Anda di halaman 1dari 21

Al-Mustaqbal li Hadzad 

Din
Masa Depan di Tangan Islam
Di hadapan kita terpampang beragam fenomena
problematika umat yang cukup berat: mayoritas umat—di
berbagai negeri Islam—kini berada dalam keadaan lemah;
baik dalam aspek aqidah, pendidikan, tsaqafah, dakwah,
soliditas, maupun akhlak. Belum lagi problematika akibat
penjajahan di masa lalu yang masih terasa dampaknya
hingga saat ini dimana negeri-negeri muslim tercerai-
berai; pengaruh dan penjajahan bangsa asing dalam aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya
mencengkram demikian kuat. Umat kini mengalami
kemunduran peradaban, terjangkiti pola pikir yang keliru,
dan kejiwaan mereka pun lemah.
Di sisi lain, kekuatan internasional yang memusuhi Islam
memiliki keunggulan perencanaan, pengorganisasian, dan
sarana-sarana yang sangat memadai. Ringkasnya, kondisi
umat hari ini bagaikan buih sebagaimana disebutkan
dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫ك أَ ْن تَ َدا َعى َعلَ ْي ُكم األُ َم ُم َك َما تَ َدا َعى األَ َكلَةُ إِلَى قَصْ َعتِهَا” اَ َو ِم ْن قِلَّ ٍة بِنَا‬ ُ ‫ي ُْو ِش‬
،‫ َولَ ِكنَّ ُك ْم ُغثَا ٌء َك ُغثَا ِء ال َسي ِْل‬،‫ “بَلْ اِنَّ ُك ْم يَ ْو َمئِ ٍذ َكثِ ْير ُْو َن‬:‫ال‬
َ َ‫يَ ْو َمئِ ٍذ يَا َرس ُْو َل هللاِ؟ ق‬
‫ “حُبُّ ال ُد ْنيَا‬:‫ال‬ َ َ‫ارس ُْو َل هّللا ِ ؟ ق‬ َ َ‫ن ي‬bُ ‫ َو َما ْال َو ْه‬:‫َوقَ ْد نَ َز َل ِب ُك ُم ْال َو ْه ُن” ِقي َْل‬
ِ ‫َو َك َرا ِهيَةُ ْال َم ْو‬
‫ت‬
“Kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain
sebagaimana orang-orang berebut melahap isi
mangkok.” Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu
jumlah kami sedikit ya Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali
tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit
wahn.” Mereka bertanya lagi: “Apakah penyakit wahn
itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Terlalu cinta
dunia dan takut kepada mati” (HR. Abu Daud).
Meskipun demikian—sebagai seorang muslim—kita
harus tetap memiliki optimisme bahwa masa depan adalah
milik Islam. Hal ini dilandasi keyakinan pada kekuatan
ajaran Islam itu sendiri dan nubuwat yang disampaikan
oleh Allah dan rasul-Nya melalui Al-Qur’an dan sunnah.

Pertama, al-Islamu minhajul hayah. Islam adalah


pedoman hidup yang diturunkan oleh Allah Ta’ala. Oleh
karena itu Dia tidak mungkin akan membiarkan agama-
Nya terhina. Allah Ta’ala adalah pemilik dan pemelihara
agama ini yang telah menegaskan melalui firman-Nya,
‫ين ِع ْن َد هَّللا ِ اإْل ِ ْساَل ُم‬
bَ ‫ۗ إِ َّن ال ِّد‬
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran, 3: 19).
Dalam ayat yang lain Dia berfirman,

‫ين‬ ِ ‫َو َم ْن يَ ْبتَ ِغ َغي َْر اإْل ِ ْساَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو ِفي اآْل ِخ َر ِة ِم َن ْال َخ‬
َ ‫اس ِر‬
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS. Ali Imran, 3: 85).
Oleh karena itu, Islam akan dimenangkan di atas berbagai
ajaran yang telah menyimpang dari manhaj-Nya,

ِ ‫ين ُكلِّ ِه َو َكفَى ِباهَّلل‬ ْ ‫ق لِي‬


ِ ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد‬ ِّ ‫ين ْال َح‬ ِ ‫هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ ِب ْالهُ َدى َو ِد‬
‫َش ِهي ًدا‬
”Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya
terhadap semua agama, dan cukuplah Allah sebagai
saksi.” (QS. Al-Fath, 48: 28).
َ‫ين ُكلِّ ِه َولَ ْو َك ِره‬ ْ ‫ق لِي‬
ِ ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد‬ ِّ ‫ين ْال َح‬
ِ ‫هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُ َدى َو ِد‬
َ ‫ْال ُم ْش ِر ُك‬
‫ون‬
”Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan
membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar
untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At-Taubah,
9: 33)
Kedua, al-Islamu dinul fitrah. Islam adalah agama
yang musayaratul fithrah (selaras dengan fitrah, sifat,
watak dasar, karakter, dan naluri manusia). Karenanya
manusia di sepanjang sejarah tidak akan pernah bisa lari
dari seruan fitrahnya. Bila ia menjauh dari seruan fitrah
tersebut, jiwanya pasti akan meronta-ronta. Kegelisahan
demi kegelisahan akan terus mencekam dalam jiwanya.
Ajaran Islam melakukan  penjagaan (muhafadzatan),
pemeliharaan, (ri’ayatan), pengembangan (tanmiyatan),
dan pengarahan (taujihan) terhadap fitrah manusia agar
tetap murni; cenderung kepada kebenaran dan kepatuhan
kepada Allah Ta’ala,
ِ ‫يل لِ َخ ْل‬
ِ ‫ق هَّللا‬ َ َّ‫ط َرةَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن‬
َ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد‬ ْ ِ‫ين َحنِيفًا ف‬ َ َ‫فَأَقِ ْم َوجْ ه‬
ِ ‫ك لِل ِّد‬
‫ون‬ ِ َّ‫ين ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬
َ ‫اس اَل يَ ْعلَ ُم‬ َ ِ‫َذل‬
bُ ‫ك ال ِّد‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-
Rum, 30: 30)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
، ‫ين‬ َ ‫ق آ َد َم َوبَنِي ِه ُحنَفَا َء ُم ْسلِ ِم‬ ِ ‫أَال أُ َح ِّدثُ ُك ْم بِ َما َح َّدثَنِي هَّللا ُ ِفي ْال ِكتَا‬
َ َ‫ أَ َّن هَّللا َ َخل‬، ‫ب‬
‫ ِم َّما أَ ْعطَاهُ ُم هَّللا ُ َحالال َو َح َرا ًما‬b‫ فَ َج َعلُوا‬، ‫ال َحالال ال َح َرا َم فِي ِه‬ َ ‫َوأَ ْعطَاهُ ُم ْال َم‬
“Apakah kamu suka aku menceritakan kepadamu apa
yang telah diceritakan Allah kepadaku dalam Kitab-Nya?
Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dan anak
cucunya cenderung kepada kebenaran dan patuh kepada
Allah. Allah memberi mereka harta yang halal tidak yang
haram. Lalu mereka menjadikan harta yang diberikan
kepada mereka itu menjadi halal dan haram.” (H.R. Iyad
bin Himar)
Oleh karena itu, ajaran Islam akan senantiasa dibutuhkan
oleh seluruh umat manusia; di masa lalu, di masa kini,
dan di masa yang akan datang. Mereka yang benci dan
berupaya menghancurkan agama ini pasti akan menuai
kegagalan.

Allah Ta’ala berfriman,
ُ ‫يل هَّللا ِ ۚ فَ َسيُ ْنفِقُونَهَا ثُ َّم تَ ُك‬
‫ون‬ ُ َ‫ون أَ ْم َوالَهُ ْم لِي‬
ِ ِ‫ َع ْن َسب‬b‫ص ُّدوا‬ َ ُ‫ين َكفَرُوا يُ ْنفِق‬ bَ ‫إِ َّن الَّ ِذ‬
َ ‫ين َكفَرُوا إِلَ ٰى َجهَنَّ َم يُحْ َشر‬
‫ُون‬ َ ‫ُون ۗ َوالَّ ِذ‬
َ ‫َعلَ ْي ِه ْم َحس َْرةً ثُ َّم يُ ْغلَب‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan
harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan
Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian
menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-
orang yang kafir itu dikumpulkan” (QS. Al-Anfal, 8: 36).
Ketiga, al-Islamu dinul Insaniyah. Islam adalah agama
yang sesuai dengan kemanusiaan. Ajaran Islam yang
menyentuh aspek aqidah, akhlak, sikap, perasaan,
pendidikan, kemasyarakatan, politik, ekonomi, dan
hukum pasti sejalan dengan eksistensi manusia yang
terdiri dari akal, ruh, dan jasad.
Saat ini materialisme telah menghancurkan kehidupan
masyarakat, sehingga kehidupan sosial semakin
memburuk, rasa kemanusian semakin rapuh dan sikap
saling percaya kepada sesama semakin luntur. Dekadensi
moral dan keretakan keluarga semakin menggejala.  Tidak
ada obat penawar bagi kehancuran ini kecuali kembali
kepada dinul Islam dalam seluruh aspeknya.
Karakter insaniyah begitu nyata dalam dinul Islam;
sebagai contoh, di dalam Islam setiap perilaku yang yang
tidak manusiawi pasti akan dilawan; Tidak ada dalam
Islam pembedaan antar sesama muslim hanya karena
perbedaan kulit atau ras. Pun tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, semua muslim adalah sama
sederajat seperti barisan gigi sisir. Duduk sama rendah,
berdiri sama tinggi. Hanya kualitas ketaqwaan yang
membedakan di antara mereka. Artinya siapa yang paling
tinggi derajat ketakwaannya, dialah yang paling tinggi
derajat kemanusiaanya di sisi Allah.
Dalam beribadah pun Islam melarang cara-cara beribadah
yang tidak manusiawi.  Hal ini tergambar dari hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
ِ ‫ت أَ ْز َو‬
‫اج‬ ِ ‫س ب َْن َمالِ ٍك – رضى هللا عنه – يَقُو ُل َجا َء ثَالَثَةُ َر ْه ٍط إِلَى بُيُو‬ َ َ‫أَن‬
‫ون َع ْن ِعبَا َد ِة النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه‬ َ ُ‫النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – يَسْأَل‬
‫وسلم – فَلَ َّما أُ ْخبِرُوا َكأَنَّهُ ْم تَقَالُّوهَا فَقَالُوا َوأَي َْن نَحْ ُن ِم َن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه‬
‫صلِّى‬َ ُ‫ال أَ َح ُدهُ ْم أَ َّما أَنَا فَإِنِّى أ‬
َ َ‫ ق‬. ‫وسلم – قَ ْد ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َو َما تَأ َ َّخ َر‬
‫آخ ُر أَنَا أَ ْعتَ ِز ُل النِّ َسا َء‬
َ ‫ال‬ َ َ‫ َوق‬. ‫آخ ُر أَنَا أَصُو ُم ال َّد ْه َر َوالَ أُ ْف ِط ُر‬ َ ‫ال‬ َ َ‫ َوق‬. ‫ل أَبَ ًدا‬bَ ‫اللَّ ْي‬
bَ ‫ال « أَ ْنتُ ُم الَّ ِذ‬
‫ين‬ َ َ‫ فَ َجا َء َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – فَق‬. b‫فَالَ أَتَ َز َّو ُج أَبَ ًدا‬
، ‫ لَ ِكنِّى أَصُو ُم َوأُ ْف ِط ُر‬، ُ‫قُ ْلتُ ْم َك َذا َو َك َذا أَ َما َوهَّللا ِ إِنِّى ألَ ْخ َشا ُك ْم هَّلِل ِ َوأَ ْتقَا ُك ْم لَه‬
‫ رواه‬ » ‫ْس ِمنِّى‬ َ ‫ب َع ْن ُسنَّتِى فَلَي‬ َ ‫ فَ َم ْن َر ِغ‬، ‫صلِّى َوأَرْ قُ ُد َوأَتَ َز َّو ُج النِّ َسا َء‬ َ ُ‫َوأ‬
‫البخاري‬
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ada tiga
orang yang mendatangi rumah-rumah istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan ibadah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tatkala diberitahu,
mereka merasa seakan-akan tidak berarti (sangat
sedikit). Mereka berkata: ‘Di mana posisi kami dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau telah
diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang
akan datang.’ Salah satu mereka berkata: ‘Saya akan
qiyamul lail selama-lamanya.’ Yang lain berkata: ‘Aku
akan puasa selamanya.’ Dan yang lain berkata: ‘Aku
akan menghindari wanita, aku tidak akan pernah
menikah.’ Lalu datanglah Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam seraya bersabda: ‘Kaliankah yang bicara ini
dan itu, demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan
yang paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku
berpuasa dan berbuka, aku sholat, aku tidur, dan aku
juga menikah. Barang siapa yang benci terhadap
sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.’” (HR.
Al-Bukhari).
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan contoh yang manusiawi dalam
beribadah. Dengan kata lain, seperti yang dikatakan Imam
An Nawawi: al iqtishaad fil ibadah,  artinya tidak terlalu
menyepelekan dan tidak terlalu menyiksa diri di luar batas
kemanusiaannya (lihat: Riyadhush shaalihiin, Imam An-
Nawawi, Darul Warraq 1996, hal. 7).
Umat manusia tidak akan pernah bisa menemukan
kemanusiaanya selama tidak kembali kepada Islam.
Tanpa Islam, mereka benar-benar akan hidup dalam
kebingungan. Pada zaman jahiliah –sebelum datangnya
Islam- kaum wanita didzalimi. Mereka tidak mendapatkan
hak-hak kemanusiaannya sama sekali. Tidak sedikit anak-
anak wanita yang dikubur hidup-hidup. Jauh sebelum itu,
di Romawi pada abad ke VI masehi manusia sungguh
terpuruk dalam kebinatangan. Tontonan yang paling
menyenangkan pada waktu itu adalah pertarungan yang
berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang harus
kehilangan nyawa. Para gladiator diadu dengan sesama
mereka, atau mereka dipaksa harus bertarung melawan
binatang buas seperti singa atau yang lainnya. Suatu
pertarungan yang menunjukkan tingkat kekejaman
manusia terhadap kemanusiaannya sendiri.

Keempat, al-Islamu dinut tawazzun (Islam agama yang


menegakkan keseimbangan)
Di dalam Islam manusia menemukan dirinya benar-benar
diperlakukan secara seimbang:

1.  Seimbang antara fisik dan ruhani.


Tidak seperti agama lain yang cenderung menghilangkan
keseimbangan ini. Sebagian agama cenderung meletakkan
manusia sebagai mahluk ruhani saja, sehingga ia dilarang
memenuhi kebutuhannya fisiknya, seperti tidak boleh
menikah dan lain sebagainya. Sebagian yang lain
cenderung menyikapi manusia sebagai mahluk fisik saja,
sehingga ia diajarkan menyembah materi, bukan
menyembah Allah yang ghaib. Tuhan mereka
divisualisasaikan menjadi patung. Hidup mereka
bergelimang materi tanpa ada unsur ruhaninya sama
sekali.

Islam tidak demikian. Islam meletakkan manusia sebagai


mahluk fisik dan ruhani sekaligus. Tidak ada dalam Islam
hak-hak kemanusiaan yang digerogoti. Semuanya, baik
fisik maupun ruhani dipenuhi secara seimbang.
Perhatikan kembali hadits Rasululllah shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang telah disebutkan sebelumnya,
َ ُ‫ َوأ‬، ‫ لَ ِكنِّى أَصُو ُم َوأُ ْف ِط ُر‬، ُ‫أَ َما َوهَّللا ِ إِنِّى ألَ ْخ َشا ُك ْم هَّلِل ِ َوأَ ْتقَا ُك ْم لَه‬
‫صلِّى َوأَرْ قُ ُد‬
َ ‫ب َع ْن ُسنَّتِى فَلَي‬
‫ْس ِمنِّى‬ َ ‫ فَ َم ْن َر ِغ‬، ‫َوأَتَ َز َّو ُج النِّ َسا َء‬
“Demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan yang
paling takwa kepada Allah. Akan tetapi aku berpuasa dan
berbuka, aku sholat, aku tidur, dan aku juga menikah.
Barang siapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia
tidak termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhari).
Dalam kesempatan lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
bَ ‫ك ْال ُمتَنَطِّع‬
‫ُون قَالَهَا ثَاَل ثًا‬ َ َ‫هَل‬
“Celakalah mutanath thi’uun (beliau mengucapkan
ini tiga kali).” (HR. Muslim no 2670).
Al-Mutanathi’un artinya orang-orang yang berlebih-
lebihan dalam beribadah.
Imam Bukhari berkata: “Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al-Mutsanna; telah menceritakan kepada
kami Yahya, dari Hisyam, ia berkata: Telah
mengkhabarkan kepadaku ayahku, dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
:‫ت‬ْ َ‫ َم ْن هَ ِذ ِه؟ قَال‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ٌ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َعلَ ْيهَا َو ِع ْن َدهَا ا ْم َرأَة‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫أَ َّن النَّب‬
‫ فَ َوهَّللا ِ اَل يَ َملُّ هَّللا ُ َحتَّى‬،‫ون‬
َ ُ‫ َم ْه َعلَ ْي ُك ْم بِ َما تُ ِطيق‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫صاَل تِهَا‬ َ ‫فُاَل نَةُ تَ ْذ ُك ُر ِم ْن‬
ُ‫احبُه‬
ِ ‫ص‬ bِ ‫ان أَ َحبَّ ال ِّد‬
َ ‫ين إِلَ ْي ِه َما َدا َم َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ َو َك‬،‫” تَ َملُّوا‬
“Bahwasannya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam pernah masuk menemuinya yang waktu itu di
sebelahnya ada seorang wanita. Beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah ini ?”. Aisyah
berkata, “Fulanah”. Lalu ia (Aisyah) menyebutkan
tentang shalatnya (yang banyak dan lama).
Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Ah, wajib bagimu
beramal sesuai sesuai dengan kemampuanmu. Demi
Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian bosan.
Agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang
dirutinkan oleh pelakunya.” (HR. Al-Bukhari no. 43).
2. Seimbang antara dunia dan akhirat.
Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan bukan
hanya untuk di dunia saja, melainkan juga untuk di
akhirat. Bahkan tujuan hidup manusia yang hakiki adalah
akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
‫ك ِم َن ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِس ْن َك َما‬ َ َ‫صيب‬ ِ َ‫س ن‬ َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬ َ ‫اك هَّللا ُ ال َّد‬
َ َ‫َوا ْبتَ ِغ فِي َما آت‬
َ ‫ض ۖ إِ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد‬
‫ين‬ ِ ْ‫ْك ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر‬ َ ‫أَحْ َس َن هَّللا ُ إِلَي‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Al-Qashash, 88: 77).

Jadi, dunia hanyalah sarana kehidupan. Sedangkan


kehidupan hakiki yang seharusnya dicapai adalah akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
َ ‫َو َما ٰهَ ِذ ِه ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا إِاَّل لَ ْه ٌو َولَ ِعبٌ ۚ َوإِ َّن ال َّد‬
bُ ‫ار اآْل ِخ َرةَ لَ ِه َي ْال َحيَ َو‬
‫ان ۚ لَ ْو َكانُوا‬
َ ‫يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah
yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui” (QS. Al-Ankabuut, 29: 64).
Konsep keseimbangan ini tentu sangat berbeda dengan
konsep materialisme yang hanya memperhatikan
kebutuhan materi manusia, bahkan menjadikannya seperti
komoditi yang diperjual belikan, atau seperti mesin yang
dipaksa harus bekerja siang dan malam tanpa ada
kesempatan untuk beribadah dan berdzikir. Hal ini pasti
akan mengeringkan ruhani. Akibatnya manusia akan
menderita, tidak hanya di dunia melainkan juga di kahirat.
Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut,
‫ض ْن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة أَ ْع َم ٰى‬ َ ‫َو َم ْن أَ ْع َر‬
َ ً‫ض َع ْن ِذ ْك ِري فَإ ِ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta.” (QS. Thaha, 20: 124).
Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala menggambarkan
kesalahpahaman orang-orang kafir yang hanya sibuk
membangun dunia,
‫ُون ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر َوأَ ْبقَ ٰى‬
َ ‫بَلْ تُ ْؤثِر‬
 “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan
duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan
lebih kekal” (QS. Al-A’la, 87: 16-17).
Kelima, adanya bisyaraat (kabar gembira)
Allah Ta’ala berfirman,
‫ُورثُهَا َم ْن يَ َشا ُء ِم ْن‬ َ ْ‫ال ُمو َس ٰى لِقَ ْو ِم ِه ا ْستَ ِعينُوا بِاهَّلل ِ َواصْ بِرُوا ۖ إِ َّن اأْل َر‬
ِ ‫ض هَّلِل ِ ي‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ِعبَا ِد ِه ۖ َو ْال َعاقِبَةُ لِ ْل ُمتَّق‬
‫ين‬
“Musa berkata kepada kaumnya, ‘Minta tolonglah kalian
kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini)
kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan
kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa” (QS. Al A’raf, 7: 128).
Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan akan diberikan
kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Maksudnya
adalah Islam dan umatnya. Hal ini pasti terjadi cepat atau
lambat, sebab Allah Ta’ala tidak pernah mengingkari
janji.
Allah ta’ala juga berfirman,
‫ض َك َما‬ ِ ْ‫ت لَيَ ْستَ ْخلِفَنَّهُ ْم فِي اأْل َر‬ ِ ‫ الصَّالِ َحا‬b‫ين آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُوا‬ َ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذ‬
‫ضى لَهُ ْم َولَيُبَ ِّدلَنَّهُ ْم ِم ْن‬ َ َ‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكنَ َّن لَهُ ْم ِدينَهُ ُم الَّ ِذي ارْ ت‬
َ ‫ف الَّ ِذ‬ َ َ‫ا ْستَ ْخل‬
‫ك هُ ُم‬ َ ِ‫ك فَأُولَئ‬ َ ِ‫ون بِي َش ْيئًا َو َم ْن َكفَ َر بَ ْع َد َذل‬ َ ‫بَ ْع ِد َخ ْوفِ ِه ْم أَ ْمنًا يَ ْعبُ ُدونَنِي اَل يُ ْش ِر ُك‬
ِ َ‫ْالف‬
َ ُ‫اسق‬
‫ون‬
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka (para khalifah) berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS.
Nur, 24: 55)
Berkenaan dengan ayat ini, Al-Imam Asy-
Syaukani rahimahullah berkata:
“Ayat ini merupakan janji Allah Ta’ala bagi orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih berupa pemberian
khilafah bagi mereka di muka bumi sebagaimana yang
telah diberikan kepada orang-orang sebelum mereka dari
umat-umat sebelumnya. Janji ini mencakup seluruh umat.
Ada yang berkata: ‘Ayat ini khusus untuk para shahabat.’
Namun hal itu tidak benar, karena beriman dan beramal
shalih tidaklah terkhusus untuk mereka. Bahkan hal
tersebut mungkin terjadi pada siapa saja dari kalangan
umat ini. Maka barangsiapa yang mengamalkan
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya maka sungguh dia
telah menaati Allah dan Rasul-Nya.” [1]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak sekali
menyampaikan bisyarat kemenangan umat ini. Ada yang
telah terjadi, dan ada yang belum terjadi.
Diantara bisyarat yang belum terjadi adalah:
Kembalinya Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah
‫ فِي ُك ْم َما َشا َء هَّللا ُ أَ ْن‬bُ‫ون النُّبُ َّوة‬ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تَ ُك‬َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫َع ْن ُح َذ ْيفَةُ ق‬
ِ َ‫ون ِخاَل فَةٌ َعلَى ِم ْنه‬
ُ ‫ة فَتَ ُك‬bِ ‫اج النُّبُ َّو‬
‫ون‬ ُ ‫ون ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا إِ َذا َشا َء أَ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُك‬ َ ‫تَ ُك‬
ًّ ‫ون ُم ْل ًكا َعا‬
‫ضا‬ ُ ‫ون ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا إِ َذا َشا َء هَّللا ُ أَ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُك‬
َ ‫َما َشا َء هَّللا ُ أَ ْن تَ ُك‬
ً‫ون ُم ْل ًكا َجب ِْريَّة‬ ُ ‫ َشا َء أَ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُك‬b‫ون ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا إِ َذا‬ َ ‫ون َما َشا َء هَّللا ُ أَ ْن يَ ُك‬ ُ ‫فَيَ ُك‬
‫ون ِخالَفَةً َعلَى‬ ُ ‫ون ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا إِ َذا َشا َء أَ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُك‬ َ ‫ون َما َشا َء هَّللا ُ أَ ْن تَ ُك‬ ُ ‫فَتَ ُك‬
َ ‫اج النُّبُ َّو ِة ثُ َّم َس َك‬
‫ت‬ ِ َ‫ِم ْنه‬
Dari Hudzaifah, Rasulullah bersabda, “Di tengah-tengah
kalian ada Kenabian dan akan berlangsung sekehendak
Allah. Lalu Allah akan mengangkatnya jika Dia
berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada
Khilafah berdasar manhaj kenabian dan berlangsung
sekendak-Nya. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika
Dia menghendakinya. Kemudian akan ada Kerajaan yang
lalim yang berlangsung sekehendak Allah. Kemudian
Allah akan mengangkatnya jika Dia menghendakinya.
Kemudian akan ada Kerajaan yang Otoriter berlangsung
sekendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika
Dia menghendakinya. Kemudian akan ada Khilafah
berdasar manhaj kenabian”. Kemudian beliau
(Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) diam. (Musnad
Ahmad, No. 18406)
Kemenangan umat Islam atas Yahudi
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
‫ول ْال َح َج ُر‬
َ ُ‫د فَلَتَ ْقتُلُنَّهُ ْم َحتَّى يَق‬bَ ‫ال لَتُقَاتِلُ َّن ْاليَهُو‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫َع ِن النَّبِ ِّي‬
ُ‫ال فَا ْقتُ ْله‬َ ‫يَا ُم ْسلِ ُم هَ َذا يَهُو ِديٌّ فَتَ َع‬
Dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
“Kamu semua akan membunuh orang-orang
Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka
sehingga batu akan berkata: Wahai para muslimin! Di
sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah
dia.” (HR. Muslim)
Bertahannya Kelompok Islam
Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ين لِ َع ُد ِّو ِه ْم الَ يَضُرُّ هُ ْم َم ْن‬ َ ُ‫صابَةٌ ِم ْن أُ َّمتِى يُقَاتِل‬
َ ‫ون َعلَى أَ ْم ِر هَّللا ِ قَا ِه ِر‬ َ ‫الَ تَ َزا ُل ِع‬
‫ك‬َ ِ‫َخالَفَهُ ْم َحتَّى تَأْتِيَهُ ُم السَّا َعةُ َوهُ ْم َعلَى َذل‬
“Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari ummatku
yang berperang di atas perintah Allah, mereka berjaya
atas musuh mereka, orang-orang yang menentang
mereka tidak akan bisa membahayakan mereka sampai
hari kiamat dan mereka tetap teguh dalam kondisi seperti
itu” (HR. Muslim)
Mengomentari hadits-hadits tentang hal ini, Imam An-
Nawawi rahimahullah berkata:
َ ُ‫ان ُمقَاتِل‬
‫ون‬ ٌ ‫اع ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن ِم ْنهُ ْم ُشجْ َع‬
ِ ‫َويَحْ تَ ِم ُل أَ َّن هَ ِذ ِه الطَّائِفَةَ ُمفَ َّرقَةً بَي َْن أَ ْن َو‬
‫ون َع ِن‬َ ُ‫ُوف َوناَه‬ ِ ‫ُون بِ ْال َم ْعر‬ َ ‫ون َو ِم ْنهُ ْم ُزهَّا ٌد َوآ ِمر‬ َ ُ‫َو ِم ْنهُ ْم فُقَهَا ُء َو ِم ْنهُ ْم ُم َح ِّدث‬
ْ‫ بَل‬،‫اع أُ ْخ َرى ِم َن ْال َخي ِْر َوالَ يَ ْل َز ُم أَ ْن يَ ُكونُوا ُمجْ تَ ِم ِعي َْن‬ ٍ ‫ْال ُم ْن َك ِر َو ِم ْنهُ ْم أَ ْه ُل أَ ْن َو‬
ِ ْ‫ار ْاألَر‬
‫ض‬ ِ َ‫ون ُمتَفَ َّرقِي َْن ِفي أَ ْقط‬ َ ُ‫قَ ْد يَ ُكون‬
“Kelompok ini kemungkinan adalah kelompok yang
tersebar di antara kaum muminin. Di antara mereka
adalah para pemberani yang berperang (di jalan Allah),
fuqahaa’, ahli hadits, orang-orang yang zuhud, orang
yang menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, dan para pelaku kebaikan yang lainnya.
Tidaklah mengharuskan mereka berkumpul pada tempat
yang sama, bahkan mungkin mereka tersebar di berbagai
penjuru negeri” (Syarh Shahih Muslim, 13/67 –
Maktabah Syamilah).
Datangnya Pembaharu Setiap Abad
Dalam sebuah hadits shahih dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ
‫س ُكلِّ ِمائَ ِة َسنَ ٍة َم ْن ي َُج ِّد ُد لَهَا ِدينَهَا‬ ِ ‫ث لِهَ ِذ ِه األُ َّم ِة َعلَى َرأ‬ ُ ‫إِ َّن هَّللا َ يَ ْب َع‬
“Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan)
bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan
memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap
akhir seratus tahun” (HR. Abu Dawud).
Turunnya Al-Masih
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu anhuma,
bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ق ظَا ِه ِري َْن إِلَى يَ ْو ِم ْالقِيَا َم ِة‬ ِّ ‫الَ تَ َزا ُل طَائِفَةٌ ِم ْن أُ َّمتِي يُقَاتِلُ ْو َن َعلَى ْال َح‬
،َ‫ ال‬:ُ‫صلِّ لَنَا فَيَقُ ْول‬ َ ‫ال‬ َ ‫ تَ َع‬:‫فَيَ ْن ِز ُل ِع ْي َسى ب ُْن َمرْ يَ َم َعلي ِه السَّالم فَيَقُ ْو ُل أَ ِم ْي ُرهُ ْم‬
َ‫ تَ ْك ِر َمةَ هللاِ هَ ِذ ِه ْاألُ َّمة‬،‫ْض أُ َم َرا ُء‬ ٍ ‫ْض ُك ْم َعلَى بَع‬ َ ‫إِ َّن بَع‬.
“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang
berperang demi membela kebenaran sampai hari
Kiamat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Maka kemudian turun Nabi ‘Isa bin
Maryam alaihis salam, kemudian pemimpin golongan
yang berperang tersebut berkata kepada Nabi ‘Isa:
‘Kemarilah, shalatlah mengimami kami.’ Kemudian Nabi
‘Isa menjawab: ‘Tidak, sesungguhnya sebagian kalian
adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai
penghormatan bagi umat ini.’” (HR. Muslim, no. 156,
no. 247)
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
،ً‫ لَي ُْو ِش َك َّن أَ ْن يَ ْن ِز َل فِ ْي ُك ُم اب ُْن َمرْ يَ َم َعلي ِه السَّالم َح َك ًما َع ْدال‬،‫َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه‬
ُ‫ْض ْال َما ُل َحتَّى الَ يَ ْقبَلَه‬ َ ‫ َويَفِي‬،َ‫ض َع ْال ِج ْزيَة‬ َ َ‫ َوي‬،‫ َويَ ْقتُ َل ْال ِخ ْن ِزي َْر‬،‫ْب‬ َّ ‫فَيَ ْك ِس َر ال‬
َ ‫صلِي‬
‫أَ َح ٌد‬.
“Dan demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sudah
dekat saatnya di mana akan turun pada kalian (‘Isa) Ibnu
Maryam alaihis salam sebagai hakim yang adil. Dia akan
menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah
(upeti/pajak), dan akan melimpah ruah harta benda,
hingga tidak ada seorang pun yang mau
menerimanya.” (HR. Al-Bukhari)
Para ahli hadits menyebutkan bahwa hadits-hadits tentang
masalah turunnya Al-Masih ini mencapai batas
mutawatir. Sebanyak 40 hadits, yang terdiri dari hadits
shahih dan hasan—tidak ada yang dhaif—telah
disebutkan oleh Allamah Maulana Anwar al-Kasymiri
dalam bukunya At-Tashriihu bimaa tawaatara fii nuzuulil
masiih.
Datangnya Al-Mahdi
Dalam hadits yang sangat banyak disebutkan tentang akan
datangnya seorang penguasa yang berpegang teguh
dengan ajaran Islam. Ia datang setelah masa-masa
kebobrokan dan kerusakan. Ia menegakkan agama Allah
di muka bumi ini, dan memenuhinya dengan keadilan,
sebagaimana dunia ini pernah penuh dengan kebobrokan
dan kerusakan.

Mengenai hal ini cukuplah kita menyimak hadits berikut,


ُ ‫اس َو َزاَل ز َل فَيَ ْمأَل‬ ْ ‫ث فِي أُ َّمتِي َعلَى‬ ُ ‫أُبَ ِّش ُر ُك ْم بِ ْال َم ْه ِديِّ يُ ْب َع‬
ِ ِ َّ‫ف ِم َن الن‬ ٍ َ‫اختِال‬
‫ضى َع ْنهُ َسا ِك ُن ال َّس َما ِء‬ َ ْ‫ت َج ْورًا َوظُ ْل ًما يَر‬ ْ َ‫ض ِق ْسطًا َو َع ْداًل َك َما ُملِئ‬ َ ْ‫اأْل َر‬
‫ص َحاحًا‬
ِ ‫ال‬َ ‫ض يَ ْق ِس ُم ْال َم‬
ِ ْ‫َو َسا ِك ُن اأْل َر‬
“Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan
kedatangan Al-Mahdi yang muncul di tengah-tengah
umatku di saat terjadinya perselisihan di antara manusia
dan berbagai kegoncangan. Maka dia akan memenuhi
bumi ini dengan keadilan dan kebijaksanaan
sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kejahatan dan
kezaliman. Seluruh penduduk langit dan
bumi menyenanginya. Dia membagi harta kepada
manusia dengan merata.” (HR. Ahmad)
Penutup
Apa yang disebutkan di atas menjadi bukti bahwa Islam
adalah agama masa depan. Meskipun demikian, bukan
berarti kita mencukupkan diri dengan diam tidak beramal
dan menunggu-nunggu keajaiban dari langit. Teladanilah
perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya; mereka meyakini janji-janji kemenangan
dari Allah Ta’ala seraya terus beramal dan berjuang
dengan penuh kesungguhan.
Wallahu a’lam.  

Almustaqbal Lihadzaddin

Menghadapi fase yang disebut Rasulullah s.a.w.


sebagai mulkan jabbariyyan, umat Islam dihadapkan pada
serangkaian problematika: kezaliman para pemimpin,
kolonialisme dan sisa-sisa pengaruhnya, perang fisik dan
ideologis, serta jauhnya umat Islam dari ajaran Islam
sendiri. Ringkasnya, kondisi umatIslam saat ini seperti
yang pernah disabdakan Rasulullah s.a.w.: banyak
jumlahnya, namun bagai buih di lautan.
Meskipun demikian, ada satu fase lagiyang "diramalkan"
Rasulullah s.a.w. akan terjadi sebelum kiamat,
yaitu khilafah 'ala minhaj annubuwwah. Karenanya, kita
boleh yakin bahwa masih akan ada harapan akan
kembalinya kejayaan Islam di muka bumi, terlebih Islam
memiliki beberapa karakteristik di bawah ini, sesuai yang
disampaikan dalam Alqur'an dan sunnah.

1. Al-islamu minhajul hayah (‫)االسالم منهج الحياة‬


Islam adalah pedoman hidup yang diturunkan Allah,
maka Allah sendiri yang akan menjaganya dari
kehinaan. Islam akan dimenangkan atas berbagai
ajaran yang menyimpang dari manhaj-Nya.

2. Al-islamu dinul fitrah (‫)االسالم دين الفطرة‬


Islam adalah agama yang selaras dengan fitrah
manusia. Manusia tidak akan bisa lari dari fitrahnya
sendiri, kecuali dia akan mendapatkan
ketidaktenangan.

3. Al-islamu dinul insaniyah (‫)اإلسالم دين اإلنسانية‬


Ajarah Islam sesuai dengan kemanusiaan, yang
menyentuh berbagai aspek yang sejalan dengan
eksistensi manusia yang terdiri atas akal, ruh, dan
jasad.

4. Al-islamu dinut tawazzun (b‫)إلسالم دين التوازن‬


Islam menegakkan keseimbangan antara fisik dan
ruhani, dunia dan akhirat.

5. Bisyaaraat (‫)بشارات‬
Allah memberikan kabar-kabar gembira bagi umat
Islam akan adanya kemenangan yang diberikan pada
hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Di antara kabar
gembira itu adalah:
 Kembalinya khilafah 'ala minhaj annubuwwah
 Kemenangan umat Islam atas Yahudi
 Bertahannya kelompok Islam atas musuh-musuh
mereka
 Datangnya pembaharu setiap abad
 Turunnya al-Masih
 Datangnya al-Mahdi

Dalam menyongsong masa depan Islam, kita tidak boleh


hanyaberdiam diri dan menunggu datangnya keajaiban.
Kita diperintahkan untuk mempersiapkan diri dengan
beramal dan berjuang, sehingga ketika saat kemenangan
itu tiba, kita berada dalam barisan orang-orang yang
bertakwa.

Anda mungkin juga menyukai