I. PENDAHULAN
1. Situasi
a. Umum
a. Maksud
b. Tujuan
3. Ruang Lingkup
Prosedur tetap ini untuk dilaksanakan di wilayah hukum Polres Belu dengan
segala upaya yang bisa dilaksanakan termasuk perkuatannya, bantuan
perkuatan dari satuan samping maupun satuan atas dan lain-lain yang disiapkan
dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas penanggulangan konflik pada
lokasi-lokasi tertentu di wilayah Polres Belu yang dianggap rawan terjadinya
demonstrasi, huru-hara dan kerusuhan massal maupun konflik sosial.
4. Tata Urut
I. PENDAHULAN
II. SITUASI DAN KARAKTERISTIK KERUSUHAN MASSA
III. ORGANISASI SATGAS PENGAMANAN UNJUK RASA, KERUSUHAN
MASSA DAN KONFLIK SOSIAL.
V. SASARAN PENGAMANAN
VI. MASA BERLAKUNYA PROTAP
VII. POLA PENANGGULANGAN UNJUK RASA, HURU-HARA DAN
KERUSUHAN MASSA YANG DIAKIBATKAN OLEH KONFLIK SOSIAL.
VIII. DAERAH OPERASI
IX. URUT KEGIATAN SATGAS PENGAMANAN UNJUK RASA, KERUSUHAN
MASSA DAN KONFLIK SOSIAL.
X. ADMINISTRASI
XI. KOMANDO DAN PENGENDALIAN
XII. PENUTUP
5. Dasar
a. Kontinjensi adalah suatu kejadian yang muncul secara tiba-tiba yang tidak
dapat diprediksikan (unpredictable), dapat menimbulkan gangguan
Kamtibmas yang disebabkan oleh faktor alam, manusia dan hewan (Perkap
Nomor 1 Tahun 2019 tentang Sistem, Manajemen dan Standar
Keberhasilan Operasi Kepolisian);
b. Konflik Sosial adalah perseteruan dan / atau benturan fisik dengan
kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung
dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan
ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas
nasional dan menghambat pembangunan nasional;
c. Pedoman Teknis Penanganan Konflik Sosial adalah suatu pengkajian
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan
peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang
mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca
konflik;
d. Massa adalah sekelompok orang yang secara aktif dan konsisten mengikuti
setiap gerakan yang diarahkan oleh pimpinan massa tanpa mengindahkan
seruan ataupun perintah dari pihak lain;
e. Konsentrasi Massa adalah pemusatan perhatian dan kekuatan,
sekelompok orang-orang di suatu tempat;
f. Huru-Hara adalah tindakan atau perbuatan pidana yang dilakukan oleh
sekelompok massa secara bersama sama dengan sengaja dan terbuka
dalam bentuk ancaman dan tindakan kekerasan, yang mengancam
keselamatan jiwa dan atau harta benda orang lain serta merusak fasilitas
umum;
g. Anarki adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau terang-
terangan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertentangan dengan
norma hukum yang mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan
umum, mengancam keselamatan jiwa dan/atau barang, kerusakan fasilitas
umum atau hak milik orang lain;
h. Asta Siap adalah kriteria kesiapan yang harus dimiliki Kesatuan Polri
meliputi delapan kesiapan yang terdiri dari : Siap Pilun, Siap Posko, Siap
Latpraops, Siap Kondisi Kamtibmas, Siap Masyarakat, Siap Kuat Pers, Siap
Sarpras dan Siap Anggaran dalam menghadapi Kontinjensi Konflik Sosial;
i. Tindakan Kepolisian adalah upaya paksa dan / atau tindakan lain yang
dilakukan secara bertanggung jawab menurut hukum yang berlaku untuk
mencegah, menghambat, atau menghentikan anarki atau pelaku kejahatan
lainnya yang mengancam keselamatan, atau membahayakan jiwa raga,
harta benda atau kehormatan kesusilaan, guna mewujudkan tertib dan
tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman masyarakat;
j. Penggunaan Kekuatan adalah segala upaya untuk pengerahan daya,
potensi atau kemampuan anggota Polri dalam rangka melaksanakan
tindakan kepolisian untuk menanggulangi anarki;
k. Keadaan Mendesak adalah batasan situasi yang dihadapi saat itu
berdasarkan tingkat kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat,
dinilai dalam waktu, memerlukan tindakan segera atau secepat mungkin
untuk mengatasi situasi yang berkembang, dan membahayakan yang dapat
menimbulkan korban semakin besar;
l. Tindakan Tegas dan Terukur adalah serangkaian tindakan kepolisian
yang dilakukan oleh anggota Polri baik perorangan maupun dalam ikatan
kesatuan secara profesional, proporsional dan tanpa ragu-ragu serta sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
m. Bawah Komando Operasi (BKO) adalah status satuan-satuan yang
mempunyai hubungan operasional dengan satuan atasan yang bukan
satuan atasan organik. Satuan yang menerima bawah komando
mempunyai wewenang komando operasional terhadap satuan yang
berstatus bawah komando;
n. Potensi Gangguan (PG) adalah situasi / kondisi yang merupakan akar
masalah dan/atau faktor stimulan/pencetus yang berkorelasi erat terhadap
timbulnya ambang gangguan atau gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat;
o. Ambang Gangguan selanjutnya disingkat AG adalah kondisi gangguan
Kamtibmas yang jika dibiarkan tidak ada tindakan kepolisian dapat
meningkat menjadi gangguan nyata;
p. Gangguan Nyata selanjutnya disingkat GN adalah gangguan keamanan
berupa kejahatan atau pelanggaran yang terjadi dan menimbulkan
kerugian bagi masyarakat berupa jiwa raga ataupun harta benda;
q. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah;
r. Kegiatan yang berskala nasional adalah kegiatan yang dilakukan
dengan ruang lingkup antar provinsi / dalam negeri; dan
s. Kegiatan yang berskala internasional adalah kegiatan yang dilakukan
oleh beberapa negara di Indonesia.
a. Situasi
3) Kejadian bencana alam dan non alam seperti wabah penyakit dan
kejadian luar biasa lainnya seperti terorisme yang dapat menimbulkan
kepanikan warga masyarakat sehingga menimbulkan terjadinya
kerusuhan, penjarahan, curat, curas dan konflik fertikal yang dapat
mempengaruhi situasi kamtibmas.
b. Fakta-Fakta
ANTAR
BATAS DISTRI
POLI EKO SOS SUKU /
NO SATUAN WILA SDA BUSI KET
TIK NOMI BUD ETNIS
YAH SDA
AGAMA
1 POLRES BELU - - - - - - - -
2 SEK KAKULUK MESAK - - - - - - - -
3 SEK TASIFETO TIMUR - - - - - - - -
4 SEK LASIOLAT - - - - - - - -
5 SEK RAIHAT - - - - - - - -
6 SEK LAMAKNEN - - - - - - - -
7 SEK TASIFETO BARAT - - - - - - - -
8 SEK RAIMANUK - - - - - - - -
JUMLAH - - - - - -
ANTAR
BATAS DISTRI
POLI EKO SOS SUKU /
NO SATUAN WILA SDA BUSI KET
TIK NOMI BUD ETNIS
YAH SDA
AGAMA
1 POLRES BELU - - - - - - - -
2 SEK KAKULUK MESAK - - - - - - - -
3 SEK TASIFETO TIMUR - - - - - - - -
4 SEK LASIOLAT - - - - - - - -
5 SEK RAIHAT - - - - - - - -
6 SEK LAMAKNEN - - - - - - - -
7 SEK TASIFETO BARAT - - - - - - - -
8 SEK RAIMANUK - - - - - - - -
JUMLAH - - - - - - - -
a. W a k t u
1) Siang hari
2) Malam hari
3) Terus menerus beberapa hari (ada kalanya)
1) Satu lokasi
2) Lebih dari satu lokasi Huru-Hara yang terjadi bersamaan waktunya
c. Pemanfaatan Momentum
a. Satuan Penindak
1 (satu) SSK Dalmas Polres dan Polsek
b. Satuan Pendukung
1) 1 unit Sat Intelkam Polres
2) 1 unit Sat. Binmas Polres
3) 1 unit Sat Lantas Polres
4) 1 unit Sat Reskrim Polres
2) Satuan Pendukung
a) 1 unit Direktorat Intelkam Polda NTT
b) 1 unit Direktorat Binmas Polda NTT
c) 1 unit Direktorat Lantas Polda NTT
d) 1 Unit Direktorat Reskrim Polda NTT
d. Kekuatan Cadangan
1) Peleton cadangan staf Polres melakukan Pam obyek vital dalam kota
Atambua secara tetap / stasioner pada pos-pos yang telah ditentukan
antara lain : kantor PLN, kantor Telkom, SPBU, Bank, Pasar, Swalayan
dll.
2) Kompi Kerangka Polres Belu melakukan siaga mako dan patroli
selektif.
Polres Belu beserta jajarannya bersama-sama dengan aparat keamanan lain dan
Instansi terkait untuk melaksanakan pengamanan dan penanggulangan Kejadian
Kontinjensi Tahun 2022 di wilayah kabupaten Belu secara efektif dan efisien guna
menangkal, mencegah dan menindak semua bentuk aksi unjuk rasa yang
mengakibatkan kerusuhan massa dan konflik sosial lainnya yang dapat mengganggu
ketertiban masyarakat secara luas, mengganggu perekonomian dan jalannya roda
pemerintahan serta membahayakan dan mengancam stabilitas Nasional.
V. SASARAN PENGAMANAN
9. Masyarakat
a. Kantor Pemerintah.
b. Kantor Penyelenggara Pilkada.
c. Pusat perekonomian seperti :
1) Bank.
2) Pertokoan
3) Pasar
4) Swalayan
5) Depo Pertamina dan / atau SPBU
11. Kegiatan
Protap Sispam Kota berlaku secara administratif sejak tanggal ditanda tangani.
Masa berakhirnya operasi Protap Sispam Kota adalah pada saat Kapolres Belu
menyatakan bahwa operasi penanggulangan unjuk rasa, huru-hara dan
kerusuhan massa yang diakibatkan oleh konflik Pemilu (Politik) dan / atau konflik
sosial lainnya dinyatakan selesai.
Secara umum adalah suatu keadaan dimana situasi dan kondisi wilayah
dalam keadaan mantap dan terkendali. Sedangkan kerawanan-kerawanan
sosial yang muncul kepermukaan masih dalam bentuk gangguan
Kamtibmas yang terjadi pada daerah-daerah tertentu.
b. Situasi Gawat/Kuning
Adalah suatu keadaan dimana situasi dan kondisi wilayah terancam oleh
keresahan sosial yang meningkat menjadi ketegangan sosial. Indikatornya
adalah sebagai berikut :
1) Sistem pelayanan aparat kepada masyarakat tidak berjalan lancar.
2) Derap pembangunan dan dinamika kehidupan masyarakat terancam
oleh gejolak-gejolak yang timbul ditengah-tengah masyarakat.
3) Gejolak yang timbul merupakan gejolak sosial yang dapat
mempengaruhi aspek kehidupan lainnya seperti aksi mogok, tuntutan
rasa tidak puas, pertentangan antar kelompok terutama dalam bentuk
perkelahian massal.
4) Masalah yang menonjol yang mungkin terjadi dalam situasi ini antara lain
unjuk rasa, tulisan bernada protes dari kelompok masyarakat dan disertai
tindakan kekerasan/pemaksaan, pengrusakan, pembakaran dan
pembunuhan sehingga massa semakin brutal dan tidak terkontrol akhirnya
anarkhis.
Adalah suatu keadaan dimana situasi dan kondisi wilayah terjadi ketegangan
sosial dan politik yang telah berkembang mengancam stabilitas Kamtibmas.
Mengingat geografis wilayah Polres Belu yang luas terdiri dari 12 kecamatan maka
dalam pelaksanaan penanganan unjuk rasa, kerusuhan massal dan konflik sosial
maka dibuat sistem rayonisasi / pembagian zona yang bersifat fleksibel / tidak terikat
guna kelancaran pergeseran bantuan dengan cepat ke lokasi. Adapun sistem
rayonisasi / pembagian zona dimaksud, sebagai berikut :
a. Pembagian Zona :
1) Zona I:
- Polres Belu
- Polsek Kakuluk Mesak
- Satuan Polair
- Pospol Motaain
2) Zona II:
- Polsek Tasifeto Barat
- Polsek Raimanuk
- Pospol Laktutus
3) Zona III:
- Polsek Tasifeto Timur
- Polsek Lasiolat
- Polsek Raihat
- Polsek Lamaknen
b. Pergeseran pasukan :
1) Zona I :
a) Dalmas Polres Belu
b) Satpolair Belu
c) Polsek Kakuluk Mesak
2) Zona II :
a) Dalmas Polres Belu
b) Polsek Tasifeto Barat
c) Polsek Raimanuk
3) Zona III :
a) Dalmas Polres Belu
b) Polsek Tasifeto Timur
c) Polsek Lasiolat
d) Polsek Raihat
e) Polsek Kakuluk Mesak
d. Tahapan Pelaksanaan Pergeseran Kekuatan Brimob Polda menggunakan
personil Brimob Kompi 2 Den A Pelopor Atambua.
(1) tahap I
mengerahkan kekuatan Brimob Polda NTT dengan rincian
kekuatan:
(a) Subden II / A Belu sejumlah 115 personel;
(b) Subden I / A Kupang sejumlah 103 personel;
(c) Den gegana 2 unit sejumlah 20 personel.
(2) tahap II
mengerahkan kekuatan sejumlah 333 personel, dengan rincian
kekuatan:
(a) Subden III / A 105 personel;
(b) Subden I / A 123 personel;
(d) Subden II / B 85 personel.
Apabila situasi meningkat maka Polres meminta bantuan back up Polda NTT
melalui Kapolda Nusa Tenggara Timur sebagai berikut :
1) BKO Kompi Brimob Atambua, Dalmas Polda NTT dan Dalmas Polres TTU,
Polres Malaka dan Polres TTS
2). Satuan aparat TNI Kodim 1605 Belu.
3) Dengan tugas pokok mampu menetralisir keadaan.
4) Pengendalian personel di lapangan dibawah kendali Kapolres.
d. Dalam hal pelibatan pasukan TNI ( BKO ) maka TNI melaksanakan tugas yang
bersifat Polisionil yaitu tugas-tugas Polisi umum tanpa tindakan bersenjata dan
bersifat Preventif yang dilengkapi peralatan Dalmas yang dimiliki.
18. Metoda Penanggulangan Konflik Pemilu (Politik) dan Konflik sosial lainnya
a. Preemtif
Kegiatan yang dilakukan secara edukatif dengan sasaran dapat menghilangkan
faktor-faktor yang menjadi pendorong dan peluang timbulnya konflik di
masyarakat terkait pelaksanaan Pemilu (Politik) atau kondisi panik masyarakat
akibat bencana dan wabah berbahaya lainnya untuk mencapai kesadaran dan
kewaspadaan dari masyarakat sehingga tidak terjadi unjuk rasa, huru-hara
kerusuhan massal yang diakibatkan oleh konflik sosial dalam masyarakat itu
sendiri. Kegiatan preemtif ini bertujuan mengajak masyarakat untuk tidak
melakukan tindakan melawan hukum sehingga masyarakat mengerti apa yang
menjadi tanggung jawab sebagai warga masyarakat yang patut menjunjung
tinggi hukum di negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila. Dalam setiap masalah yang timbul hindari timbulnya pertikaian yang
lebih besar, lakukan upaya-upaya dengan melibatkan tokoh adat, tokoh agama,
tokoh masyarakat serta tokoh pemuda disamping melibatkan aparat keamanan
yang terdiri dari 10 orang Babinkamtibmas, 4 orang dari Sat Intelkam, Sat
Reskrim sebanyak 6 orang dan Satuan lalu lintas sebanyak 4 orang.
b. Preventif
Kegiatan dimulai dari upaya persuasif, lalu meningkat dengan menggunakan
kekerasan yang berkadar paling rendah, sesuai dengan perkembangan situasi di
lapangan, dengan tujuan agar massa bersedia membubarkan diri dan
mengurungkan niatnya untuk itu satuan Dalmas berusaha menanamkan
pengaruh sambil menghilangkan pengaruh pimpinan penggerak massa tersebut.
Massa dicegah untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum. Kemudian
melalui pengeras suara, massa diajak untuk sadar dan membubarkan diri.
Dengan metoda preventif lebih diutamakan tindakan pengendalian untuk
menyadarkan amarah massa agar tidak melakukan tindakan kekerasan.
Tindakan berikutnya adalah menangkap pimpinan yang menjadi motor
penggerak massa untuk mempengaruhi penanggulangan konflik sosial, sehingga
tujuan penanggulangan unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan oleh unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang diakibatkan
konflik sosial dapat dicapai tanpa tindakan kekerasan.
Pada tahap ini alat yang tetap digunakan adalah pengeras suara dan gas air mata
secara terbatas. Penampilan kesiap siagaan satuan Dalmas serta kewibawaan
dan sikap simpati dari komandan kesatuan yang berbicara dengan pengeras
suara, akan sangat menentukan keberhasilan upaya preventif itu.
Adalah tindakan atau upaya paksa yang dilakukan dengan menggunakan alat
peralatan, taktik dan tekhnik penanggulangan unjuk rasa, huru hara dan
kerusuhan massa yang diakibatkan oleh unjuk rasa, huru - hara dan kerusuhan
massa yang diakibatkan konflik sosial terhadap sebagian massa yang tidak mau
bubar, atau cenderung beringas.
Tindakan ini dilakukan dengan memaksa massa tersebut mundur atau bubar dan
sisa massa lainnya mengurungkan niatnya dan membubarkan diri pula. Tindakan
ini dilakukan setelah gagal melaksanakan metoda preventif atau karena situasi
dan kondisi telah berkembang sedemikian rupa sehingga harus melakukan
tindakan kekerasan terhadap sebahagian massa yang terus mendesak maju.
d. Represif
19. Penerapan Azas dan Prinsip Penanggulangan anarkis massa dan Konflik Sosial
Lainnya
1) Tujuan.
Tujuan penanggulangan unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan oleh unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan konflik sosial telah ditetapkan sebelum satuan PHH dikerahkan
ke lapangan, yaitu membubarkan massa dan menangkap pelaku tindakan
pidana.
2) Mobilitas.
Dengan mobilitas yang lebih tinggi satuan PHH harus dapat mencapai
objek mendahului massa untuk menindak / membubarkan massa sebelum
kerusuhan menjadi lebih buruk.
3) Keamanan.
4) Keunggulan moril.
Pasukan penanganan unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan oleh konflik sosial harus memiliki keyakinan akan kebenaran
atas pelaksanaan tugas yang diembannya sehingga ancaman, hambatan,
tantangan dan gangguan (AHTG) yang muncul akan mampu diatasi.
5) Keteguhan hati.
6) Tindakan Fleksibel.
7) Penggunaan amunisi,
Peluru plastik atau karet hanya dilakukan dengan kondisi terpaksa untuk
beladiri atau atas perintah komando atas, dengan tujuan untuk
menyelamatkan keadaan diri akibat buruk yang lebih besar.
5) Kesatuan Komando.
Pada situasi yang kacau sangat perlu adanya tindakan yang sama dari satu
komando untuk menghindari keragu-raguan dari personel PHH.
Massa yang melakukan unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan oleh unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan oleh Konflik Pemilu (Politik) dan konflik sosial lainnya harus
diklasifikasikan sebagai warga masyarakat biasa yang hilang kesadaran
hukumnya karena dipengaruhi oleh oknum / golongan tertentu untuk
mencapai tujuan politiknya. Oleh karena itu sejauh mungkin penindakan
dilakukan dengan mengedepankan Polri, dengan selalu berlandaskan
hukum yang berlaku. Personel satuan PHH harus terlatih mentalnya dan
tidak berdiskusi dengan massa perusuh agar tidak terpancing emosinya.
Massa yang melakukan aksi unjuk rasa bergerak karena hasutan dan
dorongan pimpinan sebagai biang keladi kerusuhan.
Apabila biang keladinya berhasil dipisahkan, maka massa akan lebih
mudah dikendalikan. Menghilangkan pengaruh pimpinan dapat
dilakukan dengan penerangan/penjelasan melalui pengeras suara
dan didukung dengan argumen yang kuat dan masuk akal serta
nasehat peringatan dengan kata lain upaya menghilangkan pengaruh
pimpinan unjuk rasa, huru hara dan kerusuhan massa yang
diakibatkan oleh konflik Pemilu (Politik) dan konflik sosial lainnya
dengan menanamkan pengaruh satuan PHH untuk mengalahkan
pengaruh biang keladi / pimpinan massa, kemudian menangkal
pimpinannya.
Daerah operasi meliputi seluruh wilayah Polres Belu yang terdiri dari 12 wilayah
Kecamatan dan 7 Polsek jajaran Polres Belu.
20. Penanganan Unjuk Rasa / Unjuk rasa Anarkis / rusuh massal Apabila terjadi
unjuk rasa dilakukan adalah sebagai berikut :
Apabila tindakan pertama yang dilakukan oleh Satuan Sabhara ternyata tidak
dihiraukan oleh massa maka tindakan selanjutnya yang harus diambil :
2) Himbauan
3) Tahap-Tahap Penanggulangan
a) Tahap Isolasi
Pada saat massa tercerai berai akibat desakan kedua, saat itu diambil
kesempatan untuk mengambil tokoh-tokoh penggerak (Provokator)
maupun penghubung nya serta mengambil barang bukti dan dilakukan
oleh petugas yang sudah dilengkapi dengan alat khusus (tali, borgol
dan sebagainya).
m. Satuan PHH Brimob Polda Nusa Tenggara Timur yang diperintahkan tiba dilokasi
melakukan langkah-langkah sbb :
n. Pemulihan Situasi
Apabila keadaan sudah dapat diatasi Kapolres melaporkan kepada Kapolda NTT
tentang situasi terakhir dan menerima arahan / petunjuk dari Kapolda NTT.
Setelah menerima arahan dan petunjuk dari Kapolda NTT Kapolres
memerintahkan Satuan Fungsi untuk melakukan pemulihan situasi antara lain :
1) Patroli Sabhara dan Lalu-Lintas untuk memulihkan arus lalu-lintas dengan
cara mengatur arus lalu-lintas dan menutup TKP.
2) Kasat Reskrim dibantu oleh Samapta melakukan pengolahan TKP, mencari
dan mengumpulkan barang-bukti, melakukan identifikasi terhadap setiap
bukti yang dapat digunakan dalam penyidikan.
3) Aparat Teritorial melakukan rehabilitasi Daerah yang terkena rusuh massa.
4) Bila terdapat korban jiwa ataupun luka-luka maka Dokter/perawat/tenaga
medis/ ambulance yang telah disiapkan melakukan pertolongan pertama
dan tindakan medis lainnya yang diperlukan.
5) Aparat Pemda melakukan pembersihan lokasi kejadian dari akibat
kerusuhan massa dibantu oleh Instansi terkait.
6) Pihak Kejaksaan dan Pengadilan Negeri membantu Polri dalam hal
kelancaran proses penegakkan hukumnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
7) Bila terjadi pembakaran terhadap fasilitas umum dinas pemadam
kebakaran melakukan pemadaman api.
8) petugas kesehatan dan peramedis membantu perawatan terhadap korban
luka atau cedera.
9) Aparat dan tokoh masyarakat menghimbau masyarakat penonton untuk
bubar dengan tertib.
o. Konsolidasi
1) Konsolidasi pasukan dilakukan dilokasi, dipimpin langsung oleh Komandan
Satuan masing-masing.
2) Pengecekan personel dan perlengkapan.
p. Tindakan Penyidikan
1) Tokoh-tokoh penggerak massa yang telah ditangkap dibawa ke Polres Belu
untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut.
2) Lakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
3) Cari dan kumpulkan barang bukti di TKP, disita dan diamankan sesuai
dengan ketentuan.
21. Unjuk Rasa Diketahui Lebih Awal
Apabila telah diperoleh informasi awal akan adanya unjuk rasa (berhasil dideteksi
sebelumnya dan diperoleh informasi yang cukup lengkap tentang akan dilakukannya
unjuk rasa / demonstrasi atau diberitahukan secara resmi), maka tindakan yang
diambil oleh Kapolres Belu antara lain :
22. Pengamanan Obyek Vital Disekitar Lokasi Unjuk Rasa Huru-Hara / Demonstrasi
a. Pengamanan obyek vital pada tahap hijau dilaksanakan oleh personel Polres.
b. Pengamanan Obyek Vital pada tahap kuning dilaksanakan oleh personel Polres
dengan penambahan perkuatan.
c. Pengamanan Obyek Vital pada tahap merah dilaksanakan oleh aparat TNI.
23. Konsignes
a. Keharusan
1) Pegang Tribrata, Catur Prasetya dan Kode Etik Kepolisian Negara Repubik
Indonesia.
2) Masing-masing fungsi menyiapkan pasukan dengan cara mengadakan
latihan-latihan sebelumnya.
3) Pembawa senjata, amunisi dan gas air mata :
a) Gas air mata dipergunakan oleh anggota sesuai dengan ketentuan.
b) Amunisi yang dipergunakan adalah amunisi PHH.
c) Penggunaan senjata api dan amunisi sesuai dengan protap Korps
Brimob.
4) Penggunaan alat khusus PHH dimulai dengan tindakan persuasif,
kemudian secara bertahap menggunakan tindakan kekerasan dengan
mengacu pada buku petunjuk tentang tindakan kekerasan;
5) Tindakan dan penggunaan alat khusus PHH berdasarkan atas perintah
Dansatgas melalui Dankompi.
6) Petugas pengamanan lainnya dapat melakukan penangkapan terhadap
pelaku tindak pidana yang tertangkap tangan.
7) Bersikap tegas dan berwibawa tidak banyak bicara atau dialog yang
berkepanjangan dilapangan.
8) Penggunaan kekerasan yang dapat merugikan pihak tertentu agar
dihindari.
9) Disiplin penggunaan alat komunikasi yang telah dibuat, agar berpedoman
pada ketentuan.
10) Bergerak dan berpindah tempat hanya atas perintah.
11) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas.
12) Pengguanaan Kekuatan TNI untuk melaksanakan Tugas Polisional.
b. Larangan-larangan
1) Dilarang meninggalkan tempat kecuali atas perintah.
2) Dilarang menggunakan peluru tajam tanpa perintah.
3) Berkomunikasi dengan HT, agar membatasi hal-hal yang tidak perlu dan
tidak penting.
4) Dilarang bertindak diluar prosedur yang telah ditetapkan.
X. ADMINISTRASI
24. Administrasi
25. Personel
26. Perlengkapan
27. Perbekalan
a. Makanan.
Pengerahan sampai tingkat peleton disiapkan oleh Polres
c. Angkutan
Pengerahan sampai tingkat peleton disiapkan oleh Polres
d. Amunisi
Pengerahan sampai tingkat peleton disiapkan oleh Polres.
29. Komando
30. Pengendalian
Dibuat di : Atambua
pada tanggal : 10 Januari 2022