UNIVERSITAS TERBUKA 2 TUGAS MATA KULIAH UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)
Fakultas : FHISIP / Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kode/Nama MK : HKUM4310/Tindak Pidana Korupsi Tugas :2
1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga adanya Rp 6 miliar yang diterima
Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Arfan, digunakan untuk diberikan kepada anggota DPRD Jambi. Dana tersebut diberikan kepada anggota DPRD Jambi untuk bersedia hadir dalam pengesahan RAPBD Provinsi Jambi 2018. Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan mengatakan, dana untuk DPRD Jambi itu diduga dikumpulkan Zumi Zola dan Arfan dari para kontraktor pada proyek-proyek di Jambi. Plt Kadis PUPR Sdr. Arfan sendiri punya kepentingan untuk memberikan sesuatu kepada DPRD agar ketok palu terjadi penetapan APBD 2018. Cara berpikir seperti ini, apapun alasannya, pasti ada keikutsertaan dari kepala daerah dalam hal ini gubernur. Pertanyaan : Berikan pendapat terhadap kasus tersebut , termasuk tindak pidana korupsi apa yang terjadi serta apa saja kerugian negara. Jawaban: Adapun tindak pidana korupsi terhadap kasus tersebut diatas merupakan tindak pidana korupsi diduga menerima suap atau gratifikasi dari proyek-proyek di Provinsi Jambi, dimana Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli terbukti melanggar Pasal 12B dan Pasal 5 ayat (1) Huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 65 ayat (1) KUHP dan juga bersama-sama melakukan melakukan tindak pidana korupsi yaitu dengan pelaksana tugas kepala dinas PU Povinsi Jambi Arfan, jadi Dari kasus korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Jambi Zumi Zola bahwa ia telah melanggar nilai-nilai moral yang ada di Indonesia, juga moral sebagai manusia. Selain itu, apa yang dilakukannya jelas melanggar hukum yang ada. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus menghindari perilaku seorang pemimpin yang korupsi seperti yang dilakukan oleh Zumi Zola agar Indonesia bebas korupsi Adapun kerugian negara terhadap kasus tersebut adalah sebesar Rp. 5 Milyar dari pengesahan dan penetapan APBD 2018 terkait dengan proyek yang telah disetujui.
2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga adanya Rp 6 miliar yang diterima
Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Arfan, digunakan untuk diberikan kepada anggota DPRD Jambi. Dana tersebut diberikan kepada anggota DPRD Jambi untuk bersedia hadir dalam pengesahan RAPBD Provinsi Jambi 2018. Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan mengatakan, dana untuk DPRD Jambi itu diduga dikumpulkan Zumi Zola dan Arfan dari para kontraktor pada proyek-proyek di Jambi. Plt Kadis PUPR Sdr. Arfan sendiri punya kepentingan untuk memberikan sesuatu kepada DPRD agar ketok palu terjadi 3 penetapan APBD 2018. Cara berpikir seperti ini, apapun alasannya, pasti ada keikutsertaan dari kepala daerah dalam hal ini gubernur. Pertanyaan : Apakah pihak swasta dapat dipidana apabila terlibat dalam tindak pidana korupsi di Indonesia.Jawablah dengan jelas dan tepat! Jawaban: Dapat saya jelaskan bahwa pihak swasta dapat dikenakan pidana dalam Tindak Pidana Korupsi, jika pihak swasta telah melakukan penyuapan terhadap proyek yang sedang dijalankan namun pihak swasta dalam kasus ini yaitun para kontraktor yang didapatkan dari anggaran DPRD yang telah di kumpulkan pihak swasta tidak dapat dikenakan Tindak Pidana Korupsi karena sudah sesuai pekerjaan yang dilakukan.
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga adanya Rp 6 miliar yang diterima
Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Arfan, digunakan untuk diberikan kepada anggota DPRD Jambi. Dana tersebut diberikan kepada anggota DPRD Jambi untuk bersedia hadir dalam pengesahan RAPBD Provinsi Jambi 2018. Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan mengatakan, dana untuk DPRD Jambi itu diduga dikumpulkan Zumi Zola dan Arfan dari para kontraktor pada proyek-proyek di Jambi. Plt Kadis PUPR Sdr. Arfan sendiri punya kepentingan untuk memberikan sesuatu kepada DPRD agar ketok palu terjadi penetapan APBD 2018. Cara berpikir seperti ini, apapun alasannya, pasti ada keikutsertaan dari kepala daerah dalam hal ini gubernur. Pertanyaan : Berikan pendapat mengenai masih maraknya tindak pidana korupsi di Indonesia (pusat dan daerah) Jawaban: Maraknya kasus tindak pidana korupsi (tipikor) yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daerah dalam beberapa waktu belakangan mengundang pertanyaan mengenai hubungan antara pemerintah daerah dan pusat. Penyalahgunaan kewenangan oleh pemerintah daerah yang berujung operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengindikasikan kurang terawasinya kegiatan-kegiatan di pemerintahan daerah. Kurangnya pengawasan oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah tersebut tidak dibantah oleh salah satu peneliti Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Almas Sjafrina. "Faktor korupsi oleh kepala daerah beragam. Soal kurang pengawasan dari pusat bisa jadi s alah satunya,"