Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : KAHARUDDIN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043116692

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4102/Hukum dan Masyarakat

Kode/Nama UPBJJ : 08 / MAKASSAR

Masa Ujian : -

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Undang-undang Korupsi, yaitu sekitar 13 Pasal yang mengaturnya serta terdapat tiga
puluh jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 elanjutnya dikaitkan dengan tindak pidana
korupsi, yaitu: pasal 2 ayat (1) UU Tindak Pidana Korupsi “TPK” yang menyatakan
bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah; “Setiap orang yang dikategorikan melawan
hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah)”.

Dalam Undang-undang Perbankan yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7


Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian kredit dijabarkan dalam Pasal 1
angka 11, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Pemberian kredit bank berpotensi disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak


bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan secara melanggar hukum. Pihak-
pihak yang dimaksud adalah mereka yang dalam prakteknya bersentuhan dengan bank
baik yang meliputi pihak internal maupun pihak eksternal bank, misalnya pegawai bank,
anggota direksi bank, anggota dewan komisaris bank, pemegang saham bank dan nasabah
bank. Bentuk penyimpangan dalam pemberian kredit dapat menjadi tindak pidana
perbankan, apabila direksi bank atau pegawai di dalam pemberian kredit tidak
mengindahkan ketentuan perbankan mengenai prinsip kehatian-hatian dan asas-asas
perkreditan serta tidak melakukan penilaian yang seksama mengenai nasabah.
penyimpangan pemberian kredit pada bank yang dibiayai dari keuangan negara, yang
seharusnya merupakan tindak pidana perbankan berubah menjadi tindak pidana korupsi.

Dalam kasus ini MH menyalahgunakan penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR)
yang merugikan negara lebih dari Rp 1 miliar, Untuk mendapatkan dana KUR, nasabah
tidak disurvei, dan tak memiliki KTP serta KK atau pun keterangan usaha. Pemberian
KUR seharusnya memperhatikan prinsip kehati-hatian bank terhadap penyaluran Kredit
Usaha Rakyat tanpa jaminan yang dapat dilakukan dengan beberapa tahap antara lain
tahap permohonan kredit, tahap peninjauan analisis kredit, tahap pemberian keputusan
kredit, tahap perjanjian kredit dan tahap pencairan kredit. Pelanggaran Prinsip yang
dilakukan MH telah menjadi tindak pidana korupsi karena telah menyalahgunakan
Penyaluran kredit usaha rakyat untuk mendapatkan keuntungan dengan melanggar
hukum.

2. Menurut Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi, fenomena sosial adalah suatu proses perubahan,
modifikasi, atau penyesuaian- penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat,
yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-
hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek
kehidupan material maupun nonmateri.
Hubungannya dalam kasus ini ialah penyesuaian pola perilaku agar mengangkat status
social ekonomi sehingga mempengaruhi gaya hidup dalam berperilaku dan pemenuhan
kebutuhan hidup sehingga MH melakukan penyimpangan sosial berupa Tindakan
kriminal yaitu korupsi.

3. Dalam kasus MH menyalahgunakan penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
merugikan negara lebih dari Rp 1 miliar untuk mendapatkan dana KUR. Kasus korupsi
ini memang sangat memprihatinkan. Berbagai faktor bisa menyebabkan korupsi itu
terjadi. Langkah yang paling tepat adalah memiliki kesadaran untuk diri sendiri terlebih
dahulu. Kesadaran untuk mengutamakan kejujuran akan mencegah kita melakukan
hal-hal negatif seperti korupsi. Selanjutnya, kebijakan untuk memperbaiki mental bangsa,
juga memperbaiki kebijakan hukum akan menciptakan negara yang bebas korupsi.

Upaya agar masyarakat sadar akan hukum contohnya ialah; memberikan edukasi agar
dapat membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk lebih sadar akan
penyimpangan social yang melanggar hukum yang dapat merugikan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai