Disusun Oleh :
STIK – PTIK
1. Megapa ada Perubahan dari Undang-Undang ITE ?
Revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang berlaku
mulai hari ini memang menjadi perhatian banyak pengguna internet di
Indonesia. Menurut kelompok kami Pangerapan, pemerintah merevisi UU ITE
karena Indonesia sedang berusaha mengelola internet di Indonesia. Kami menilai,
saat ini tengah terjadi transformasi digital. Karena itu, pergerakan internet di Indonesia
sangat cepat. Hal ini terbukti dari jumlah pengguna internet pada 2010 yang
jumlahnya 42 juta, meningkat tajam menjadi 132 juta pada tahun ini. Kehadiran 132
juta orang di dunia maya memunculkan keragaman yang sangat luas. Maka, ada
tantangan tersendiri untuk mewujudkan tata kelola internet di Indonesia.
"Kehadiran internet tidak dimungkiri memberikan manfaat bagi dunia usaha. Namun
ada kompleksitas masalah, seperti masalah teknis, masalah legal misalnya transaksi
online apakah sah secara hukum, sosial budaya misalnya perilaku yang disalurkan
melalui media sosial," tutur Semuel.
Revisi UU ITE sebenarnya sudah dilakukan sejak 2012, namun baru terlaksana pada
2016. Pemerintah menegaskan, revisi UU ITE diharapkan bisa memberikan arah
mengenai pembangunan internet di Indonesia.
Maka itu, dalam prosesnya pemerintah berdiskusi dan mendengarkan masukan serta
perspektif dari pemangku kepentingan dan masyarakat. "Manfaat TIK harus
melindungi kepentingan nasional, jangan sampai kepentingan nasional malah
dikorbankan,"
Menurut kami, revisi UU ITE berusaha membuat internet menjadi bermanfaat sebesar-
besarnya bagi masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar. Selanjutnya,
dengan revisi ini pemerintah berupaya memastikan kehadiran TIK bakal memperkuat
integritas sosial dan mencerdaskan masyarakat, serta memajukan ekonomi digital
berbasis kreativitas.
Tak hanya itu, internet pada mulanya hadir dengan tujuan positif, yakni membangun
layanan internet berintegritas. "Karena itu, untuk menjamin keamanan dalam
berinternet diperlukan payung hukum. Itu awalnya kenapa UU ITE dibentuk yaitu
mengatur tata penggunaan internet agar tidak chaos.
Oleh karena itu, pemerintah merevisi UU ITE dengan tujuan membentuk dunia siber
yang bermanfaat dan mampu meningkatkan peradaban.
Menurut kelompok kami dibentuknya PPNS di bidang ITE salah satunya untuk
memudahkan pengungkapan tindak pidana khusus serta pengawalan undang-undang
di lingkungan Kementerian dan Lembaga. Mereka juga dituntut untuk bisa
menempatkan diri dan fokus pada tugas menjadi penegak hukum bidang penyidikan
bersama dengan polisi dan jaksa. Agar dalam pelaksanaan tugas penyidikan tidak
menimbulkan permasalahan, ketidakharmonisan atau ego sektoral, Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil harus mendudukkan diri sebagaimana sudah diatur dalam
berbagai ketentuan
Pemerintah juga meminta para PPNS aktif dan kreatif mengikuti dinamika
perkembangan global dan perubahan teknologi informasi, beserta jenis dan modus
kejahatan yang mengikutinya. Cara-cara penyidikan konvensional kurang relevan
menghadapi kejahatan lintas negara (transnational) atau kejahatan dunia maya (cyber
crime) yang mungkin saja terjadi di Kementerian/Lembaga tempat mereka
ditugaskan.
Beliau menjelasakan :
"Negara kita adalah negara demokrasi, yang menghormati kebebasan
berpendapat dan berorganisasi, negara kita adalah negara hukum yang harus
menjalankan hukum seadil-adilnya, melindungi kepentingan lebih luas dan
menjamin rasa keadilan masyarakat,"
UU ITE memiliki semangat awal untuk menjaga agar ruang digital Indonesia berada
dalam kondisi bersih, sehat, beretika, dan produktif. Namun, implementasi terhadap
undang-undang tersebut jangan sampai menimbulkan rasa ketidakadilan.
Kepala Negara menuturkan belakangan ini banyak masyarakat yang saling membuat
laporan dengan menjadikan UU ITE sebagai salah satu rujukan hukumnya. Hal ini
seringkali menjadikan proses hukum dianggap kurang memenuhi rasa keadilan.