Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2011). Muninjaya dalam Nursalam (2011) menjelaskan bahwa manajemen keperawatan
merupakan gabungan antara ilmu dan seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efektif, efisien dan rasional untuk mencapai tujuan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Manajemen keperawatan dalam rumah sakit adalah tindakan perawat yang
meliputi penanganan administratif pasien seperti pengurusan pasien saat masuk ke rumah
sakit, pengisian dokumen catatan medik dan membuat penjadwalan proses pemeriksaan
dan pengobatan pasien. Selain itu dalam manajemen. keperawatan, seorang perawat
membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat atau ringannya penyakit dan
kemudian mengatur pekerjaan perawat secara optimal sekaligus memonitor mutu
pelayanan kepada pasien serta melakukan manajemen ketenagaan dan logistik
keperawatan yang meliputi staffing, schedulling, assigment dan budgetin.
Menurut Gillies dalam Adhitama (2009) Manajemen Keperawatan dijelaskan
sebagai tugas khusus yang harus dilaksanakan pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengerakkan serta mengawasi sumber daya yang
ada. Sumber daya tersebut mencakup sumber daya manusia dan dana sehinggga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik pada pasien, keluarga dan
masyarakat.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan adalah
suatu proses manajemen yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan yang dilakukan
dengan merencanakan, mengorganisasikan dan
2. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
a) Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Di masa yang akan
datang, pelayanan keperawatan di Indonesia dituntut untuk terus melakukan
perbaikan yang lebih baik dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mengedepankan praktik keperawatan yang profesional yang memiliki karakteristik
utama yaitu mempunyai komitmen yang tinggi untuk melayani dalam pemberian
asuhan keperawatan. Menurut Undang- undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
bahwa ilmu keperawatan adalah salah satu ilmu yang digunakan dalam upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien karena pada prinsipnya perawat
mampu mengaplikasikan pelayanan yang profesional (Adhitama, 2009).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu metode
pelayanan keperawatan yang sistematis, terstruktur dan memiliki proses serta nilai-
nilai profesionalisme yang memungkinkan perawat profesional memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Sitorus, 2006). Model Praktik Keperawatan
Profesional adalah bentuk dari pemberian asuhan keperawatan yang berdasarkan
nilai-nilai profesionalisme atau pelayanan prima keperawatan yang dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan di rumah sakit. Untuk
mengimplementasikan manajemen keperawatan yang optimal, diperlukan suatu
metode pelaksanaan yang tepat sasaran, dapat diaplikasikan dan memberikan hasil
yang dapat dipertanggung jawabkan. Saat ini metode manajemen keperawatan
mengarah kepada metode Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
b) Tujuan MPKP
Menurut Keliat (2010) ada beberapa tujuan MPKP yaitu :
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan olehtim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan
c) Pilar MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional menurut Sitorus (2006) adalah bentuk dari
pemberian asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme dan
memiliki empat pilar yaitu :
1) Pendekatan manajemen (management approach)
2) Kompensasi dan penghargaan (Compensatory reward)
3) Hubungan profesional (Professional relationship)
Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient care delivery)
3. Pendekatan Manajemen (Management Approach) dalam MPKP Pada penerapannya
didalam pelayanan kesehatan pendekatan manajemen (Management Approach)
diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang meliputi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengawasan (supervisi) dan
pengendalian (controlling) (Siagian, 2012).
a. Perencanaan (planning)
Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan profesional merupakan upaya
untuk meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai
tercapai derajat tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri.Perencanaan
adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
Pada penelitian ini pilar yang akan diteliti adalah pilar yang pertama yaitu
pendekatan manajemen (management approach).
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang, alat, tugas,
kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam pengorganisasian yaitu pola struktur
organisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).
Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatuan komando,
rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian bermamfaat untuk
penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai
tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan , dan mengatur
mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan
koordinasi (Sarwoto, 2010).
Menurut Sarwoto (2010) kepala ruangan bertanggung jawab untuk
mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap
yang meliputi :
1) Struktur organisasi
Struktur organisasi diruang rawat inap meliputi struktur, bentuk dan bagan.
Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur
organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar bagia
atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Dan juga dapat dilihat posisi
tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk
organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan
2) Pengelompokan kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikelompokkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk mempermudah
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
yang mereka miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
3) Koordinasi kegiatan
Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama yang
selaras satu sama lain dan saling mendukung untuk menciptakan suasana kerja
yang kondusif. Selain itu perlu adanyan pendelegasian tugas kepada ketua tim
atau perawat pelaksana dalam asuha keperawatan diruang rawat inap
4) Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dikerjakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kepala
ruangan berkewajiban dalam memberi pengerahan yang jelas tentang kegiatan
yang akan dilakukan. Oleh karena itu diperlukan uraian tugas yang jelas dari
masing-masing staf dan standar penampilan kerja.
c. Pengarahan (directing)
Pengarahan atau (directing) adalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Fungsi pengarahan bertujuan agar perawat atau staf mampu melaksanakan tugas
sesuai dengan diharapkan. Dalam melakukan pengarahan, kegiatan yang dilakukan
kepala ruangan diantaranya adalah saling memberi motivasi, membantu pemecahan
masalah, melakukanpendelegasian melakukan komunikasi yang efektif, melakukan
kolaborasi dan koordinasi (Siagian, 2012)
Memberi motivasi merupakan unsur unsur yang penting dalam pelaksanaan tugas
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan
dalam membangun iklim motivasi diantaranya adalah :
1. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam tim
untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
2. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil dengan
cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan semua staf
baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat hubungan.
3. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.
4. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
d. Pengawasan (supervisi)
Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
Tujuan dalam dari supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan
pada pasien dan keluarga yang difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan
kemampuan perawat dalam melakukan tugasnya.
Supervisi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh manajer. Sedangkan
orang yang melakukan fungsi supervisi disebut supevisior yang biasanya dilakukan
oleh kepala ruangan, pengawas keperawatan, kepala bidang wakil direktur
keperawatan. Tanggung jawab supervisior dalam manajemen pelayanan keperawatan
yaitu menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan,
menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan, mengembangkan peraturan dan
prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, memantapkan kemampuan perawat,
dan memastikan praktek keperawatan profesional dilakukan dengan benar.
Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Supervisi secara
langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang
berlangsung sehingga dapat memberikan pengarahan secara langsung. Sedangkan
supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan dan
supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang berlangsung.
e. Pengendalian (controlling)
Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan
mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil pelayanan asuhan keperawatan
sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan
mempertahankan kualitas. pengendalian sebagai pemeriksaan mengenai apakah
segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi
yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar
dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja,
menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan
korektif. Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nlai dokumentasi keperawatan,
tingkat kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat. Untuk kegiatan mutu yang perlu
dilakukan oleh kepala ruangan yaitu audit dokumentasi proses keperawatan setiap dua
bulan sekali, survey kepuasan pasien, survey kepuasan perawat setiap enam bulan
sekali, perhitungan lamahari rawat serta melakukan langkah-langkah perbaikan
dengan memperhitungkan standar yang telah ditetapkan.
4. Kepuasan Kerja Perawat
a. Definisi Kepuasan Kerja
Kepusan kerja merupakan suatu sikap yang umum dimiliki oleh setiap individu yang
menanamkan sikap positif terhadap pekerjaan dan bersifat individual dimana didalam
melakukan pekerjaan seseorang dituntut untuk bekerja sama dengan rekan kerja dan
atasan serta mentaati aturan dan kebijakan organisasi dan memenuhi standar kinerja
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlaku pada dirinya, seseorang akan puas dalam
bekerja apabila harapan dan tujuan yang didinginkan dalam pekerjaan tersebut dapat
terpenuhi. kepuasan kerja merupakan perasaan bahagia yang dirasakan seseorang
terhadap pekerjaannya kemudian hal tersebut akan terlihat dalam sikap positif
seseorang dalam melakukan pekerjaannya dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan pekerjaannya
b. Teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja merupakan teori yang mencoba untuk mengetahui apa yang
menyebabkan seseorang lebih puas terhadap suatu pekerjaannya, teori ini juga mencari
landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori
tentang kepuasan kerja yaitu:
1. Two Factor Theory
Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan adalah bagian dari
kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators factor (factor motivasi) dan
maintenance factors (faktor
pemeliharaan). Faktor motivasi meliputi dorongan berprestasi, pengenalan,
kemajuan, kesempatan berkembang, tanggung jawab. Sedangkan faktor
pemeliharaan meliputi administrasi dan kebijakan organisasi, kualitas
pengawasan, keamanan kerja, upah, kondisi kerja dan status.
2. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja sangat dipengaruhi oleh terpenuhi
atau tidakmya kebutuhan pegawai yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman,
sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Di tempat kerja ada tiga kebutuhan yang
relevan yaitu kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan prestasi dan kebutuhan
akan afiliasi. Apabila kebutuhan pegawai terpenuhi maka pegawai akan
cenderung merasa puas. Semakin besar kebutuhan pegawai yang terpenuhi maka
semakin besar juga kepuasan pegawai tersebut, dan juga sebaliknya.
c. Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Menurut Robbin(2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara
lain :
1. Faktor Instrinsik pekerjaan
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor dari pekerjaan itu sendiri
yang meliputi jenis pekerjaan, struktur organisasi dengan kebijakan- kebijakan
yang ditetapkan oleh organisasi, jabatan atau kesempatan untuk mengembangkan
karir dan jaminan finansial. Kepuasan kerja akan tercapai apabila jaminan
finansial (gaji) yang diterima oleh pegawai dirasakan adil berdasarkan tuntutan
pekerjaan, dan standar gaji yang berlaku.
2. Faktor sosial
Faktor ini berhungbungan dengan interaksi sosial yang terjadi diantara pegawai
dengan pegawai lainnya, atasan, maupun dengan pegawai yang
memiliki jenis pekerjaan yang lain. Dalam bekerja seseorang tentunya akan
membutuhkan rekan kerja yang saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Untuk mendapatkan kepuasan kerja tentunya bersahabat dengan rekan kerja
sangat dibutuhkan karena rekan kerja adalah teman yang siap memberikan
bantuan apabila dibutuhkan. Hal ini sangat mempengaruhi kepuasan kerja karena
pada pegawai yang sulit bergaul dengan teman sejawat akan memberikan dampak
negatif pada produktifitas kerjanya sehingga berpengaruh pada kepuasan kerjanya
(Aini, 2014).
3. Faktor lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja adalah lingkungan fisik tempat dimana pekerjaan tersebut
dilakukan. Pegawai lebih menyukai lingkungan fisik yang tidak berbahaya,
nyaman dan aman serta dekat dengan tempat tinggalnya (Baraba, 2013). Kondisi
lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja, misalnya
lingkungan kerja yang sempit, bising, panas, cahaya yang kurang serta sirkulasi
udara yang tidak bagus menimbulkan dampak negatif dalam bekerja dan
mempengaruhi produktifitas dalam bekerja sehingga kepuasan kerja pegawai
terganggu
d. Dimensi Kepuasan Kerja
dimensi kepuasan kerja mencakup lima aspek yaitu :
1. Aspek pekerjaan
Aspek pekerjaan ini meliputi variasi pekerjaan, cara atau langkah-langkah kerja
yang telah ditentukan oleh organisasi baik didalam satu unit kerja ataupun antar unit
kerja serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
2. Aspek gaji atau imbalan
Sikap positif yang ditunjukkan terhadap kompensasi yang diberikan kepada
pegawai dapat memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk untuk menunjang prilaku
promosi dalam organisasi, dan keadilan dalam pemberian kenaikan gaji bagi
pegawai.
3. Aspek promosi
Merupakan sikap positif terhadap kesempatan untuk maju dan berkembang,
meliputi pangkat, yang disertai dengan kenaikan gaji, keadilan dalam pemberian
promosi oleh pimpinan kepada pegawai dan promosi mendapatkan pendidikan.
4. Aspek pengawasan
Merupakan sikap positif yang ditunjukkan terhadap sikap pengawasan yang
meliputi ketepatan antara rencana dan pelaksanaan pekerjaan dan kemampuan
kepada unit dalam menjebatani antara pemimpin dengan pegawai.
5. Aspek rekan kerja
Merupakan sikap positif yang ditunjukkan terhadap rekan kerja, yang meliputi
kebersamaan dan kerja sama antar pegawai, bantuan teknis terhadap pekerjaan
dari rekan kerja, hubungan pribadi antar pegawai dan pandangan orang dan
masyarakat terhadap pekerjaan pegawai.

5. Kinerja Perawat
1. Pengertian kinerja
Kinerja adalah hasil kerja (output) yang dicapai seseorang baik secara kuantitas
dan kualitas dalam melakukan tugas yang sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya dalam jangka waktu tertentu (Mangkunegara, 2005). Sedangkan
menurut Mangkuprawira (2009) kinerja adalah tingkat keberhasilan atau hasil yang
dicapai seseorang dalam melakukan pekerjaan atau tugas yang sesuai dengan tanggung
jawab dalam waktu tertentu yang dibandingkan dengan kriteria, target atau standar hasil
kerja yang telah ditentukan dan disepakati bersama sebelumnya.
Menurut definisi diatas, dapat disimpulkan kinerja adalah tingkat keberhasilan
yang dicapai seseorang setelah dia melakukan tugas atau pekerjaan sesuai dengan
tanggungjawabnya yang dilakukan dalam waktu tertentu.Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut
Wolo (2015) kinerja pegawai sangat tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat
stress, kondsi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek
ekonomis, teknis serta perilaku lainnya. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005)
kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
2. Faktor individu, yang terdiri dari kemampuan, latar belakang dan demografi
3. Faktor psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, personaliti, pembelajaran dan
motivasi
4. Faktor organisasi, yaitu sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan
desai pekerjaan.
2. Penilaian kinerja perawat
Penilaian kinerja perawat dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja perawat
dalam rangka upaya mengoptimalkan kinerja perawat. Penilaian kinerja adalah evaluasi
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai secara sistematis yang bertujuan untuk
pengenbangan kinerja pegawai tersebut (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut
Sitohang (2007) penilaian kinerja adalah suatu proses dimana organisasi menilai
prestasi kerja dari para pegawainya.
Penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan secara rasional dan objektif. pentingnya penilaian kinerja ini sangat
bermanfaat baik untuk kepentingan pegawai dan kepentingan organisasi. Bagi pegawai
penilaian ini berperan sebagai umpan balik dari kemampuan, ketelitian, kekurangan dan
potensi serta pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi hasil penilaian ini
sangat berperan dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi
kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutman, penempatan, sistem imbalan
dan berbagai aspek lainnya
dalam penilaian kinerja perawat didasarkan pada standar praktik keperawatan
profesional dalam pemberian asuhan keperawatan yang terdiri dari :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang dibagi
menjadi dua proses yaitu pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pengkajian
primer adalah pengkajian cepat untuk mengidentifikasi massalah aktual atau resiko
tinggi ynag berdampak pada kemampuan pasien unuk mempertahankan hidup.
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah primer terpenuhi, yang mencakup
pengkajian
menyeluruh dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) yang bertujuan mengenali
masalah yang belum teridentifikasi pada pengkajian primer, dapat berupa riwayat
penyakit sekaramg, riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan dahulu dan
riwayat penyakit keluarga.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil analisi data yang ditemukan
pada pengkajian yang penulisannya berdasarkan kaidah yang terdiri dari problem,
etiology, symptoms (PES).
3. Rencana tindakan keperawatann
Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponennya berdasarkan prioritas
masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan yang meliputi rencana
tindakan mandiri dan kolaborasi yang disusun oleh perawat berdasarkan ilmu
keperawatan.
4. Tindakan keperawatan
Pelaksanaan tindakan yang ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga pasien dan berorientasi
pada 14 komponen keperawatan.
5. Evaluasi keperawatan
Merupakan tindakan untuk menilai hasil implementasi keperawatan, bila tindakan
belum teratasi maka perlu dilakukan pengkajian ulang yang kemudian dilakukan
analisis kenapa belum teratasi, kemudian dilakukan rencana ulang, implementasi
dan evaluasi kembali yang terdokumentasi dengan baik.

B. KONSEP HOSPITALISASI
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga
dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi
dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi
atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama
dirawat di rumah sakit.
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari
dampak perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan
nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan
mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptifdari
anak.
Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat
berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :
a. Meminimalkan dampak perpisahan
b. Mengurangi kehilangan kontrol
c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.
Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya
meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya
tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat
tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai makna yang terkandung dalam
konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan , sikap dan
keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian
ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam
meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah. Berbagai perasaan
yang muncul pada anak yaitu :
a. Cemas
b. Marah
c. Sedih
d. Takut
e. rasa bersalah
f. Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah
dialami
Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan
streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga
asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.
2. Reaksi Hospitalisasi
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan
anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan
kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
a. Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:
1) Pengalaman yang mengacam
2) Stressor

Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga

b. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :


1) Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2) Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan
sehari-hari
3) Keterbatasan mekanisme koping
c. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1) Tingkat perkembangan usia
2) Pengalaman sebelumnya
3) Support system dalam keluarga
4) Keterampilan koping
5) Berat ringannya penyakit
d. Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:
1) Takut
a) Unfamiliarity
b) Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
c) Rutinitas rumah sakit
d) Prosedur yang menyakitkan
e) Takut akan kematian
2) Isolasi

Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama


berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun. Pengunjung, perawat dan dokter
yang memakai pakaian khusus (masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup
kepala) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.

3) Privasi yang terhambat


4) Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian.

3. Perbedaan Stresor Hospitalisasi Berdasarkan Tingkatan Usia


a. Stressor pada Infant

Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi


menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak
menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.

1) Separation anxiety (cemas karena perpisahan)


- Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
- Kemampuan bahasa terbatas
2) Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
a) Tahap Protes ( Fase Of Protes )
- Menangis kuat
- Menjerit
- Menendang
- Berduka
- Marah
b) Tahap Putus Asa (Phase Of Despair)
- Tangis anak mula berkurang
- Murung, diam, sedih, apatis
- Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
- Menghisap jari
- Menghindari kontak mata
- Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
- Kadang anak tidak mau makan
c) Tahap Menolak (Phase Detachment/Denial)
- Secara samar anak seakan menerima perpisahan (pura-pura)
- Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
- Bermain dengan orang lain
- Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
- Anak mulai terlihat gembira
3) Kehilangan Fungsi dan Kontrol

Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan
pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan,
kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada
anak.

4) Gangguan Body Image dan Nyeri


 Infant masih ragu tentang persepsi body image
 Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami
arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
 Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan prosedur
tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah


berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena
perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya
menghisap jari, botol.

b. Stressor pada Anak Usia Awal (Toddler & Pra Sekolah)

Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai


bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan
memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal
ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan
tubuh yang berlebihan dan menangis kuat.
1) Respon prilaku anak sesuai dengan  tahapannya yaitu :
a) Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil orang tua, menolak perhatian
orla.
b) Tahap  putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan
makan, menarik diri, sedih dan apatis.
c) Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai
menyukai lingkungan.
2) Pengertian anak tentang sakit:
a) Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal
ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di
sekitar mereka.
b) Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak
biasa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga
membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami
hospitalisasi.
c) Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive,
cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak
menjadi marah.
3) Separation /perpisahan
a) Anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua
b) Anak sering mimpi buruk
4) Kehilangan fungsi dan control

Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi


motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga
tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak
menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.
Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas.
5) Gangguan Body Image dan nyeri
- Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi
- Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan
c. Stressor pada Usia Pertengahan

Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan


1) Pengertian tentang sakit
a) Anak usia 5 – 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat
mereka harus istirahat di tempat tidur.
b) Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak
tentang penyakit yang di alaminya.
2) Separation /Perpisahan
a) Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa
perpisahan terjadi.
b) Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
c) Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi
anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.
3) Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
a) Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering
membuat anak frustasi, marah dan depresi.
b) Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif
mereka terhambat.
4) Gangguan body image dan nyeri
a) Anak mulai menyadari tentang nyeri
b) Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.

d. Stressor pada Anak Usia Akhir


1) pengertian
a) Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor
eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain.
b) Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
2) Separation / Perpisahan
a) Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
b) Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
c) Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
3) Kehilangan fungsi control

Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang
dialaminya.

4) Gangguan body Image


a) Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
b) Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya
e. Stressor pada Adolescent/Remaja
1) Pengertian tentang sakit

Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat
kompleks

Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.

2) Separation / Perpisahan
a) Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan
menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
b) Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer
groupnya jika mereka mengalami kecacatan.
3) Kehilangan fungsi control
a) Bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
b) Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri
remaja.
c) Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
4) Gangguan body image

Sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan per


grupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress
karena adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer
groupnya.
a) Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan organ seksual.
4. Stressor dan Reaksi Keluarga Sehubungan dengan Hospitalisasi Anak
a. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1) Tingkat keseriusan penyakit anak
2) Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3) Prosedur pengobatan
4) Kekuatan ego individu
5) Kemampuan koping
6) Kebudayaan dan kepercayaan
7) Komunikasi dalam keluarga
b. Pada umumnya reaksi orang tua:
1) Denial / disbelief

Tidak percaya akan penyakit anaknya

2) Marah / merasa bersalah

Merasa tidak mampu merawat anaknya

3) Ketakutan, cemas dan frustasi


- Tingkat keseriusan penyakit
- Prosdur tindakan medis
- Ketidaktahuan
4) Depresi
- terjadi setelah masa krisis anak berlalu
- Merasa lelah fisik dan mental
- Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
- Berhubungan dengan efek samping pengobatan
- Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan
5. Reaksi Sibling
a. Pada umumnya reaksi sibling
- merasa kesepian
- Ketakutan
- Khawatir
- Marah
- Cemburu
- Rasa benci
- Rasa bersalah
b. Pengaruh pada fungsi keluarga
- Pola Komunikasi
- Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
- Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga

Pola komunikasi
- Kehilangan peran orang tua
- Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
- Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi
anak
- Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan
keperawatan
- Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
- Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
- Beri dukungan pada anak dan keluarga
- Beri informasi yang adekuat.
6. Reaksi Orang Tua dan Saudara Kandung Terhadap Anak yang Dihospital
a. Reaksi orang tua :

Cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak
mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak
dan orang tua).
Cemas yang paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi
ttg diagnosis penyakit anaknya. Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat
takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal.
Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua : sering bertanya ttg hal yang sama
secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.
1) Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua
mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
2) Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan
dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis.
b. Reaksi saudara kandung
- Marah
- Cemburu
- Benci dan bersalah
7. Intervensi Keperawatan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
a. Meminimalkan sressor atau penyebab stres.
b. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam:
1) Perawatan (rooming in)
- Modifikasi ruang perawatan dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti
dirumah.
- Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.
- Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak
dapat kooperatif thp petugas.
- Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum
melakukan prosedur.
2) Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
- Memberi kesempatan pada orang tua mempelajari tukem anak dan reaksi anak
thp sressor yg dihadapi selama dirawat.
- Dapat dijadikan media untuk belajar orang tua.
- Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada
orla dan percaya diri.
- Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.
3) Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
- Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.
- Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama
- Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-
nilai yg diyakininya.
- Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak.
4) Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di RS :
- Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan ruang rawat sesuai
dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,
- Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS.
c. Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan
• Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.
• Orientasikan anak dan orang tua pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang
dapat digunakan.
• Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.
• Berikan identitas pada anak
• Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.
• Laksanakan pengkajian riwayat kep.
• Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn yang
programkan.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2011. Buku Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika, Jakarta.

Potter, P.A, 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. EGC,

Jakarta.

Supartini, 2015. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai