Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jumat

Moderasi Beragama Di Tengah Dua Arus Pemikiran dan Gerakan Islam


Oleh. Muhammad Alamsyah

Hadirin, jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah ta’ala.

Sebelum Khatib menyampaikan Khutbah, Marilah kita panjatkan puji


syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan
yang membawa rahmat bagi alam semesta.

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib mewasiatkan kepada diri khatib
secara pribadi, dan kepada seluruh Jamaah Jumat pada umumnya, untuk
senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala, yaitu dengan
menunaikan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Dalam sekian tahun belakangan kita dihadapkan dengan dua model


gerakan yang mangatasnamakan Islam. Gerakan pemikiran pertama
mengusung gagasa Islam yang kaku dan keras yang kemudian sering disebut
dengan Al-Khawarij al-Judud (Khawarij Baru). Golongan ini memandang bahwa
Islam adalah agama yang harus dimurnikan sebagaimana praktik Islam pada
zaman Rasulullah, kelompok ini tidak menerima perubahan yang kontekstual
dengan perubahan zaman, terutama yang berkaitan dengan akidah, ibadah,
hukum dan muamalat, mereka menganggap bahwa ummat Islam telah banyak
melakukan syirik dan bid'ah. Beberapa praktik keberislaman di Indonesia yang
telah lama menjadi khas Islam Indonesia dianggap sebagai praktik
menyimpang dari ajaran Islam, seperti tahlilan, mauled Nabi, acara solawatan,
dan lain lain. bahkan orang orang yang melakukan kegiatan kegiatan tersebut
dianggap sebagai kafir dan sesat hingga wajib diperangi dan didakwahi secara
keras. Hal ini lah yang melahirkan kesan negatif terhadap Islam bahkan stigma
buruk terhadap Islam sebagai agama yang keras, tertutup, radikal intoleran dan
tidak manusiawi.

Di sisi lain pada saat bersamaan, sebagai kelompok kedua adalah


lahirnya aliran pemikiran dan gerakan yang mengatasnamakan Islam adalah
pemikiran dan gerakan pembebasan Islam atau sering disebut Muktazilah
aljudud (Muktazilah baru), yang mengusung narasi keberagamaan dan
pemikiran rasionalis dan kebebasan total dalam Islam. kelompok ini
menganggap Islam sebagai agama yang rasional dan cair untuk semua budaya
dan perkembangan zaman hingga kebablasan.

Jika kelompok pertama kaku dan keras serta tidak mau menerima hal-hal
baru dalam agama, maka kelompok kedua berpikiran sebaliknya, mereka
menerima segala perubahan dan membiarkan segala sesuatu yang baru dalam
Islam, termasuk pemikiran dan budaya serta kehidupan Barat. Kelompok ini
berani memastikan bahwa sebagia dari ayat Al-Qur'an dan As-Sunnah sudah
tidak relevan lagi dalam kehidupan manusia modern.

Kelompok pertama seringkali melahirkan kekerasan antar sesama


manusia atasnama dakwah hingga melakukan pengeboman, dan berbagai
bentuk kekerasan lainnnya hingga menelan banyak korban jiwa. Sementara
kelompok kedua atasdasar kebebasan justru kehilangan hakikat ajaran islam itu
sendiri dan cenderung mengalami westernisasi atau kebarat baratan.

Kedua pemikiran dan gerakan di atas tentu bukan merupakan pilihan yang
tepat dalam konteks kita sebagai Muslim yang hidup di Indonesia, maka
sebagai pilihan Kementerian Agama menggagas konsep moderasi beragama.
Salah satu indikator moderasi beragama menurut kementerian Agama adalah
anti kekerasan.

Konsep moderasi beragama bukan merupakan hal baru dalam Islam.


Bahkan dalam Alquran surat Al-Baqarah Ayat 143 Allah berfirman.

‫س ْو ُل َعلَ ْي ُك ْم‬ َ ‫ش َه َد ۤا َء‬


ِ َّ‫علَى الن‬
َّ َ‫اس َويَ ُك ْون‬
ُ ‫الر‬ ُ ‫طا ِلّت َ ُك ْونُ ْوا‬ َ ‫َو َك ٰذ ِل َك َجعَ ْل ٰن ُك ْم ا ُ َّمةً َّو‬
ً ‫س‬
‫ش ِه ْي ًدا‬
َ
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Al-
Baqarah Ayat 143

Melalui ayat ini Allah mengingatkan kita semua untuk selalu menjadi umat
Wasathiyah yaitu umat yang moderat, umat yang berada di tengah-tengah
secara proporsional dalam berbagai hal terutama moderat dalam beragama.
Proporsional, tidak berlebih lebihan. Umat islam tidak boleh larut dan berlebihan
hingga melakukan kekerasan terhadap manusia tapi juga tidak larut dalam
westernisasi dengan kebebasan total sehingga kehilangan substansi ajaran
Islam itu sendiri.

Dalam konsep moderasi beragama, umat islam diarahkan untuk saling


menghormati setiap perbedaan, bahkan terhadap orang yang beragama lain,
karena hakikatnya kita hanya wajib menyampaikan kebenaran Islam tanpa
harus memaksa orang lain beriman.

Perbedaan yang ada harus disikapi dengan bijak sebagaimana yang


dilakukan oleh Rasulullah terhadap orang orang kafir yang tidak memerangi
umat Islam. Karena orang kafir juga adalah manusia ciptaan Allan. Allah
berfirman dalam Alquran Surat Yunus ayat 99

َ َّ‫ت ت ُ ْك ِرهُ الن‬


‫اس َحتّٰى‬ ِ ‫َولَ ْو ش َۤا َء َرب َُّك َ َٰل َمنَ َم ْن فِى ْاَلَ ْر‬
َ ‫ض ُكلُّ ُه ْم َج ِم ْيعً ۗا اَفَا َ ْن‬
َ‫َي ُك ْونُ ْوا ُمؤْ ِمنِيْن‬
Yang artinya:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di
bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar
mereka menjadi orang-orang yang beriman?.

Dalam ayat lain Allah menegaskan

ّٰ ‫ت َويُؤْ ِم ْۢ ْن ِب‬
ِ‫اّٰلل‬ ُ ‫الطا‬
ِ ‫غ ْو‬ ّ َ‫الر ْش ُد ِمنَ ْالغ‬
َّ ِ‫ي ِ ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُ ْر ب‬ ُّ َ‫َل اِ ْك َراهَ فِى ال ِ ّدي ۗ ِْن قَ ْد تَّبَيَّن‬
َٓ
‫س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬ ّٰ ‫ام لَ َها َۗو‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ص‬َ ‫س َك ِب ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْ ٰقى ََل ا ْن ِف‬ َ ‫فَقَ ِد ا ْست َ ْم‬
Artinya:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya
telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka
sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Umat Islam memang harus melakukan Dakwah, yaitu menyampaikan
Islam sebagai satu satunya kebenaran dalam agama, namun dakwah yang
diajarkan oleh Rasulullah adalah dakwah yang santun, dakwah yang tidak
dengan kekerasan, dakwah yang lembut dan menyentuh, bukan saja kepada
sesama muslaim, bahkan juga kepada orang kafir. Hal ini ditegaskan oleh Allah
melalui surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi:

‫س ۗ ُن‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِ ْي ِه‬


َ ‫ي ا َ ْح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ع ا ِٰلى‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبّ َك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ُ ‫اُُ ْد‬
َ‫س ِب ْي ِل ٖه َو ُه َو ا َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ ‫ض َّل َع ْن‬ َ ‫ا َِّن َرب ََّك ُه َو ا َ ْعلَ ُم ِب َم ْن‬
Artinya
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.
Dalam hadis riwayat Imam Thabrani disebutkan bahwa Rasulullah Saw
pernah bersabda;

‫ َو َم ْن آ َذانِ ْي فَقَ ْد آذَى هللا‬،‫َم ْن آ َذى ِذ ِ ّميًا فَقَ ْد آ َذانِ ْي‬


“Barangsiapa menyakiti seorang zimmi (non Muslim yang tidak
memerangi umat Muslim), maka sesungguhnya dia telah menyakitiku. Dan
barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah
menyakiti Allah.”
Namun demikian, kelembutan kepada orang kafir juga tidak berarti kita
harus menyerupai gaya hidup mereka, apalagi sampai mengikuti ajaran dan
akidah mereka. Kita adalah mukmin dan beriman kepada Allah dan beragama
Islam, sementara mereka tidak beriman kepada Allah dan beragama sesuai
dengan agama yang mereka yakini.

َ َ ‫ “ َم ْن ت‬:‫ّٰللا ملسو هيلع هللا ىلص‬


‫شبَّهَ ِبقَ ْو ٍم فَ ُه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع َم َر رضي هللا عنهما قَا َل‬
ِ َّ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫َو َع ِن اب ِْن‬
َ ‫ َو‬،‫” أ َ ْخ َر َجهُ أَبُ ْو َد ُاو َد‬.‫ِم ْن ُه ْم‬
.‫ص َّح َحهُ اِب ُْن ِحبَّان‬

Dari Ibnu „Umar radhiyallahu Ta’āla ‘anhumā ia berkata:


“Rasulullah bersabda, ‘Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia
termasuk dari kaum tersebut’.”
Hadits di atas menegaskan bahwa Umat Islam memiliki ajarannya sendiri
sesuai dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah, Saw yang harus ditegakkan.
Karena itu toleransi bukan merupakan pencampuradukkan ajaran semua
agama sebagaimana yang dipahami oleh kelompok liberal, akan tetapi,
toleransi adalah sikap dan perilaku saling menghormati atas berbagai
perbedaan yang ada, termasuk di dalamnya adalah perbedaan keyakinan antar
sesama manusia.

Dari khutbah di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa

1. Moderasi Islam merupakan keharusan dan pilihan tepat untuk kita ambil
sebagai jalan pemahaman keislaman dan dakwah kita.
2. Moderasi beragama berakar dari ajaran Islam itu sendiri yang memang
telah dipraktikkan oleh Rasulullah, Saw
3. Umat islam harus menampilkan agama Islam yang ramah, jauh dari
kekerasan antar manusia dan mengajarkan perdamaian antar sesama
4. Moderasi beragama merupakan jalan keluar dari jebakan
Fundamentalisme agama yang kaku, tekstualis dan cenderung
melakukan dakwah dengan kekerasan di satu sisi dan leberalisme
agama yang cenderung berlebihan hingga kebablasan.

Akhirnya, semoga Allah menjaga kita dari berbagai unsur yang bisa merusak
keimanan kita. Semoga Allah menuntun kita untuk selalu berpegang pada Al
quran dan sunnah.

ُُ‫حيْم‬
ِ ‫الز‬
َّ ‫ ِإنَّهُ ُه َو ْالغَفُ ْو ُر‬،ُ‫ فَا ْست َ ْغ ِف ُز ْوه‬،‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي ٰهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُز هللاَ ِل ْي َولَ ُك ْم‬

Anda mungkin juga menyukai