Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

HUKUM ISLAM DAN ACARA PERADILAN AGAMA


HKUM 4408

Nama : ADITIYA ALAMSYAH


NIM : 042156006
UPBJJ : BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
KASUS 1

Belakangan banyak masyarakat awam yang mempertanyakan soal sejauh mana esensi dari kebenaran
sebuah kebijakan/ keputusan yang didapatkan melalui ijtihad. Ada yang berpendapat bahwa yang
menjadi pedoman hidup muslim baik itu muamalah ataupun aqidah adalah Al qur’an dan hadis.
Sehingga tidak sedikit yang mengungkapkan ketidak percayaannya terhadap hasil dari ijtihad. Mereka
yang tidak percaya berdalih bahwa yang melakukan ijtihad bukan dari kalangan salaf atau yang lebih
ironi mengatakan bahwa itu bukan dari kelompok atau kalangannya.
Dari kutipan kasus di atas, silahkan dianalisis kemudian kemukakan pendapat tentang apa itu ijtihad?
Kenapa harus dilakukan ijtihad? Syarat sehingga dapat menjadi mujtahid (oran yang melakukan
ijtihad)?

JAWABAN :

Apa itu Ijtihad dalam Islam?


Kata “Ijtihad” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ijtahada Yajtahidu Ijtihadan”, yang berarti
memobilisasi semua keterampilan untuk menanggung beban. Dengan kata lain, ijtihad dilakukan
ketika ada pekerjaan yang sulit dilakukan.
Secara linguistik, pengertian ijtihad adalah mencurahkan pikiran dengan serius atau bersungguh-
sungguh. Sementara menurut istilah, arti Ijtihad adalah proses pembentukan hukum Syariah dengan
mencurahkan semua pikiran dan energi dengan serius atau bersungguh-sungguh.
Dalam Islam, Ijtihad adalah sumber ketiga hukum setelah Al-quran dan hadis. Fungsi utama dari
ijtihad adalah untuk menetapkan hukum yang tidak dibahas dalam Al-quran dan hadis. Orang yang
melakukan Ijtihad disebut Mujtahid, dimana orang tersebut adalah ahli dalam Quran dan hadis.

Syarat-Syarat Ijtihad (Mujtahid)


Seperti disebutkan di atas, hanya orang-orang tertentu yang memenuhi syarat untuk melakukan
Ijtihad. Ketentuan untuk menjadi mujtahid adalah sebagai berikut:
Anda harus memahami ayat dan sunnah yang terkait dengan hukum dalam islam.
Anda harus memahami berbagai masalah yang telah di ijma’kan oleh para alim dan
mujtahid.
Anda harus benar-benar memahami bahasa Arab dan semua pengetahuannya.
Anda harus mengerti tentang nasikh dan mansukh.
Anda harus tahu dan mengerti tentang ushul fiqh.
Anda harus sangat memahami rahasia-rahasia tasyrie ‘(Asrarusyari’ah).
Anda harus sangat memahami seluk beluk qiyas.

Fungsi dan Manfaat Ijtihad


Pada dasarnya, Ijtihad memiliki fungsi dalam membantu umat Islam untuk menemukan solusi hukum
dari masalah yang tidak memiliki dalil dalam Quran dan hadits. Sedangkan tujuan ijtihad adalah untuk
memenuhi kebutuhan umat Islam dalam beribadah pada waktu dan tempat tertentu.
Dalam konteks ini, Ijtihad dianggap memiliki kedudukan dan legalitas dalam hukum Islam. Tapi,
Ijtihad hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki kualifikasi (syarat).
Beberapa manfaat Ijtihad adalah sebagai berikut:
Ketika umat Islam dihadapkan oleh masalah baru, maka hukumnya akan diketahui.
Menyesuaikan hukum yang berlaku dalam agama Islam sesuai dengan keadaan, waktu, dan
perkembangan zaman.
Menetapkan fatwa tentang semua topik yang tidak terkait dengan halal dan haram.
Membantu umat Islam menghadapi masalah yang belum memiliki hukum dalam Islam.
KASUS 2

Nurdin adalah seorang kontraktor memiliki 2 rumah kontrakan yang selalu terisi oleh mahasiswa
maupun pekerja, diketahui penghasilan yang bisa di raup per bulan sebesar Rp.12.000.000 (dua belas
juta rupiah), selain itu pak nurdin memiliki tabungan sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
dan simpanan emas sebanyak 50 gram. Sebagai seorang muslim yang taat pak nurdin setiap tahun
membayar zakat mal melalui Baznaz dengan harapan dilakukan perbaikan jalan dilingkungannya
bermukim yang sudah lama tidak mendapat perhatian pemerintah, namun pak nurdin diketahui tidak
pernah membayar pajak dengan dalih bahwa dia telah rutin bayar zakat tiap tahunnya.
Kemukakan pendapat anda tentang tujuan adanya zakat yang harus dibayarkan pak nurdin dan dasar
hukum dari pengadaan zakat.

JAWABAN :

Tujuan dan Manfaat Zakat


Menurut Zuhri (2012), zakat adalah ibadah maliah ijtima’iyah yang mempunyai sasaran sosial untuk
membangun satu sistem ekonomi yang mempunyai tujuan kesejahteraan dunia dan akhirat. Adapun
beberapa tujuan zakat adalah sebagai berikut:
Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan.
Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh orang yang berutang, ibnu sabil, dan
mustahiq lainnya.
Membina tali persaudaraan sesama umat Islam.
Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta.
Membersihkan sifat dengki dan iri hati dari orang-orang miskin.

Adapun manfaat dan hikmah pelaksanaan zakat adalah sebagai berikut (Al-Zuhayly, 1995):
Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri.
Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan
bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat, ketika
mereka mampu melakukannya dan bisa mendorong mereka meraih kehidupan yang layak.
Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Dan juga melatih seorang mukmin untuk
bersifat pemberi dan dermawan.
Zakat diartikan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta yang telah dititipkan kepada seseorang.

Adapun syarat wajibnya zakat yang harus dipenuhi oleh mereka yang terkena hukum wajib membayar
zakat adalah,
orang Islam,
orang merdeka,
milik sempurna,
sampai satu nisab,
sampai haul (satu tahun).

Sumber: https://islam.nu.or.id/zakat/fungsi-tujuan-dan-hakikat-zakat-eD72s
KASUS 3

Nurdin adalah seorang kontraktor memiliki 2 rumah kontrakan yang selalu terisi oleh mahasiswa
maupun pekerja, diketahui penghasilan yang bisa di raup per bulan sebesar Rp.12.000.000 (dua belas
juta rupiah), selain itu pak nurdin memiliki tabungan sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
dan simpanan emas sebanyak 50 gram. Sebagai seorang muslim yang taat pak nurdin setiap tahun
membayar zakat mal melalui Baznaz dengan harapan dilakukan perbaikan jalan dilingkungannya
bermukim yang sudah lama tidak mendapat perhatian pemerintah, namun pak nurdin diketahui tidak
pernah membayar pajak dengan dalih bahwa dia telah rutin bayar zakat tiap tahunnya.
Kemukakan pendapat dengan solusi terkait kewajiban bayar pajak dan zakat secara kolektif oleh pak
nurdin dari kasus di atas? selain dari sisi yuridis, silahkan kaji dari segi sosiologis dan historis terkait
pengelolaan zakat oleh negara

JAWABAN :

Bagi PANK Nurdin yang adalah seorang yang membayar zakat dan pajak dengan cara dipotong oleh
instansi atau perusahaan tempatnya bekerja, maka zakatnya. Pajak berguna untuk meratakan
pembangunan negeri, misalnya pembangunan transportasi dan pendidikan. Secara umum, zakat dibagi
menjadi dua; zakat fitrah dan zakat maal. Permasalahan pajak dan zakat selalu merupakan topik
menarik. Hal ini jelas tersampaikan dalam salah satu hadits Nabi yang berbunyi ―di. dalam
kekayaanmu terdapat juga kewajiban selain Inilah alasan mengapa sebaiknya pembayaran zakat
dilakukan secara kolektif dan dengan pencatatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan.
Zakat dan pajak, meski keduanya sama-sama merupakan kewajiban dalam bidang harta, namun
keduanya mempunyai falsafah yang khusus, dan keduanya berbeda sifat dan asasnya, berbeda
sumbernya, sasaran, bagian serta kadarnya, disamping berbeda pula mengenai prinsip.
Secara umum, zakat dibagi menjadi dua; zakat fitrah dan zakat maal.
Zakat merupakan rukun islam yang ketiga, dan sudah Perbedaan zakat dan pajak jika dilihat dari
tujuannya yaitu zakat bertujuan untuk menyucikan jiwa Kemudian berdasarkan alat dan nominal
pembayarannya, zakat dapat dibayarkan berupa uang.
Zakat dan pajak merupakan dua hal yang penting dan tidak dapat dipungkiri keberadaannya dalam
kehidupan masyarakat sehingga timbul permasalahan mengenai hal mana yang harus lebih
diutamakan. Hal ini jelas tersampaikan dalam salah satu hadits Nabi yang berbunyi ―di. dalam
kekayaanmu terdapat juga kewajiban selain Inilah alasan mengapa sebaiknya pembayaran zakat
dilakukan secara kolektif dan dengan pencatatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan. Sebab
zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh individu dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Pensyariatan zakat sangat lekat dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat di periode Mekah dan
Madinah. Pewajiban zakat sejatinya tidak hanya dipandang dari sisi teologis semata, namun yang
lebih penting adalah sisi sosial-ekonomi yang melingkupinya. Hal ini karena pewajiban zakat
diarahkan pada upaya membangun kesejahteraan individu dan sosial. Kajian ini menggunakan
pendekatan deskriptif analitis, dan dari pembahasan didapat kesimpulan bahwa secara historis
pewajiban zakat dilakukan secara bertahap; dimulai sejak periode Mekah dan secara normatif
disyariatkan pada periode Madinah. Pewajiban zakat mengikuti konstruksi sosial masyarakat saat itu.
Dampak filantropi zakat tidak hanya mengena pada individu muzakki dan mustahiq, namun juga
tatanan sosial serta stabilitas ekonomi masyarakat muslim. Para penunai zakat akan mendapatkan
kesehatan jiwa, psikis, dan jasmani. Sementara secara sosial akan terjadi pemerataan kesejahteraan
ekonomi, terkikisnya kesenjangan sosial dan kemiskinan, serta harmonisasi interaksi antar anggota
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai