Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah "white collar crime" sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
"kejahatan kerah putih" ataupun "keiahatan berdasi". ( I Wayan Landrawan ) White collar crime
ini pertama kali dikemukakan dan dikembangkan oleh seorang kriminolog Amerika Serikat yang
bernama Edwin Hardin Sutherland sekitar tahun 1939 didepan American sosiological society,
jenis kejahatan ini dipandang muncul bersaman dengan terjadinya pengelompokan masyarakat
dalam kategori upper class dan lower class dalam perusahaan-perusahaan juga kelas-kelas seperti
itu white collar (upper class), dan Blue Collar (Lower Class) 

Keiahatan kerah putih (white collar crime) adalah istilah untuk menyebut berbagai tindak
ke jahatan di lembaga pemerintahan yang terjadi, baik secara struktural yang melibatkan
sekelompok orang maupun secara individu. kejahatan kerah putih sebaga penyalahgunaan
jabatan yang legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum. Umummya, skandal kejahatan
kerah putih sulit dilacak karena dilakukan pejabat yang punya kuasa untuk memproduksi hukum
dan membuat berbagai keputusan vital. Kejahatan kerah puth terjadi dalam lingkungan tertutup,
yang memungkinkan teradinya sistem patronase. Kejahatan kerah puth sungguh memasung dan
membodohi rakyat. Rakyat yang tidak melek politk akhirnya pasrah, tetapi kepasrahan Ini justru
Kian membuat para pejabat menggagahinya. hite collar crime dibedakan dari blue collar crime. 

Pada awalnya, kejahatan kerah putih merupakan kejahatan bisnis (business crime) atau
kejahatan ekonomi (economic criminality). Pelakunya adalah para "pengusaha pengusaha" dan
para "penguasa-penguasa" atau pejabat-pejabat publik didalam menjalankan fungsinya, atau
menjalankan perannya sehubungan dengan kedudukan atau jabatannya. Keadaan keuangan dan
kekuasaan para pelaku relatif kuat, sehingga memungkinkan mereka utk melakukan perbuatan-
perbuatan yg oleh hukum dan masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan, karena
mereka dengan keuangannya yang kuat dapat kebal terhadap hukum dan sarana-sarana
pengendalian sosial lainnya. Tdk mudah utk memenjara para pelaku kejahatan kerah putih.
karena kelemahan dari para korbannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab White Collar Crime

Biasanya, suatu white collar crime dilakukan untuk salah satu dari 2 (dua) motif berikut
ini:
1. Motif Mencari Keuntungan Finansial.
2. Motif Mendapat Jabatan Pemerintahan.

Dari data yang ada tentang white collar crime dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kumulasi dari kejahatan yang tergolong kedalam kejahatan white collar crome jauh lebih
besar jumlah uang yang terlibat dari pada kejahatan biasa.
2. Hukuman penjara kepada penjahat biasa jauh lebih sering ketimbang hukuman penjara
terhadap pelaku white collar crime yang lain.
3. Hukuman penjara bagi penjahat konvensional jauh lebih berat ketimbang hukuman
penjara bagi pelaku kejahatan kerah putih.

Yang dimaksud dengan istilah white collar crime adalah suatu perbuatan (atau tidak
berbuat) dalam sekelompok kejahatan yang spesifik yang bertentangan dengan hukum pidana
yang dilakukan oleh pihak professional. baik oleh individu, organisasi, atau sindikat kejahatan.
ataupun dilakukan oleh badan hukum.
Dari pengertian white collar crime tersebut diatas dapat ditarik unsur-unsur yuridis dari white
collar crime, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya perbuatan (atau tidak berbuat) yang bertentangan dengan hukum, baik hukum
pidana dan atau hukum perdata dan atau hukum tata usaha negara.
2. Sekelompok kejahatan yang spesifik. Pelakunya adalah individu, organisasi kejahatan,
atau badan hokum.
3. Pelakunya sering kali (tetapi tidak selamanya) merupakan terhomat/kelas tinggi dalam
masyarakat, atau mereka yang berpendidikan tinggi.
4. Tujuan dari perbuatan tersebut adalah unutk melindungi kepentingan bisnis atau
kepentingan pribadi, atau untuk mendapatkan uang, harta benda, maupun jasa, ataupun
untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan tertentu.
5. Perbuatan tersebut dilakukan bukan dengan cara-cara kasar, seperti mengancam,
merusak, atau memaksa secara fisik, melainkan dilakukan dengan cara-cara halus dan
canggih.
6. Perbuatan tersebut biasanya (tetapi tidak selamanya) dilakukan ketika pelakunya sedang
menjalankan tugas (orang dalam) atau ketika menjalankan profesinya/ jabatan.
B. Dampak yang ditimbulkan dari White Collar Crime

Social : Terjadinya kesengsaraan masyarakat sebagai korban dari wwC


Ekonomi : Terjadinya kemiskinan akibat WWC
Budaya : Adanya Bad Living Culture.
Politik :Adanya image yang tidak baik serta kurangnya kepercayaan masyarak
terhadap pejabat Negara.

C. Strategi Pemberantasan Korupsi

Menurut Gunner Myrdal jalan untuk memberantas Korupsi di negara-negara berkembang


ialah:
1. Menaikkan gaji pegawai rendah (dan menengah)
2. Menaikkan moral pegawai tinggi
3. Legalisasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal

Untuk mencegah terjadinya Korupsi besar-besaran bagi pejabat yang menduduki jabatan
yang rawan korupsi seperti bidang pelayanan masyarakat, pendapatan negara, penegak, dan
pembuat kebijaksanaan harus didaftar kekayaannya sebelum menjabat Jabatannya sehingga
mudah diperiksa pertambahan kekayaannya dibandingkan dengan pendapatannya yang Jelas.

D. DISKUSI

Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime) adalah Suatu tindak kecurangan yang
dilakukan oleh seseorang yang bekerja pada sektor pemerintahan atau sektor swasta, yang
memiliki posisi dan wewenang yang dapat mempengaruhi suatu kebijakan dan keputusan.
Menurut Federal Beureau Investigation (FBI) kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah
berbohong, curang, dan mencuri. Istilah ini diciptakan pada tahun 1939 dan sekarang identik
dengan berbagai macam penipuan yang dilakukan oleh para profesional bisnis dan pemerintah.

Sebuah kejahatan tunggal dapat menghancurkan sebuah perusahaan, keluarga bahkan


menghancurkan atau memusnahkan kehidupan mereka melalui tabungan, atau investasi yang
memakan biaya miliaran rupiah. Penipuan semakin canggih dari sebelumnya, dan diperlukan
orang yang berdedikasi untuk menggunakan keterampilan melacak pelaku penipuan dan berhenti
bahkan sebelum pelaku kejahatan mulai. Kejahatan kerah putih ini biasanya merupakan lanjutan
dari kecurangan yang dilakukan oleh seseorang.

Penipuan berkedok investasi yang sedang marak terjadi dan semakin merajalela.
Penipuan berkedok investasi dikarenakan bisnis investasi online yang semakin marak, baik
berbentuk kerja sama bisnis, emas berjangka, maupun valuta asing. Selain menjanjikan
keuntungan yang besar, bisnis ini juga dianggap praktis karena dilakukan secara real time di
internet. Faktor keamanan bisnis ini belum ada yang menjamin karena memang tidak bisa
dikontrol.

Contoh kasus penipuan yang baru-baru ini terjadi adalah kasus yang menimpa pedangdut
Annisa Bahar. Annisa Bahar mengaku tertipu bisnis ini hingga Rp 1,5 miliar. Annisa semula
tergiur karena investasi ini menjanjikan keuntungan 300 persen. Selain itu, keuntungan akan
diberikan setiap hari. Annisa mulai bergabung pada awal November Penipuan berkedok investasi
bukan hanya terjadi pada saat ini saja tetapi memang sudah menjadi rahasia umum. Karena
seperti layaknya investasi, high return berarti high risk. Tetapi trading emas yang dilakukan oleh
Annisa Bahar itu termasuk investasi yang tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena seperti yang
pernah dilihatnya di beberapa iklan yang mengklaim sebagai online trading menjanjikan return
sebesar dua persen dalam waktu sehari. Karena secara peraturan, return tidak boleh dijanjikan.
Sama seperti saham, bisa rugi dan bisa untung karena memang tidak pasti.
Menurut Dony Kleden Rohaniwan (2011) seorang Pemerhati politik, kejahatan kerah putih
(white collar crime) adalah istilah temuan Hazel Croal untuk menyebut berbagai tindak kejahatan
di lembaga pemerintahan yang terjadi, baik secara struktural yang melibatkan sekelompok orang
maupun secara individu. Hazel Croal mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai
penyalahgunaan jabatan yang legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum.

Umumnya skandal kejahatan kerah putih sulit dilacak karena dilakukan pejabat yang
punya kuasa untuk memproduksi hukum dan membuat berbagai keputusan vital. Kejahatan kerah
putih terjadi dalam lingkungan tertutup, yang memungkinkan terjadinya sistem patronase.
Contoh kejahatan kerah putih adalah pencucian uang (money laundering), penipuan kepailitan
(fraud bankruptcy), penipuan perusahaan, penipuan kredit rumah, penipuan asuransi, penipuan
saham dan efek, penipuan lewat internet, kredit fiktif, dan penipuan lain yang berhubungan
dengan uang

Menurut Gunadi (2009) dalam kejahatan kerah putih yang juga disebut kejahatan
keuangan berlaku beberapa aksioma yaitu:
1. Kecurangan selalu tersembunyi.
2. Pelaku tidak menandatangani dokumen (memerintahkan orang lain untuk
menandatangani).
3. Pelaku tidak berada di tempat kejadian perkara (TKP).
4. Pelaku ingin menikmati hasil kejahatannya.

Oleh karena itu, harus dilakukan investigasi yang tepat untuk merekam jejak transaksi
finansial (follow the money) untuk menghasilkan temuan yang berkualitas dan sulit untuk
dipungkiri.
Bentuk kejahatan kerah putih adalah perdagangan saham oleh orang dalam, konspirasi
antitrust dalam pembatasan perdagangan, mengetahui pemeliharaan dari kondisi tempat kerja
yang membahayakan kesehatan, dan penipuan oleh dokter terhadap program pemanfaatan medis.
Ukuran yang digunakan untuk membedakan seseorang melakukan kejahatan kerah putih dari
kejahatan lainnya adalah, bahwa tindakan yang dilaksanakan merupakan bagian dari peran
jabatan yang dilanggar; suatu peran yang biasanya menempati dunia bisnis, politik, atau profesi
(Green, 1990).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

White collar crime merupakan suatu bentuk kejahatan yang tersembunyi, sulit dideteksi karena
white collar crime ini biasanya dilakukan oleh para pejabat  kelas atas / orang terhormat didalam
pemerintahan yang mendapatkan kepercayaan  dari masyarakat. Selain white collar crime ada
juga  Blue collar crime , biasanya sebutan untuk kejahatan yang pelakunya kelas bawah /
lingkungan pejabat dibawah.
            Factor penyebab utamanya disebabkan karena alasan ekonomi dan untuk memperkaya
diri atau orang tertentu dan kelompoknya. Sehingga sedikit ada kesempatan
yang unvisibility akan digunakan untuk melakukan kejahatan. Akibat yang ditimbulkan pun
secara langsung terhadap kehidupan ekonomi masyarakat ( korban), social, budaya, dan politik
yang tidak sehat. Seperti yang sekarang ini kita hadapi bersama adalah korupsi. Korupsi ini
merupakan salah satu bentuk dari white collar crime , dimana kejahatan ini akan memiliki
dampak yang sangat besar sekali terhadap ekonomi, social, budaya, dan politik suatu Negara.
Nilainya pun hingga milyar hingga triliun. Namu , jumblah yang besar itu tidak terlihat oleh
masyarakat karena mereka orng pinter, berjabatan dan sudah mapan sehingga sulit terdeteksi.
Kondisi carut marut sistem hukum Indonesia menjadi satu faktor diantara ribuan faktor
yang mendukung terjadinya celah untuk melakukan kejahatan, khususnya bagi aparat
pemerintahan baik legislatif, yudikatif, dan ekskutif. Korupsi salah satu contohnya.
Jadi White Collar Crime ini sangat complexitas disebabkan dari factor social ,politik ,
ekonomi, dan budaya. Sehingga penanganan ini tidak bisa semudah membalik telapak tangan
tapi step by step dengan membudayakan Say No To Do Crime.

B. Saran

White Colllar Crime ini ada dalam berbagai bentuk seiring dengan modernisasi dan globalisasi.
Untuk lebih memahami white collar crime secara jelas saya sarankan untuk  bertolak dari korupsi
dan korporasi.  Karena inilah white collar crime yang powerfull.

Daftar Pustaka

Noach Simanjuntak, 1984 . kriminologi, bandung, Tarsito 


Drs. I Wayan Landrawan, 2005 . Pengantar Kriminologi, singaraja 
http://www.bacajaditahu.com/2016/06/pengertian-white-collar-crime-dalam.html 
http://sosbudpolhuk.blogspot.com/2013/04 makalah-white-collar-crime.html

Anda mungkin juga menyukai