Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

Apa yang menjadi kelemahan dan keuntungan dengan diberlakukannya


PERPOL 04 Tahun 2020 ttg Sistem Manajemen Pengamanan apabila
dibandingkan dengan PERKAP 24 tahun 2007 ttg Sistem Manajemen
Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi
Lembaga/Pemerintah
Sistem manajemen Pengamanan yang selanjutnya disingkat SMP
adalah bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jaw ab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengem bangan
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pem eliharaan kebijakan pengam
anan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
usaha guna mewujudkan lingkungan yang aman, efisien dan produktif.
Menurut G.R. Terry (2010;16) menjelaskan bahwa manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan – tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk
menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya.
Manajemen security fisik yang ada di suatu badan usaha jasa
pengamanan sudah diterapkan oleh pihak perusahaan, akan tetapi
perusahaan masih mengalami kerugian yang disebabkan adanya pihak
internal maupun orang luar yang melakukan kejahatan. Tujuan dari SMP
adalah menciptakan sistem pengamanan di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang secara profesional terintegrasi untuk mencegah dan mengurangi
kerugian akibat ancaman, gangguan dan/atau bencana serta mewujudkan
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Satuan Pengamanan (Satpam) sangat menarik untuk dibahas,
karena kita mengetahui bahwa Satpam merupakan unsur yang sangat
penting dan strategis dalam membantu tugas-tugas Polri selaku institusi
yang dikedepankan oleh negara dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat dalam negeri. Karena jika
dibandingkan/diperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, ragam tingkat
kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan segala fenomena sosial
yang menyertainya. Eksistensi Polri baik dilihat dari jumlah maupun
kualitas sumber daya yang ada sampai saat ini belum cukup untuk
meujudkan keamanan dan ketertiban bagi seluruh lapisan masyarakat.
Untuk itulah diperlukan berbagai elemen dari masyarakat untuk membantu
tugas-tugas Polri dalam menciptakan dan memelihara keamanan
ditengah-tengah masyarakat. Apabila setiap lingkungan masyarakat
sudah tertib, maka dengan sendirinya sangat membantu Polri dalam
mewujudkan perannya sebagai stakeholder yang dikedepankan dalam
menjaga keamanan dalam negeri.
Dalam perkembangan pertumbuhan Satpam saat ini sudah
sedemikian pesatnya dan merupakan salah satu lapangan kerja yang
relatif banyak menyerap tenaga kerja dalam berbagai bidang usaha
(korporasi) dan pemukiman penduduk, namun bila diperhatikan masih
banyak anggota Satpam belum terdidik dengan baik, yang penting
menggunakan seragam Satpam, sehingga kurang mengerti apa yang
menjadi tugas dan kewajibannya. Disamping itu masih ada beberapa
instansi pemerintah yang merekrut dan mendidik anggota Satpam tanpa
bekerja sama dengan instansi kepolisian setempat, sehingga keberadaan
Satpam tersebut kurang mengerti apa yang menjadi tugas dan
wewenangnya terutama kalau terjadi suatu kejadian, dan
bagaimana follow up-nya.
Konsitusional UUD RI 1945 sebagai norma dasar telah memandang
bahwa masalah keamanan begitu penting dan sangat menentukan dalam
kelangsungan eksistensi suatu Negara. Oleh karena itu tanpa keamanan,
tujuan negara yang telah ditetapkan dalam Konstitusi UUD RI 1945  tidak
akan tercapai. Selanjutnya di dalam  mewujudkan keamanan tidak akan
dapat dilaksanakan sendiri oleh negara melalui alat-alat perlengkapannya,
oleh karena itu harus dibantu oleh masyarakat, dengan kata lain
partisipasi masyarakat dalam meujudkan kemanan negara merupakan
prinsip yang sangat mendasar sebagaimana ditentukan dalam pasal Pasal
30 ayat (2) UUD 1945 telah dimuat mengenai:
”Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.”

Bahwa salah satu tujuan negara adalah memberikan perlindungan


kepada warganya sebagaimana disebutkan dalam teori perjanjian sosial
(due contra social)  oleh Thomas Hobbes (Huibers, 1998) bahwa
masyarakat telah menyerahkan hak-hak alaminya kepada negara yang
dibentuk atas kekuatan perjanjian, oleh karena itu negara wajib menjamin
hak-hak setiap warga negara antara lain termasuk hak untuk hidup aman
dan tenteram dari gangguan atau serangan sesama, sebab sasaran
pertama negara adalah menjamin keamanan. Agar keamanan dapat
dijamin, negara harus kuat, dan negara memegang peranan mutlak dalam
menentukan apa yang baik dan seharusnya bagi rakyatnya. Tujuannya
adalah agar keadaan tidak menjadi kacau, harus ada lembaga yang kuat
untuk mengarahkan inividu-individu dalam masyarakat. Karena demikian
pentingnya keamanan diciptakan dan dipelihara agar pembangunan dapat
terlaksanakan dengan baik, maka dalam konsiderans UU Nomor 2 Tahun
2002 tentang Polri ditentukan:
”Keamanan dalam negeri merupakan syarat utama untuk
mendukung terujudnya masyarakat madani yang adil dan makmur
dan  berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.”

Satpam disebut sebagai unsur pembantu Polri dalam melaksanakan


tupoksi dan perannya, maka dalam ini bukan berarti Satpam
berkedudukan sebagai sub ordinasi dari Polri melainkan hanya membantu
secara fungsional tugas-tugas kepolisian secara terbatas. Atas kedudukan
Satpam tersebut ada  pihak-pihak tertentu yang kurang mengerti
ketentuan dimaksud dan bahkan walaupun telah mengerti, karena alasan
“komersial” (tanda petik dari penulis) dapat dijadikan sebagai suatu alasan
untuk merekayasa agar pembinaan/pengukuhan Satpam tidak hanya
berada di tangan Polri, namun intansi pemerintah lainnya juga dapat
melakukan pembinaan/ pengukuhan.  Dalam kesistiman baik mulai dari
pendidikan, pembinaan teknis-teknis dan taktis pelaksanaan tugas-tugas
kepolisian secara terbatas dilingkungan tempat tinggal/korporasi Satpam
bertugas, kalau tidak berada di bawah pengawasan dan pembinaan  Polri
selaku Stakeholder dan yang dikedepankan dalam meujudkan Kamtimas
dapat menimbulkan ketidakpastian hukum bahkan melanggar hukum.
Dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat, dipandang perlu melibatkan dan meningkatkan
potensi pengamanan swakarsa untuk membantu salah satu tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Satuan Pengamanan merupakan
bentuk pengamanan swakarsa yang bertugas membantu Polri di bidang
penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat, terbatas pada
lingkungan kerjanya.
Pada 5 Agustus lalu, Kapolri Jenderal (Pol) Idham Aziz menerbitkan
Peraturan Kepolisian Nomor 4 tahun 2020 tentang Pamswakarsa. Dasar
hukum yang menjadi pijakan pembuatan Perpol 4/2020 tentang
Pamswakarsa adalah Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Republik Indonesia. Namun menurut hemat saya, Perpol
4/2020 tentang Pamswakarsa bertentangan dengan UU 2/2002 tentang
Polri. Pengamanan swakarsa (pamswakarsa) ada dalam UU 2/2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diatur pada pasal 3
yang selengkapnya :
Pasal 3
1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh:
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, b, dan c, melaksanakan fungsi kepolisian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing. Pada penjelasan huruf c (bentuk
bentuk pengamanan swakarsa) ayat 1 pasal 3 disebutkan bahwa:
Yang dimaksud dengan “bentuk-bentuk pengamanan swakarsa”
adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan,
kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian
memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia seperti satuan pengamanan lingkungan dan badan
usaha di bidang jasa pengamanan.
Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki kewenangan
kepolisian terbatas dalam “lingkungan kuasa tempat” (teritoir
gebied/ruimte gebied) meliputi lingkungan pemukiman, lingkungan kerja,
lingkungan pendidikan. Contohnya adalah satuan pengamanan
lingkungan di pemukiman, satuan pengamanan pada kawasan
perkantoran atau satuan pengamanan pada pertokoan. Perbuatan
mengatur artinya ada ada aturan atau peraturan yang diatur. Jadi
kewenangan kapolri hanya mengatur aturan atau peraturan yang sudah
ada saja. Peraturan yang diatur kapolri tak lain adalah aturan yang
menyangkut pengamanan swakarsa.
Selanjutnya pada ayat 2 pasal 3 UU 2/2002 tentang Polri
menyatakan bahwa pengemban fungsi kepolisian huruf a (Polisi Khusus),
b (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dan c (Pamswakarsa) dalam
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing. Jadi harus ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan fungsi
kepolisian Pamswakarsa yang akan menjadi dasar hukumnya.
Menurut UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan bahwa Undang-undang adalah salah satu dari
Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk oleh presiden dan DPR.
Artinya untuk melaksanakan fungsi Kepolisian Pamswakarsa diperlukan
adanya Undang-Undang yang mengatur Pamswakarsa. Sebagai contoh,
pelaksanaan fungsi Kepolisian Penyidik Pegawai Negeri Sipil (huruf b),
diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP. Jadi
Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa menurut UU 2/2002 tentang polri
terbatas pada mengatur pelaksanaan undang-undang yang mengatur
Pamswakarsa. Oleh karena Undang-Undang yang mengatur
Pamswakarsa ini belum ada, maka Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa
bertentangan dengan UU 2/2002 tentang Polri karena mengatur aturan di
luar Undang-Undang yang mengatur Pamswakarsa. Materi Perpol 4/2020
tentang Pamswakarsa mengatur antara lain aturan tentang tahapan
perekrutan yang diatur pada pasal 4, kemudian pelaksana perekrutan
yang diatur pada pasal 8, selanjutnya kepangkatan satpam yang diatur
pada pasal 19 dan selanjutnya pasal 33 yang mengatur bahwa kapolri
adalah pengendali para anggota satpam. UU 2/2002 tentang Polri tidak
mengatur aturan tentang perekrutan, kepangkatan dan pengendalian
satpam. Sangat jelas ayat 1 Pasal 9 UU 2/2002 tentang Polri menyatakan
bahwa kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan
kebijakan teknis kepolisian. Tidak ada disebutkan bahwa kapolri juga
pengendali anggota satpam.
Oleh karena sekarang ini sudah pertengahan September dimana
sebentar lagi akan ada peringatan tentang Pemberontakan PKI, maka
terbitnya Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa membentuk Pasukan
Pamswakarsa, sangat rawan dapat dikait-kaitkan oleh orang-orang
yang menghendaki negara ini kacau. Banyak yang menghendaki jika
Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa dibatalkan saja. Sebab pengaturan
Pamswakarsa hendaknya dibuat Undang-Undang terlebih dahulu.
Pembentukan Pengamanan Swakarsa di tengah penanganan
pandemi menambah daftar tindakan kepolisian yang tidak peka
dalam menghadapi situasi krisis. Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol
Idham Azis mengirim surat telegram Nomor ST/1100/IV/HUK.7.1.2020 per
tanggal 4 April 2020 terkait penanganan kejahatan di ruang siber selama
penanganan wabah virus corona (Covid-19). Beberapa di antara isinya
adalah untuk menindak penyebaran informasi palsu atau hoaks selama
penanganan wabah Covid-19 serta penghinaan kepada Presiden dan
Pejabat Pemerintah. Aturan tersebut membuka ruang potensi risiko
penyalahgunaan kekuasaan kepolisian dan penegak hukum untuk
bersikap represif terhadap kritik atau gagasan yang disampaikan oleh
publik.
Kehadiran Pam Swakarsa melalui Peraturan Polri nomor 4 tahun
2020 tentang Pam Swakarsa semakin mengancam kondisi kebebasan
sipil. Kendati dalam beberapa kesempatan perwakilan Polri menyatakan
bahwa Perpol ditujukan guna mengatur bentuk-bentuk pengamanan dari
masyarakat yang sudah eksis dalam tatanan masyarakat saat ini, namun
beberapa bunyi pasal dalam Perpol memiliki celah hukum yang berpotensi
menimbulkan konflik horizontal, tindakan represif, serta pengerahan
massa karena hidupnya kembali Pam Swakarsa. beberapa pengaturan
dalam Perpol nomor 4 tahun 2020 yang bermasalah atau berpotensi
menimbulkan permasalahan dalam penerapannya, yakni:
1. Penggunaan istilah Pam Swakarsa yang memberi kesan represif
kepada masyarakat akibat beban masa lalu yang belum tuntas;
2. Pasal 3 Ayat (3) yang memberikan diskresi penuh kepada Polri
dalam mengukuhkan kelompok masyarakat sebagai Pam
Swakarsa;
3. Pasal 38 Ayat (2) huruf b tentang peran Satkamling dalam
membantu Polri dalam pembinaan Kamtibmas yang menempatkan
Satkamling seakanakan berada di bawah otoritas Polri;
4. Pasal 39 Ayat (2) huruf h tentang tugas pelaksana Satkamling
untuk melakukan tindakan kepolisian non yustisial yang ambigu
dan merupakan kemunduran dari pengaturan pada Perkap 23/2007
yang telah membatasi tindakan siskamling hanya dalam melakukan
tangkap tangan untuk kemudian diserahkan penanganannya
kepada Polri;
5. Tidak adanya pengaturan mengenai tugas, fungsi, dan wewenang
Pam Swakarsa selain Satpam dan Satkamling;
6. Minimnya pengaturan mengenai mekanisme pengawasan dan
pemberian sanksi kepada Pam Swakarsa yang melakukan
pelanggaran HAM ataupun penyalahgunaan wewenang; dan
7. Minimnya peraturan mengenai prosedur serta batasan dalam
mengerahkan massa Pam Swakarsa, termasuk sanksi terhadap
penyalahgunaan wewenang dalam pengerahan massa Pam
Swakarsa.
Peraturan Polri nomor 4 tahun 2020 memberikan legitimasi terhadap
kelompok masyarakat untuk dapat menjalankan tugas-tugas tertentu di
bawah naungan kepolisian. Tanpa pengaturan yang jelas perihal
pembatasan kewenangan dan sanksi, membuka ruang pada tindakan
sewenang-wenang oleh kelompok masyarakat tersebut. Potensi
kesewenangan semakin besar dengan konstruksi Pam Swakarsa dalam
Peraturan Polri yang cenderung ditempatkan sebagai mitra Polri di tingkat
desa alih-alih satuan masyarakat yang secara mandiri menjalankan fungsi
menjaga Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) di
lingkungannya. Di sisi lain, Perpol nomor 4 tahun 2020 tentang Pam
Swakarsa luput mengatur sanksi terhadap anggota Pam Swakarsa yang
melakukan pelanggaran baik dalam bentuk penyalahgunaan wewenang
ataupun terbukti melakukan kekerasan dalam menjalankan tugasnya.
Menurut pasal 1 (1) Protokol II KJ 1949 pasukan yang dapat
digolongkan sebagai kombatan apabila memenuhi persyaratan:
1) Memiliki suatu hierarki komando yg jelas;
2) Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pengawasannya
terhadap wilayah tertentu;
3) Dapat melakukan serangan bersenjata secara bersama-sama;
Persyaratan dalam menentukan apakah Pamswakarsa yang
dibentuk Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa dapat dilihat sebagai
berikut :
1) Memiliki suatu hierarki komando yang jelas
Hireraki komando yang jelas terlihat dari adanya kepangkatan dan
tanda pangkat seperti yang diatur pada pasal 19 Pasal 8 Perpol
4/2020 tentang Pamswakarsa. Pasal 8 Perpol 4/2020 tentang
Pamswakarsa mengatur tentang perekruitan anggota satpam yang
dilakukan oleh BUPJ yang mendapat surat rekomendasi dari polda
setempat. Artinya satpam yang direkrut oleh BUPJ berada dibawah
kendali polda, selanjutnya polda dibawa kendali kapolri. Penegasan
kapolri sebagai pengendali para anggota satpam diatur pasal 33
Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa.
2) Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pengawasannya
terhadap wilayah tertentu
Pasal 3 Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa mengatur bahwa
Pamswakarsa bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di
lingkungannya secara swakarsa guna mencegah terjadinya
gangguan keamanan dan ketertiban. Artinya Pamsakarsa ini
mempunyai kemampuan melaksanakan pengawasan terhadap
wilayah tertentu.
3) Dapat melakukan serangan bersenjata secara bersama-sama
Satpam dapat dipersenjatai sebagaimana diatur pada pasal 3
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang perizinan, pengawasan dan pengendalian
senjata api nonorganik Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan peralatan keamanan yang
digolongkan senjata api bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya.
Artinya para satpam ini dapat melakukan serangan bersenjata
secara bersama-sama apabila mereka dipersenjatai. Jadi terbukti
bahwa Perpol 4/2020 tentang Pamswakarsa membentuk Pasukan
Pamswakarsa.
Beberapa perubahan Perpol No 4 tahun 2020, bila dibandingkan
dengan Perkap No 24 tahun 2007, yaitu antara lain:
1. Perubahan Pengertian Dan Perekrutananggota Satpam
Pada Perpol No. 4 tahun 2020, Satpam adalah petugas
pengamanan swakarsa yang direkrut, dilatih, memiliki kartu tanda
anggota dan status ketenagakerjaan. Perekrutannya dilakukan oleh
Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) dan pengguna jasa
Satpam. Sedangkan pada Perpol no 24 tahun 2007, anggota
Satpam tidak diwajibkan memiliki status ketenagakerjaan dan
perekrutannyapun bisa dilakukan oleh orang atau masyarakat, tidak
perlu berbadan usaha.
2. Perubahan Nama Kesatuan
Pada Perpol No 4 tahun 2020 terdapat nama Kesatuan Satuan
Pengamanan atau Satpam dan Satuan Keamanan Lingkungan
atau Satkamling, sedangkan pada Perkap no 24 tahun 2007 hanya
disebut atau dikenal sebagai Satpam saja.
3. Perubahan Warna Pakaian Seragam Satpam
Pada Perpol no 4 tahun 2020 warna baju seragam Satpam coklat
muda untuk baju dan coklat tua untuk celana, dll ada 5 jenis
seragam, sedangkan pada Perkap no 24 tahun 2007 warna baju
Satpam putih dan celana biru tua untuk Pakaian Dinas Harian
(PDH) dan Baju biru tua dan celana biru tua untuk Pakaian Dinas
Lapangan (PDL), dll ada 4 jenis seragam.
4. Kepangkatan Anggota Satpam
Korps Satpam terdiri dari Pelaksana, Supervisor dan Manajer.
Pada Perpol no 4 tahun 2020 terdapat pangkat untuk setiap
anggota Satpam. Pelaksana Satpam: Pelaksana, Pelaksana Madya
dan Pelaksana Utama. Supervisor Satpam: Supervisor, Supervisor
Madya dan Supervisor Utama. Manajer Satpam: Manajer, Manajer
Madya dan Manajer Utama. Sedangkan pada Perkap no 24 tahun
2007 tidak terdapat kepangkatan.
5. Sertifikasi Kompetensi
Pada Perpol no 4 tahun 2020, anggota Satpam dapat mengikuti uji
kompetensi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
atas nama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yang dapat
digunakan untuk mempercepat kenaikan pangkat. Sedangkan pada
Perkap no 24 tahun 2007 tidak dikenal uji kompetensi.
6. Pengukuhan
Pada Perpol no 4 tahun 2020, setelah anggota Satpam dinyatakan
lulus pelatihan wajib Gada Pratama untuk Pelaksana Satpam,
Gada Madya untuk Supervisor Satpam dan Gada Utama untuk
Manajer Satpam, dilakukan Pengukuhan oleh Polri. Pada Perkap
no 24 tahun 2007 tidak ada pengukuhan oleh Polri.
7. Usia Pensiun Anggota Satpam
Pada Perpol no 4 tahun 2020, diatur tentang usia pensiun anggota
Satpam. Sedangkan pada Perkap no 24 tahun 2007 tidak diatur.
8. Lencana dan Buku Riwayat Satpam
Pada Perpol no 4 tahun 2020, bagi anggota Satpam yang telah
lulus Pelatihan wajib Gada Pratama, Gada Madya dan Gada Utama
dan telah dilakukan pengukuhan, selain diberikan Kartu Tanda
Anggota (KTA), juga diberikan Lencana atau Emblem sebagai
tanda kewenangan kepolisian terbatas dan Buku Riwayat Satpam
untuk mencatat pendidikan, kepangkatan, mutasi dll. Sedangkan
pada Perkap no 24 tahun 2007 tidak ada pemberian Lencana dan
Buku Riwayat Satpam

KELEBIHAN PERPOL PERPOL NO 4 TAHUN 2020


Perpol No 4 tahun 2020 dianggap sebagai landasan reformasi
satpam di Indonesia, mengingat satpam akan menjadi profesi, yang
memiliki jenjang karir berdasarkan kompetensi dan masa kerja. Dalam
Perpol No 4 tahun 2020 ini banyak hal menyangkut peraturan satpam
yang berubah bila dibandingkan dengan peraturan kapolri (Perkap) No 24
tahun 2007, yaitu tentang pengertian satpam, perekrutan, status
ketenagakerjaan, jenjang karir, pakaian seragam, perkumpulan dll, telah
berubah. Berikut adalah enam hal penting perubahan dalam Perpol No 4
tahun 2020 adalah:
1. Satpam telah dibedakan dengan satkamling. satpam adalah satuan
atau kelompok profesi pengemban fungsi kepolisian terbatas non
yustisial yang direkrut sesuai ketentuan Polri, dilatih pendidikan
satpam dan memiliki kartu tanda anggota (KTA) serta memiliki
status ketenagakerjaan. ( pasal 1 ayat 3 dan 4). jadi satpam saat ini
sudah dianggap sebagai profesi dimana sebelum melaksanakan
tugas, harus telah lulus pelatihan wajib gada pratama/gada
madya/gada utama.(pasal 10).
2. Perekrutan hanya boleh dilakukan oleh badan usaha jasa
pengamanan (BUJP), dan pengguna jasa satpam atau
perusahaan .( pasal 8). jadi perekrutan satpam hanya dilakukan
oleh perusahaan. apabila perorangan ingin menggunakan jasa
satpam dirumahnya, silahkan berhubungan dengan BUJP karena
tidak diperbolehkan merekrut sendiri.
3. Semua satpam harus memiliki status ketenagakerjaan, apakah
dengan sistim perjanjian kerja waktu tertentu (pkwt) atau sebagai
karyawan tetap perusahaan. Ini dimaksudkan agar supaya hak hak
ketenagakerjaan satpam dapat dipenuhi oleh BUJP atau
perusahaan, sesuai peraturan perundangan. (pasal 1 ayat 4). Jadi
mulai saat ini tidak ada lagi satpam yang diberikan upah di bawah
UMP dan tidak memiliki BPJS dan hak hak lainnya. Ini merupakan
perjuangan dan obsesi lama APSI yang saat ini telah diakomodir
dalam Perpol no 4 tahun 2020.
4. Anggota satpam memiliki golongan kepangkatan, yaitu pelaksana
satpam , supervisor satpam dan manajer satpam. Setiap golongan
kepangkatan akan memiliki 3 jenjang kepangkatan. (pasal 19).
Dengan demikian, satpam mulai saat ini akan memiliki golongan
kepangkatan dan jenjang kepangkatan yang didasarkan atas
kompetensi dan masa kerjanya. ini merupakan bentuk pemuliaan
satpam.
5. Pakaian seragam satpam berubah warnanya menjadi coklat mirip
seragam Polri dengan gradasi 20% lebih muda dari seragam polri
selain untuk menciptakan “new image” bagi korp satpam, juga agar
berbeda dengan seragam Satkamling. Pelaksanaan penggantian
warna seragam ini diberikan waktu satu tahun (pasal 45),
mengingat BUJP atau perusahaan setiap tahun memberikan jatah
baju baruuntuk satpamnya. Jadi tidak menimbulkan beban biaya
baru, tapi hanya berganti warnanya saja. Diharapkan pada tanggal
5 agustus 2021 semua satpam di Indonesia yang telah memenuhi
persyaratan sebagai satpam, sudah berganti dengan seragam
warna coklat.
6. Asosiasi profesi satpam merupakan wadahnya profesi satpam
untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan satpam. Asosiasi
profesi satpam ini harus terregister di Baharkam Polri dan wajib
memiliki kode etik profesi satpam. (pasal 32 ). Jadi anggota satpam
tidak perlu menyalurkan aspirasi dan kepentingannya ke organisasi
atau perkumpulan lain. APSI yang memiliki jaringan kepengurusan
di seluruh Indonesia, merupakan wadahnya semua satpam yang
menaungi satpam BUJP dan satpam perusahaan. Satpam
dimanapun berada yang ingin mengetahui profil APSI atau ingin
menjadi anggota APSI, dapat membuka website satpamapsi.com.
Manajemen adalah kunci dari kesuksesan yang kompetitif dalam
semua sektor ekonomi. Kelangsungan sebuah bisnis dipengaruhi oleh
security yang termanajemen dengan baik. Pengontrolan ditujukan untuk
memastikan bahwa kebijakan telah diimplementasikan seperti yang
direncanakan, system beroperasi seperti yang dikehendaki, dan operasi
tetap dalam keadaan aman dari penyalahgunaan atau gangguan.
Keamanan, secara umum diartikan sebagai “quality or state of being
secure-to be free from danger”. Dalam pelaksanaan Perpol No 4 Tahun
2020 membutuhkan Manajemen sehingga dapat melakukan kontrol
langsung, yaitu mengevaluasi kemajuan dan penampilan, dan
menentukan tindakan koreksi apa yang harus dilakukan. Sehingga dalam
implementasinya tidak memberikan rasa takut kepada masyarakat, tidak
menghilangkan esensi Satkamling sebagai organ keamanan di tingkat
komunitas, jauh dari penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran HAM,
memunculkan vigilante group, sampai pengerahan untuk kepentingan
politik praktis.

Daftar Pustaka
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2010. Dasar-Dasar Manajemen.
Cetakan kesebelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Thep Huibers, Filasafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Yogyakarta,  Jakarta, 1988, cet. ke-4, hal 66.
Perpol Nomor 4 tahun 2020 tentang Pam Swakarsa
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 tetang Sistem Manajemen
Pengamanan Organisasi
https://kontras.org/wp-content/uploads/2020/09/final_Kertas-Posisi_Pam-
Swakarsa-1-1.pdf
https://www.republika.co.id/berita/qgr9ts354/komisi-iii-implementasi-
perpol-pam-swakarsa-perlu-diawasi

Anda mungkin juga menyukai