Anda di halaman 1dari 18

Menjadikan Syaithan Sebagai Musuh

Allah Ta’ala telah menciptakan berbagai makhluk dari asal kejadian yang berbeda-
beda. Dia menciptakan manusia berasal dari tanah,

ْ‫صالْ ِمنْ َح َمإْ َمسنُون‬


َ ‫صل‬
َ ْ‫سانَْ ِمن‬ ِ ‫َولَقَدْ َخلَقنَا‬
َ ‫اْلن‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15: 26)

Menciptakan jin berasal dari api,

ْ‫وم‬
ِ ‫َار الس ُم‬ ُْ ‫َوال َجانْ َخلَقنَاْهُ ِمنْ قَب‬
ِْ ‫ل ِمنْ ن‬

“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS.
Al-Hijr, 15: 27)

Menciptakan malaikat berasal dari cahaya; sebagaimana dijelaskan oleh


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ْ‫ف لَكُم‬ ِ ‫ت ال َمالَئِ َك ْةُ ِمنْ نُورْ َو ُخ ِلقَْ ال َجانْ ِمنْ َم‬
ِ ‫ارجْ ِمنْ نَارْ َو ُخ ِلقَْ آدَ ُْم ِمما ُو‬
َْ ‫ص‬ ِْ َ‫ُخ ِلق‬

“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari nyala api, sedang Adam (manusia)
diciptakan dari tanah sebagaimana diceritakan kepadamu (oleh firman Allah).” (HR.
Muslim)

*****

Selain berbeda-beda asal kejadian, makhluk-makhluk ini pun diciptakan berbeda-


beda jenisnya; ada makhluk kasar yang kasat mata yaitu manusia, dan ada pula
makhluk halus yang tidak kasat mata yaitu jin dan malaikat. Mereka berbeda-beda
pula sifatnya; manusia dijadikan sebagai makhluk mukhayyarun (memiliki potensi
memilih), sehingga bisa tergolong menjadi muslim (tunduk/berserah diri) atau
menjadi kafir (ingkar dan menentang).

ِ َ‫ّللاُ ِب َما ت َع َملُونَْ ب‬


ْ‫صير‬ ْ ‫ُه َْو الذِي َخلَقَ ُكمْ فَ ِمنكُمْ َكافِرْ َو ِمن ُكمْ ُمؤ ِمنْ ْۚ َو‬
“Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.
At-Taghabun, 64:2)

Begitupula jin,

َ ‫َوأَنا ِمنا الصا ِل ُحونَْ َو ِمنا دُونَْ َٰذَ ِلكَْ ْۚ كُنا‬


‫ط َرائِقَْ قِدَدْا‬

“…dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami
ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-
beda.” (QS. Jin, 72: 11)

‫طونَْ ْۚ فَ َمنْ أَسلَ َْم فَأُو َٰلَ ِئكَْ تَ َحروا َرشَدْا‬


ُ ‫َوأَنا ِمنا ال ُمس ِل ُمونَْ َو ِمنا القَا ِس‬

“…dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula)
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka
mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.” (QS. Jin, 72: 14)

Sedangkan malaikat dijadikan sepenuhnya taat kepada Allah Ta’ala. Hal ini
diisyaratkan oleh firman-Nya,

َْ‫صون‬ ْ َ ْ‫ارْة ُ َعلَي َها َم َالئِ َكةْ ِغ َالظْ ِشدَاد‬


ُ ‫ل َيع‬ َ ‫اس َوال ِح َج‬ُْ ‫سكُمْ َوأَه ِلي ُكمْ نَارا َوقُودُهَا الن‬
َ ُ‫َيا أَي َها الذِينَْ آ َمنُوا قُوا أَنف‬
َْ‫ّللا َما أَ َم َر ُهمْ َويَف َعلُونَْ َما يُؤ َم ُرون‬
َْ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim,
66:6).

Hizbus Syaithan (Golongan/Kelompok Setan)

Kita begitu familier dengan kata ‘Syaithan’ atau ‘Setan’, juga ‘Iblis’. Siapakah mereka?
Makhluk apakah mereka itu?

Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata: “Syaithan—jamaknya syayathin—adalah


setiap yang keterlaluan, baik dari golongan manusia, jin atau binatang. Adapun yang
lazim dimaksudkan dalam agama ialah yang keterlaluan dari alam jin.”[1]
Syaikh Ahmad Muthafa Al-Maraghi rahimahullah menjelaskan makna
kata syaithan sebagai berikut: “As-Syaithan berarti segala sesuatu yang bersikap
kepala batu dan membangkang—baik manusia atau jin—sebagaimana telah
difirmankan Allah,

‫غ ُرورا ْۚ َولَ ْو‬


ُ ‫ل‬
ِْ ‫ف القَو‬ َْٰ َ‫ض ُهمْ إِل‬
َْ ‫ى بَعضْ ُزخ ُر‬ ُ ‫ُوحي بَع‬ ِ ‫ني‬ ِْ ‫س َوال ِج‬
ْ ِ ‫اْلن‬
ِ َْ‫اطين‬ ِ َ‫شي‬ ِْ ‫َو َك َٰذَ ِلكَْ َجعَلنَا ِل ُك‬
َ ‫ل نَبِيْ َعد ًُّوا‬
َْ‫شَا َْء َربكَْ َما فَعَلُوْهُ ْۚ فَذَر ُهمْ َو َما يَفت َُرون‬

‘dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.’ (QS. Al-An’am, 6:
112).”[2]

Apa yang diungkapkan oleh Syaikh Sayyid Sabiq dan Syaikh Ahmad Muthafa Al-
Maraghi di atas, senada dengan apa yang disampaikan Ibnu
Katsir, rahimahumullah: “Syaithan adalah setiap makhluk yang menentang dan
menlanggar tuntunan para Nabi.”[3]

Adapun Iblis adalah nenek moyang seluruh syaithan. Lebih lanjut Syaikh Sayyid
Sabiq rahimahullah menjelaskan, “Iblis yakni nenek moyang seluruh syaithan itu akan
tetap hidup sampai hari kiamat. Ia sendiri dahulu memang pernah meminta kepada
Allah Ta’ala agar tidak dimatikan sampai hari kiamat dan permintaannya itu
dikabulkan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’anul Karim:

ِ ُ‫ت ال َْمعل‬
ْ‫وم‬ َْٰ َ‫ظ ِرينَْ ِإل‬
ِْ ‫ى َيو ِْم ال َوق‬ َ ‫ل فَإِنكَْ ِمنَْ ال ُمن‬
َْ ‫قَا‬

‘Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari
yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)’. (QS. Shad, 38: 80 – 81)

Iblis juga memiliki keturunan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’anul Karim,

َْ ‫أَفَتَت ِخ ْذُونَ ْهُ َوذُ ِريتَ ْهُ أَو ِليَا َْء ِمنْ دُونِي َو ُهمْ لَ ُكمْ َعدُوْ ْۚ ِبئ‬
ْ‫س ِللظا ِل ِمينَْ بَدَل‬

‘…Patutkah kamu mengambil dia (Iblis) dan turanan-turunannya sebagai pemimpin


selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai
pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.’ (QS. Al-Kahfi, 18: 50).”[4]
Jadi, hizb (golongan/kelompok) as-syaithan (setan) atau hizbus syaithan adalah
golongan/kelompok setan yang dipimpin oleh Iblis.

Deklarasi Perang dan Permusuhan

Dia—Iblis la’natullah ‘alaih—sesungguhnya telah mengumumkan perang dan


permusuhan terhadap manusia—anak cucu Adam,

َ ‫ن أَيدِي ِهمْ َو ِمنْ خَل ِف ِهمْ َو َعنْ أَي َمانِ ِهمْ َو‬
ْ‫عن‬ ِْ ‫يم ثُمْ ََلتِْيَن ُهمْ ِمنْ بَي‬
َْ ‫طكَْ ال ُمستَ ِق‬ ِ ْ‫ل فَبِ َما أَغ َويتَنِي ََلَقعُدَنْ لَ ُهم‬
َ ‫ص َرا‬ َْ ‫قَا‬
َْ‫ل ت َِج ْدُ أَكثَ َرهُمْ شَا ِك ِرين‬ْ َ ‫ش َمائِ ِل ِهمْ ْۚ َو‬َ

“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).” (QS. Al-A’raf, 7: 16-17)

Maka, sudah sepantasnya kita selalu bersikap waspada dan bersiap siaga
menghadapi tipu daya golongan/kelompok syaithan ini, serta menjadikannya
sebagai musuh sejati dalam kehidupan. Allah Ta’ala berfirman,

ْ‫ير‬ ِْ ‫عو ِحز َب ْهُ ِْل َي ُكونُوا ِمنْ أَص َحا‬


ِ ‫ب الس ِع‬ ُ ‫طانَْ لَ ُكمْ َعدُوْ فَات ِخذُوْهُ َعد ًُّوا ْۚ ِإن َما َيد‬
َ ‫ِإنْ الشي‬

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),


karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir, 35: 6)

Ingatlah, serangan yang dilancarkan oleh hizbus syaithan ini bisa datang kapan saja
dari berbagai penjuru. Perhatikanlah sekali lagi kalimat: “…saya akan mendatangi
mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka….” (QS.
Al-A’raf, 7: 16-17).

‘Serangan’ dari arah depan maknanya menurut Ibnu Abbas adalah menanamkan
keraguan tentang akhirat; atau menurut Qatadah maknanya adalah menyampaikan
informasi bahwa tidak mungkin akan ada kebangkitan, surga dan neraka.
‘Serangan’ dari arah belakang maknanya menurut Ibnu Abbas adalah merangsang
kepada cinta dunia; atau menurut Qatadah maknanya adalah memperhias dunia dan
mendorong manusia (agar cenderung, red.) ke sana.

‘Serangan’ dari arah sebelah kanan maknanya menurut Ibnu Abbas adalah
meragukan perintah agama; atau menurut Qatadah maknanya adalah
memperlambat untuk melakukan kebaikan.

‘Serangan’ dari arah sebelah kiri maknanya menurut Ibnu Abbas dan Qatadah adalah
merangsang berbuat dosa atau maksiat.[5]

Ciri-ciri Hizbus Syaithan (‘Alaamatu Hizbisy-Syaithaan)

Diantara bentuk kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap hizbus syaithan—


golongan/kelompok syaithan ini—adalah mengetahui ciri-ciri mereka:

Ciri-ciri mereka ada dua: Pertama, istahwadza ‘alaihimusy-syaithaan; mereka


dikuasai dan dirasuki oleh syaithan. Mereka telah merasa asyik dan rela tunduk
terperdaya kepada syaithan;
secara fikriyan (pemikiran/pemahaman), maknawiyan (mental), nazhariyyan (teori/ko
nsep), ‘amaliyyan (aktivitas), dan minhajan (sistem/metode/cara/pedoman).

Kondisi ciri yang pertama kemudian memunculkan ciri yang Kedua, yaitu ansaahum
dzikrallah; mereka lupa dan tidak ingat kepada Allah Ta’ala; tidak memahami
kemuliaan dan kedudukan-Nya yang agung. Tidak tahu, tidak mau tahu, serta
melupakan shibghatallah (celupan—agama Allah Ta’ala).

َْ‫ان هُ ُْم الخَا ِس ُرون‬ َ ‫ب الشي‬


ِْ ‫ط‬ ْ َ َ‫ان ْۚ أ‬
َْ ‫ل إِنْ ِحز‬ َ ‫ب الشي‬
ِْ ‫ط‬ ِْ َْ‫ّللاِ ْۚ أُو َٰلَ ِئك‬
ُْ ‫حز‬ َ ‫ن فَأَن‬
ْ ‫سا ُهمْ ذِك َْر‬ َ ‫استَح َو ْذَ َعلَي ِه ُْم الشي‬
ُْ ‫طا‬

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan
itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujaadilah, 58: 19)

Pengikut hizbusy syaithan memusuhi dan menjauhkan diri dari agama


Allah Ta’ala, lalu menjadikan selain Allah Ta’ala sebagai panutan,

َْ‫سبُونَْ أَن ُهمْ ُمهْتَدُون‬


َ ‫ّللا َويَح‬ ِْ ‫اطينَْ أَو ِل َيا َْء ِمنْ د‬
ِْ ‫ُون‬ ِ َ‫ِإن ُه ُْم ات َخذُوا الشي‬
“Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah,
dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf, 7: 30)

Perlawanan terhadap mereka harus kita lakukan dengan cara mengokohkan diri
dalam agama Allah Ta’ala,

َْ‫ن لَ ْهُ َعابِدُون‬


ُْ ‫صبغَةْ ْۚ َونَح‬ َ ‫صبغَ ْةَ ّللاِْ ْۚ َو َمنْ أَح‬
ُْ ‫س‬
ِ ِْ‫ن ِمنَْ ّللا‬ ِ

“Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan
hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah, 2: 138)

Shibghah Allah maknanya adalah celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang
tidak disertai dengan kemusyrikan. Diriwayatkan pula dari Adh-Dhahhak dari Ibnu
‘Abbas, bahwa shibghatallah yaitu: “Agama Allah”. Hal senada diriwayatkan dari
Mujahid, Abul ‘Aliyah, ‘Ikrimah, Ibrahim, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, ‘Abdullah bin
Katsir, ‘Athiyah al-‘Aufi, Rabi’ bin Anas, as-Suddi, dan lain-lain.

Strategi Perang Hizbus Syaithan

Hizbus Syaithan memiliki strategi/langkah-langkah mematikan agar memenangkan


pertempuran melawan manusia. Celakanya, strategi/langkah-langkah syaithan ini
kebanyakan bersifat halus dan tidak disadari oleh manusia. Apa sajakah itu?

Pertama, waswasah (bisikan).

Syaithan memang biasa menyelinap lalu membisikkan kejahatan ke dalam dada


manusia secara samar dan rahasia, baik itu dari kalangan jin maupun manusia. Oleh
karena itu Allah Ta’ala mengingatkan manusia agar selalu waspada terhadap godaan
syaitan, karena dia selalu menyertai gerak-gerik manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ‫ّللا أ َ َعانَنِي َعلَي ِه‬


َْ ْ‫اي ِإلْ أَن‬ َْ ‫ّللا قَا‬
َْ ‫ل َو ِإي‬ ِْ ‫ل‬ َْ ‫سو‬ُ ‫ن قَالُوا َو ِإياكَْ َيا َر‬ َْ ‫َما ِمنكُمْ ِْمنْ أَ َحدْ إِلْ َوقَدْ ُو ِك‬
ِْ ‫ل ِب ِْه قَ ِرينُ ْهُ ِمنَْ ال ِج‬
ْ َ َ‫فَأَسلَ َْم ف‬
ْ‫ال يَأ ُم ُرنِي ِإلْ ِبخَير‬

“Tidak seorang pun di antara kalian kecuali bersamanya ada qarinnya dari Jin”. Para
sahabat bertanya: ”Engkau juga, ya Rasulullah?” Jawab Rasulullah, “Termasuk saya,
tetapi Allah telah menolong saya di atasnya, maka saya selamat. Sehingga ia tidak
menyuruhku kecuali kepada yang baik”. (HR Muslim).

Saat menjelaskan Al-Qur’an surah An-Naas, Syaikh


Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa “al-waswas” atau “al-waswasah”,
maksudnya: apa yang terlintas dalam hati berupa fikiran, sangkaan, khayalan, yang
tidak ada kebenarannya. Sedangkan “Al-khannaas” ialah yang memperdayakan,
mengganggu, yang pergi dan datang ketika seseorang berdzikir kepada Allah Azza
wa Jalla, dia adalah syetan.

Al-Mu’tamir Ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah


diceritakan kepadanya, sesungguhnya syaitan yang banyak menggoda itu selalu
meniup hati anak Adam manakala ia sedang bersedih hati dan juga manakala sedang
senang hati. Tetapi apabila manusia sedang ingat kepada Allah, maka syaitan
bersembunyi ketakutan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya, al-waswas, bahwa makna yang dimaksud ialah syaitan yang membisikkan
godaannya; namun apabila yang digodanya taat kepada Allah, maka syaitan
bersembunyi. Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,

َْ‫سبُونَْ أَن ُهم مهتَدُون‬َ ‫ل َو َيح‬ ِْ ‫ن الس ِبي‬ ِْ ‫ع‬َ ْ‫صدونَ ُهم‬ ُ ‫طاناْ فَ ُه َْو لَ ْهُ قَ ِرينْ َو ِإن ُهمْ لَ َي‬
َ ‫ن نُقَيِضْ لَ ْهُ شَي‬
ِْ ‫ش َعن ذِك ِْر الرح َم‬ ُْ ‫وَ َمن يَع‬
‫ين َولَن يَنفَ َع ُك ُْم ال َيو َْم ِإذ ظلَمتُمْ أَنكُمْ ِفى‬
ُْ ‫س القَ ِر‬ ِْ ‫ل يالَيتَْ بَي ِني َو َبينَكَْ بُع ْدَ ال َمش ِرقَي‬
َْ ‫ن فَ ِبئ‬ َْ ‫َحتى ِإذَا َجآ َءنَا قَا‬
َْ‫ب ُمشت َِر ُكون‬ ِْ ‫ال َعذَا‬

“Barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah (Petunjuk Allah) Yang Maha
Pemurah (yaitu Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka
syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” ( Qs. Az Zukhruf : 36)

Di era digital saat ini media waswasah dari hizbus syaithan semakin variatif dan
modern; buku, koran, majalah, film, website, media sosial, dan lain-lain; semuanya
dapat membisikkan pikiran dan dorongan jahat kepada jiwa. Waspadalah terhadap
segala bentuk bisikan. Renungkanlah kisah bapak dan ibu kita, Adam dan Hawa,
serta akibat yang terjadi kepada mereka disebabkan menuruti waswasah dari Iblis.[6]

Kedua, membuat lupa (insaa-un).

Sebelumnya telah dikemukakan bahwa ciri pengikut hizbusy syaithan adalah


melupakan Allah Ta’ala,
َْ‫ان هُ ُْم الخَا ِس ُرون‬ َ ‫ب الشي‬
ِْ ‫ط‬ ْ َ َ‫ان ْۚ أ‬
َْ ‫ل إِنْ ِحز‬ َ ‫ب الشي‬
ِْ ‫ط‬ ِْ َْ‫ّللاِ ْۚ أُو َٰلَئِك‬
ُْ ‫حز‬ َ ‫ن فَأَن‬
ْ ‫سا ُهمْ ذِك َْر‬ َ ‫استَح َو ْذَ َعلَي ِه ُْم الشي‬
ُْ ‫طا‬

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan
itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujaadilah, 58: 19)

Syaithan berupaya menguasai anak-anak Adam dengan cara memalingkannya dari


akhirat dan melupakan peringatan-peringatan serta ancaman-ancaman yang datang
kepada mereka. Mereka tenggelam dalam buaian hidup di dunia; memperturutkan
hawa nafsu, bersenang-senang dan bergembira dengan tidak memperdulikan mana
yang halal dan mana haram, mana yang hak dan mana yang batil.

Allah Ta’ala berfirman,

ْ‫ى قُلُوبِ ِهمْ أَ ِكنةْ أَن‬


َْٰ َ‫ِي َما قَد َمتْ َيدَاْهُ ْۚ ِإنا َج َعلنَا َعل‬ َْ ‫عن َها َونَس‬ َْ ‫ت َر ِب ِْه فَأَع َر‬
َ ‫ض‬ ِْ ‫َو َمنْ أَظلَ ُْم ِممنْ ذُ ِك َْر ِبآ َيا‬
‫ى فَلَنْ يَهتَدُوا إِذا أَ َبدْا‬
َْٰ َ‫ع ُهمْ ِإلَى ال ُهد‬
ُ ‫َيفقَ ُهوْهُ َوفِي آذَانِ ِهمْ َوقرا ْۚ َو ِإنْ تَد‬

“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah
dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula)
sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi, 18:
57)

Manakala keingkaran mereka terus bertambah dan semakin lupa kepada


Allah Ta’ala, maka dibiarkan oleh-Nya mereka semakin jauh dari petunjuk;
Allah Ta’ala mendatangkan kebaikan, menambah rezeki, menyehatkan jasmani
mereka, menjaga keamanan diri mereka dan membukakan pintu-pintu kesenangan,
sehingga mereka semakin lupa dan bertambah sombong serta takabur, tidak
bersyukur kepada Allah Ta’ala, bahkan nikmat itu mereka jadikan sebagai alat untuk
menambah kekuasaan dan kekasaran mereka.

Petunjuk agama yang datang kepada mereka hanyalah menjadi bahan mainan dan
senda gurau. Mereka benar-benar telah ingkar kepada petunjuk Allah Ta’ala.

‫سوا ِلقَا َْء يَو ِم ِهمْ َٰ َهذَا َو َما َكانُوا ِبآيَاتِنَا‬ َ ‫الذِينَْ ات َخذُوا دِينَ ُهمْ لَهوا َولَ ِعبا َوغَرت ُه ُْم ال َحيَاْة ُ الدنيَا ْۚ فَاليَو َْم نَن‬
ُ َ‫سا ُهمْ َك َما ن‬
َْ‫يَج َحدُون‬
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda
gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami
melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari
ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” (QS. Al-A’raf, 7:
51)

Selain itu, mereka pun menjadikan hamba-hamba Allah Ta’ala yang beriman sebagai
buah ejekan dan bahan tertawaan. Hal ini semakin membuat mereka jauh dan lupa
kepada Allah Ta’ala,

َ ‫ى أَن‬
َْ‫سو ُكمْ ذِك ِري َوكُنتُمْ ِْمن ُهمْ ت َض َح ُكون‬ َْٰ ‫فَاتخَذت ُ ُمو ُهمْ ِسخ ِريًّا َحت‬

“…lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek
mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu
mentertawakan mereka.” (QS. 23: 110)

Berikutnya, saat mereka telah bergembira dan bersenang hati dengan nikmat yang
telah diberikan Allah Ta’ala dan beranggapan bahwa yang mereka peroleh itu benar-
benar merupakan hak mereka, maka Allah Ta’ala menimpakan azab kepada mereka
dengan tiba-tiba, sehingga mereka berduka cita dan putus asa dari rahmat-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫علَى َم َع‬
ْ‫اصي ِْه َما ي ُِحبْ فَإِن َما ُه َْو اس ِتد َراج‬ ْ َْ‫ِإذَا َرأَيت‬
َ ‫ّللاَ يُع ِطي العَب ْدَ ِمنْ الدنيَا‬

“Apabila kamu melihat Allah memberikan kepada seseorang hamba kenikmatan


dunia yang disukainya atas perbuatan maksiatnya, maka itu adalah suatu permulaan
azab yang diberikan secara berangsur-angsur (istidraj).”, Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:

ُ ‫ى إِذَا فَ ِر ُحوا بِ َما أُوتُوا أَخَذْنَا ُهمْ َبغتَةْ فَإِذَا ُهمْ ُمب ِل‬
َْ‫سون‬ َْ ‫سوا َما ذُ ِك ُروا بِ ِْه فَتَحنَا َعلَي ِهمْ أَب َو‬
ِْ ‫اب ُك‬
َْٰ ‫ل شَيءْ َحت‬ ُ َ‫فَلَما ن‬

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa.” (QS. Al-An’am, 6: 44). (HR. Ahmad).
Di akhirat, mereka yang lupa kepada Allah Ta’ala akan dilupakan dan disiksa dengan
siksaan yang keras,

َ ‫ل َك َٰذَ ِلكَْ أَت َتكَْ آيَاتُنَا فَنَسِيتَ َها ْۚ َو َك َٰذَ ِلكَْ اليَو َْم تُن‬
ْ‫س َٰى‬ َْ ‫قَا‬

“Allah berfirman: ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan’”. (QS. Thaha, 20:
126)

َْ‫َاص ِرين‬ ُْ ‫سا ُكمْ َك َما نَسِيتُمْ ِلقَا َْء يَو ِم ُكمْ َٰ َهذَا َو َمأ َوا ُك ُْم الن‬
ِ ‫ار َو َما لَ ُكمْ ِمنْ ن‬ َ ‫ل اليَو َْم نَن‬
َْ ‫َوقِي‬

“Dan dikatakan (kepada mereka): ‘Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana
kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini, dan tempat kembalimu ialah
neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong’”. (QS. Al-Jatsiyah, 45: 34)

َْ َ‫فَذُوقُوا ِب َما نَسِيتُمْ ِلقَا َْء َيو ِم ُكمْ َٰ َهذَا إِنا نَسِينَا ُكمْ ْۚ َوذُوقُوا َعذ‬
َْ‫اب ال ُخل ِْد ِب َما كُنتُمْ ت َع َملُون‬

“Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan
dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah
siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.” (QS. AS-Sajdah, 32: 14)

Ketiga, memanjangkan angan-angan kosong (tamanniyyun).

Allah Ta’ala berfirman,

ْ‫ضلن ُهمْ َو ََل ُ َمنِيَن ُهم‬


ِ ُ ‫َصيبا َمف ُروضا َو ََل‬
ِ ‫ل ََلَت ِخذَنْ ِمنْ ِعبَادِكَْ ن‬
َْ ‫َوقَا‬

“…dan syaitan itu mengatakan: ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-
hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar
akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka…’” (QS. An-Nisa: 118 – 119)

Syaithan telah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menggoda dan mengganggu
sejumlah manusia. Ia akan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan
khayalan-khayalan dan angan-angan kosong, sehingga mereka memandang baik
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Ta’ala, serta menanamkan di dalam
hati dan pikirannya bahwa kesenangan hidup di dunia adalah kesenangan yang pasti
tercapai sedang kesenangan dan kebahagiaan di akhirat adalah kesenangan yang
diragukan adanya.

Syaithan mendukung manusia untuk berjudi seraya menanamkan angan-angan


bahwa kelak mereka akan menjadi kaya tanpa harus kerja keras. Syaithan juga
mendorong manusia untuk mendatangi dukun atau kuburan keramat seraya
menanamkan angan-angan bahwa itu adalah jalan pintas terbaik yang cepat
mendatangkan hasil.

Berhati-hatilah terhadap lagu-lagu, film, sinetron, cerpen, novel, atau puisi yang
berisi angan-angan yang menyesatkan; menanamkan pikiran-pikiran tentang
gambaran tuhan, kehidupan manusia, alam ghaib, dan alam semesta hanya
berdasarkan asumsi atau perkiraan yang dibuat-buat tanpa pijakan dari kitabullah
dan sunnah rasul-Nya.

Jangan sampai kita terkena penyakit kaum Bani Israil yang disebutkan oleh
Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an,

ُ َ‫َاب إِلْ أَ َمانِيْ َوإِنْ ُهمْ إِلْ ي‬


َْ‫ظنون‬ ْ َ َْ‫َو ِمن ُهمْ أ ُ ِميون‬
َْ ‫ل يَعلَ ُمونَْ ال ِكت‬

“Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat),
kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS. Al-
Baqarah, 2: 78)

Makna amaniyya dalam ayat ini adalah kebohongan (tentang agama/keyakinan, red.)
yakni yang mereka dengar dari para pemimpin mereka lalu mereka terima dan
percayai.[7]

Keempat, memperindah dosa (tazyiin)

Hizbus Syaithan menghias, memperindah, dan menampilkan kemaksiatan, kebatilan,


dosa, serta kejahatan sebagai perkara lumrah, sah, legal, berbudaya, maju, dan
modern.

َْ‫ض َو ََلُغ ِو َين ُهمْ أَج َم ِعين‬


ْ ِ ‫ب ِب َما أَغ َويتَنِي ََلُزَ يِنَنْ لَ ُهمْ فِي اَلَر‬ َْ ‫قَا‬
ِْ ‫ل َر‬
“Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Al-Hijr, 15: 39)

Mereka yang terpedaya akan merugi di akhirat kelak,

ُ َْ‫سبُونَْ أَن ُهمْ يُح ِسنُون‬


‫صنعْا‬ َ ‫سعيُ ُهمْ فِي ال َحيَاةِْ الدنيَا َو ُهمْ يَح‬ َ َْ‫س ِرينَْ أَع َمالْ الذِين‬
َ ْ‫ضل‬ َ ‫قُلْ هَلْ نُنَبِئ ُ ُكمْ بِاَلَخ‬

“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang


paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi, 18: 103-104)

Contoh: kita menyaksikan orang-orang yang begitu bangga membolehkan aborsi,


homoseksual, dan lesbianisme, menganggap ‘kumpul kebo’ sebagai hal lumrah dan
modern, membuka hijab dan mempertontonkan aurat dianggap sebagai kemajuan,
dan lain sebagainya.

Kelima, janji-janji palsu (wa’dun)

Iblis dan syaithan selalu melakukan kampanye dan propaganda dengan janji-janji
indah tapi palsu.

ُ ْ‫ان إِل‬
‫غ ُرورْا‬ َ ‫َي ِعد ُ ُهمْ َويُ َمنِي ِهمْ ْۚ َو َما َي ِعدُ ُه ُْم الشي‬
ُْ ‫ط‬

“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan


kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari
tipuan belaka.” (QS. An-Nisa, 4: 120)

Orang-orang yang mengikuti hizbus syaithan, ketika di akhirat nanti akan menagih
janji kepada syaithan, akan tetapi ia memungkirinya.

‫ن‬ َْ ‫عدتُكُمْ فَأَخلَفت ُ ُكمْ ْۚ َو َما َكانَْ ِل‬


ْ ‫ي َعلَيكُمْ ِم‬ َْ ْ‫ي اَلَم ُْر إِن‬
ِْ ‫ّللا َو َعدَ ُكمْ َوع ْدَ ال َح‬
َ ‫ق َو َو‬ ِ ُ‫ان لَما ق‬
َْ ‫ض‬ َ ‫ل الشي‬
ُْ ‫ط‬ َْ ‫َوقَا‬
َ َ
ْ‫س ُكمْ ْۚ َما أنَا ِب ُمص ِر ِخ ُكمْ َو َما أنتُمْ ِب ُمص ِر ِخي‬ َ ُ ُ
َ ُ‫ال تَلو ُمونِي َوْلو ُموا أنف‬ َ
ْ َ َ‫طانْ ِإلْ أنْ دَ َعوت ُ ُكمْ فَاستَ َجبتُمْ ِلي ْۚ ف‬ َ ‫سل‬
ُ
َ
ْ‫ل ْۚ ِإنْ الظا ِل ِمينَْ لَ ُهمْ َعذَابْ أ ِليم‬ َ
ِْ ‫ِإنِي َكفَرتُْ بِ َما أش َركت ُ ُم‬
ُْ ‫ون ِمنْ قَب‬

“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: ‘Sesungguhnya


Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan
kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku
terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku,
oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku
sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan
aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim, 14: 22)

Kelak di akhirat tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin hizbus syaithan berlepas diri


dari para pengikutnya; padahal dalam rangka mendapatkan dukungan saat di dunia,
mereka sampai menyatakan siap menanggung dosa siapa saja yang siap jadi
pengikutnya.

َ ‫ام ِلينَْ ِمنْ َخ‬


ْ‫طايَا ُهمْ ِمنْ شَيءْ ْۚ إِن ُهم‬ َ ‫سبِيلَنَا َولنَح ِملْ َخ‬
ِ ‫طايَا ُكمْ َو َما ُهمْ بِ َح‬ َْ ‫َوقَا‬
َ ‫ل الذِينَْ َكفَ ُروا ِللذِينَْ آ َمنُوا اتبِعُوا‬
َْ‫لَ َكا ِذبُون‬

“Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: ‘Ikutilah jalan
kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu’, padahal mereka (sendiri)
sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah
benar-benar orang pendusta.” (QS. Al-Ankabut, 29: 12)

Keenam, tipu daya (kaidun).

Tipu daya yang dilancarkan oleh golongan syaithan banyak sekali. Dalam al-Qur’an
Allah Ta’ala menyebutkan jenis-jenis tipu daya yang mereka lakukan, diantaranya
adalah:

1. Mereka merancang berbagai bentuk makar permusuhan dan peperangan


kepada mu’minin (lihat: QS. An-Nisa, 4:76), namun Allah Ta’ala akan
melemahkan tipu daya mereka itu (lihat: QS. Al-Anfal, 8: 18)
2. Mereka melakukan pembunuhan kepada orang-orang beriman guna
melemahkan kebenaran, meskipun hal itu sebenarnya tidak akan pernah bisa
mencapai tujuan busuk mereka (lihat: contoh kasus penindasan Fir’aun, QS.
Al-Mu’min, 40:25)
3. Mereka memfitnah para da’i dan orang-orang beriman dengan tuduhan yang
menghinakan disertai siasat yang licik (lihat: contoh kasus tuduhan kepada
Nabi Yusuf, QS. Yusuf, 12:52)

Mereka terus menerus melakukan tipu daya, akan tetapi sedahsyat apa pun tipu daya
mereka, hakikatnya tidak akan pernah bisa mengatasi tipu daya Allah Ta’ala,
‫إِن ُهمْ يَ ِكيدُونَْ َكيدا َوأَ ِكي ْدُ َكيدْا‬

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-
benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (QS. At-
Thariq, 86: 15 – 16)

Ketujuh, menghalangi jalan Allah (shaddun)

Iblis, syaithan, dan para pengikutnya selalu berusaha menghalang-halangi manusia


dari jalan Allah Ta’ala. Mereka mencoba memalingkannya dari petunjuk yang benar
dengan beragam cara; diantaranya adalah dengan mengadakan acara hura-hura agar
manusia tidak bisa mendengar dengan baik ayat-ayat Al-Qur’an,

َْ‫آن َوالغَوا فِي ِْه لَ َعل ُكمْ تَغ ِلبُون‬


ِْ ‫ل تَس َمعُوا ِل َٰ َهذَا القُر‬
ْ َ ‫ل الذِينَْ َكفَ ُروا‬
َْ ‫َوقَا‬

“Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-
sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat
mengalahkan mereka’”. (QS. Fushilat, 41:26).

Mereka tidak segan mengeluarkan dana berapapun untuk menghalangi jalan


Allah Ta’ala,

َْ‫ون َعلَي ِهمْ َحس َرةْ ثُمْ يُغلَبُونَْ ْۚ َوالذِين‬


ُْ ‫سيُن ِفقُونَ َها ثُمْ تَ ُك‬
َ َ‫ّللا ْۚ ف‬
ِْ ‫ل‬ ِْ ‫سبِي‬
َ ْ‫عن‬ ُ َ‫ِإنْ الذِينَْ َكفَ ُروا يُن ِفقُونَْ أَم َوالَ ُهمْ ِلي‬
َ ‫صدوا‬
َْ‫ى َج َهن َْم يُحش َُرون‬ َْٰ َ‫َكفَ ُروا ِإل‬

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk


menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian
menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam
Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,” (QS. Al-Anfal, 8:36).

Cara lain yang mereka gunakan untuk menghalangi jalan Allah Ta’ala adalah dengan
melakukan semantic game (permainan bahasa); orang-orang yang komitmen
terhadap Islam mereka sebut sebagai fundamentalis, radikal, ekstrim kanan,
dan stereotype (julukan jelek) lainnya. Hal ini telah terjadi di sepanjang sejarah
kehidupan, manakala as-shira’u bainal haq wal bathil—pertempuran antara al-haq
dan al-bathil—berlangsung. Nabi Nuh ‘alaihis salam disebut oleh para pemuka
kaumnya sebagai orang sesat/menyimpang (QS. Al-A’raf, 7: 60), Nabi Huud ‘alaihis
salam dihina kaumnya, ia dicela sebagai orang safih bahkan pendusta (QS. Al-A’raf, 7:
66), Nabi Luth ‘alaihis salam dihina dengan uangkapan ‘sok suci’ (QS. Al-A’raf, 7: 82),
dan lain-lain.

Kedelapan, menimbulkan permusuhan (‘adaawatun)

Syaithan selalu berusaha merusak urusan agama dan dunia umat manusia. Diantara
cara yang dilakukannya adalah menimbulkan permusuhan di antara mereka. Inilah
yang tidak akan pernah berhenti dilakukan meskipun tujuan utamanya tidak tercapai.

ْ‫يش بَينَ ُهم‬ َ ‫س أَنْ يَعبُدَْهُ ال ُم‬


ْ ِ ‫صلونَْ َولَ ِكنْ فِي التح ِر‬ َ ‫سل َْم إِنْ الشي‬
َْ ِ‫طانَْ قَدْ يَئ‬ َ ‫ّللاُ َعلَي ِْه َو‬
ْ ‫صلى‬ َْ ‫ل قَا‬
َ ْ‫ل النبِي‬ َْ ‫َعنْ َجابِرْ ْقَا‬

Dari Jabir ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda: “Sesungguhnya syaithan telah putus asa untuk disembah oleh
para penyembah. Namun ia terus menggalakan permusuhan di antara mereka.” (HR.
Tirmidzi)

Sarana yang digunakan oleh syaithan untuk menggalakan permusuhan adalah:

1. Menumbuhkan berbagai perselisihan.

Oleh karena itu, guna menjaga diri dari perselisihan, Allah Ta’ala menganjurkan agar
manusia menjaga lisannya dari perkataan yang buruk.

‫عد ًُّوا ُم ِبينْا‬


َ ‫ان‬
ِْ ‫س‬
َ ‫ْلن‬ َ ‫طانَْ َينزَ غُْ بَينَ ُهمْ ْۚ ِإنْ الشي‬
ِ ‫طانَْ َكانَْ ِل‬ َ ‫ن ْۚ إِنْ الشي‬ َ ‫ِي أَح‬
ُْ ‫س‬ َْ ‫َوقُلْ ِل ِع َبادِي َيقُولُوا ال ِتي ه‬

“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan


perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia.’” (QS. Al-Isra, 17: 53)

Berkenaan dengan ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala
memerintahkan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyeru
hamba-hamba Allah Ta’ala yang beriman supaya berkata dalam pembicaraan dan
perbincangan mereka dengan ucapan yang paling baik dan perkataan yang paling
bagus.

Jika mereka tidak melakukan hal ini syaithan akan menghasut di antara mereka, lalu
mengantarkan ucapan (yang kurang baik) menjadi perbuatan, dan terjadilah
kerusakan, permusuhan dan pertikaian. Sesungguhnya syaithan itu musuh bagi Adam
dan keturunannya sejak dia menolak untuk sujud kepada Adam. Maka
permusuhannya sangatlah nampak dan jelas.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) melarang seseorang


mengarahkan besi kepada saudaranya muslim, sesungguhnya syaithan
berkesempatan memberi hasutan pada tangannya, artinya bisa jadi akan melukai
saudaranya muslim dengannya.”[8]

Renungkanlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

ُ ‫ َوال ُمحد‬، ْ‫ِث شَر‬


ْ‫ِث‬ ُْ ‫ َوال ُمحد‬، ‫ فَتَفَرقَْ بَينَ ُه َما إِلْ بِ َحدَثْ يُح ِدث ُ ْهُ أَ َحد ُ ُه َما‬، ِْ‫ن فِي للا‬
ُْ ‫ َوال ُمحد‬، ْ‫ِث شَر‬ ِْ َ‫َو َما ت ََوادْ َر ُجال‬
ْ‫شَر‬

“Tidaklah ada dua orang yang saling mencintai karena Allah lalu berpisah (berselisih)
di antara keduanya kecuali dikarenakan suatu ucapan yang diada-adakan salah satu
diantara keduanya. Pengada-ada itu jelek, pengada-ada itu jelek, pengada-ada itu
jelek.” (HR Ahmad, dikatakan Ibnu Muflih, sanadnya jayyid)

2. Kemaksiatan-kemaksiatan

Bentuk kemaksiatan yang secara tegas disebutkan sebagai sarana syaithan untuk
menimbulkan permusuhan adalah meminum khamar dan berjudi,

ِْ‫ن الص َالة‬


ِْ ‫ع‬
َ ‫ّللا َو‬ َ ْ‫صدكُْم‬
ِْ ‫عنْ ذِك ِْر‬ ُ َ‫ِر َوي‬
ِْ ‫ضا َْء فِي الخَم ِْر َوال َميس‬ َ ‫ان أَنْ يُوقِ َْع َبينَ ُك ُْم ال َعدَ َاوْةَ َوال َبغ‬ َ ‫ِإن َما ي ُِري ْدُ الشي‬
ُْ ‫ط‬
َ
َْ‫فَ َهلْ أنتُمْ ُمنت َ ُهون‬

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan


kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah, 5: 91)

Khamar itu merusak akal. Sedangkan akal itulah yang berfungsi mengendalikan
kehendak, kecerdasan, serta kemampuan membedakan antara baik dan
buruk. Begitu pula judi, ia mengandung unsur negatif yaitu menghabiskan harta dan
menanamkan rasa iri dan dengki. Kedua- duanya mengandung perusakan mental.
Dari dua hal inilah biasanya keonaran dan perkelahian terjadi.
Target Hizbus Syaithan

Kedelapan strategi dan langkah hizbusy syaithan itu dilakukan dalam rangka:

Pertama, penyesatan (tadhlil).

Mereka menghendaki kebenaran menjadi tersamarkan (ghumuudul-haq), atau


bercampur baur dengan kebatilan (labsul-haq bil-bathil), sehingga
bergelimpanganlah korban-korban penyesatan (dhohiyyatut-tadhlil).

َ ُ‫ّللاُ فَلَنْ ت َِج ْدَ لَ ْه‬


ْ‫سبِيال‬ ْ ‫ل‬ ِْ ‫ى َٰ َهؤُ َل ِْء ْۚ َو َمنْ يُض ِل‬ ْ َ ‫ى َٰ َهؤُ َل ِْء َو‬
َْٰ َ‫ل إِل‬ ْ َ َْ‫ُمذَبذَبِينَْ بَينَْ َٰذَ ِلك‬
َْٰ َ‫ل إِل‬

“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan
itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk
memberi petunjuk) baginya.” (QS. An-Nisa, 4: 143)

Kedua, intimidasi/menakut-nakuti manusia (takhwif).

Dengan strategi dan langkah-langkah mereka, akan bermunculanlah orang-orang


yang kehilangan keberaniannya (‘adamus syaja’ah); mereka menyembunyikan
kebenaran (kitmanul haq) karena takut terhadap resiko perjuangan. Maka
bergelimpanganlah korban-korban intimidasi (dhohiyyatut-takhwif). Padahal
Allah Ta’ala menghendaki hamba-hamba-Nya mampu berdiri tegar di hadapan
kebatilan.

َْ‫ون ِإنْ كُنتُمْ ُمؤ ِمنِين‬ ْ َ َ‫ف أَو ِليَا َءْهُ ف‬


ِْ ُ‫ال تَخَافُو ُهمْ َوخَاف‬ َ ‫ِإن َما َٰذَ ِل ُك ُْم الشي‬
ُْ ‫ط‬
ُْ ‫ان يُخ َِو‬

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran, 3:
175).

Dengan kata lain, adanya tadhlil (penyesatan) dan takhwif (intimidasi) akan
memunculkan

pribadi yang tidak lurus (syakhshiyyah ghoiri rasyiidah), yaitu pribadi yang suka
berkhianat dan tidak bertanggung jawab (al-khiyaanah), seperti Bani Israil yang
enggan berjihad sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an (lihat: QS. Al-Maidah,
5:24); pribadi beku yang tidak mau melakukan perubahan (al-jumuud), dan pribadi
pengecut (al-jubnu), yang takut terhadap resiko perjuangan.

Anda mungkin juga menyukai