Anda di halaman 1dari 11

Sihir dan Perdukunan Perusak Tauhuhid

Fenomena kesyirikan dan pelanggaran tauhid banyak terjadi di masyarakat kita, karena kurangnya
pengetahuan mereka tentang masalah tauhid dan keimanan, serta hal-hal yang bisa mendangkalkan
bahkan merusak akidah (keyakinan) seorang muslim.

Kenyataan ini diisyaratkan dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya dalam firman Allah Ta’ala,

َ ‫}و َما ي ُْؤمِنُ أَ ْك َث ُر ُه ْم ِباهَّلل ِ إِاَّل َو ُه ْم ُم ْش ِر ُك‬


{‫ون‬ َ

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain)” (QS Yusuf:106).

Ibnu Abbas menjelaskan arti ayat ini, “Kalau ditanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan
langit? Siapakah yang menciptakan bumi? Siapakah yang menciptakan gunung? Maka mereka akan
menjawab: “Allah (yang menciptakan semua itu)”, (tapi bersamaan dengan itu) mereka
mempersekutukan Allah (dengan beribadah dan menyembah kepada selain-Nya)[1].

Semakna dengan ayat di atas Allah Ta’ala juga berfirman,

{‫ِين‬ ِ ‫}و َما أَ ْك َث ُر ال َّن‬


َ ‫اس َولَ ْو َح َرصْ تَ ِبم ُْؤ ِمن‬ َ

“Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman yang benar) walaupun kamu sangat
menginginkannya” (QS Yusuf:103).

Artinya: Mayoritas manusia walaupun kamu sangat menginginkan dan bersungguh-sungguh untuk
(menyampaikan) petunjuk (Allah), mereka tidak akan beriman kepada Allah (dengan iman yang benar),
karena mereka memegang teguh (keyakinan) kafir (dan syirik) yang merupakan agama (warisan) nenek
moyang mereka[2].
Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menegaskan hal ini dalam sabda
beliau:

«‫ان‬ َ ‫َّاع ُة َح َّتى َت ْل َحقَ َق َبا ِئ ُل مِنْ أُ َّمتِي ِب ْال ُم ْش ِرك‬


َ ‫ِين َو َح َّتى َيعْ ُبدُوا األَ ْو َث‬ َ ‫»الَ َتقُو ُم الس‬

“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah (suku/kelompok) dari umatku bergabung
dengan orang-orang musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (segala sesuatu yang disembah
selain Allah Ta’ala)”[3].

Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan syirik terus ada dan terjadi di umat Islam
sampai datangnya hari kiamat[4].

Tukang sihir dan dukun adalah Thagut sekaligus syaitan dari kalangan manusia

Allah Ta’ala berfirman,

َ ُ‫ ي ُْلق‬،‫ َتنز ُل َعلَى ُك ِّل أَ َّفاكٍ أَث ٍِيم‬، ُ‫} َه ْل أ ُ َن ِّب ُئ ُك ْم َعلَى َمنْ َتنز ُل ال َّشيَاطِ ين‬
َ ‫ون السَّمْ َع َوأَ ْك َث ُر ُه ْم َكا ِذب‬
{‫ُون‬

“Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun
kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Syaitan-
syaitan tersebut menyampaikan berita yang mereka dengar (dengan mencuri berita dari langit, kepada
para dukun dan tukang sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta” (QS asy-Syu’araa’:221-
223).

Imam Qatadah[5] menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “para pendusta lagi banyak berbuat
jahat/buruk” adalah para dukun dan tukang sihir[6], mereka itulah teman-teman dekat para syaitan
yang mendapat berita yang dicuri para syaitan tersebut dari langit[7].

Bahkan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud ketika menafsirkan firman Allah,
{‫ُف ْال َق ْو ِل ُغرُورً ا‬
َ ‫ض ُز ْخر‬ ُ ْ‫س َو ْال ِجنِّ يُوحِي َبع‬
ٍ ْ‫ض ُه ْم إِلَى َبع‬ ِ ‫ين اإْل ِ ْن‬
َ ِ‫@ًًُّوا َشيَاط‬A‫}و َك َذل َِك َج َع ْل َنا ِل ُك ِّل َن ِبيٍّ َعد‬
َ

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari kalangan)
manusia dan (dari kalangan) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-
perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112).

Baliau radhiyallahu ‘anhu berkata, “Para dukun (dan tukang sihir) adalah syaitan-syaitan (dari kalangan)
manusia”[8].

Dalam atsar/riwayat yang lain sahabat yang mulia Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya
tentang arti “Thagut”, beliau t berkata: “mereka adalah para dukun yang syaitan-syaitan turun kepada
mereka”[9].

Thagut adalah segala sesuatu yang dijadikan sembahan selain Allah Ta’ala dan dijadikan sekutu bagi-
Nya[10]. Allah Ta’ala telah mewajibkan kita untuk mengingkari dan menjauhi Thagut dalam segala
bentuknya, bahkan tidak akan benar keimanan dan tauhid seorang hamba tanpa mengingkari dan
menjauhinya. Allah Ta’ala berfirman,

َّ ‫}ولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة َرسُوال أَ ِن اُعْ ُبدُوا هَّللا َ َواجْ َت ِنبُوا‬
{ َ‫الطا ُغوت‬ َ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu” (QS an-Nahl:36).

Dalam ayat lain Dia Ta’ala berfirman,

َ ِ‫ك ِب ْالعُرْ َو ِة ْالوُ ْث َقى ال ا ْنف‬


{‫صا َم لَ َها َوهَّللا ُ َسمِي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ت َوي ُْؤمِنْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد اسْ َت ْم َس‬ َّ ‫} َف َمنْ َي ْكفُرْ ِب‬
ِ ‫الطا ُغو‬

“Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah (semata-mata), maka
sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat (dan) tidak akan putus (kalimat
tauhid Laa ilaaha illallah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS al-Baqarah:256).
Demikianlah profil sangat buruk para dukun dan tukang sihir, tapi mengapa masih saja ada orang yang
mau mempercayai mereka, bahkan menyandarkan nasib hidup mereka kepada teman-teman syaitan
ini? Bukankah ini merupakan kebodohan yang nyata dan penentangan besar terhadap Allah Ta’ala dan
agama-Nya?

Termasuk dalam kategori dukun dan tukang sihir adalah tukang santet, tukang tenung, ahli nujum,
peramal, dan orang yang disebut sebagai “paranormal”[11] atau “orang pintar”.

Praktek kufur dan syirik yang biasa dilakukan oleh para dukun dan tukang sihir

Allah Ta’ala berfirman,

ُ
{ ‫ْن ِب َب ِاب َل‬ ِ ‫اس السِّحْ َر َو َما أنز َل َعلَى ْال َملَ َكي‬ َ ‫ُون ال َّن‬َ ‫ين َك َفرُوا ُي َعلِّم‬َ ِ‫ان َو َما َك َف َر ُسلَ ْي َمانُ َولَكِنَّ ال َّشيَاط‬ َ ‫َوا َّت َبعُوا َما َت ْتلُو ال َّشيَاطِ ينُ َعلَى م ُْلكِ ُسلَ ْي َم‬
‫ارِّين‬
َ ‫ض‬ َ ‫ون ِب ِه َبي َْن ْال َمرْ ِء َو َز ْو ِج ِه َو َما ُه ْم ِب‬ َ ‫ان مِنْ أَ َح ٍد َح َّتى َيقُوال إِ َّن َما َنحْ نُ فِ ْت َن ٌة َفال َت ْكفُرْ َف َي َت َعلَّم‬
َ ُ‫ُون ِم ْن ُه َما َما ُي َفرِّ ق‬ ِ ‫َهارُوتَ َو َمارُوتَ َو َما ي َُعلِّ َم‬
َ‫س َما َش َر ْوا ِب ِه أَ ْنفُ َس ُه ْم ل ْو‬ ْ َ
َ ‫الق َول ِبئ‬ َ ْ َ َ ْ
ٍ ‫ُون َما َيضُرُّ ُه ْم َوال َين َف ُع ُه ْم َول َق ْد َعلِمُوا ل َم ِن اش َت َراهُ َما ل ُه فِي اآلخ َِر ِة مِنْ َخ‬ َ ‫ِب ِه مِنْ أَ َح ٍد إِال ِبإِ ْذ ِن هَّللا ِ َو َي َت َعلم‬
َّ
َ ‫} َكا ُنوا َيعْ لَم‬
‫ُون‬

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia
dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu
apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin
Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri mereka sendiri dan tidak
memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS al-Baqarah:102).

Ayat ini dengan tegas menyatakan kafirnya para dukun dan tukang sihir[12], yang ini disebabkan
perbuatan syirik dan kufur yang mereka lakukan, yaitu:
1- Mengaku-ngaku mengetahui hal-hal yang gaib, padahal ini merupakan kekhususan bagi Allah Ta’ala,
sebagaimana dalam firman-Nya:

{‫ون‬ َ ‫ُون أَي‬


َ ‫َّان ُي ْب َع ُث‬ َ ‫ْب إِال هَّللا ُ َو َما َي ْش ُعر‬
َ ‫ض ْال َغي‬ ِ ‫}قُ ْل ال َيعْ لَ ُم َمنْ فِي ال َّس َم َاوا‬
ِ ْ‫ت َواألر‬

“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah”, dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan” (QS an-Naml:65).

Juga dalam firman-Nya,

َ ‫ْن َي َد ْي ِه َومِنْ َخ ْلفِ ِه َر‬


{‫ص ًدا‬ ُ ُ‫ُول َفإِ َّن ُه َيسْ ل‬
ِ ‫ك مِنْ َبي‬ َ ‫ب َفال ي ُْظ ِه ُر َعلَى غَ ي ِْب ِه أَ َح ًدا إِال َم ِن ارْ َت‬
ٍ ‫ضى مِنْ َرس‬ ِ ‫}عالِ ُم ْالغَ ْي‬
َ

“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun
tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya” (QS al-Jin:26-27).

Imam al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata: “(Para) ahli nujum dan orang-orang
yang seperti mereka (para dukun dan tukang sihir) yang melakukan (praktek perdukunan) dengan
memukul batu-batu kerikil, melihat buku-buku (perdukunan), atau mengusir burung (sebagai tanda
kesialan atau keberuntungan), mereka itu bukanlah rasul yang diridhai-Nya untuk diperlihatkan-Nya
kepada mereka perkara-perkara gaib yang mereka inginkan, bahkan mereka adalah orang yang kafir
(kepada-Nya), berdusta (besar) atas (nama)-Nya dengan kebohongan, penipuan dan prasangka (dusta)
yang mereka (lakukan)”[13].

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu syaikh ketika menjelaskan makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka
sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam”[14].
Beliau berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan kafirnya dukun dan tukang sihir,
karena mereka mengaku-ngaku mengetahui ilmu gaib, yang ini merupakan kekafiran”[15].

Adapun perkara-perkara gaib yang disampaikan oleh para dukun yang terkadang benar, maka itu adalah
berita yang dicuri oleh para syaitan dari langit, lalu mereka sampaikan kepada teman-teman dekat
mereka, yaitu para dukun dan tukang sihir, yang kemudian mencampuradukkan berita tersebut dengan
seratus kedustaan sebelum disampaikan kepada orang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits
shahih[16].

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang al-kuhhaan (para dukun),
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak punya arti
(orang-orang yang hina)”. Kemudian si penanya berkata, Sesungguhnya para dukun tersebut terkadang
menyampaikan kepada kami suatu (berita) yang (kemudian ternyata) benar. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalimat (berita) yang benar itu adalah yang dicuri (dari berita di langit) oleh
jin (syaitan), lalu dimasukkannya ke telinga teman dekatnya (dukun dan tukang sihir), yang kemudian
mereka mencampuradukkan berita tersebut dengan seratus kedustaan”[17].

Peristiwa pencurian berita dari langit oleh para syaitan banyak terjadi di jaman Jahiliyah sebelum
diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam maka itu tidak banyak terjadi, karena Allah Ta’ala telah menjadikan bintang-bintang sebagai
penjaga langit dan pembakar para syaitan yang mencuri berita dari langit[21]. Sebagaimana dalam
firman Allah Ta’ala,

{ ‫ص ًدا‬ َ ‫ َوأَ َّنا ُك َّنا َن ْق ُع ُد ِم ْن َها َم َقاعِ َد لِل َّس ْم ِع َف َمنْ َيسْ َتم ِِع‬.‫ش ُهبًا‬
َ ‫اآلن َي ِج ْد لَ ُه شِ َهابًا َر‬ ُ ‫ِيدا َو‬ ْ ‫}وأَ َّنا لَ َمسْ َنا ال َّس َما َء َف َو َج ْد َنا َها ُملِ َئ‬
ً ‫ت َح َرسًا َشد‬ َ

“(Para Jin itu berkata): “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami
mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami
dahulu (sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dapat menduduki beberapa tempat
di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (setelah diutusnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu)
tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)” (QS al-Jin:8-9).

2- Bekerjasama dengan syaitan dan melakukan perbuatan kufur/syirik sebagai syarat agar syaitan mau
membantu mereka dalam praktek sihir dan perdukunan.
Para dukun dan tukang sihir selalu bekerjasama dengan para jin dan setan dalam menjalankan praktek
perdukunan dan sihir mereka, bahkan para jin dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam
praktek tersebut sampai mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allah Ta’ala, misalnya
mempersembahkan hewan qurban untuk para jin dan setan tersebut, menghinakan al-Qur’an dengan
berbagai macam cara, atau perbuatan-perbuatan kafir lainnya[19]. Allah Ta’ala berfirman,

{‫ال م َِن ْال ِجنِّ َف َزادُو ُه ْم َر َه ًقا‬


ٍ ‫ون ِب ِر َج‬ ُ ‫س َيع‬
َ ‫ُوذ‬ َ ‫}وأَ َّن ُه َك‬
ِ ‫ان ِر َجا ٌل م َِن اإْل ِ ْن‬ َ

“Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS
al-Jin:6).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

{ َ‫ض َو َبلَ ْغ َنا أَ َجلَ َنا الَّذِي أَجَّ ْلت‬


ٍ ْ‫ض َنا ِب َبع‬ ِ ‫ َو َقا َل أَ ْولِ َياؤُ ُه ْم م َِن اإل ْن‬،‫س‬
ُ ْ‫س َر َّب َنا اسْ َت ْم َت َع َبع‬ ِ ‫ش ُر ُه ْم َجمِيعً ا َيا َمعْ َش َر ْال ِجنِّ َق ِد اسْ َت ْك َثرْ ُت ْم م َِن اإل ْن‬
ُ ْ‫َو َي ْو َم َيح‬
َ ‫ِين فِي َها إِال َما َشا َ@ء هَّللا ُ إِنَّ َرب‬
‫َّك َحكِي ٌم َعلِي ٌم‬ َ ‫ َقا َل ال َّنا ُر َم ْث َوا ُك ْم َخا ِلد‬،‫}لَ َنا‬

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Dia berfirman): “Hai
golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah
teman-teman dekat mereka dari golongan manusia (para dukun dan tukang sihir): “Ya Rabb kami,
sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapatkan kesenangan/manfaat dari sebagian (yang lain) dan
kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah
tempat tinggal kalian, sedang kalian kekal didalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”.
Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui” (QS al-An’aam:128).

Imam al-Qurthubi berkata: “Kesenangan/manfaat yang didapatkan jin dari manusia adalah dengan
berita bohong menakutkan, perdukunan dan sihir yang diberikan jin kepada manusia (dukun dan tukang
sihir)”[20].

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Jin (syaitan) mendapatkan kesenangan dengan manusia
mentaatinya, menyembahnya, mengagungkannya dan berlindung kepadanya (berbuat syirik dan kufur
kepada Allah Ta’ala). Sedangkan manusia mendapatkan kesenangan dengan dipenuhi dan tercapainya
keinginannya dengan sebab bantuan dari para jin untuk memuaskan keinginannya. Maka orang yang
menghambakan diri pada jin (sebagai imbalannya) jin tersebut akan membantunya dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya”[21].

Oleh karena itulah, syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz ketika menerangkan sebab kafirnya para dukun dan
tukang sihir, beliau berkata, “…Karena dukun dan tukang sihir mengaku-ngaku (mengetahui) ilmu gaib,
dan ini adalah kekafiran, juga karena mereka tidak akan (mungkin) mencapai tujuan mereka (melakukan
sihir dan perdukunan) kecuali dengan melayani jin (syaitan) dan menjadikannya sembahan selain Allah,
dan ini adalah perbuatan kufur kepada Allah dan syirik (menyekutukan Allah Ta’ala)”[22].

Hukum mendatangi dukun dan tukang sihir

Mendatangi dan bertanya kepada teman-teman dekat syaitan ini adalah perbuatan dosa yang sangat
besar dan bahkan bisa jadi merupakan kekafiran kepada Allah Ta’ala[23], dengan perincian sebagai
berikut:

– Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, tanpa membenarkannya (hanya sekedar
bertanya), maka ini hukumnya dosa yang sangat besar dan tidak diterima shalatnya selama empat puluh
hari[24], berdasarkan sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang mendatangi
tukang ramal (orang yang mengaku mengetahui ilmu gaib, termasuk dukun dan tukang sihir[25]),
kemudian bertanya tentang sesuatu hal kepadanya, maka tidak akan diterima shalat orang tersebut
selama empat puluh malam (hari)”[26].

– Mendatangi dan bertanya kepada mereka tentang sesuatu, kemudian membenarkan ucapan/berita
yang mereka sampaikan, maka ini adalah kufur/kafir terhadap Allah Ta’ala[27], berdasarkan sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian
membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”[28].

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu syaikh berkata: “Orang yang membenarkan dukun dan tukang sihir,
meyakini (benarnya ucapan mereka), dan meridhai hal tersebut, maka ini merupakan kekafiran (kepada
Allah Ta’ala)”[29].
Bolehkah menghilangkan/mengobati sihir dengan bantuan dukun/tukang sihir?

Jawabnya: jelas tidak boleh, karena kalau mendatangi dan membenarkan tukang sihir/dukun adalah
perbuatan kafir kepada Allah Ta’ala, maka terlebih lagi meminta bantuan kepada mereka untuk
menghilangkan sihir![30].

Oleh karena itu, dalam hadits yang shahih, ketika Rasulullah r ditanya tentang an-Nusyrah (cara
mengobati sihir) yang biasa dilakukan orang-orang di jaman Jahiliyah, yaitu dengan meminta tukang
sihir/dukun atau memakai sihir untuk menghilangkan sihir tersebut[31], Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Itu termasuk perbuatan syaitan”[32].

Adapun mengobati sihir dengan ruqyah (pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur-an dan zikir-
zikir dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), ta’awwudzaat (zikir-zikir meminta
perlindungan dari Allah yang bersumber dari Al Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam) yang disyariatkan, dan pengobatan-pengobatan (lain) yang diperbolehkan (dalam agama), maka
ini boleh dilakukan dan inilah pengobatan yang diridhai Allah Ta’ala, serta benar-benar bisa diharapkan
kesembuhannya dengan izin-Nya[33].

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata,“an-Nusyrah adalah (cara) menghilangkan sihir dari orang yang
terkena sihir, yang ini ada dua macam:

(pertama): menghilangkan sihir dengan sihir yang semisalnya (dengan bantuan dukun/tukang sihir).
Inilah yang termasuk perbuatan syaitan (seperti yang disebutkan dalam hadits di atas), karena sihir itu
termasuk perbuatannya, maka (ini dilakukan dengan cara) yang melakukan pengobatan (dukun/tukang
sihir) dan si pasien melakukan pendekatan diri kepada syaitan sesuai dengan yang diinginkan syaitan
tersebut, (agar) kemudian syaitan tersebut menghilangkan sihir dari si pasien.

Yang kedua: menghilangkan sihir dengan ruqyah (pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur-an
dan zikir-zikir dari sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam), ta’awwudzaat (zikir-zikir meminta
perlindungan dari Allah yang bersumber dari Al Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam), do’a-do’a, dan pengobatan-pengobatan (lain) yang diperbolehkan (dalam agama), maka ini
(hukumnya) boleh bahkan dianjurkan (dalam Islam)”[34].
Larangan penggunaan sihir ini juga berlaku dalam perkara-perkara lain, meskipun perkara itu dianggap
baik oleh sebagian orang, misalnya mendekatkan/menguatkan hubungan cinta pasutri, mendamaikan
dua orang yang sedang berselisih, dan lain sebagainya.

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – ketika ditanya
tentang hukum menjadikan harmonis hubungan suami-istri dengan sihir, beliau menjawab: “Ini
(hukumnya) diharamkan (dalam Islam) dan tidak boleh (dilakukan), ini disebut al-Athfu (mendekatkan),
sedangkan sihir yang digunakan untuk memisahkan (suami-istri) disebut ash-Sharfu (memalingkan), dan
ini juga diharamkan (dalam Islam). Bahkan terkadang (perbuatan) ini bisa jadi (hukumnya sampai pada)
kekafiran dan syirik (menyekutukan Allah). Allah Ta’ala berfirman,

{ ‫ين ِب ِه مِنْ أَ َح ٍد إِال‬ َ ‫ون ِب ِه َبي َْن ْال َمرْ ِء َو َز ْو ِج ِه َو َما ُه ْم ِب‬
َ ِّ‫ضار‬ َ ‫ان مِنْ أَ َح ٍد َح َّتى َيقُوال إِ َّن َما َنحْ نُ فِ ْت َن ٌة َفال َت ْكفُرْ َف َي َت َعلَّم‬
َ ُ‫ُون ِم ْن ُه َما@ َما ُي َفرِّ ق‬ ِ ‫َو َما ُي َعلِّ َم‬
ٍ ‫ُون َما َيضُرُّ ُه ْم َوال َي ْن َف ُع ُه ْم َولَ َق ْد َعلِمُوا لَ َم ِن ا ْش َت َراهُ َما َل ُه فِي اآلخ َِر ِة مِنْ َخ‬
‫الق‬ َ ‫}بإِ ْذ ِن هَّللا ِ َو َي َت َعلَّم‬
ِ

“…Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari
dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang
pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri
mereka sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat”(QS
al-Baqarah:102)”[35].

Penutup

Demikianlah penjelasan tentang sihir dan perdukunan, dan pengaruh buruknya dalam merusak tauhid
dan keimanan seorang muslim. Oleh sebab itu, wajib bagi setiap muslim yang ingin menjaga keutuhan
imannya kepada Allah Ta’ala untuk menjauhi bahkan memerangi semua bentuk praktek sihir dan
perdukunan, serta melarang keras dan menasehati orang lain yang masih terpengaruh dengan para
dukun dan tukang sihir untuk menjauhi mereka.

Sebagai penutup, renungkanlah nasehat berharga dari firman Allah Ta’ala berikut,

{‫ِير‬ ِ ‫ إِ َّن َما َي ْدعُو ح ِْز َب ُه لِ َي ُكو ُنوا مِنْ أَصْ َحا‬،‫@ًًُّوا‬A‫ان لَ ُك ْم َعد ٌُّو َفا َّتخ ُِذوهُ َعد‬
ِ ‫ب ال َّسع‬ َ ‫}إِنَّ ال َّشي‬
َ ‫ْط‬
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh (yang nyata) bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena
sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanyalah (ingin) mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS Faathir:6).

‫ وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين‬،‫وصلى هللا وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين‬

Anda mungkin juga menyukai