Beragama
Dasar Kemanusian (Filosofis)
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama merupakan konsekwensi serta
kebutuhan hakiki dari kemanusiaan yang universal, yang tidak dapat ditolak dan wajib
diusahakan oleh setiap insan beragama karena manusia pada hakekatnya adalah makhluk hidup
yang :
individual dan serentak komunal yang hidup bersama, mengelompokkan diri atas dasar
tertentu, saling membutuhkan, saling berelasi, saling mempengaruhi
yang memiliki kesamaan martabat, nilai-nilai kemanusiaan, dan hak asasi, eksistensi atau
keberadaan, permasalahan dan kebutuhan, ideologi dan cita-cita
dan serentak memiliki kekhasan yang membedakan individu yang satu dengan yang lain
maupun kelompok yang satu dengan kelompok yang lain;
yang memiliki kebebasan batiniah (kehendak) dan lahiriah (tindakan), namun
serentak dapat pula mempengaruhi dan dipengaruhi;
yang memiliki kecenderungan “egositis” maupun “altroistis”, baik secara individual
maupun komunal;
yang mempunyai akal budi, hati nurani dan keutamaan untuk memikirkan dan
mengetahui, menilai dan memutuskan, serta bertindak atau berbuat;
Dasar Kebudayaan (Sosio-kultural)
Masyarakat Indonesia, baik secara lokal maupun nasional
memiliki nilai-nilai dan norma-norma budaya yang pada
dasarnya sangat mengutamakan, menjamin serta
mencirikhaskan kerukunan dan toleransi, perdamaian dan
persatuan, persaudaraan dan kekeluargaan, solidaritas dan
kerjasama, bukan hanya antar umat beragama tetapi antar
setiap individu dan kelompok dari latarbelakang manapun.
Artinya :“ wahai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari laki-
laki dan perempuan serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kalian adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah” (QS Al-Hujurat [49]:13).
Dasar Menurut Islam (cont.)
Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini.
Dengan demikian, bagi manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti
petunjuk Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu.
Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam
salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam.
Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman
manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat,
dsb.
ض َّل ِإذَا
َ ن م
َّ مكُ ر ُّ ض
ُ َ ي َلَ ۖ م ُ
ك
ْ َ س ُ فنَ أ مكُ
ْ َ ي
ْ َ لع ۟
وا ُ نم ا
َ َء ين
َ ذِ َّ ٱل ا هَ ُّ يَ أَ َٰٓ
ي
َ ُٱَّلل َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِمي ًۭعًا فَيُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم ت َ ْع َمل
ون ِ َّ ٱ ْهت َ َد ْيت ُ ْم ۚ ِإلَى
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang sesat
itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.
hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka Dia akan menerangkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. ” (QS al-Hujurat [5]:105).
Ayat diatas juga menjelaskan bahwa bergaul atau menjalin silaturrahmi
dengan umat beragama lain bukanlah suatu ancaman bagi seorang yang
memegang teguh prinsip agama Islam. Jadi, kita tidak perlu khawatir akan
terpengaruh oleh agama lain ketika kita bergaul dengan mereka. Agama itu
berbeda-beda dari segi aturan hidupnya (syariat) dan pandangan hidup (akidah).
Oleh karena itu, pluralism sama sekali tidak berarti. Perbedaan adalah sebuah
kenyataan. Jadi, janganlah ragu bila kita berhubungan dengan manusia yang
beragama lain.
Kita termasuk beruntung karena sebagai umat Muslim kita telah memiliki
sebuah panutan. Sejak dulu, Allah Swt. Telah memberikan kita satu agama yang
tidak diragukan kebenarannya, yaitu agama Islam sebagaimana juga yang elah
disebutkan dalam QS.Al Baqarah: 131-132 .
131 . َب ْالعَالَ ِمينُِإ ْذ قَا َل لَهُ َربُّهُ أَ ْس ِل ْم قَا َل أَ ْسلَ ْمت
ِ ِل َر
132 . ن َ ص
َّ ُ طفَى لَ ُك ُم ال ِدينَ فَالَ تَ ُموت َ ي ِإ َّن
ْ َّللا ا ُ ُصى ِب َها ِإب َْرا ِهي ُم بَ ِني ِه َويَ ْعق
َّ وب يَا بَ ِن َّ َو َو
َّإََل
ََوأَنتُم ُّم ْس ِل ُمون
Artinya : “Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku
tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam . Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama Islam". ” (QS al-Baqarah [2]:131-132)
Yang jelas, semua agama itu nantinya akan kembali kepada Allah Swt. Tugas
dan wewenang Allah untuk menyelesaikan perbedaan diantara berbagai agama
sehingga kita hanya bias menghargai perbedaan dan menjaga kedamaian yang
tercipta diantara berbagai perbedaan tersebut.