Anda di halaman 1dari 15

TEORI ETIK, NORMA, DAN MORAL

A. TEORI DASAR
Saat metaetik berkembang menjadi etik sebagai sebuah ilmu filsafat, dalam
pembelajarannya, teori etika normatif menjadi perhatian utama. Tujuan prinsip adanya
teori etika normatif adalah untuk membahas dan mengadvokasi sebuah kode etik, sebagi
sumber yang dapat dibenarkan dan diandalkan dalam menentukan prilaku yang bermoral
atau tidak. Apa itu teori etika normatif?
Teori adalah susunan konseptual abstrak yang menjelaskan suatu fenomena atau
kejadian yang pasti. Teori etika normatif adalah suatu susunan sistematis untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan tentang moral atau fenomena etik.
Sebagai suatu teori, semua teori etika normatif memiliki konsep pasti dan
karakteristik yang terstruktur. Teori etika normatif didasari oleh standar moral, prinsip
moral umum dan prinsip moral khusus, dan pertimbangan moral.
Standar moral sangat fundamental dan merupakan prinsip umum yang mendasari
teori etika normatif. Terdapat perbedaan yang krusial antara standar moral dan prinsip
moral atau pertimbangan moral, persamaannya adalah semua tindakan moral harus
melihat ketiga hal tersebut. Menurut standar moral utilitarian, tindakan yang bermoral
adalah tindakan yang dapat menciptakan kebahagiaan.
Prinsip moral umum berfokus pada tindakan umum, yang menyatakan semua
tindakan pasti mengandung moral dan immoral. Dalam prinsipnya, semua tindakan yang
bertujuan atau berniat untuk menyakiti manusia dianggap sebagai tindakan yang tidak
bermoral.
Prinsip moral khusus mendasari tingkatan akhir dari teori etika normatif. Prinsip ini
berfokus pada tindakan yang lebih spesifik. Seperti pernyataan, “pemerkosaan adalah
tindakan yang tidak bermoral” atau “kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan
yang tidak bermoral”. Melalui prinsip moral khusus ini dapat dirancang sebuah kode
etik.
Jadi, dalam hubungannya, standar moral menghasilkan prinsip moral umum, yang
kemudian menghasilkan prinsip moral khusus dan pertimbangan moral.
Disamping itu, teori radikal dan egoistik lainnya menyatakan teori moral normatif
menghasilkan prinsip umum moral yang sama, prinsip moral khusus dan pertimbangan
moral khusus. Dalam teori etik dasar, anggapan berfokus pada domain moral, secara
alami, struktur, dan aplikasinya.
Tepatnya, yang membedakan standar moral yang mendasari teori moral, adalah teori
dasar yang beranggapan :
1. Elemen khusus yang dapat digunakan sebagai evaluasi setiap tindakan yang
dilakukan oleh individu
2. Memberikan konsep baik dan benar, dan mana konsep yang dilihat lebih mendasar
3. Apakah pengetahuan etik merupakan asal dari pengalaman atau sebuah alasan
B. FILOSOFI ETIK
Ranah etik melibatkan konsep sistematisasi, pembelaan, rekomendasi prilaku benar
salah. Para filsuf membagi teori etik menjadi 3 subjek : metaetik, etik normatif, dan etik
terapan. Metaetik menjawab pertanyaan yang berfokus pada isu kebenaran umum,
kehendak tuhan, peran akal dalam penilaian etis, dan arti dari istilah etika itu sendiri.
Normatif etik membahas tugas praktis moral, mana yang termasuk standar moral yang
mengatur benar dan salah. Hal ini dapat melibatkan kebiasaan baik yang dapat kita tiru,
tugas yang harus dikerjakan, atau dampak prilaku kita terhadap orang lain. Etik terapan
membahas isu-isu kontroversial seperti aborsi, pembunuhan anak, hak binatang,
homoseksual, dsb.
Dengan menggunakan konsep metaetik dan etik normatif, pembahasan mengenai etik
terapan dapat diselesaikan. Perbedaan dari ketiganya terkadang masih belum jelas.
Misalnya, isu aborsi pada etik terapan masih menjadi prilaku yang kontroversi. Tetapi
dalam prinsip norma umum lainnya, seperti ada hak pribadi untuk melakukannya dan ada
hak hidup bagi bayi yang dikandungnya. Namun harus dilihat lagi nilai moral dalam
melakukan hal tersebut. dari segi metaetik, akan muncul isu seperti, darimana hak
tersebut bersumber?
Teori keempat berasal dari filsuf inggris W.D Ross, yang disebut prima facie duties.
Ross berpendapat bahwa tugas yang kita jalani adalah bagian dari sifat dasar alam
semesta. Teori Ross lebih singkat, namun dia percaya dapat mencerminkan keyakinan
moral kita yang sebenarnya :
a) Fidelity (kesetiaan), tugas untuk menepati janji
b) Reparation (memperbaiki), tugas untuk mengimbangi saat kita membahayakan atau
merugikan orang lain
c) Gratitude (terimakasih), tugas untuk berterimakasih kepada orang yang menolong
kita
d) Justice (keadilan), tugas untuk mengakui kebaikan
e) Beneficience (manfaat), tugas untuk memperbaiki keadaan orang lain
f) Self-improvement ( memperbaiki diri), tugas untuk memperbaiki menjadi lebih baik
dan pandai
g) Nonmaleficence (tidak membahayakan), tugas untuk tidak membahayakan atau
melukai orang lain
C. ETIK DAN MORAL
Etik dan moral berkaitan dengan aturan benar dan salah. Terkadang keduanya saling
tertukar, perbedaannya : etik melihat dari nilai yang bersumber dari luar, misalnya nilai
yang dianut dari tempat kerja atau prinsip agama. Moral melihat dari nilai yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri.
Perbandingan etik dan moral :
Etik Moral
Apa artinya? Nilai yang diakui untuk Prinsip yang berhubungan
menghormati prilaku dengan prilaku benar atau
sekelompok manusia dalam salah. Dimana dapat
suatu grup atau budaya diartikan “lakukan” atau
“jangan lakukan”.
Merupakan acuan
seseorang mengenai benar
dan salah
Darimana asalnya? Sistem sosial-eksternal Individual-internal
Mengapa kita Karena masyarakat Karena kita pervaya sesuatu
melakukannya? mengatakan itu benar untuk itu benar atau salah
dilakukan
Fleksibilitas Dalam definisinya etik Biasanya konsisten,
bergantung pada orang lain. meskipun bisa berubah jika
Cenderung konsisten pada kepercayaan individunya
konteks tertentu, tetapi berubah
dapat bervariasi antar
konteks lainnya
Problematika (keabu- Seseorang yang mengikuti Moral seseorang meskipun
abuan) prinsip etik tertentu dengan mungkin telah tertanam
ketat bisa jadi tidak dengan baik, dapat dipilih
memiliki moral sama sekali. untuk mengikuti kode etik
Misalnya orang yang yang ada. “dapat
meyakini suatu prinsip etik menyesuaikan”
pada suatu kelompok tanpa
mempertahankan integritas
moral yang dimiliki
Asal kata Dari bahasa yunani Ethos Dari bahasa latin Mos 
karakter adat
Dapat diterima Etik diatur oleh ahli dan Moralitas melampaui
pedoman legal dalam suatu norma budaya
waktu dan tempat
Etik adalah standar eksternal yang dibuat oleh institusi, kelompok, atau budaya untuk
diikuti oleh individu. Contoh : pengacara, polisi, doktor, harus mengikuti kode etik
profesi. Etik juga bisa disebut sebagai prilaku yang dapat diterima oleh sistem sosial atau
lingkungan kerja. Moral juga dipengaruhi oleh adat dan masyarakat, tetapi merupakan
prinsip yang dibuat oleh individu itu sendiri.
D. PRINSIP ETIK
1. Otonomi
Otonomi berarti nilai pribadi. Kita punya kewajiban untuk menghirmati otonomi
orang lain, seperti menghormati keputusan yang dibuat oleh orang lain. Disebut juga
prinsip mertabat manusia. Tugas negatifnya yaitu untuk tidak mencampuri keputusan
yang dibuat orang lain, positifnya yaitu untuk memberdayakan orang lain untuk
bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Prinsip yang wajar : jujur dalam segala urusan
dan kewajiban untuk menepati janji
2. Beneficence
Kita berkewajiban untuk selalu membawa kebaikan dalam setiap tindakan yang
dilakukan. Prinsip yang wajar : harus mengambil langkah positif untuk mencegah
sesuatu yang berbahaya. Tetapi, prinsip ini bisa menempatkan kita pada konfil untuk
menghormati otonomi orang lain
3. Nonmaleficence
Kita berkewajiban untuk tidak membahayakan orang lain. Pertama : tidak
membahayakan. Prinsip yang wajar : jika sesuatu yang berbahaya tidak dapat
dihindari, kita harus meminimalisir bahaya yang kita lakukan. Jangan meningkatkan
risiko bahaya tersebut. tidak benar melakukan sesuatu yang berbahaya demi
kebaikan. Yang benar adalah tidak membahayakan dan menghasilkan kebaikan.
4. Justice
Kita berkewajiban menyediakan apapun yang orang lain inginkan dan butuhkan
dengan adil. Harus bertindak sama, adil dan tidak memihak pada siapapun.
E. OTONOMI
Otonomi individu merupakan pemikiran dasar yang dapat dimengerti berdasarkan
kemampuan seseorang, untuk hidup berdasarkan alasan dan motivasi yang diambilnya
sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Dalam teori moral yang sesungguhnya, otonomi
adalah nilai yang kontras dengan kerangka kerja alternatif lainnya seperti etik pelayanan,
utilitarianisme, dan etik lainnya. Secara tradisional, otonomi berarti kebebasan individu
untuk berpendapat berdasarkan nilai moral yang dianutnya dalam politik. Dalam
beberapa dekade terakhir, ilmuan mencoba memperbarui konsep otonomi menjadi
individualisme,
Dalam tradisi barat, otonomi individu merupakan moral dasar dan nilai politik yang
sangat berkembang. Menempatkan moral diatas kemapuan individu untuk memerintah
dirinya sendiri, mandiri dalam menentukan keputusan hidup dan perannya dalam
masyarakat dan istitusi politik menjadikannya masyarakat modern. Otonomi kemudian
menjadi titik pertimbangan kembali untuk modernitas yang kompleks
Otonomi memainkan berbagai peran dalam catatan teoritis seseorang, konsep kewajiban
dan tanggung jawab, pembenaran kebijakan sosial dan dalam berbagai aspek teori
politik.
F. BENEFICIENCE
Tindakan dan motivasi untuk menjadi bermanfaat sebenarnya telah ada dalam kebijakan.
Contohnya, beasiswa untuk anak kurang mampu, dukungan dana untuk penelitian-
penelitian kesehata, penanganan bencana dan program-program berlainnya. Apa yang
membuat tindakan beragam ini bermanfaat? Apakah tindakan dan kebijakan yang baik
seperti itu wajib atau semata-mata mengejar gagasan moral opsional?
Pertanyaan tersebut menghasilkan literatur asas beneficence dalam teori etik dan etik
terapan. Dalam teori etik, masalah yang dominan dalam beberapa tahun terakhir adalah
bagaimana menempatkan batasan pada lingkup kebaikan. Dalam penerapan dan
profesional etik, dibahas jumlah masalah yang bisa diatasi dengan biomedical etik dan
etika bisnis.
Beneficence adalah konsep etika penelitian dimana peneliti harus memperhatikan
kesejahteraan partisipan sebagai tujuan akhir dari penelitian tersebut. lawannya adalah
maleficence, dimana pada setiap kegiatan harus memperhatikan kesejahteraan
partisipan, tidak hanya sebagai tujuan akhir saja.
Terdapat 4 konsep dalam beneficence :
1. Seseorang seharusnya tidak melakukan kejahatan atau sesuatu yang membahayakan
2. Seseorang seharusnya mencegah kejahatan atau bahaya
3. Seseorang seharusnya menghapuskan kejahatan atau bahaya
4. Seseorang seharusnya melakukan kebaikan
G. NONMALEFICENCE
Nonmaleficence berarti tidak membahayakan atau menimbulkan sedikit bahaya/kerugian
untuk mendapatkan manfaat. Nonmaleficence tidak dapat dipisahkan dengan
beneficence. Kita harus memberikan manfaat pada orang lain dengan cara atau langkah-
langkah yang tidak membahayakannya. Nonmaleficence adalah prinsip untuk
menghindari dampak yang buruk, dengan menghindari setiap tindakan yang
membahayakan seseorang.
Prinsip ini mendukung nilai moral seperti :
1. Tidak membunuh
2. Tudak menyebabkan kesakitan
3. Tidak melakukan hal diluar tanggung jawab
4. Tidak melakukan pelanggaran
5. Tidak mencelakakan orang lain demi kebaikan
Penggambaran antara membahayakan dan melakukan kebaikan diklasifikasikan menjadi:
1. Seseorang seharusnya tidak mencelakakan
2. Seseorang seharusnya mencegah bahaya
3. Seseorang seharusnya menghapus kegiatan yang membahayakan
4. Seseorang seharusnya dianjurkan melakukan kebaikan
H. ADVOKASI
Advokasi adalah usaha untuk membantu orang dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi hidupnya. Advokasi bertujuan untuk meningkatkan kontrol seseorang
atas suatu hal, kualitas hidup, untuk meningkatkan kekuatan diri dan menjadi lebih
bernilai sebagai seorang individu. Advokasi berfokus pada kebutuhan, harapan dan hak,
termasuk perlindungan akan kerahasiaan dari orang tersebut.
Advokasi berasal dari bahasa latin yang berarti “dipanggil untuk berdiri disamping”.
Advokasi berarti berdiri disamping seseorang untuk mensupport mereka. Advokasi
bertujuan memuaskan seseorang, sehingga mereka mendapatkan hak dan martabatnya.
Misalnya dalam suatu diskusi yang membahas tentang tanggung jawab individu untuk
pelayanan kesehatan, peran pemerintah dalam sistem palayanan kesehatan, dan
redistribusi anggaran untuk pembiayaan pelayanan kesehatan. Beberapa orang
beranggapan sehat dan sakit adalah tanggungjawab perorangan yang berfokus pada
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien, serta merekalah yang harus membayar
pelayanan kesehatan. Pendapat lainnya beranggapan bahwa sehat dan sakit itu sangat
kompleks, biayanya terlalu tinggi, sehingga tidak mampu dibayarkan oleh individu.
Sehingga mereka ingin biaya kesehatan ditanggung bersama dengan adanya asuransi atau
anggaran kesehatan. Setiap pendapat diatas tidak salah, karena keinginan dan
kemampuan setiap orang berbeda. Harus ada yang menjadi advokator agar hak setiap
orang dapat terpenuhi.
I. KERAHASIAAN
Kerahasiaan adalah perlindungan terhadap informasi personal. Menjaga informasi klien
hanya antara kita dan klien, tidak memberi tahu orang lain termasuk teman, keluarga,
rekan kerja, dll.
Contoh yang termasuk mempertahankan kerahasiaan :
1. File individu dikunci dan diamankan
2. Tidak memberitahu file klien kepada siapapun tanpa izin dari klien
3. Informasi tentang klien tidak boleh diberitahu pada orang yang tidak perlu tahu
4. Rincian medis klien tidak boleh didiskusikan tanpa izin klien
5. Pasien dewasa berhak menyimpan informasi yang berkaitan dengannya sendiri tanpa
diberitahu pada pihak keluarga atau walinya
Informasi yang harus dijaga kerahasiaannya :
1. Nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
2. Contack person
3. Data bank
4. Riwayat perjalanan penyakit
5. Masalah perawatan pribadi
6. Catatan palayanan yang diberikan dan perkembangannya
7. Rencana pribadi individu
8. Penilaian atau laporan
9. Permintaan perwalian
10. Data keluar masuk pasien
J. JUSTICE
Prinsip dari keadilan adalah bagaimana agara manfaat sosial dapat dirasakan oleh semua
pihak. Misalnya ada 2 pasien datang diwaktu yang bersamaan untuk mendapatkan
pelayanan medis, kita harus memikirkan bagaimana agar kedua pasien tersebut
mendapatkan haknya secara adil.
Filsuf mengusulkan beberapa prinsip agar keadilan merata :
1. Setiap orang mendapat bagian yang sama
2. Setiap orang didasarkan pada kebutuhannya
3. Setiap orang didasarkan pada usahanya
4. Setiap orang didasarkan pada kontribusinya
5. Setiap orang didasarkan pada kepantasannya
PRINSIP-PRINSIP MORAL UNIVERSAL

A. Definisi Moral

Topik dari entri ini bukanlah teori moral langsung; lebih tepatnya, itu adalah definisi moralitas. Teori
moral adalah hal yang besar dan rumit; definisi tidak. Pertanyaan tentang definisi moralitas adalah
masalah mengidentifikasi sasaran teori moral. Mengidentifikasi target ini memungkinkan kami untuk
melihat ibu yang berbeda! teori sebagai upaya untuk menangkap hal yang sama Dengan cara ini,
perbedaan antara definisi moralitas dan teori moral sejajar dengan perbedaan John Rawls (197]: 9)
menarik antara konsep umum keadilan dan berbagai konsepsi rinci tentangnya. Namun, istilah Rawls
'menunjukkan perbedaan psikologis, dan juga menunjukkan bahwa banyak orang memiliki konsep
keadilan. Tetapi perbedaan deterisi / theery tidak bersifat psikologis, dan hanya para ahli teori moral
yang biasanya memiliki mode moral.

Tampaknya tidak ada banyak alasan untuk berpikir bahwa definisi tunggal tentang moralitas akan
berlaku untuk semua diskusi moral. Salah satu alasannya adalah bahwa "moralitas" tampaknya
digunakan dalam arti luas yang berbeda; pengertian deskriptif dan indra nonnatif. Lebih khusus lagi,
istilah "moralitas" dapat digunakan

1. descdptively untuk merujuk ke kode perilaku tertentu yang dikemukakan oleh masyarakat atau
kelompok (seperti agama), atau diterima oleh individu untuk perilakunya sendiri atau

2. secara normatif untuk mengacu pada kode etik yang, dengan kondisi tertentu, akan dikemukakan
oleh semua orang yang rasional.

Manakah dari dua panca indera "moralitas" ini yang menggunakan teori penting, meskipun "kadang-
kadang -disenangkan", dalam perkembangan "teori etis". Jika seseorang menggunakan "moralitas"
dalam pengertian deskriptif, dan oleh karena itu menggunakannya untuk mengacu pada kode etik
yang benar-benar dikemukakan oleh kelompok atau masyarakat yang berbeda, seseorang hampir
pasti akan menyangkal bahwa ada moralitas universal yang berlaku untuk semua manusia.
Penggunaan deskriptif "moralitas" adalah yang digunakan oleh para antropolog ketika mereka
melaporkan moralitas masyarakat yang mereka pelajari. Baru-baru ini, beberapa psikolog komparatif
dan evolusioner (Haidt 2006; Hauser 2006; De Waal 1996) telah mengambil moralitas, atau antisipasi
yang dekat, untuk hadir di antara kelompok-kelompok hewan non-manusia: priman'ly, tetapi tidak
secara eksklusif, primata lainnya.

Setiap definisi "moralitas" dalam arti deskriptif perlu menentukan kode mana yang dikemukakan
oleh masyarakat atau kelompok yang dihitung sebagai moral. Bahkan dalam masyarakat yang
homogen kecil, yang tidak memiliki bahasa tertulis, perbedaan kadang-kadang dibuat antara
moralitas, hukum etiket, dan agama. Dan dalam masyarakat yang lebih besar dan lebih kompleks,
perbedaan ini sering ditandai dengan tajam. Jadi "moralitas" tidak dapat diambil untuk merujuk
setiap kode etik menempatkan poin oleh masyarakat.
Dalam pengertian normatif, "moralitas" mengacu pada kode etik yang akan diterima oleh siapa saja
yang memenuhi kondisi intelektual dan kemauan tertentu, hampir selalu termasuk kondisi rasional.
Bahwa seseorang memenuhi persyaratan ini biasanya dinyatakan dengan mengatakan bahwa orang
tersebut dianggap sebagai agen moral. Namun, hanya menunjukkan bahwa kode tertentu akan
diterima oleh agen moral tidak cukup untuk menunjukkan bahwa kode tersebut adalah kode moral.
Mungkin saja semua agen moral juga akan menerima kode kehati-hatian atau rasionalitas, tetapi ini
tidak akan dengan sendirinya menunjukkan bahwa kehati-hatian adalah bagian dari moralitas.

B. Faktor Implikasi Moral Kemungkinan keberatan untuk menilai keyakinan sebagai "moral" atau
"tidak bermoral" adalah moral itu penilaian, dipertimbangkan dengan benar, harus hanya berlaku
untuk tindakan. Keberatan ini menguap, namun, ketika kita memahami bahwa persetujuan pikiran
terhadap kebenaran proposisi, yang saya maksud dengan "keyakinan", bukanlah masalah inti di sini.
Sebaliknya, penilaian moral berlaku untuk alasan, atau karena itu, untuk persetujuan. Kami benar-
benar berbicara tentang tindakan mental serta tindakan fisik, dan untuk alasan adalah untuk terlibat
adalah jenis aktivitas mental. Anggaplah, seperti halnya pemilik kapal Clifford, kita sampai pada
suatu keyakinan sementara dengan sengaja mengabaikan bukti yang bertentangan, "Imoralitas"
yang terlibat di sini tidak akan berkaitan dengan persetujuan mental seperti itu tetapi terhadap
kegagalan kita untuk mengambil tindakan mental yang diperlukan untuk membenarkan keyakinan
kita. .

1. Kredibilitas:. 2 '. [Eh dari i'reedom

3. Kurangnya persetujuan

C. Penalaran Moral Alasan moral adalah penalaran praktis individual atau kolektif tentang apa,
secara moral, satu harus lakukan. Pemeriksaan filosofis penalaran moral menghadapi kedua teka-
teki khas tentang bagaimana kita mengenali pertimbangan moral dan mengatasi konflik di antara
mereka dan tentang bagaimana mereka menggerakkan kita untuk bertindak -dan peluang khas
untuk wawasan berkilau tentang apa yang harus dilakukan dari cara kita berpikir tentang apa yang
harus kita lakukan. Tim yang eksplisit adalah pemikiran yang bertanggung jawab. m yang msoner.
dipandu oleh penilaiannya terhadap tukang masalnya (Kolodny 2005) dan persyaratan apa pun yang
berlaku 9f xatlonality (Sapu 2009), upaya untuk mencapai jawaban yang didukung dengan baik untuk
e dengan baik

Tim yang eksplisit adalah pemikiran yang bertanggung jawab. m yang msoner. dipandu oleh
penilaiannya terhadap tukang-tukang sihirnya (Kolodny 2005) dan persyaratan apa pun yang berlaku
9f xatlonalitas (Sapu 2009), upaya untuk mencapai jawaban yang didukung dengan baik untuk
pertanyaan yang jelas. Mengkarakterisasi "penalaran" sebagai "pemikiran yang dilakukan secara
bertanggung jawab" tentu saja tidak cukup untuk menganalisis gagasan tersebut. Untuk satu hal,
gagal untuk mengatasi pertanyaan yang penuh pertanyaan tentang hubungan penalaran dengan
kesimpulan (Harman 1986, Broome 2009). Namun, itu akan dilakukan untuk tujuan sekarang. Itu
sudah cukup untuk menjelaskan bahwa gagasan tentang penalaran melibatkan norma-norma
pemikiran yang sering gagal kita jalani.
Untuk memulai dengan keberangkatan paling sederhana dari norma-norma penalaran: pemikiran
kita, termasuk pemikiran moral kita, seringkali tidak eksplisit. Kita dapat mengatakan bahwa kita
juga beralasan secara diam-diam, berpikir dengan cara yang sama seperti selama penalaran eksplisit,
tetapi tanpa upaya eksplisit untuk mencapai jawaban yang didukung dengan baik. Dalam beberapa
situasi, bahkan yang bermoral, kita mungkin tidak disarankan untuk mencoba menjawab pertanyaan
praktis kita dengan alasan yang jelas. Di pihak lain, bahkan mungkin merupakan kesalahan untuk
bernalar secara diam-diam - karena, katakanlah, kita menghadapi keadaan darurat yang mendesak.
Namun bahkan jika kita tidak diminta untuk memikirkan pilihan kita dalam semua situasi, dan
bahkan jika kadang-kadang akan lebih baik jika kita tidak, jika kita diminta untuk melakukannya,
maka kita harus melakukan

pemikiran kita secara bertanggung jawab: kita harus bernalar.

Topik penalaran moral terletak di antara dua topik lain yang biasa dibahas dalam filsafat moral. Di
satu sisi, ada pertanyaan orde pertama tentang apa kebenaran moral yang ada, jika ada. Misalnya,
apakah ada prinsip moralitas umum yang benar, dan jika ya, apa itu? Pada tingkat ini, utilitarianisme
bersaing dengan Kantianisme, misalnya, dan keduanya bersaing dengan para ahli anti-teori dari
berbagai garis, yang hanya mengakui kebenaran tertentu tentang moralitas (Clarke & Simpson 1989)
Di sisi lain, semacam pertanyaan yang sangat berbeda muncul dari

. berusaha memberikan kebenaran moral groundingfgx metafisik atau untuk: the, clain1 bahwa tidak
ada satu pun. Seandainya ada beberapa kebenaran moral, apa yang membuat mereka benar? Akun
apa yang dapat diberikan tentang kondisi kebenaran dari pernyataan moral? Di sini timbul
pertanyaan-pertanyaan yang akrab dengan skeptisisme moral dan relativisme moral; di sini, gagasan
"alasan" digunakan oleh banyak orang berharap untuk mempertahankan metafisika moral non-
skeptisal. Topik penalaran moral terletak di antara dua topik akrab lainnya dalam pengertian
sederhana berikut ini: para penemu moral beroperasi dengan apa yang mereka anggap benar secara
moral tetapi, alih-alih bertanya apa yang membuat keyakinan moral mereka benar, mereka
melanjutkan tanggung jawab untuk mencoba mencari tahu. apa yang harus dilakukan sehubungan
dengan pertimbangan itu. Studi filosofis tentang penalaran moral berkaitan dengan sifat dari upaya-
upaya ini.

1). Contoh 0! Prinsip moral

Prinsip-prinsip Moral Adalah norma-norma sosial yang menunjukkan apa yang harus dilakukan atau
apa yang harus dihindari. Mereka juga menentukan tindakan mana yang harus dipromosikan atau
diakui dan mana yang harus dikritik atau dihukum. Timur Jenis aturan Merujuk pada masalah umum
yang mungkin berlaku dalam kasus yang sangat berbeda. Mereka tidak pernah mengacu pada situasi
tertentu, sehingga mereka dapat ditafsirkan dan diterapkan secara berbeda tergantung pada
kasusnya. Mereka datang dari konstruksi kebijaksanaan manusia dari waktu ke waktu dan menyebar
melalui waktu berkat tradisi lisan. Oleh karena itu, mereka tidak dikompilasi dalam buku apa pun
atau ditentukan oleh orang tertentu. Namun, adalah umum bagi berbagai agama untuk
menempatkan prinsip-prinsip mereka dalam tulisan-tulisan suci dan untuk menjadi! ditugaskan
kepada para nabi mereka. Ini adalah kasus "aturan emas", sebuah prinsip moral yang telah
disebarkan oleh berbagai agama dan yang ciptaannya dikaitkan dengan berbagai nabi. Prinsip-
prinsip moral merupakan dasar fundamental bagi pembangunan masyarakat. Ini karena mereka
mengandalkan peristiwa masa lalu untuk mengusulkan aturan yang mempromosikan acara yang
dianggap positif dan menghindari acara yang dianggap negatif. Oleh karena itu, mereka dapat
bervariasi sesuai dengan

nilai-nilai setiap budaya atau mereka dapat ditransformasikan dengan berlalunya waktu. Namun, ada
beberapa di antaranya yang cukup meluas.

Ada yang konsisten dengan masing-masing Fleksibilitas lainnya

Memiliki hierarki

Relativitas prinsip-prinsip moral Aturan emas

Akhir tidak membenarkan cara Kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri


BIOMEDICAL ETHICS

A. DEFINISI BIOMEDICAL
Bioetik, cabang dari etik terapan yang mempelajari filsafat, sosial, dan isu legal yang
muncul dalam kesehatan dan kehidupan. Utamanya berfokus pada kesejahteraan hidup
manusia, namun terkadang juga membahas etik dalam lingkungan biologis lainnya
seperti yang berkaitan dengan alam dan binatang.
Bioetik berfokus pada pertanyaan-pertanyaan etik yang muncul dalam hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, obat-obatan, politik, hukum, dan filsafat. Termasuk
juga studi yang membahas nilai secara umum yang muncul dalam pelayanan dasar dan
cabang kesehatan lainnya.

B. KONSEP BIOMEDICAL ETIK


Aplikasi dari nilai dan moral dalam kegiatan manusia. Bioetik adalah bagian dari etik
terapan, yang menggunakan prinsip etik dan pengambilan keputusan untuk memecahkan
dilema dalam kesehatan dan biologi. Etik berusaha mencari alasan, konsistensi, dan
solusi terbaik dalam masalah yang berkaitan dengan moral.
Bioetik klinik umumnya berdasarkan pada kasus. Banyak praktik klinik bergantung pada
peraturan umum dan pengalaman dari kasus yang ada. Pemahaman bioetik bergantung
pada nilai moral yang dipelajari dan diterima, keputusan bioetik sebelumnya yang
bersala dari refleksi yang bijaksana, dan keunikan dari individu sendiri yang
membedakannya dengan yag lain. Saat dokter berpikir tentang bioetik, mereka berpikir
tentang aspek legal dari tindakan mereka berdasarkan preskriptif dan proskriptif atau
berdasarkan nilai keagamaan. Tidak langsung diaplikasikan. Dokter berfokus pada
kebutuhan pasien, aturan nilai, dan keputusan etik.
BIOETIK DAN HUKUM
Bagaimana bioetik berbeda dengan hukum? Keduanya memberikan aturan dan
dianjurkan untuk dilakukan. Hukum adalah cabang dari undang-undang legislatif, aturan
pihak administratif, atau keputusan lapangan dan seringkali bervariasi pada lokasi yang
berbeda dan hanya berlaku di tempat itu saja. Etik menggabungkan nilai dan
kepercayaan yang luas tentang perilaku yang benar. Meskipun bioetik tidak dapat
berubah berdasarkan tempat, interpretasi dari prinsipnya dapat melibatkan perubahan
masyarakat. Etika yang baik akan menghasikan hukum yang baik. Meskipun hukum
yang baik belum tentu menghasilkan etika yang baik. Meskipun nilai-nilai masyarakat
tergabung menjadi hukum dan prinsip etika, prinsip etika adalah hal yang mendasar bagi
masyarakat.
Hukum dan bioetika berbeda secara nyata. Sebagai contoh, hukum menyelesaikan
pertikaian di ruang sidang, pihak-pihak yang terkait memiliki kesempatan khusus untuk
berbicara. Sedangkan bioetika lebih fleksibel, menyelesaikan masalah sesuai dengan
kebutuhan institusi atau pihak yang berkepentingan, tidak perlu diselesaikan dalam
ruangan khusus, yang penting semua pihak terkait dapat berkumpul.
Bioetika berdasarkan prinsip, dibuat untuk menekankan setiap hal pada manfaatnya.
Mungkin kunci perbdaaanya adalah bioetika bergantung pada nilai individual orang. Dan
juga meski tanpa intervensi dari bioetika, tenaga medis bisa membuat keputusan yang
etis. Hukum tidak bergantung pada nilai individu dan pendapat umum pengacara untuk
menginterpretasikannya.
BIOETIKA DAN AGAMA
Pada masayarakat homogen, agama menjadi pendamai norma etika. Pada masayarakat
multikultural, dengan tidak hanya terdiri dari satu agama, pendekatan isu etika
berdasarkan nilai yang dianut itu sangat penting. Agama mempengaruhi bioetika. Bioetik
modern menggunakan banyak metode pengambilan keputusan, pendapat, dan idealisme
yang bersumber dari agama. Disamping itu, spiritualitas pribadi dokter dapat
memungkinkan mreka untuk berhubungan lebih baik dengan pasien dan keluarga dalam
keadaan krisis. Meskipun agama yang berbeda menunjukkan ketidaksamaan, semua
agama memiliki nilai emas, dengan prinsip dasar “apa yang kamu lakuka untuk orang
lain, akan mereka lakuka juga untukmu”. Jika kita melakukan kebaikan pada orang lain,
maka kita juga akan mendapatkan kebaikan.
C. TEORI UTILITARIANISME
Salah satu teori yang sangat berpengaruh dalam sejarah perkembangan etika normatif.
Utilitarianisme umumnya meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan menghasilkan
sesuatu yang baik. Pada pandangan utilitarian, seseorang harus memaksimalkan
keseluruhan kebaikan, yaitu mempertimbangkan kebaikan orang lain serta kebaikannya
sendiri. Jadi, jika kita melakukan suatu proses dengan baik, maka hasilnya juga akan
baik. Semua ini berdasarkan pendekatan moral.
D. TEORI DEONTOLOGI
Berasal dari bahasa yunani “deon” yang berarti tugas “logos” yang berarti ilmu.
Deontologi merupakan salah satu teori normatif yang memberikan pilihan antara nilai
moral, larangan, dan anjuran. Dengan kata lain, deontologi diturunkan dari nilai moral
yang memandu kita untuk memilih apa yang seharusnya kita lakukan. Secara kontras
menunjukkan akan jadi orang seperti apa kita.
Deontologi berfokus pada apa yang dilakukan, bukan hasil dari apa yang dilakukan
tersebut. tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan aturan yang berlaku, meskipun
hasil yang tercapai tidak baik. Sebaliknya, tindakan yang melanggar aturan tidak boleh
dilakukan meskipun pastinya jika dilakukan akan memperoleh hasil yang baik
E. TEORI DAN KAPASITAS HUKUM KESEHATAN
Hukum kesehatan publik sudah berkembang sejak lama. Hukum kesahatan publik adalah
studi tentang kekuatan legal dan kewajiban negara untuk menjamin kesehatan warganya.
Dengan mengidentifikasi, mencegah, mengurangi resiko kesehatan di masyarakat. Dan
membatasi aspek otonomi, privasi, dan kerahasiaan lainnya guna mencegah dan
mempromosikan kesehatan masyarakat. Lawyers dalam hukum kesehatan publik harus
memegang peranan sebagai konselor, representator, dan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai