ICU. Di Indonesia,
aplikasi teori Kolcaba juga telah dilakukan dalam berbagai penelitian, sebagai contoh
penelitian yang dilakukan oleh Kustati Budi Lestari dengan judul ―Dampak dekapan
keluarga dan pemberian posisi duduk terhadap distress anak saat dilakukan
pemasangan infus‖, hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pemberian dekapan
keluarga dan pemberian posisi duduk anak terhadap score distress anak.

2.17 Beck

Depresi Postpartum adalah gangguan mood yang secara historis sering


diabaikan dalam perawatan kesehatan, membiarkan ibu menderita dalam ketakutan,
kebingungan, dan keheningan. Jika hal ini tidak terdiagnosa, dapat mempengaruhi
hubungan ibu-bayi dan menyebabkan masalah emosional jangka panjang bagi anak.
Teori ini membedakan depresi postpartum dari gangguan mood dan kecemasan
postpartum lainnya dan aspek-aspek depresi postpartum: gejala, prevalensi, faktor
risiko, intervensi, dan efek pada hubungan dan perkembangan anak. Juga dibahas
tentang Instrumen yang tersedia yang digunakan untuk skrining depresi postpartum.
Cheryl menegaskan bahwa depresi merupakan hasil dari kombinasi stres fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dan bahwa gejala bervariasi dan kemungkinan akan
muncul beberapa gejala.

Cheryl memperkenalkan NURSE program untuk menangani depresi


postpartum. NURSE program ini meliputi 5 aspek perawatan yang diperlukan untuk
menyembuhkan depresi postpartum, yaitu:
a. Nourishment and needs (nutrisi dan kebutuhan lain)
b. Understanding (pemahaman)
c. Rest and relaxation (istirahat dan relaksasi)
d. Spirituality (spiritualitas)
e. Exercise (latihan)

95
Masing-masing aspek didiskusikan secara terpisah dan dikolaborasikan
dengan ibu yg bersangkutan. Mereka seringkali hanya bisa berfokus pada satu atau
dua aspek dalam satu waktu, namun program ini harus diselesaikan dalam setiap
tahap penyembuhan mereka.
1. Konsep utama

Pengertian depresi postpartum dan faktor-faktor penyebabnya menurut Beck


(2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode
depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13,
yaitu (Varney, et al., 2008) :
a. Depresi prenatal
Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu
faktor pemicu terjadinya depresi postpartumyang paling kuat.Depresi
prenatal bisa terjadi pada beberapaatau keseluruhan dari trimester
kehamilan (Beck, 2001).
b. Stress merawat anak
Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan
perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang
dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya
mengenai masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).
c. Stress dalam kehidupan
Stress dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stres
selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam
hidup seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan
termasuk juga sebuah pengalaman seperti, perubahan status
perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan
pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan,
perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001)
d. Dukungan sosial
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat
membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya.

96
Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek,
tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu
menjadi depresi (Anonim).
e. Ansietas pranatal
Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa
trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini
merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi
mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck,
2001).
f. Kepuasan perkawinan
Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan
ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada
hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan,
kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai
terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya
(Beck, 2001).
g. Riwayat depresi sebelumnya
Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan
yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala
depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan
seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).
h. Temperamen bayi
Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang
bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan
Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa
temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi
postpartum.
i. Maternity blues

97
Maternity blues adalah sebuah fenomena yang hanya sekilas
dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama
setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau
lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis,
cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil
(Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j. Harga diri
Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara
umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah
kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga
diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan
perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck,
2001).
k. Status sosioekonomi
Segre, Lisa, Losch, O‘Hara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan
kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga,
semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
l. Status perkawinan
Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita
dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah,
menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan
(Beck, 2001).
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan
Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh
perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang dialami.Jika kehamilan
itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang
cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan
bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The
American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009).
Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya,

98
hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi
postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan
perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun
perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang
tua (ACOG, 2009)
2. Paradigma

a. Orang : Beck menerima gelar sarjana dari Western Connecticut State


University pada tahun 1970, dua tahun kemudian meraih gelar Master di
kedua ibu-bayi yang baru lahir keperawatan dan perawat-kebidanan dari Yale
University. Satu dekade kemudian ia menerima gelar doktor dari Universitas
Boston. Bisa melihat masa depan dengan Beck dan PPD.
b. Kesehatan : Beck melihat link dalam waktu dari persalinan dan ketika ibu
rumah setelah melahirkan. Hal ini selama pekan ini pertama setelah
melahirkan yang sebagian besar ibu mengalami psikosis postpartum, depresi
postpartum atau maternity blues.
c. Perawatan : Beck menjelaskan bahwa perawat harus melakukan pengkajian
khusus untuk baby blues syndrome dan mereka harus dilakukan secara rutin
dan bagian dari penilaian perawat selama kunjungan rumah.
d. Lingkungan Hidup : Teori Beck membuat titik yang PPD tidak hanya efek ibu
tapi anak-anaknya juga. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan mereka.

2.18 Swanson

Lima konsep tambahan merupakan bagian integral dari teori caring Swanson
dan mewakili lima proses dasar kepedulian: keyakinan utama, mengetahui, berada
bersama, melakukan, dan memungkinkan.

a. Konsep Maintaining Belief (mempertahankan keyakinan) adalah


mempertahankan keyakinan pada kemampuan orang lain untuk melewati
suatu peristiwa atau transisi dan menghadapi masa depan dengan makna. Ini
termasuk percaya pada kapasitas orang lain dan memegang dia dengan harga
diri yang tinggi, mempertahankan sikap penuh harapan, menawarkan
99
optimisme yang realistis, membantu untuk menemukan makna, dan berdiri
dengan yang dirawat, tidak peduli apa situasinya (Swanson, 1991, hal. 162) .
b. Konsep knowing (pengetahuan) mengacu pada upaya untuk memahami
makna dari peristiwa-anak di hidup dari yang lain, menghindari asumsi, fokus
pada orang yang dirawat, mencari petunjuk, menilai dengan cermat, dan
menarik baik yang satu peduli dan yang dirawat dalam proses mengetahui
(Swanson, 1991, hal. 162)
c. Konsep Being With (menjadi dengan) mengacu pada kehadiran emosional
kepada yang lain, termasuk hadir secara pribadi, menyampaikan ketersediaan,
dan berbagi perasaan tanpa membebani orang yang diasuh (Swanson, 1991,
p. 162).
d. Konsep doing for (melakukan untuk) mengacu pada melakukan untuk orang
lain apa yang akan dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, termasuk
mengantisipasi kebutuhan, menghibur, melakukan dengan terampil dan
kompeten, dan melindungi yang dirawat sementara menjaga martabatnya
(Swanson, 1991, hal. 162).
e. Konsep Enablings (pemungkin) mengacu pada memfasilitasi bagian lain
melalui transisi kehidupan dan kejadian yang tidak biasa dengan berfokus
pada peristiwa, memberi tahu. menjelaskan, mendukung, memvalidasi
perasaan. menghasilkan alternatif, memikirkan semuanya, dan memberikan
umpan balik (Swanson, 1991, hal. 162).

Proses peduli ini berurutan dan tumpang tindih. Pada kenyataannya, mereka
mungkin tidak ada terpisah satu sama lain karena masing-masing merupakan
komponen integral dari struktur menyeluruh dari kepedulian (Wojnar, 2010, hal.
746) .Menurut Swanson (199%, mengetahui, bersama dengan, melakukan untuk
memungkinkan dan mempertahankan keyakinan adalah komponen penting dari
hubungan perawat-klien terlepas dari konteksnya.

1. Konsep Utama Metaparadigma Keperawatan Berdasarkan Teori Caring

Selain konsep-konsep yang sudah ada, empat konsep metaparadigm keperawatan


diidentifikasi oleh Swanson dalam teori kepedulian :

100
a) Individu/Orang.

Individu/Orang didefinisikan sebagai "makhluk unik yang berada di


tengah-tengah menjadi dan yang keutuhannya termanifestasi dalam pikiran,
perasaan, dan perilaku (Swanson). 1993, p 352) .Swanion mengakui bahwa
keperawatan juga melayani kelompok keluarga, dan masyarakat.

Menurut Swanson, pengalaman hidup setiap orang dipengaruhi oleh


interples kompleks. ay dari warisan genetik, anugerah spiritual, dan kapasitas
untuk menjalankan kehendak bebas (hal. 352). Dia melanjutkan dengan
menjelaskan bahwa "endowmen spiritual menghubungkan setiap makhluk
dengan sumber misteri kebajikan universal, kreativitas hidup dan ketenangan.
Pemberian spiritual dapat berupa jiwa, kekuatan yang lebih tinggi / Roh
Kudus, energi positif, atau hanya anugerah" (hal. 352) "kehendak bebas
disamakan dengan pilihan dan kapasitas untuk memutuskan bagaimana
bertindak ketika dihadapkan dengan berbagai kemungkinan" (hal.352);
Namun, batasan yang ditetapkan oleh ras, kelas, jenis kelamin, atau akses ke
perawatan kesehatan dapat mencegah orang-orang membentuk kehendak
bebas. mengakui kehendak bebas memang menuntut bahwa perawat
menghargai individualitas.

b) Lingkungan

Swanson mendefinisikan lingkungan sebagai "konteks apa pun yang


memengaruhi atau dipengaruhi oleh klien yang ditunjuk" (1993, hlm. 353).
dia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa istilah "lingkungan" dan "orang-
klien" dapat dilihat secara interchageably; sebenarnya, apa yang dianggap
lingkungan dalam satu situasi dapat dianggap sebagai klien di situasi lain.
misalnya, "lensa pada lingkungan / klien yang ditunjuk dapat ditentukan ke
tingkat intra-individu, di mana 'klien' mungkin berada di tingkat seluler dan
lingkungan mungkin organ, jaringan, atau badan di mana sel adalah
componen "(hal.353).

101
Konsisten dengan pandangan lingkungan ini, orang memang
mempengaruhi, dan mereka dipengaruhi oleh lingkungan mereka. pengaruh
lain pada lingkungan termasuk faktor budaya, sosial, biofisik, politik, dan
ekonomi (wojnar, 2010).
c) Kesehatan
Untuk mengalami kesehatan dan kesejahteraan adalah "untuk
menjalani pengalaman yang subyektif, penuh makna dari keutuhan. keutuhan
melibatkan rasa keterpaduan dan menjadi di mana semua segi keberadaan
bebas untuk diekspresikan" (swanson, 1993, p.353). segi-segi ini mencakup
banyak diri yang menjadikan manusia sebagai manusia — misalnya,
spiritualitas, pikiran, perasaan, kecerdasan, kreativitas, keterkaitan,
femininitas, maskulinitas, dan seksualitas individu. konsisten dengan definisi
ini, pandangan swanson membangun kembali kesejahteraan sebagai proses
penyembuhan yang memerlukan "melepaskan rasa sakit batin, membangun
makna baru, memulihkan integrasi, dan muncul ke dalam rasa keutuhan yang
diperbarui" (hal.353)
d) Perawatan

Tujuan keperawatan adalah untuk mempromosikan kesejahteraan


orang lain (wojnar, 2010, p.746). keperawatan didefinisikan oleh swanson
sebagai kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain (swanson, 1991,1993),
di mana kepedulian mengacu pada "cara pengasuhan yang berhubungan
dengan orang lain yang dihargai terhadap siapa yang merasakan komitmen
pribadi dan tanggung jawab" ( swanson, 1991, hal 162). disiplin keperawatan
diinformasikan oleh pengetahuan empiris dari keperawatan dan disiplin
terkait, serta oleh pengetahuan etika, pengetahuan pribadi, pengetahuan yang
berasal dari humaniora, pengetahuan yang berasal dari pengalaman klinis, dan
nilai-nilai pribadi dan sosial dan harapan (swanson, 1993, hal. 352).

2. Analisis Keperawatan Tentang Caring

102
Analisis yang disajikan disini terdiri dari pemeriksaan asumsi dan
proposisi serta kritik singkat dari teori kepedulian seperti yang diusulkan oleh
swanson .

3. Asumsi Teori Kepedulian


Asumsi utama dalam teori peduli termasuk dalam definisi konsep-konsep
utama
a) Orang bersifat dinamis dan teus berkembang
b) Orang adalah refleksi diri
c) Orang adalah makhluk spiritual rindu untukterhubung dengan orang lain
d) Perawat bertanggung jawab untuk mengambil aturan kepemimpinan
dala memperjuangkan HAM , akses yang setara keperawatan kesehatan
dan penyebab kemanusiaan lainnya .
Perawat yang mengarahkan perhatian mereka kepada diri sendiri dan perawat lain.

2.19 Rulland

2.19.1 Konsep Mayor dari Teori

Konsep Mayor dari Teori ini ada 5 hal yang kemudian dapat menjadi panduan
dalam melakukan perawatan pada pasien terminal. Konsep itu adalah
1) Terbebas dari Nyeri
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan
pasien dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan
ketidaknyamanan sensori atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan
aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan,
1995; Pain terms, 1979).
2) Pengalaman Menyenangkan
Nyaman / atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive oleh
Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram
dan damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa menyenangkan ‖
(Ruland and Moore, 1998, p 172).
3) Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan

103
Setiap akhir penyakit pasien adalah ― ingin dihormati dan dinilai sebagai
manusia‖ (Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide
personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa
hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai
orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang
sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
4) Merasakan Damai
Damai adalah ―perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas)
dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan‖ (Ruland & Moore,
1998, p 172). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
5) Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah ―perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan
orang yang menerima pelayanan‖ (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini
melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan,
dan hubungan yang dekat (intim).
a. Asumsi Mayor Teori Peceull EOL

Karena teori Peaceful EOL diturunkan dari standar perawatan yang ditulis
oleh tim perawat ahli dan professional yang sudah bepengalaman menghadapi kasus
terminal, konsep metaparadigm mengikuti sifat dari fenomena keperawatan,
perawatan yang kompleks dan holistic dibutuhkan sebagai syarat bisa terjadi peaceful
EOL.
Dua asumsi dari teori Ruland dan Moore (1998) adalah sebagai berikut:
1) Kejadian dan perasaan pada perawatan peaceful EOL bersifat personal dan
individual, sangat subjektif.
Peran perawat sangat penting dalam menciptakan kondisi peaceful EOL.
Perawat mengkaji dan menganalisa petunjuk atau data yang menggambarkan
pengalaman seseorang tentang EOL yang diharapkan olehnya serta member
intervensi yang sesuai untuk meningkatkan atau menjaga keadaan peaceful,
bahkan pada pasien yang sekarat atau menjelang ajal dan tidak bisa
berkomunikasi verbal

104
Dua asumsi tambahan yang implicit atau tidak dituliskan secara langsung
adalah:
1) Keluarga, adalah istilah yang mempengaruhi semua secara signifikan, merupakan
komponen penting dalam peaceful EOL
2) Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan, yang
biasanya lebih kearah memberikan yang terbaik, perawatan paling canggih, yang
biasanya mengarah kepada over treatment atau terlalu banyak diberi treatment.
Tujuan dari perawatan EOL adalah memaksimalkan treatment, yang berarti
memberikan yang terbaik yang masih mungkin bisa diterima, menggunakan
teknologi yang memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
mencapai kematian yang damai dan sukses.

b. Aspek Penekan dalam Teori Peacefull EOL


Enam hubungan secara eksplisit ditemukan sebagai theoritical assertation dalam teori
ini yaitu
1. Memonitor dan mengadministrasi pertolongan nyeri dan mempergunakan
intervensi yang berdasar farmakologi dan nonfarmakologi yang berkontribusi
kepada pengalaman pasien terhadap keadaan yang tidak nyeri.
2. Mencegah, memonitor dan menolong ketidaknyamanan fisik pasien,
memfasilitasi istirahat, relaksasi dan kesenangan, dan mencegah komplikasi yang
dapat mengganggu kenyamanan pasien.
3. Memasukkan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan atas
perawatan pasien. Melayani pasien dengan tanggung jawab, empati dan respek,
dan penuh perhatian terhadap kebutuhan pasien yang diungkapkan, keinginan dan
hal yang disukai lainnya yang dapat berkontribusi pada pengalaman martabat dan
respek pasien.
4. Menyediakan dukungan emosi, memonitoring dan memenuhi kebutuhan yang
diungkapkan oleh pasien seperti kecemasan karena pengobatan, menumbuhkan
kepercayaan, menyediakan untuk pasien dan keluarga akan panduan isu praktis,
dan menyediakan kehadiran fisik lain jika diinginkan jika dapat membantu pasien
akan kedamaian.

105
5. Memfasilitasi partisipasi orang yang penting untuk pasien dalam perawatan
pasien, membantu fase sedih, takut dan menjawab pertanyaannya dan
memfasilitasi kesempatan untuk kedekatan keluarga yang dapat berpengaruh
pada pengalaman pasien akan kedekatan.
6. Pengalaman pasien saat tidak berada dalam sakit, nyaman, bermartabat, damai,
kedekatan dengan orang lain yang penting untuk pasien dalam masa akhirnya.

c. Penerimaan Oleh Komunitas dan Pengembangan Lebih lanjut

1. Penerimaan dalam Lingkup Praktek


Sebagian kecil tapi semakin banyak kutipan artikel mengenai
teori Peacefull end of life atau akhir hidup damai. termasuk
di sekolah universitas Clayton dari link halaman teori keperawatan dengan link
ke American Journal of critical care, perawatan akhir kehidupan (Kirchhoff,
Spuhler, Walker, Hutton, Cole, & Clemmer,2000). Liehr dan Smith (1999)
mengacu pada perkembangan teori tentang standar praktek sebagai dasar untuk
mengembangkan teori, Kehl (2006) mengutip dalam analisis konsepnya ―kemat
ian yang baik‖ dan Baggs & Schmitt (2000) membahas potensi
kegunaan teori sebagai sarana untuk meningkatkan pengambilan
keputusan EOL atau akhir hidup pada orang dewasa yang sakit kritis. Kirchoff
(2002) melanjutkan pembahasan dalam menciptakan lingkungan perawatan di
Ruang Perawatan Intensif yang mempromosikan kematian yang damai dengan
sintesis informasi dari tiga sumber (teori akhir hidup damai, Ruland &
Moore,1998), institut kedokteran tentang definisi kematian damai (Field &
Cassell,1997), dan ajaran dari the american association colleges of
nursing's mengenai Kematian damai: kompetensi yang direkomendasikan dan
pedoman kurikuler untuk asuhan keperawatan akhir hidup,1997).

2. Penerimaan dalam Lingkup Pendidikan


3. Penerimaan dalam Lingkup Penelitian
d. Pengembangan lebih lanjut

106
e. Aplikasi di Dalam dan Luar Negeri
Dari teori EOL yang dikembangkan oleh Ruland dan Moore, Asosiasi
Institusi Pendidikan Keperawatan Amerika membuat kompetensi yang harus
dipenuhi agar mahasiswa mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
pasien dan keluarga pada akhir hayatnya. Ada 15 cara untuk mengembangkan
kompetensi.
Dari 15 cara memengembangkan kompetensi tersebut, nilai atau atau aturan
mayor yang bisa disimpulkan adalah:
1. Menghormati tujuan, kesukaan dan pilihan pasien
2. Memberikan perawatan yang komprehensif
3. Memanfaatkan kekuatan dari sumber daya yang ada, kolaborasi
4. Berfokus pada pemberian pelayanan
5. Membangun system dan mekanisme support
Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode
perawatan paliatif yakni bertujuan kepada pasien, keluarga, dan
lingkungannya bagaimana mengerti, memahami, dan menerima kenyataan
adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan kembali sembuh
secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih mudah apabila
dapat mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan
menteri kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007tentang Kebijakan perawatan paliatif :
1. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik
dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar
falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya.
2. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif
di Indonesia masih terbatasdi 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau daribesarnya
kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan
pelayanan perawatan paliatifjuga masih terbatas.

107
3. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan
arah bagi sarana pelayanan kesehatanuntuk menyelenggarakan
pelayanan perawatan paliatif.

108
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi
dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek
keperawatan mengandung komponen dasar seperti; adanya keyakinan dan nilai yang
mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua
pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan Model Keperawatan yang
telah ada, sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu dan praktek serta
profesi keperawatan di Indonesia.

3.2 Saran

Pelajari seluruh teori keperawatan yang termasuk dalam middle range teori
untuk menunjang pada tugas akhir penelitian

109

Anda mungkin juga menyukai