Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESSAY

SATUAN PENDIDIKAN PERWIRA


PENDIDIKAN LANJUTAN PERWIRA DUA

TUGAS ESAY
Pentingnya Sinergitas TNI dan Polri dalam
Menciptakan Keamanan Nasional ( National
Security)

Kapten Ckm dr. Sahat Ericson Tampubolon Sp.PD (NOSIS 202219)

Agustus, 2022
2
Dalam reformasi nasional, reformasi di bidang pertahanan negara dilaksanakan
secara konsepsional dengan berlandaskan pada kostitusi UUD 1945 dan falsafah
Pancasila.  Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang
dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata
nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh. Agenda penataan
struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang
menyentuh segi-segi substansial. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan
pertahanan negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis
serta dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai, perubahan
diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan negara untuk mampu
memposisikan diri sesuai peran dan tugasnya.  Reformasi di bidang pertahanan negara
bertitik tolak dari Ketetapan (TAP) MPR nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan TNI
dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000 tentang Peran TNI dan Peran Polri. Salah
satu wujudnya adalah Undang Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara menggantikan UU RI Nomor 20 tahun 1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara sudah tidak sesuai lagi
dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan Nomor 3 tahun 2002, di samping mengatur
penataan negara ke depan untuk mendukung kepentingan nasional sesuai cita-cita
reformasi serta untuk tujuan nasional.  Masalah kedudukan, fungsi dan tugas Polri
sebagai salah satu “kekuatan pertahanan dan keamanan negara”, hal ini dapat dicakup
dalam UU Keamanan Nasional atau UU Kekuatan Cadangan, namun kedudukan Polri
justru mencegahnya untuk menjadi combatant. Padahal Polri dan TNI disatukan dalam
rumpun “kekuatan utama pertahanan dan keamanan negara” (Pasal 30 ayat (2) UUD
1945) dan hubungan kewenangan antara TNI dan Polri harus, yang terpisah secara
kelembagaan, diatur dengan UU (Pasal 30 ayat (5) UUD 1945). Kedudukan, fungsi dan
tugas Polri dalam konteks kebijakan kamnas untuk menghadapi eskalasi ancaman
kamtibmas maupun kamdagri, yang memerlukan bantuan TNI kepada fungsi
pemerintahan di bidang kepolisian (yang terpusat maupun terdesentralisasi). Dalam hal
ini tugas perbantuan TNI ditentukan secara rinci oleh UU TNI 2004.

Penggunaan kekuatan TNI untuk membantu Polri dalam Operasi Bantuan


Kamtibmas harus berdasarkan ketentuan hukum dan kebijakan politik pemerintah, tidak
hanya sekedar berpedoman pada doktrin belaka. Disinilah kemudian menimbulkan
adanya kendala di lapangan dihadapkan pada perbedaan persepsi tentang tataran
kewenangan antara fungsi pertahanan dan fungsi keamanan negara. Seperti yang
diketahui bahwa dalam menjalankan Sistem Pertahanan Negara, TNI dengan sistem
3
persenjataannya dilatih dan dipersiapkan untuk menghancurkan musuh melalui operasi
militer. Sedangkan Polri dalam melakukan kegiatannya bersumber pada nilai dan azas
Kepolisian Universal, dimana penggunaan tindakan kekerasan oleh kepolisian hanya
boleh dilakukan untuk menghentikan suatu tindakan perlawanan atau pembangkangan
terhadap hukum sambil tetap mengakui dan menghargai hak-hak hukum pelakunya.
Bertitik tolak dari pemahaman yang berbeda tersebut, maka perlu dipahami tentang
operasional penggunaan bantuan kekuatan TNI kepada Polri agar dapat mencapai tujuan
dan tepat guna. Adapun manfaat dari tulisan essay ini yaitu memberikan gambaran dan
pemahaman secara mendalam tentang sinergitas kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan Operasi Kepolisian dan Perbantuan TNI di dalam Operasi Kepolisian antara
lain : Operasi Bantuan Kamtibmas yaitu bentuk operasi militer selain perang, yang
dilaksanakan oleh satuan TNI AD, TNI AL dan TNI AU untuk membantu Pemda / Polri
dalam rangka mengatasi peningkatan eskalasi gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat dalam keadaan biasa/tertib sipil. Dimana dalam penyelenggaraan
pemeliharaan kamtibmas Polri melaksanakan kegiatan Kepolisian yang diarahkan pada
sasaran rutin yang telah dirumuskan dalam rencana kerja tahunan Polri yang
diselenggarakan sepanjang tahun oleh seluruh kekuatan pelayanan, pembinaan dan
operasional Polri yang tergelar diseluruh satuan kewilayahan dan satuan fungsi
operasional Polri. Operasi Kepolisian Terpusat, yaitu operasi yang direncanakan,
dipersiapkan, dilaksanakan dan dikendalikan oleh Mabes Polri yang pelaksanaannya oleh
Satgas dari Mabes Polri dan Satgas kewilayahan yang diarahkan untuk menghadapi
ancaman yang berskala nasional dan internasional sedangkan Operasi Kepolisian
Kewilayahan, yaitu operasi yang direncanakan, dipersiapkan, dilaksanakan dan
dikendalikan oleh kewilayahan yang pelaksanaannya oleh Satgas Kewilayahan dari
tingkat Polda sampai dengan Polres, yang diarahkan untuk menghadapi ancaman tertentu
yang bersifat kedaerahan / regional. Secara umum peran dan tugas Polisi di rumuskan
sebagai penegak hukum dan pemeliharaan ketertiban, dan didalam pengertian tersebut
termasuk didalamnya adalah peran sebagai penindak kejahatan. Didalam Pasal 30 ayat
(4) UUD 1945: “Kepolisian Negara RI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.”, maka dengan kutipan pasal 30 ayat (4) UUD 1945 tersebut Polri
dituntut harus memiliki kepekaan dibarengi dengan upaya antisipasi secara proaktif serta
berpihak kepada masyarakat yang berorientasi pada pemecahan masalah-masalah yang
terjadi di masyarakat baik yang berupa ancaman maupun gangguan keamanan yang
dapat mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri. Namun gangguan keamanan yang
terjadi saat ini dapat berkembang menjadi ancaman bagi kepentingan nasional,
4
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI serta kelangsungan pembangunan
nasional dimana pihak Polri sudah tidak mampu lagi mengatasi gejolak keamanan yang
timbul, sehingga diperlukan perbantuan TNI kepada Polri untuk membantu mengatasi
gejolak keamanan tersebut.

Dengan mengacu kepada TAP MPR RI No. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan
Polri, yang diatur pada pasal (4) tentang bantuan TNI kepada Polri dalam rangka tugas
keamanan atas permintaan yang diatur dalam undang-undang. Sebelum dilaksanakan
operasi bantuan TNI kepada Polri, maka pemerintah terlebih dahulu harus membuat
Peraturan Pemerintah / Ketentuan sebagai landasan operasional yang dapat digunakan
sebagai pedoman atau dasar hukum bagi Satuan TNI untuk melaksanakan tugas
kamtibmas sehingga prajurit TNI yang bertugas dilapangan tidak ragu-ragu lagi dalam
melaksanakan tugasnya, dan apabila ternyata dilapangan terjadi permasalahan maka
satuan TNI tidak menjadi bidikan masyarakat. Bantuan unsur TNI diberikan dan
digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas Polri dalam rangka mencegah
dan menanggulangi gangguan atau ancaman Kamtibmas. Operasi Bantuan Kamtibmas
dilaksanakan atas dasar permintaan apabila pihak Polri dinilai tidak dapat atau
diperkirakan tidak akan dapat mengatasi kontinjensinya, sehingga diperkirakan
gangguan keamanan akan semakin meluas dan eskalasi ancaman semakin meningkat
baik pada konflik horizontal, konflik vertikal maupun brutalitas massa (tindakan
anarkhis intensitas tinggi).

Dan hal yang paling penting dalam pelaksanaan tugas Perbantuan TNI kepada
Polri adalah harus sesuai ketentuan hukum / perundang-undangan. Karena hal tersebut
yang akan dijadikan pedoman bagi komandan satuan TNI di lapangan melaksanakan
tugas agar terhindar dari kesalahan prosedur yang dapat berdampak pada pelanggaran
tindak pidana maupun pelanggaran Hak Asasi Manusia. Berdasarkan Ketentuan
Hukum/Perundang-undangan maka setiap anggota satuan TNI yang diperbantukan
kepada Polri harus tunduk kepada hukum dan peradilan sesuai perundang-undangan
yang berlaku, dimana Panglima atau Dansat TNI yang tidak memenuhi atau sengaja
mengabaikan permintaan bantuan dari Kepala Kepolisian dapat diancam dengan sanksi
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Semua ketentuan-ketentuan
tersebut secara jelas diatur dalam UU No.1 tahun 1946 yang diperbaharui dengan UU
No.73 tahun 1958 tentang KUHP yang meliputi pasal 48, pasal 49, pasal 50, pasal 51,
pasal 52, pasal 413 dan pasal 414. Ketentuan Hukum lain yang dapat dijadikan pedoman
adalah UU No. 26 tahun 2000 tentang HAM pasal 7, pasal 8 dan pasal 9. Namun
5
dikarenakan petunjuk pelaksanaannya belum diatur dalam Peraturan Pemerintah, dalam
rangka menghindari terjadinya suatu “vacum of power” dalam menghadapi
tingkat/eskalasi ancaman, maka perlu dimasukkan dalam peraturan perundang-undangan
yang menentukan batasan/kapan Satuan TNI diminta ataupun tidak diminta dapat
melakukan suatu tindakan pengamanan di wilayahnya, sehingga akan diperoleh
kesamaan visi dan cara bertindak dalam mengantisipasi dan menanggulangi meluasnya
konflik. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya salah prosedur yang pada
akhirnya justru akan merugikan Satuan TNI sendiri. Dari hasil analisa yang telah diuraikan
di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa peran, tugas dan fungsi TNI dan Polri yang
sebelumnya menjadi satu wadah yaitu ABRI telah mengalami perubahan sehingga TNI
dan Polri memiliki peran, tugas dan fungsi yang berbeda, dimana TNI berperan sebagai
alat pertahanan negara sedangkan Polri berperan sebagai alat keamanan negara. Dan
hal yang paling penting dalam pelaksanaan tugas Perbantuan TNI kepada Polri adalah
harus sesuai ketentuan hukum / perundang-undangan. Semua ketentuan-ketentuan
tersebut secara jelas diatur dalam UU No.1 tahun 1946 yang diperbaharui dengan UU
No.73 tahun 1958 tentang KUHP yang meliputi pasal 48, pasal 49, pasal 50, pasal 51,
pasal 52, pasal 413 dan pasal 414.

Demikian tulisan esai tentang Operasi Bantuan TNI kepada Polri ini dibuat penulis
berharap tulisan esai singkat ini dapat digunakan sebagai sarana untuk lebih memahami
secara mendalam tentang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sinergitas TNI dan
POLRI.

Anda mungkin juga menyukai