Anda di halaman 1dari 2

Pada bidang susunan organisasi Peradilan Agama ternyata belum memenuhi kebutuhan guna

mendukung tugas pokok dan fungsi lembaga pengadilan sebagai sebuah instansi. Hal ini tampak belum
adanya unit kehumasan dan keprotokolan pengadilan, baik pada pengadilan agama maupun pada
pengadilan tinggi agama. Kemukakan pendapat dan diskusikan dengan dasar hukum yang tepat terkait
pernyataan di atas.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 terkait Keprotokolan menjelaskan
bahwa keprotokolan merupakan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan aturan dalam acara
kenegaraan / acara resmi yang terdiri dari tata upacar, tata tempat, serta taa penghormatan yang
merupakan bentuk penghormatan yang diberikan kepada seseorang berdasarkan jabatan dan/atau
kedudukannya masyarakat, negara, serta pemerintahan. Unit humas dan keprotokolan dalam lembaga
pengadilan merupakan sesuatu yang cukup penting. Hal ini juga berlaku bagi pengadilan agama maupun
pengadilan tinggi agama. Pengelolaan unit humas sendiri pada Instansi Pemerintah yang lain juga masih
perlu banyak mendapat perhatian agar digunakan secara maksimal dalam melaksanakan tugasnya dalan
menyediakan informasi berhubungan dengan peradilan serta pengadilan agama. Unit humas dan
keprotokolan pengadilan agama harus memiliki memfokuskan diri untuk menyediakan informasi kepada
masyarakat berhubungan dengan peradilan agama menggunakan ceramah ataupun memanfaatkan
kecanggihan informasi teknologi.

Adagium yang cocok dengan kondisi ini ialah tak kenal maka tak sayang, oleh karena itu posisi unit
humas dan keprotokolan dalam lembaga pengadilan agama sangat penting agar masyarakat mengenal
pengadilan agama dimana tugas ini harus dijalankan oleh orang yang memiliki kemampuan individu
yang baik yaitu bakat dalam jurnalistik, kemampuan berkomunikasi, pengetahuan umum yang baik,
pengetahuan yang baik akan perkembangan serta ekaistenai lembaganya sendiri yaitu pengadilan
agama serta tugas pokok lembaga lain guna menjaga komunikas dengan Humas dari lembaga lain. Oleh
karena itu, tenaga yang dibutuhkam diharapkan tenaga mudabersemangat, cerdas serta agresif.

Keprotokolan di pengadilan pada hakim peradilan agama sendiri masih belum berkembang seperti
peradilan lain pada umumnya. Kondisi ini diperburuk dengan karakter hakim yang memiliki prinsip
bahwa duduk dibelakang pada sebuah acara sesuatu yang biasa saja. Pada umumnya aktifitas hakim
pengadilan agama dibidang da’wah hanya mengutamakan ceramah yang tidak memasukkan pokok
bahasan terkait kewenangan peradilan agama yang sebenarnya adalah penerapan dari ibadah ghairu
mahdhah. Hakim agama juga dianggap sebagai sosok yang menggabungkan tugas imam mesjid dengan
tugas negara yang besar yaitu menegakkah hukum sebagai Qadhi (Hakim). Sebagai hakim pengadilan
agama diharapkan melakukan diskusi serta ceramah dengan menanbahkan nilai ibadah mahdah dengan
hubungannya dengan tugas pokok sebagai hakim agama. Aspek ini bisa menjadi cara untuk mengatasi
ketertinggalan akan minimnya faham yang ada dalam masyarakat sehingga menciptakan keterasingan
ditengaj masyarakat Islam itu sendiri. Hal inilah yang membuat unit humas dan keprotokolan sangat
dibutuhkan untuk memaksimalkan fungsi jabatan hubungan masyarakat dalam peradilan agama yang
menjadi ujung tombak penyediaan informasi yang mengacu kepada Permen PAN Nomor 30 Tahun 2011.
Sedangkan menurut Pasal 11 ayat 1 huruf f Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2010 mengenai
keprotokolan, keprotokolan hakim pengadilan agama disamakan status keprotokolannya dengan hakim
pengadilan negeri yang juga disamakan statusnya sebagai pejabat negara dengan diberikan kkuasaan
kehakiman tanpa diskrimasi serta perbedaan.

Sumber :

BMP Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama ( HKUM 4408 ).

https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/memaksimalkan-kinerja-humas-pada-
peradilan-agama

https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/kedudukan-dan-keprotokolan-
pengadilan-agama-oleh-dr-mahmud-hadi-riyanto-6-2

Anda mungkin juga menyukai