NIM: 030570661
UPBJJ MATARAM
Kasus 1
Seorang liberalis berdialog dengan seorang pemuka agama, dia berpendapat bahwa
hadis itu tidak dapat dijadikan rujukan sumber hukum dalam islam. Kenapa demikian,
karena menurutnya hadis merupakan hal yang ada setelah wafatnya Rasulullah.
Silakan analisis kasus di atas, apakah hadis dapat dijadikan rujukan sumber hukum
Islam? Jika ya, berikan dasar/landasan syar’i yang mendukung pernyataan anda.
Berikan pendapat anda tentang peran dan fungsi hadis di hukum nasional.
Kasus 2
Herlan dikenal sebagai seorang juragan lele di desanya. Usaha ternak lele herlan telah
berjalan selama 3 tahun dan Dia memiliki 300 kolam lele dengan penghasilan bersih
pertahun sebesar Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah), selain itu herlan diketahui
memiliki rumah kontrakan dengan 12 kamar yang sudah beroperasi sejak 11 bulan
terakhir dengan rataan penghasilan perbulan yakni Rp. 15.000.000 (lima belas juta
rupiah).
Dari contoh kasus di atas silahkan dianalisis dan kemukakan jawaban anda
Apakah herlan sudah termasuk wajib zakat? Harta apa saja yang harus dizakatkan.
Kasus 3
Seorang liberalis berdialog dengan seorang pemuka agama, dia berpendapat bahwa
hadis itu tidak dapat dijadikan rujukan sumber hukum dalam islam. Kenapa demikian,
karena menurutnya hadis merupakan hal yang ada setelah wafatnya Rasulullah.
Silakan analisis kasus di atas, apakah hadis dapat dijadikan rujukan sumber hukum
Islam? Jika ya, berikan dasar/landasan syar’i yang mendukung pernyataan anda.
Berikan pendapat anda tentang peran dan fungsi hadis di hukum nasional.
Jawaban:
1. Kasus 1
Hadits menjadi salah satu sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an, dimana jika
terjadi suatu perkara yang belum jelas didalam Al-Qur’an maka hadits bisa menjadi
sebuah sandaran berikutnya setelah Al-Qur’an. Oleh sebab itu, ada beberapa
fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam.
Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Jika
Al-Quran adalah sumber hukum islam pertama, maka hadits merupakan sumber
kedua setelah Al quran. Kedua terkait secara erat dan tidak bisa dipisahkan satu
sama lain.
2. Kasus 2
1. Kepemilikan sempurna
Pada syarat pertama, pemilik wajib berzakat apabila hartanya berada di bawah
kekuasaannya secara utuh. Lalu, harta harus berasal dari usaha yang halal, bukan
cara haram seperti mencuri, merampok, korupsi.
2. Mencapai nisab
Jika harta telah mencapai batas minimum atau nisab, pemilik wajib mengeluarkan
zakat 2,5 persen dari total jumlah. Pada zakat mal, terdapat perbedaan cara
menghitung nisab, tergantung harta yang dikuasai.
Selain mencapai nisab, sebuah harta hukumnya menjadi wajib zakat apabila sudah
dimiliki selama satu tahun penuh menurut perhitungan hijriah. Persyaratan satu
tahun berlaku untuk harta emas, uang, ternak, harta benda yang diperdagangkan,
dan lain sebagainya.
Pemilik terbebas dari hutang jadi syarat wajib zakat. Dalam ketentuan berzakat,
orang yang memiliki utang dianggap sebagai sosok yang tidak memiliki
kemampuan finansial yang cukup. Hal itu lantaran dia masih perlu melunasinya
terlebih dahulu sembari memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Syarat selanjutnya untuk wajib zakat adalah kebutuhan pokok terpenuhi. Jika
seorang muslim tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari atau primer seperti
belanja, pakaian, rumah, perabot rumah tangga, kesehatan, pendidikan, dan
transportasi, dia tidak wajib zakat.
Indikator utama apakah barang wajib dikeluarkan zakat atau tidak yaitu telah
mencapai batas minimum zakat (nisab) dalam waktu 1 tahun. Umat Islam harus
ingat bahwa zakat berfungsi untuk menyucikan harta sekaligus menyebarkan nilai
pendidikan bahwa tidak semua hal di dunia ini milik kita sepenuhnya, melainkan
ada sebagian porsi untuk 8 golongan penerima zakat.
Melansir dari Dompet Dhuafa, cara menghitung zakat profesi ada 3 pendekatan,
yaitu dianalogikan zakat emas dan zakat perak, dianalogikan zakat pertanian, dan
dianalogikan pada dua hal sekaligus (qiyas syabah). Secara praktik, Kementerian
Agama telah menetapkan dalam Peraturan Menteri Agama No 31 Tahun 2019
bahwa:
3