Allah Ta’ala telah menciptakan berbagai makhluk dari asal kejadian yang berbeda-
beda. Dia menciptakan manusia berasal dari tanah,
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15: 26)
ْوم
ِ َار الس ُم ُْ َوال َجانْ َخلَقنَاْهُ ِمنْ قَب
ِْ ل ِمنْ ن
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS.
Al-Hijr, 15: 27)
ْف لَكُم ِ ت ال َمالَئِ َك ْةُ ِمنْ نُورْ َو ُخ ِلقَْ ال َجانْ ِمنْ َم
ِ ارجْ ِمنْ نَارْ َو ُخ ِلقَْ آدَ ُْم ِمما ُو
َْ ص ِْ َُخ ِلق
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari nyala api, sedang Adam (manusia)
diciptakan dari tanah sebagaimana diceritakan kepadamu (oleh firman Allah).” (HR.
Muslim)
*****
Begitupula jin,
“…dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami
ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-
beda.” (QS. Jin, 72: 11)
“…dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula)
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka
mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.” (QS. Jin, 72: 14)
Sedangkan malaikat dijadikan sepenuhnya taat kepada Allah Ta’ala. Hal ini
diisyaratkan oleh firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim,
66:6).
Kita begitu familier dengan kata ‘Syaithan’ atau ‘Setan’, juga ‘Iblis’. Siapakah mereka?
Makhluk apakah mereka itu?
‘dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya,
maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.’ (QS. Al-An’am, 6:
112).”[2]
Apa yang diungkapkan oleh Syaikh Sayyid Sabiq dan Syaikh Ahmad Muthafa Al-
Maraghi di atas, senada dengan apa yang disampaikan Ibnu
Katsir, rahimahumullah: “Syaithan adalah setiap makhluk yang menentang dan
menlanggar tuntunan para Nabi.”[3]
Adapun Iblis adalah nenek moyang seluruh syaithan. Lebih lanjut Syaikh Sayyid
Sabiq rahimahullah menjelaskan, “Iblis yakni nenek moyang seluruh syaithan itu akan
tetap hidup sampai hari kiamat. Ia sendiri dahulu memang pernah meminta kepada
Allah Ta’ala agar tidak dimatikan sampai hari kiamat dan permintaannya itu
dikabulkan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’anul Karim:
ِ ُت ال َْمعل
ْوم َْٰ َظ ِرينَْ ِإل
ِْ ى َيو ِْم ال َوق َ ل فَإِنكَْ ِمنَْ ال ُمن
َْ قَا
‘Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari
yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)’. (QS. Shad, 38: 80 – 81)
Iblis juga memiliki keturunan, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’anul Karim,
َْ أَفَتَت ِخ ْذُونَ ْهُ َوذُ ِريتَ ْهُ أَو ِليَا َْء ِمنْ دُونِي َو ُهمْ لَ ُكمْ َعدُوْ ْۚ ِبئ
ْس ِللظا ِل ِمينَْ بَدَل
َ ن أَيدِي ِهمْ َو ِمنْ خَل ِف ِهمْ َو َعنْ أَي َمانِ ِهمْ َو
ْعن ِْ يم ثُمْ ََلتِْيَن ُهمْ ِمنْ بَي
َْ طكَْ ال ُمستَ ِق ِ ْل فَبِ َما أَغ َويتَنِي ََلَقعُدَنْ لَ ُهم
َ ص َرا َْ قَا
َْل ت َِج ْدُ أَكثَ َرهُمْ شَا ِك ِرينْ َ ش َمائِ ِل ِهمْ ْۚ َوَ
“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).” (QS. Al-A’raf, 7: 16-17)
Maka, sudah sepantasnya kita selalu bersikap waspada dan bersiap siaga
menghadapi tipu daya golongan/kelompok syaithan ini, serta menjadikannya
sebagai musuh sejati dalam kehidupan. Allah Ta’ala berfirman,
Ingatlah, serangan yang dilancarkan oleh hizbus syaithan ini bisa datang kapan saja
dari berbagai penjuru. Perhatikanlah sekali lagi kalimat: “…saya akan mendatangi
mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka….” (QS.
Al-A’raf, 7: 16-17).
‘Serangan’ dari arah depan maknanya menurut Ibnu Abbas adalah menanamkan
keraguan tentang akhirat; atau menurut Qatadah maknanya adalah menyampaikan
informasi bahwa tidak mungkin akan ada kebangkitan, surga dan neraka.
‘Serangan’ dari arah belakang maknanya menurut Ibnu Abbas adalah merangsang
kepada cinta dunia; atau menurut Qatadah maknanya adalah memperhias dunia dan
mendorong manusia (agar cenderung, red.) ke sana.
‘Serangan’ dari arah sebelah kanan maknanya menurut Ibnu Abbas adalah
meragukan perintah agama; atau menurut Qatadah maknanya adalah
memperlambat untuk melakukan kebaikan.
‘Serangan’ dari arah sebelah kiri maknanya menurut Ibnu Abbas dan Qatadah adalah
merangsang berbuat dosa atau maksiat.[5]
Kondisi ciri yang pertama kemudian memunculkan ciri yang Kedua, yaitu ansaahum
dzikrallah; mereka lupa dan tidak ingat kepada Allah Ta’ala; tidak memahami
kemuliaan dan kedudukan-Nya yang agung. Tidak tahu, tidak mau tahu, serta
melupakan shibghatallah (celupan—agama Allah Ta’ala).
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan
itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujaadilah, 58: 19)
Perlawanan terhadap mereka harus kita lakukan dengan cara mengokohkan diri
dalam agama Allah Ta’ala,
“Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan
hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah, 2: 138)
Shibghah Allah maknanya adalah celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang
tidak disertai dengan kemusyrikan. Diriwayatkan pula dari Adh-Dhahhak dari Ibnu
‘Abbas, bahwa shibghatallah yaitu: “Agama Allah”. Hal senada diriwayatkan dari
Mujahid, Abul ‘Aliyah, ‘Ikrimah, Ibrahim, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, ‘Abdullah bin
Katsir, ‘Athiyah al-‘Aufi, Rabi’ bin Anas, as-Suddi, dan lain-lain.
“Tidak seorang pun di antara kalian kecuali bersamanya ada qarinnya dari Jin”. Para
sahabat bertanya: ”Engkau juga, ya Rasulullah?” Jawab Rasulullah, “Termasuk saya,
tetapi Allah telah menolong saya di atasnya, maka saya selamat. Sehingga ia tidak
menyuruhku kecuali kepada yang baik”. (HR Muslim).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya, al-waswas, bahwa makna yang dimaksud ialah syaitan yang membisikkan
godaannya; namun apabila yang digodanya taat kepada Allah, maka syaitan
bersembunyi. Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
َْسبُونَْ أَن ُهم مهتَدُونَ ل َو َيح ِْ ن الس ِبي ِْ عَ ْصدونَ ُهم ُ طاناْ فَ ُه َْو لَ ْهُ قَ ِرينْ َو ِإن ُهمْ لَ َي
َ ن نُقَيِضْ لَ ْهُ شَي
ِْ ش َعن ذِك ِْر الرح َم ُْ وَ َمن يَع
ين َولَن يَنفَ َع ُك ُْم ال َيو َْم ِإذ ظلَمتُمْ أَنكُمْ ِفى
ُْ س القَ ِر ِْ ل يالَيتَْ بَي ِني َو َبينَكَْ بُع ْدَ ال َمش ِرقَي
َْ ن فَ ِبئ َْ َحتى ِإذَا َجآ َءنَا قَا
َْب ُمشت َِر ُكون ِْ ال َعذَا
“Barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah (Petunjuk Allah) Yang Maha
Pemurah (yaitu Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka
syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” ( Qs. Az Zukhruf : 36)
Di era digital saat ini media waswasah dari hizbus syaithan semakin variatif dan
modern; buku, koran, majalah, film, website, media sosial, dan lain-lain; semuanya
dapat membisikkan pikiran dan dorongan jahat kepada jiwa. Waspadalah terhadap
segala bentuk bisikan. Renungkanlah kisah bapak dan ibu kita, Adam dan Hawa,
serta akibat yang terjadi kepada mereka disebabkan menuruti waswasah dari Iblis.[6]
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan
itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujaadilah, 58: 19)
“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah
dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula)
sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi, 18:
57)
Petunjuk agama yang datang kepada mereka hanyalah menjadi bahan mainan dan
senda gurau. Mereka benar-benar telah ingkar kepada petunjuk Allah Ta’ala.
سوا ِلقَا َْء يَو ِم ِهمْ َٰ َهذَا َو َما َكانُوا ِبآيَاتِنَا َ الذِينَْ ات َخذُوا دِينَ ُهمْ لَهوا َولَ ِعبا َوغَرت ُه ُْم ال َحيَاْة ُ الدنيَا ْۚ فَاليَو َْم نَن
ُ َسا ُهمْ َك َما ن
َْيَج َحدُون
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda
gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami
melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari
ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” (QS. Al-A’raf, 7:
51)
Selain itu, mereka pun menjadikan hamba-hamba Allah Ta’ala yang beriman sebagai
buah ejekan dan bahan tertawaan. Hal ini semakin membuat mereka jauh dan lupa
kepada Allah Ta’ala,
َ ى أَن
َْسو ُكمْ ذِك ِري َوكُنتُمْ ِْمن ُهمْ ت َض َح ُكون َْٰ فَاتخَذت ُ ُمو ُهمْ ِسخ ِريًّا َحت
“…lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek
mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu
mentertawakan mereka.” (QS. 23: 110)
Berikutnya, saat mereka telah bergembira dan bersenang hati dengan nikmat yang
telah diberikan Allah Ta’ala dan beranggapan bahwa yang mereka peroleh itu benar-
benar merupakan hak mereka, maka Allah Ta’ala menimpakan azab kepada mereka
dengan tiba-tiba, sehingga mereka berduka cita dan putus asa dari rahmat-Nya.
ِ علَى َم َع
ْاصي ِْه َما ي ُِحبْ فَإِن َما ُه َْو اس ِتد َراج ْ َِْإذَا َرأَيت
َ ّللاَ يُع ِطي العَب ْدَ ِمنْ الدنيَا
ُ ى إِذَا فَ ِر ُحوا بِ َما أُوتُوا أَخَذْنَا ُهمْ َبغتَةْ فَإِذَا ُهمْ ُمب ِل
َْسون َْ سوا َما ذُ ِك ُروا بِ ِْه فَتَحنَا َعلَي ِهمْ أَب َو
ِْ اب ُك
َْٰ ل شَيءْ َحت ُ َفَلَما ن
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa.” (QS. Al-An’am, 6: 44). (HR. Ahmad).
Di akhirat, mereka yang lupa kepada Allah Ta’ala akan dilupakan dan disiksa dengan
siksaan yang keras,
َ ل َك َٰذَ ِلكَْ أَت َتكَْ آيَاتُنَا فَنَسِيتَ َها ْۚ َو َك َٰذَ ِلكَْ اليَو َْم تُن
ْس َٰى َْ قَا
“Allah berfirman: ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan’”. (QS. Thaha, 20:
126)
ََْاص ِرين ُْ سا ُكمْ َك َما نَسِيتُمْ ِلقَا َْء يَو ِم ُكمْ َٰ َهذَا َو َمأ َوا ُك ُْم الن
ِ ار َو َما لَ ُكمْ ِمنْ ن َ ل اليَو َْم نَن
َْ َوقِي
“Dan dikatakan (kepada mereka): ‘Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana
kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini, dan tempat kembalimu ialah
neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong’”. (QS. Al-Jatsiyah, 45: 34)
َْ َفَذُوقُوا ِب َما نَسِيتُمْ ِلقَا َْء َيو ِم ُكمْ َٰ َهذَا إِنا نَسِينَا ُكمْ ْۚ َوذُوقُوا َعذ
َْاب ال ُخل ِْد ِب َما كُنتُمْ ت َع َملُون
“Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan
dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah
siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.” (QS. AS-Sajdah, 32: 14)
“…dan syaitan itu mengatakan: ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-
hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar
akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka…’” (QS. An-Nisa: 118 – 119)
Syaithan telah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menggoda dan mengganggu
sejumlah manusia. Ia akan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan
khayalan-khayalan dan angan-angan kosong, sehingga mereka memandang baik
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Ta’ala, serta menanamkan di dalam
hati dan pikirannya bahwa kesenangan hidup di dunia adalah kesenangan yang pasti
tercapai sedang kesenangan dan kebahagiaan di akhirat adalah kesenangan yang
diragukan adanya.
Berhati-hatilah terhadap lagu-lagu, film, sinetron, cerpen, novel, atau puisi yang
berisi angan-angan yang menyesatkan; menanamkan pikiran-pikiran tentang
gambaran tuhan, kehidupan manusia, alam ghaib, dan alam semesta hanya
berdasarkan asumsi atau perkiraan yang dibuat-buat tanpa pijakan dari kitabullah
dan sunnah rasul-Nya.
Jangan sampai kita terkena penyakit kaum Bani Israil yang disebutkan oleh
Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an,
“Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat),
kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS. Al-
Baqarah, 2: 78)
Makna amaniyya dalam ayat ini adalah kebohongan (tentang agama/keyakinan, red.)
yakni yang mereka dengar dari para pemimpin mereka lalu mereka terima dan
percayai.[7]
Iblis dan syaithan selalu melakukan kampanye dan propaganda dengan janji-janji
indah tapi palsu.
ُ ْان إِل
غ ُرورْا َ َي ِعد ُ ُهمْ َويُ َمنِي ِهمْ ْۚ َو َما َي ِعدُ ُه ُْم الشي
ُْ ط
Orang-orang yang mengikuti hizbus syaithan, ketika di akhirat nanti akan menagih
janji kepada syaithan, akan tetapi ia memungkirinya.
“Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: ‘Ikutilah jalan
kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu’, padahal mereka (sendiri)
sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah
benar-benar orang pendusta.” (QS. Al-Ankabut, 29: 12)
Tipu daya yang dilancarkan oleh golongan syaithan banyak sekali. Dalam al-Qur’an
Allah Ta’ala menyebutkan jenis-jenis tipu daya yang mereka lakukan, diantaranya
adalah:
Mereka terus menerus melakukan tipu daya, akan tetapi sedahsyat apa pun tipu daya
mereka, hakikatnya tidak akan pernah bisa mengatasi tipu daya Allah Ta’ala,
إِن ُهمْ يَ ِكيدُونَْ َكيدا َوأَ ِكي ْدُ َكيدْا
“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-
benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (QS. At-
Thariq, 86: 15 – 16)
“Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-
sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat
mengalahkan mereka’”. (QS. Fushilat, 41:26).
Cara lain yang mereka gunakan untuk menghalangi jalan Allah Ta’ala adalah dengan
melakukan semantic game (permainan bahasa); orang-orang yang komitmen
terhadap Islam mereka sebut sebagai fundamentalis, radikal, ekstrim kanan,
dan stereotype (julukan jelek) lainnya. Hal ini telah terjadi di sepanjang sejarah
kehidupan, manakala as-shira’u bainal haq wal bathil—pertempuran antara al-haq
dan al-bathil—berlangsung. Nabi Nuh ‘alaihis salam disebut oleh para pemuka
kaumnya sebagai orang sesat/menyimpang (QS. Al-A’raf, 7: 60), Nabi Huud ‘alaihis
salam dihina kaumnya, ia dicela sebagai orang safih bahkan pendusta (QS. Al-A’raf, 7:
66), Nabi Luth ‘alaihis salam dihina dengan uangkapan ‘sok suci’ (QS. Al-A’raf, 7: 82),
dan lain-lain.
Syaithan selalu berusaha merusak urusan agama dan dunia umat manusia. Diantara
cara yang dilakukannya adalah menimbulkan permusuhan di antara mereka. Inilah
yang tidak akan pernah berhenti dilakukan meskipun tujuan utamanya tidak tercapai.
Oleh karena itu, guna menjaga diri dari perselisihan, Allah Ta’ala menganjurkan agar
manusia menjaga lisannya dari perkataan yang buruk.
Berkenaan dengan ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala
memerintahkan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyeru
hamba-hamba Allah Ta’ala yang beriman supaya berkata dalam pembicaraan dan
perbincangan mereka dengan ucapan yang paling baik dan perkataan yang paling
bagus.
Jika mereka tidak melakukan hal ini syaithan akan menghasut di antara mereka, lalu
mengantarkan ucapan (yang kurang baik) menjadi perbuatan, dan terjadilah
kerusakan, permusuhan dan pertikaian. Sesungguhnya syaithan itu musuh bagi Adam
dan keturunannya sejak dia menolak untuk sujud kepada Adam. Maka
permusuhannya sangatlah nampak dan jelas.
“Tidaklah ada dua orang yang saling mencintai karena Allah lalu berpisah (berselisih)
di antara keduanya kecuali dikarenakan suatu ucapan yang diada-adakan salah satu
diantara keduanya. Pengada-ada itu jelek, pengada-ada itu jelek, pengada-ada itu
jelek.” (HR Ahmad, dikatakan Ibnu Muflih, sanadnya jayyid)
2. Kemaksiatan-kemaksiatan
Bentuk kemaksiatan yang secara tegas disebutkan sebagai sarana syaithan untuk
menimbulkan permusuhan adalah meminum khamar dan berjudi,
Khamar itu merusak akal. Sedangkan akal itulah yang berfungsi mengendalikan
kehendak, kecerdasan, serta kemampuan membedakan antara baik dan
buruk. Begitu pula judi, ia mengandung unsur negatif yaitu menghabiskan harta dan
menanamkan rasa iri dan dengki. Kedua- duanya mengandung perusakan mental.
Dari dua hal inilah biasanya keonaran dan perkelahian terjadi.
Target Hizbus Syaithan
Kedelapan strategi dan langkah hizbusy syaithan itu dilakukan dalam rangka:
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan
itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk
memberi petunjuk) baginya.” (QS. An-Nisa, 4: 143)
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran, 3:
175).
Dengan kata lain, adanya tadhlil (penyesatan) dan takhwif (intimidasi) akan
memunculkan
pribadi yang tidak lurus (syakhshiyyah ghoiri rasyiidah), yaitu pribadi yang suka
berkhianat dan tidak bertanggung jawab (al-khiyaanah), seperti Bani Israil yang
enggan berjihad sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an (lihat: QS. Al-Maidah,
5:24); pribadi beku yang tidak mau melakukan perubahan (al-jumuud), dan pribadi
pengecut (al-jubnu), yang takut terhadap resiko perjuangan.