dan INDONESIA
Kondisi Lingkungan Strategis INDONESIA hari ini
Lingkungan
Lingkungan Ideologi,
Ideologi, Sosbud,
Sosbud,
Lingkungan
Lingkungan Demografi
Demografi Lingkungan
Lingkungan Politik
Politik dan
dan Ekonomi
Ekonomi Hankam,
Hankam, dan
dan Teknologi
Teknologi
• Populasi 254,9 juta jiwa (BPS, 2015). • Peringkat Indeks Daya Saing Global: 41 dari 138 • Kekerasan, 1000 kasus sepanjang Tahun 2016
• Jumlah etnis di Indonesia 1340 etnik dari Sabang sampai Negara (WEF, 2016) (KPAI)
Merauke (BPPB, 2016). • Indeks Persepsi Korupsi Indonesia, peringkat ke-88 • Intoleransi, Radikalisme/Terorisme
• Jumlah sekolah 297.368, Guru 3.439.794, Siswa 49.186.235 (Transparency International, 2015), naik dari tahun • Separatisme
(PDSPK, 2016). 2014 yang berada di peringkat 107
• Jumlah siswa TK 4.495.432, SLB 118.079, SD 25.885.053, • Narkoba/Perang Candu, 5,1 juta pengguna, 15.000
• Penduduk miskin 10,12% sebesar 26,58 juta jiwa meninggal setiap tahun (BNN, 2016)
SMP 10.040.277, SMA 4.312.407 dan SMK 4.334.987 (PDSPK, (BPS, 2017).
2016). • Pornografi dan Cyber Crime, 1.111 kasus tahun
• Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04% sampai 2011-2015 (KPAI), 767 ribu situs Pornografi diblokir
• Jumlah bahasa daerah 646 dan suku bangsa 1.340 kelompok
5,18% (BPS, 2016) Kemenkominfo selama tahun 2016
etnik (BPPB, 2017).
• Indeks Kebahagiaan: survei BPS tahun 2014 • Penyimpangan Seksual, 119 komunitas LGBT di
• Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2016: 113 (UNDP,
sebesar 68,28 pada skala 0-100, Indeks Indonesia (UNDP, 2014)
2017)
Kebahagiaan Dunia peringkat 79 dari 157 negara • Krisis Kepribadian Bangsa dan Melemahnya
• Keberagaman kondisi sekolah
(PBB, 2016). Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
• Daya Saing Industri Mebel terpuruk, 2,1 juta orang
terancam menganggur (Kompas, 27 Maret 2017)
Wahid Foundation dan LSI 2016
Demografi
Agama : Islam (96,592%), Protestan (1,845%), Katolik (1,168%)
Hindu (0,205%), Buddha (0,180%), Lainnya (0,011%)
Suku bangsa : Jawa (97,86%), Sunda (1,40%), Tionghoa (0,43%), Batak
(0,07%)
Potret
KERUKUNAN
Jawa Tengah
Jawa Tengah merupakan Provinsi yang majemuk, beragam dan toleran. Jawa Tengah memiliki falsafah tepo sliro ( saling menghargai), lembah manah dan
andhap asor ( rendah hati) dan senantiasa mengedepankan Gotong Royong dan Kekeluargaan.
Jawa Tengah juga merupakan Provinsi yang menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman. Banyak praktik pelaksanaan toleransi yang dapat diceritakan.
Beberapa diantaranya antara lain :
1. PURWOREJO : Desa Kemanukan dicanangkan sebagai desa percontohan Desa Kerukunan Umat Beragama oleh FKUB. Desa Kemanukan masyarakatnya
majemuk, tingkat pendidikan warga cukup baik, mayoritas petani.
2. Surakarta : Toleransi antarumat beragama yang masing-masing biasa beribadah di Masjid Al-Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan,
Serengan, Kota Solo, Jawa Tengah.
3. Wonosobo : Desa Kadipaten, Selomerto, Wonosobo. NYADRAN GIYANTI, Tradisi rutin memasuki bulan Sura yang digelar masyarakat Giyanti, Desa Kadipaten,
Selomerto berkembang menjadi media unjuk potensi wisata budaya dan sekaligus praktek nyata kerukunan antar umat beragama. Hampir seluruh warga
bahu-membahu membuat uba rampe untuk prosesi ritual, Mulai dari membuat tenongan, menyiapkan panggung, sampai gotong royong membersihkan
tempat pagelaran seni, semua warga terlibat tanpa memandang agama yang dianut.
4. KARANGANYAR : Desa Ngargoyoso, di kaki Gunung Lawu, menjadi potret nyata kerukunan. Di desa tersebut, tiga tempat ibadah, yakni masjid, gereja, dan
pura berdiri berdampingan. Komunikasi yang baik dan sikap saling menghormati membuat seluruh warga desa hidup dalam damai walau berbeda keyakinan.
Masjid Al-Mu'min, Gereja Sidang Jemaat Allah Pancaran Berkat, dan Pura Agra Bhadra Darma dibangun dengan dana kas Desa Ngargoyoso.
5. LASEM REMBANG : Di Lasem, masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis hidup berdampingan dengan rukun. Ponpes Al Hidayat Asy Syakiriyyah di Soditan
dan Ponpes Kauman di Jalan Karangturi, menggunakan bangunan bergaya arsitektur khas China. Dahulu ponpes itu merupakan bangunan tempat penginapan
masyarakat Tionghoa.
Terorisme Masih menjadi ancaman serius terhadap Toleransi dan
Kerukunan Bangsa
Sikap dan perilaku kaum muda Muslim terhadap isu-isu keagamaan khususnya radikalisme
tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang ajeg.
Generasi muda Muslim milenial terpelajar cenderung menganut sikap dan perilaku
keberagamaan yang konservatif, dengan coraknya yang komunal, skriptural, dan puritan.
Sekalipun demikian, sikap dasar dari generasi milenial tersebut adalah terbuka terhadap nilai-
nilai serta prinsip-prinsip keberagamaan yang moderat, dengan penghargaan yang cukup baik
pada kebebasan individu dan HAM, sekalipun dibatasi oleh norma-norma agama dan budaya.
Chaider Bamualim, dkk. Kaum Muda Muslim Milenial: Konservatisme, Hibridasi Identitas, dan Tantangan Radikalisme. (Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2018). h. 247
Youth Labs yang dilaporkan dalam buku
Generasi Phi: Memahami Milenial Pengubah
Indonesia.
Indonesia mengalami
banyak kasus Proxy War
Peristiwa terbaru, adanya
upaya polarisasi
pembenturan antara
Nasionalisme dengan Agama
namun sejatinya nilai dalam
agama dan nasionalisme
saling mengisi dan
melengkapi.
17
AGAMA DAN PANCASILA
• Agama mestinya sebagai sumber untuk
peningkatan peradaban, bukan sebagai
identitas kelompok sosial, sehingga kehadiran
agama yang berbeda-beda, tidak dimaknai
sebagai ancaman antar kelompok keagamaan
itu sendiri.
• Kehadiran agama yg berbeda-beda itu
mestinya mengintegrasikan, bukan malah
dijadikan perbedaan sosial dan sumber
kekerasan.
• Agama bisa meneguhkan nilai-nilai Pancasila
ketika agama dimaknai oleh pemeluknya
sebagai sumber peradaban dalam masyarakat
plural seperti Indonesia
memiliki rasa cinta terhadap tanah air
ini, kita semua sadar untuk bersama-
sama menjaga dan memelihara
CintaEmpati
Lingkungan
Religius
Ramah
Disiplin
Toleran
Kerjasama
keutuhan bangsa dan negara. Jika ini
dijalankan dengan baik, maka bangsa
dan negara Indonesia akan panjang
umurnya, yang nantinya akan diisi dan
dipimpin oleh kalian para generasi
muda bangsa.
Mempersiapkan Generasi Muda Toleran