Din
Masa Depan di Tangan Islam
Di hadapan kita terpampang beragam fenomena
problematika umat yang cukup berat: mayoritas umat—di
berbagai negeri Islam—kini berada dalam keadaan lemah;
baik dalam aspek aqidah, pendidikan, tsaqafah, dakwah,
soliditas, maupun akhlak. Belum lagi problematika akibat
penjajahan di masa lalu yang masih terasa dampaknya
hingga saat ini dimana negeri-negeri muslim tercerai-
berai; pengaruh dan penjajahan bangsa asing dalam aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya
mencengkram demikian kuat. Umat kini mengalami
kemunduran peradaban, terjangkiti pola pikir yang keliru,
dan kejiwaan mereka pun lemah.
Di sisi lain, kekuatan internasional yang memusuhi Islam
memiliki keunggulan perencanaan, pengorganisasian, dan
sarana-sarana yang sangat memadai. Ringkasnya, kondisi
umat hari ini bagaikan buih sebagaimana disebutkan
dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ك أَ ْن تَ َدا َعى َعلَ ْي ُكم األُ َم ُم َك َما تَ َدا َعى األَ َكلَةُ إِلَى قَصْ َعتِهَا” اَ َو ِم ْن قِلَّ ٍة بِنَا ُ ي ُْو ِش
، َولَ ِكنَّ ُك ْم ُغثَا ٌء َك ُغثَا ِء ال َسي ِْل، “بَلْ اِنَّ ُك ْم يَ ْو َمئِ ٍذ َكثِ ْير ُْو َن:ال
َ َيَ ْو َمئِ ٍذ يَا َرس ُْو َل هللاِ؟ ق
“حُبُّ ال ُد ْنيَا:ال َ َارس ُْو َل هّللا ِ ؟ ق َ َن يbُ َو َما ْال َو ْه:َوقَ ْد نَ َز َل ِب ُك ُم ْال َو ْه ُن” ِقي َْل
ِ َو َك َرا ِهيَةُ ْال َم ْو
ت
“Kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain
sebagaimana orang-orang berebut melahap isi
mangkok.” Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu
jumlah kami sedikit ya Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali
tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit
wahn.” Mereka bertanya lagi: “Apakah penyakit wahn
itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Terlalu cinta
dunia dan takut kepada mati” (HR. Abu Daud).
Meskipun demikian—sebagai seorang muslim—kita
harus tetap memiliki optimisme bahwa masa depan adalah
milik Islam. Hal ini dilandasi keyakinan pada kekuatan
ajaran Islam itu sendiri dan nubuwat yang disampaikan
oleh Allah dan rasul-Nya melalui Al-Qur’an dan sunnah.
ين ِ َو َم ْن يَ ْبتَ ِغ َغي َْر اإْل ِ ْساَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو ِفي اآْل ِخ َر ِة ِم َن ْال َخ
َ اس ِر
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS. Ali Imran, 3: 85).
Oleh karena itu, Islam akan dimenangkan di atas berbagai
ajaran yang telah menyimpang dari manhaj-Nya,
Allah Ta’ala berfriman,
ُ يل هَّللا ِ ۚ فَ َسيُ ْنفِقُونَهَا ثُ َّم تَ ُك
ون ُ َون أَ ْم َوالَهُ ْم لِي
ِ ِ َع ْن َسبbص ُّدوا َ ُين َكفَرُوا يُ ْنفِق bَ إِ َّن الَّ ِذ
َ ين َكفَرُوا إِلَ ٰى َجهَنَّ َم يُحْ َشر
ُون َ ُون ۗ َوالَّ ِذ
َ َعلَ ْي ِه ْم َحس َْرةً ثُ َّم يُ ْغلَب
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan
harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan
Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian
menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-
orang yang kafir itu dikumpulkan” (QS. Al-Anfal, 8: 36).
Ketiga, al-Islamu dinul Insaniyah. Islam adalah agama
yang sesuai dengan kemanusiaan. Ajaran Islam yang
menyentuh aspek aqidah, akhlak, sikap, perasaan,
pendidikan, kemasyarakatan, politik, ekonomi, dan
hukum pasti sejalan dengan eksistensi manusia yang
terdiri dari akal, ruh, dan jasad.
Saat ini materialisme telah menghancurkan kehidupan
masyarakat, sehingga kehidupan sosial semakin
memburuk, rasa kemanusian semakin rapuh dan sikap
saling percaya kepada sesama semakin luntur. Dekadensi
moral dan keretakan keluarga semakin menggejala. Tidak
ada obat penawar bagi kehancuran ini kecuali kembali
kepada dinul Islam dalam seluruh aspeknya.
Karakter insaniyah begitu nyata dalam dinul Islam;
sebagai contoh, di dalam Islam setiap perilaku yang yang
tidak manusiawi pasti akan dilawan; Tidak ada dalam
Islam pembedaan antar sesama muslim hanya karena
perbedaan kulit atau ras. Pun tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, semua muslim adalah sama
sederajat seperti barisan gigi sisir. Duduk sama rendah,
berdiri sama tinggi. Hanya kualitas ketaqwaan yang
membedakan di antara mereka. Artinya siapa yang paling
tinggi derajat ketakwaannya, dialah yang paling tinggi
derajat kemanusiaanya di sisi Allah.
Dalam beribadah pun Islam melarang cara-cara beribadah
yang tidak manusiawi. Hal ini tergambar dari hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
ِ ت أَ ْز َو
اج ِ س ب َْن َمالِ ٍك – رضى هللا عنه – يَقُو ُل َجا َء ثَالَثَةُ َر ْه ٍط إِلَى بُيُو َ َأَن
ون َع ْن ِعبَا َد ِة النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه َ ُالنَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – يَسْأَل
وسلم – فَلَ َّما أُ ْخبِرُوا َكأَنَّهُ ْم تَقَالُّوهَا فَقَالُوا َوأَي َْن نَحْ ُن ِم َن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه
صلِّىَ ُال أَ َح ُدهُ ْم أَ َّما أَنَا فَإِنِّى أ
َ َ ق. وسلم – قَ ْد ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َو َما تَأ َ َّخ َر
آخ ُر أَنَا أَ ْعتَ ِز ُل النِّ َسا َء
َ ال َ َ َوق. آخ ُر أَنَا أَصُو ُم ال َّد ْه َر َوالَ أُ ْف ِط ُر َ ال َ َ َوق. ل أَبَ ًداbَ اللَّ ْي
bَ ال « أَ ْنتُ ُم الَّ ِذ
ين َ َ فَ َجا َء َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – فَق. bفَالَ أَتَ َز َّو ُج أَبَ ًدا
، لَ ِكنِّى أَصُو ُم َوأُ ْف ِط ُر، ُقُ ْلتُ ْم َك َذا َو َك َذا أَ َما َوهَّللا ِ إِنِّى ألَ ْخ َشا ُك ْم هَّلِل ِ َوأَ ْتقَا ُك ْم لَه
رواه » ْس ِمنِّى َ ب َع ْن ُسنَّتِى فَلَي َ فَ َم ْن َر ِغ، صلِّى َوأَرْ قُ ُد َوأَتَ َز َّو ُج النِّ َسا َء َ َُوأ
البخاري
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ada tiga
orang yang mendatangi rumah-rumah istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan ibadah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tatkala diberitahu,
mereka merasa seakan-akan tidak berarti (sangat
sedikit). Mereka berkata: ‘Di mana posisi kami dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau telah
diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang
akan datang.’ Salah satu mereka berkata: ‘Saya akan
qiyamul lail selama-lamanya.’ Yang lain berkata: ‘Aku
akan puasa selamanya.’ Dan yang lain berkata: ‘Aku
akan menghindari wanita, aku tidak akan pernah
menikah.’ Lalu datanglah Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam seraya bersabda: ‘Kaliankah yang bicara ini
dan itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan
yang paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku
berpuasa dan berbuka, aku sholat, aku tidur, dan aku
juga menikah. Barang siapa yang benci terhadap
sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.’” (HR.
Al-Bukhari).
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan contoh yang manusiawi dalam
beribadah. Dengan kata lain, seperti yang dikatakan Imam
An Nawawi: al iqtishaad fil ibadah, artinya tidak terlalu
menyepelekan dan tidak terlalu menyiksa diri di luar batas
kemanusiaannya (lihat: Riyadhush shaalihiin, Imam An-
Nawawi, Darul Warraq 1996, hal. 7).
Umat manusia tidak akan pernah bisa menemukan
kemanusiaanya selama tidak kembali kepada Islam.
Tanpa Islam, mereka benar-benar akan hidup dalam
kebingungan. Pada zaman jahiliah –sebelum datangnya
Islam- kaum wanita didzalimi. Mereka tidak mendapatkan
hak-hak kemanusiaannya sama sekali. Tidak sedikit anak-
anak wanita yang dikubur hidup-hidup. Jauh sebelum itu,
di Romawi pada abad ke VI masehi manusia sungguh
terpuruk dalam kebinatangan. Tontonan yang paling
menyenangkan pada waktu itu adalah pertarungan yang
berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang harus
kehilangan nyawa. Para gladiator diadu dengan sesama
mereka, atau mereka dipaksa harus bertarung melawan
binatang buas seperti singa atau yang lainnya. Suatu
pertarungan yang menunjukkan tingkat kekejaman
manusia terhadap kemanusiaannya sendiri.
Almustaqbal Lihadzaddin
5. Bisyaaraat ()بشارات
Allah memberikan kabar-kabar gembira bagi umat
Islam akan adanya kemenangan yang diberikan pada
hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Di antara kabar
gembira itu adalah:
Kembalinya khilafah 'ala minhaj annubuwwah
Kemenangan umat Islam atas Yahudi
Bertahannya kelompok Islam atas musuh-musuh
mereka
Datangnya pembaharu setiap abad
Turunnya al-Masih
Datangnya al-Mahdi