Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kiki Azizah

NIM :031289705
Tugas 3
Hukum Pidana Internasional

1. Mr Smith Sam merupakan seorang politisi sekaligus pemimpin partai oposisi Rusia. Suatu
waktu konstelasi politik di Rusia memanas, Otoritas dan partai yang berkuasa di Rusia menuduh
Mr Smith berencana melakukan kudeta terhadap pemerintah yang berkuasa. Mr Smith kemudian
melarikan diri ke Indonesia.

Setelah sebulan berada di Indonesia, Pemerintah Rusia mengajukan permintaan ekstradisi Mr.
Smith kepada Pemerintah Indonesia atas tuduhan rencana kudeta (Rusia dan Indonesia tidak
terikat perjanjian ekstradisi)

Pertanyaan:

 a) Berdasarkan kasus di atas, analisalah apakah Indonesia berkewajiban menerima


permintaan ekstradisi Rusia?
 b) Berikan analisis alasan atas jawaban saudara!

2. Negara Megame merupakan negara peratifikasi Statuta Roma 1998. Pada tahun 2015, untuk
pertama kali dilangsungkan pemilihan umum untuk memilih presiden Megame. Presiden Som
Yang yang merupakan presiden yang berkuasa saat itu turut mencalonkan diri. Pada tahun 2015,
melawan calon Presiden Ram Yun.

Negara megame terdiri atas dua wilayah besar yaitu wilayah utara yang merupakan wilayah
pusat bisnis dan pemerintahan dan didominasi etnis Kanggiri yang. Sementara wilayah selatan
merupakan wilayah pedesaan tertinggal namun kaya akan sumber daya alam yang didominasi
etnis Zamani. Presiden Som Yang berasal dari etnis Kanggiri, sedangkan pesaingnya calon
presiden Ram Yun berasal dari etnis Zamani.

Pada saat mendekati kampanye calon presiden terjadi insiden kerusuhan antar sebagian etnis
Kanggiri dengan etnis Zamani di Meruki, suatu daerah yang terletak antara wilayah utara dengan
selatan. Kerusuhan dua etnis ini meluas di beberapa distrik. Presiden Som Yang menuduh etnis
Zamani merupakan provokator kerusuhan. Dengan dalih untuk menjaga stabilitas kemanan
Negara Megame, Presiden Som Yang memerintahkan militer Megame membakar perumahan,
sekolah dan rumah sakit etnis Zamani di wilayah selatan. Selain itu ia memerintahkan menembak
mati masyarakat beretnis Zamani yang mencegah pembumihangusan rumah, sekolah dan rumah
sakit tersebut.

Pertanyaan:

 a) Klasifikasikan kasus di atas termasuk dalam penggaran HAM apa? Berikan analisis
saudara!
 b) Berikan analisa saudara, apakah ICC memiliki yurisdiksi untuk mengadili kejahatan /
pelanggaran HAM yang terjadi pada kasus di atas!
3. Pada tahun 2013, masyarakat Yogyakarta dihebohkan dengan adanya peristiwa penembakan
di Lapas Cebongan. Penyerbuan dan penembakan dilakukan oleh 17 anggota Kopassus dengan
sasaran 4 tersangka penganiayaan (yang berujung pada kematian) anggota kopassus yang terjadi
beberapa hari sebelumya sebelumnya.

Berdasarkan kasus di atas, analisalah apakah pertanggungjawaban komando berlaku untuk


semua tindak pidana yang dilakukan anggota militer? Berikan alasan yang jelas!

Jawab

1.Undang-undang RI No. 1 Tahun 1979, Ekstradisi adalah


penyerahan ole suatu negara yang meminta penyerahan seorang
yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejehatan di
luar wilayah negara yang menyerahkan dan didalam yurisdiksi wilayah
negara yang meminta penyerahan tersebut, karena berwenang untuk
mengadili dan menghukumnya.
Dalam pemberian Ekstradisi tentunya pemerintah Indonesia tidak
dapat memberikan secara sembarangan kepada ada negara rusia,
harus ada tahapan-tahapan yang dilalui apabila suatu negara ingin
mengadakan ekstradisi dengan negara lainnya, sedangkan pada
kasus diatas secara jelas tertulis bahwa Rusia dan Indonesia belum
menjalin perjanjian mengenai ekstradisi. Sehingga Indonesia tidak
berkewajiban menerima permintaan dari negara rusia tersebut.
Tentunya ada tahapan-tahapan dalam teknis yang harus dilakukan
kan ole negara yang ingin melakukan Perjanjian ekstradisi, yang
pertama adalah Harus adanya pembahasan secara mendalam
mengenai latar belakang Dan hal-hal apa saja yang harus disepakati
oleh kedua negara yang nantinya hasil kesepakatan tersebut
dituangkan ke dalam nota kesepahaman atau yang lebih dikenal
dengan MoU kemudian dilakukan pembuatan Mutual Legal Asistance
(MLA) dan disahkan dalam bentuk undang-undang transfer of
tentence person. Sehingga apabila MoU tersebut telah disepakati oleh
kedua belah pihak baik itu negara Indonesia dan negara rusia maka
langkah selanjutnya adalah harus adanya penandatanganan yang
dilakukan Presiden Republik Indonesia.
Dalam Pasal 2 ayat 1 dan 2 menyebutkan ekstradisi dilakukan atas
dasar suatu "perjanjian" (treaty) antara suatu negara dengan negara
lain yang ratifikasinya dilakukan dengan undang-undang. Jika belum
ada perjanjian maka ekstradisi dapat dilakukan atas dasar
"hubungan baik" dan jika kepentingan negara Republik Indonesia
menghendakinya.
Dalam pasal ini tentunya kita dapat mengambil intisari bahwa jika
belum ada perjanjian ekstradisi, tetapi apabila negara Republik
Indonesia menghendaki Rusia untuk menghakimi warganegaranya
yang lari ke Indonesia itu bisa.

2. A.Adapun pelanggaran HAM terkait kasus diatas termasuk dalam


pelanggaran HAM berat karena menurut pasal 7 Statuta Roma,
definisi kejahatan terhadap kemanusiaan ialah perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang

diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung


terhadap penduduk sipil.
Dapat kita lihat di dalam kasus tersebut presiden megami lama
memerintahkan para tentaranya untuk Membakar fasilitas-fasilitas
mum seperti sekolah, rumah milk etnis Zamani, yang mana pada saat
itu etnis Zamani mayoritas dihuni ole masyarakat kelas menengah ke
bawah. Bahkan para pihak militer dari etnis Tenggiri tidak pandang
bulu dalam membunuh, mereka melakukan pembunuhan dan
penyerangan terhadap setiap warga yang melindungi fasilitas sekolah
tempt ibadah tau Mun bangunan umum lainnya bahkan anak-anak
dan perempuan pun meniadi korban, padahal secara hukumnya anak-
anak dan perempuan it tidak boleh digunakan ataupun dilukai
walaupun negara tersebut sedang mengalami konflik, tentunya kasus
ini mask dalam pelanggaran HAM berat sehingga serasa dunia harus
turut andil dalam penyelesaian masalah ini karena telah menyangkut
apapun merugikan para warga sipil yang ada di dalamnya.
Menghadapi masalah pelanggaran HAM yang terjadi di setiap negara
di dunia, diperlukan sanksi internasional yang mengacu kepada
ketentuan dalam Statuta Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court) atau SMPI atau Statu Roma (SR. 1998)
atau dapat juga mengacu kepada praktik penyelesaian kasus
pelanggaran HAM berat seperti di Rwanda (1994).
B.Iya,, International Criminal Court (ICC) memiliki vuridiksi karena
Statuta Roma memberikan kewenangan kepada ICC untuk mengadili
kejahatan genosida, kejahatan terhadap perikemanusiaan, dan
kejahatan perang. Perlu diketahui juga bahwa Kejahatan-kejahatan
terhadap perikemanusiaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
7 Statuta Roma tersebut adalah serangan yang meluas atau
sistematik yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
Yang mana tujuan dari Presiden Som Melalui pasukan militernya
adalah melakukan Penyiksaan terhadap kelompok berdasarkan
alasan politik, ras, kebangsaan, etnis, kebudayaan, agama, dan jenis
kelamin (gender) sebagaimana diatur dalam artikel 3 ICC ataupun
dengan alasan-alasan lainnya yang secara umum diketahui sebagai
suatu alasan yang dilarang oleh hukum internasional dan
Penghilangan :
seseorang
secara paksa; Hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan pasal 7
statuta roma. Pada dasarnya yang perlu kita ketahui bahwa "Yuridiksi
Mahkamah Pidana Internasional (MPI) bersifat komplementer
terhadap yuridiksi pengadilan masional". tetapi hal in dapat di
kecualikan jika negara tersebut tidak berkeinginan atau tidak mampu
melaksanakan tugas penyidikan atau penuntutan dalam tiga hal, yaitu
sebagai berikut.

1. Proses peradilan tau putusan pengadilan yang dijatuhkan ditujukan


untuk melindungi seseorang dari pertanggungjawaban pidana
sebagaimana dientukan dalam SMPI/SR.
2.Proses persidangan ditunda-tunda tanpa alasan yang jelas dan
dapat
dipertanggungjawabkan sehingga tidak konsisten dengan tujuan untuk
mengadili seseorang ke hadapan sidang pengadilan.
3. Persidangan dilaksanakan tidak secara independent atau bersifat
memihak sehingga tidak konsisten dengan tujuan pemberian sanksi
melalui sidang pengadilan.
Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa apabila negara megami
tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut maka mahkamah pidana
internasional bisa melakukan penyelidikan dan penuntutan serta pihak
yang yang terbukti bersalah akan diberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku, tentunya hal ini dirasa sangat adil melihat dari
korban dan juga penyerangan yang dilakukan secara berurutan
terhadap para etnis
Zamani

3. perlu di garis bawahi bahwa prinsip mengenai pertanggungjawaban


komando merupakan prinsip terhadap pimpinan tau atasan sipil yang
mengetahui terjadinya suatu kejahatan serta memiliki kemampuan
untuk mencegah kejahatan tersebut terjadi namun tidak
melakukannya, maka dianggap telah melakukan kejahatan tersebut.
Pasal 65 ayat (2) UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI (UU TNI)
menyatakan "Prajurit tunduk kepada kekuasaan peradilan militer
dalam hal pelanggaran hukum pidana militer dan tunduk pada
kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum pidana
umum yang diatur dengan undang-undang". perlu diketahui bahwa
undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai tindak
pidana yang dilakukan ole militer adalah UU Peradilan Militer. Pasal 9
dan Pasal 10 UU Peradilan Militer masih mengatur bahwa tindak
pidana yang dilakukan prajurit diadili di peradilan militer.
Jadi dalam kasus tersebut pertanggungjawaban komando tidak perlu
dilakukan karena hal tersebut telah direncanakan oleh anggota yang
ingin melakukan penyerangan terhadap 4 narapidana tersebut karena
telah membunuh salah satu anggotanya Ada juga menteri pertahanan
pada saat itu yaitu bapak Pramono mengatakan bahwa penyerangan
tersebut tidak mendengar HAM berat sehingga tidak perlu Dibentuk
dewan kehormatan militer Karena pembunuhan tersebut tidak
direncanakan secara sistematik ole pemimpin anggota maupun
pasukan yang ingin melakukan tindak pembunuhan tersebut.

Sumber:

-Undang Undang Nomor 26 Tahun 2000 adalah sebuah Undang-


undang yang mengatur
Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
 Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang ekstradisi
 bbc.com

Anda mungkin juga menyukai