Anda di halaman 1dari 6

Kerjakan soal di bawah ini dengan singkat dan jelas.

Jawaban yang hanya mengambil dari internet


(plagiat) tidak akan mendapatkan nilai maksimal. Sertakan referensi dalam mengutip.

Submit (unggah) pada tempat yang sudah disediakan dan tidak melebihi waktu yang telah
ditentukan.

Kasus 1

Belakangan banyak masyarakat awam yang mempertanyakan soal sejauh mana esensi dari
kebenaran sebuah kebijakan/ keputusan yang didapatkan melalui ijtihad. Ada yang berpendapat
bahwa yang menjadi pedoman hidup muslim baik itu muamalah ataupun aqidah adalah Al qur’an
dan hadis. Sehingga tidak sedikit yang mengungkapkan ketidak percayaannya terhadap hasil dari
ijtihad. Mereka yang tidak percaya berdalih bahwa yang melakukan ijtihad bukan dari kalangan salaf
atau yang lebih ironi mengatakan bahwa itu bukan dari kelompok atau kalangannya.

Dari kutipan kasus di atas, silahkan dianalisis kemudian kemukakan pendapat tentang apa itu ijtihad?
Kenapa harus dilakukan ijtihad? Syarat sehingga dapat menjadi mujtahid (oran yang melakukan
ijtihad)? 

Kasus 2

Nurdin adalah seorang kontraktor memiliki 2 rumah kontrakan yang selalu terisi oleh mahasiswa
maupun pekerja, diketahui penghasilan yang bisa di raup per bulan sebesar Rp.12.000.000 (dua
belas juta rupiah), selain itu pak nurdin memiliki tabungan sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) dan simpanan emas sebanyak 50 gram. Sebagai seorang muslim yang taat pak nurdin setiap
tahun membayar zakat mal melalui Baznaz dengan harapan dilakukan perbaikan jalan
dilingkungannya bermukim yang sudah lama tidak mendapat perhatian pemerintah, namun pak
nurdin diketahui tidak pernah membayar pajak dengan dalih bahwa dia telah rutin bayar zakat tiap
tahunnya.

Kemukakan pendapat anda tentang tujuan adanya zakat yang harus dibayarkan pak nurdin dan
dasar hukum dari pengadaan zakat.

Kasus 3

Nurdin adalah seorang kontraktor memiliki 2 rumah kontrakan yang selalu terisi oleh mahasiswa
maupun pekerja, diketahui penghasilan yang bisa di raup per bulan sebesar Rp.12.000.000 (dua
belas juta rupiah), selain itu pak nurdin memiliki tabungan sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) dan simpanan emas sebanyak 50 gram. Sebagai seorang muslim yang taat pak nurdin setiap
tahun membayar zakat mal melalui Baznaz dengan harapan dilakukan perbaikan jalan
dilingkungannya bermukim yang sudah lama tidak mendapat perhatian pemerintah, namun pak
nurdin diketahui tidak pernah membayar pajak dengan dalih bahwa dia telah rutin bayar zakat tiap
tahunnya. 

Kemukakan pendapat dengan solusi terkait kewajiban bayar pajak dan zakat secara kolektif oleh pak
nurdin dari kasus di atas? selain dari sisi yuridis, silahkan kaji dari segi sosiologis dan historis terkait
pengelolaan zakat oleh negara
Jawaban

Kasus 1.

Ijtihad adalah bagian penting dalam hukum Islam Pengertian apa itu Ijtihad adalah usaha
mengumpulkan segala ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Melalui proses
ijtihad, bertujuan terciptanya solusi untuk pertanyaan hukum yang belum dijelaskan dengan di
dalam Al-Qur'an dan hadis. Jadi, Ijtihad bisa diartikan sebagai konsep yang bisa memperkuat Al
Qur'an dan hadis.Ijtihad sendiri berasal dari kata "al-jahd" atau "al-juhd", yang memiliki arti "al-
masyoqot" (kesulitan atau kesusahan) dan "athoqot" (kesanggupan dan kemampuan) atas dasar
pada firman Allah Swt dalam QS. Yunus ayat 9. Jika disederhanakan, Ijtihad merupakan alat
penafsiran yang menerapkan penalaran hukum sesuai syariat Islam dan dilakukan oleh ahli agama.
Sebutan untuk ulama Islam yang memenuhi syarat melakukan ijtihad adalah mujtahid, Secara
etimologi, Ijtihad berasal dari bahasa Arab yakni jahada yajhadu-jahd yang berarti kemampuan,
potensi, kapasitas. Menurut artikel jurnal 'Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam',
ijtihad berasal dari kata “al-jahd” atau “al-juhd”, yang memiliki arti “al-masyoqot” (kesulitan atau
kesusahan) dan “athoqot” (kesanggupan dan kemampuan). Berdasarkan asal katanya, arti ijtihad
adalah pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit. ijtihad berarti
bersungguh-sungguh atau kerja keras untuk mencapai sesuatu.Menurut Al-Amidi, apa itu Ijtihad
adalah pencurahan semua kemampuan secara maksimal agar memperoleh suatu hukum syara’ yang
amali melalui penggunaan sumber syara’ yang diakui dalam Islam.

Kenapa harus dilakukan ijtihad?

Ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam. Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi
keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah.

Syarat sehingga dapat menjadi mujtahid (oran yang melakukan ijtihad):

 Mengetahui al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam primer sebagai fondasi dasar hukum Islam. Oleh
karena itu, seorang mujtahid harus mengetahui al-Qur’an secara mendalam.
 Mengetahui Asbab al-Nuzul
Mengetahui sebab turunnya ayat termasuk dalam salah satu syarat mengetahui al-Qur’an
secara komprehensif, bukan hanya pada tataran teks tetapi juga akan mengetahui secara
sosial-psikologis.
 Mengetahui Nasikh dan Mansukh
Hal ini bertujuan untuk menghindari agar jangan sampai berdalih menguatkan suatu hukum
dengan ayat yang sebenarnya telah di-nasikh-kan dan tidak bisa dipergunakan untuk dalil.
 Mengetahui As-Sunnah
Yang dimaksudkan as-Sunnah adalah ucapan, perbuatan atau ketentuan yang diriwayatkan
dari Nabi SAW.
 Mengetahui Ilmu Diroyah Hadis
Seorang mujtahid harus mengetahui pokok-pokok hadis dan ilmunya, mengenai ilmu
tentang para perawi hadis, syarat-syarat diterima atau sebab-sebab ditolaknya suatu hadis,
tingkatan kata dalam menetapkan adil dan cacatnya seorang perawi hadis dan
 hal-hal yang tercakup dalam ilmu hadis. Kemudian mengaplikasikan pengetahuan tadi dalam
menggunakan hadis sebagai dasar hukum.
 Mengetahui Hadis yang Nasikh dan Mansukh
Mengetahui hadis yang nasikh dan mansukh ini dimaksudkan agar seorang mujtahid jangan
sampai berpegang pada suatu hadis yang sudah jelas dihapus hukumnya dan tidak boleh
dipergunakan.
 Mengetahui Asbab Al-Wurud Hadis
Syarat ini sama dengan seorang mujtahid yang seharusnya menguasai asbab al-nuzul, yakni
mengetahui setiap kondisi, situasi dan lokus hadis tersebut muncul.
 Mengetahui Bahasa Arab
Seorang mujtahid wajib mengetahui bahasa Arab dalam rangka agar penguasaannya pada
objek kajian lebih mendalam karena teks otoritatif Islam menggunakan bahasa Arab.
 Mengetahui Tempat-Tempat Ijma
Bagi seorang mujtahid, harus mengetahui hukum-hukum yang telah disepakati oleh para
ulama sehingga tidak terjerumus dalam memberikan fatwa yang bertentangan dengan hasil
ijma.
 Mengetahui Ushul Fiqh
Ilmu ushul fiqh, yaitu suatu ilmu yang telah diciptakan oleh para fuqaha untuk meletakkan
kaidah-kaidah dan cara untuk mengambil istinbat hukum dari nash dan mencocokkan cara
pengambilan hukum yang tidak ada nashhukumnya.
 Mengetahui Maksud dan Tujuan Syariah
Sesungguhnya syariat Islam diturunkan untuk melindungi dan memelihara kepentingan
manusia.
 Mengenal Manusia dan Kehidupan Sekitarnya
Seorang mujtahid harus mengetahui tentang keadaan zaman, masyarakat, problem, aliran
ideologi, politik dan agamanya serta mengenal sejauh mana interaksi saling memengaruhi
antara masyarakat tersebut.
 Bersifat Adil dan Takwa
Hal ini bertujuan agar produk hukum yang telah diformulasikan oleh mujtahid benar-benar
proporsional karena memiliki sifat adil, jauh dari kepentingan politik dalam istinbat
hukumnya.

Kasus 2.

Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu rukunnya
serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena dalam pelaksanaan dan
penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid syari’at) yang agung yang mendatangkan
kebaikan dunia dan akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin. Di antara tujuan-tujuan tersebut
adalah :

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan Menjalankan Perintah-Nya.
Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin melaksanakan kewajiban agung ini,
sebagaimana Allâh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya : al-Baqarah/2:43 yang
artinya

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku
Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat merupakan sifat kaum Mukminin
yang taat. Allâh Azza wa Jalla berfirman : at-Taubah/9:18 yang artinya

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan
hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain
kepada Allâh, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk.

Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menjalankan perintah-Nya
melalui pelaksanaan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syari’at.

Zakat yang harus di bayar oleh pak nurdin sebesar Rp 12.000.000 per bulan yaitu sebesar Rp
300.000 sedangkan tabungan Rp 500.000.000 pak nurdin harus membayar zakat Rp12.500.000
pertahun sedangkan emas yangmiliki pak nurdin sebesar 50 gram 1.175.000/tahun

Dasar Hukum

Dasar hukum UU 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Penunaian zakat merupakan kewajiban
bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam. Zakat merupakan pranata keagamaan
yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan
kemiskinan.

Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga
sesuai dengan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat.

Selama ini pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu diganti. Pengelolaan zakat yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi
kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.

Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS
merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional.
Kasus 3

zakat dan pajak tergantung dari pengelolaannya, tetapi dari segi hukum dan implementasinya harus
tetap dipisah. Menurut Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, beberapa perbedaan
pokok antara zakat dan pajak menyebabkan keduanya tidak mungkin secara mutlak dianggap sama,
meski dalam beberapa hal terdapat persamaan. Perbedaan yang mendasar, antara lain: Pertama,
dari segi nama, secara etimologis zakat berarti bersih, suci, berkah, tumbuh, maslahat dan
berkembang. Kedua, dari segi dasar hukum dan sifat kewajiban, zakat ditetapkan berdasarkan nash-
nash Al Quran dan Hadis yang bersifat qath’i, sehingga bersifat mutlak atau absolut sepanjang masa.
Kewajiban zakat tidak dapat dihapuskan oleh siapapun. Sedangkan pajak keberadaannya sangat
tergantung dari kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam undang-undang. Ketiga, dari sisi obyek
dan persentase serta pemanfaatannya, zakat memiliki nishab (kadar minimal) dan persentase baku
berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam berbagai Hadis Nabi. Sedangkan pungutan pajak
tergantung pada jenis, sifat dan cirinya. Zakatharus digunakan untuk kepentingan mustahik yakni 8
asnaf, sedangkan pajak dapat digunakan untuk membiayai seluruh sektor kehidupan negara,
sekalipun dianggap tidak berkaitan dengan ajaran agama.

Guru Besar IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof. KH Sjechul Hadi Permono semasa
hidupnya pernah persamaan dan perbedaan antara pendayagunaan pajak dan pendayagunaan
zakat. Semua bidang dan sektor pembangunan yang dibiayai dari dana zakat, kecuali: (1) untuk
agama non-Islam, (2) untuk aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (3) yang tidak
mengandung taqarrub (kebajikan, kebaikan) menurut Islam, dan (4) yang berbau maksiat dan/atau
syirik menurut pandangan ajaran Islam.Sjechul Hadi Permono menyoroti perbedaan pendayagunaan
zakat dan pajak pada empat pengecualian tersebut, tidak dapat dibiayai dari dana zakat (sekalipun
dapat dibiayai dari dana pajak) karena bertentangan dengan arti ibadah zakat itu sendiri. Banyak
bidang yang dapat dibiayai dari dana zakat, namun tidak dibiayai dari pajak, seperti muallaf, riqab
dan gharim.Yang pernah diusulkan oleh BAZNAS kepada Dirjen Pajak ialah “zakat sebagai kredit
pajak”, artinya bukan hanya pengurang penghasilan bruto (penghasilan kena pajak). Seandainya
zakat berlaku sebagai pengurang pajak, hampir dapat dipastikan berdampak positif terhadap
transparansi data wajib zakat dan wajib pajak.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat. Dalam Undang-Undang tersebut diakui adanya dua jenis organisasi pengelola
zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. BAZ terdiri dari BAZNAS pusat, BAZNAS
Propinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota.Sebagai implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 dibentuk
Badan Amil Zakat Na-sional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2001. Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan
penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Langkah awal adalah mengupayakan memudahkan
pelayanan, BAZNAS menerbitkan nomor pokok wajib zakat (NPWZ) dan bukti setor zakat (BSZ) dan
bekerjasama dengan perbankan dengan membuka rekening penerimaan dengan nomor unik yaitu
berakhiran 555 untuk zakat dan 777 untuk infak. Dengan dibantu oleh Kementerian Agama, BAZNAS
menyurati lembaga pemerintah serta luar negeri untuk membayar zakat ke BAZNAS.

Anda mungkin juga menyukai