Anda di halaman 1dari 2

ada 3 (tiga) hal utama ketika mempelajari tentang kerangka dasar hukum islam yakni

1. akidah (keyakinan),
Akidah adalah iman atau keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap muslim. Akidah dipelajari
dalam suatu disiplin ilmu bernama ilmu kalam. Materi utama dalam akidah, yakni perihal rukun imam
(arkanul iman), yakni bahwa pada diri seorang muslim harus mempercayai/iman kepada Allah selaku
Tuhan, para Malaikat, kitab-kitab Allah, para utusan Allah (Rasul), hari akhir, dan takdir (Qadha dan
Qadar). Nilai kebenaran dalam akidah bersifat untestable truth atau tidak perlu dibuktikan secara
empirik, melainkan didasarkan pada Iman dengan mendasarkan pada tanda-tanda (sign) yang ada.
Aspek Iman merupakan landasan yang utama, berisi ajaran atau ketentuan-ketentuan tentang akidah
ini. Aspek ini juga disebut dengan Ahkam I’tiqadiyah (Usman, 2001: 22).
2. syariah (norma) dan
Syariah adalah seperangkat norma Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan benda dan alam sekitarnya. Syariah
dibedakan menjadi ibadah dan muamalah. Syariah dipelajari melalui suatu disiplin ilmu bernama ilmu
fikih. Dengan demikian, akan dikenal fikih ibadah dan fikih muamalah.
3. akhlak (amaliah atau perbuatan).
Akhlak adalah ketentuan yang menyangkut tingkah laku atau budi pekerti manusia, yakni menyangkut
baik dan buruk. Akhlak dipelajari dalam suatu disiplin ilmu bernama ilmu tassawuf. Dalam khasanah
ilmu filsafat akhlak dikenal dengan etika, yakni salah satu bagian yang dipelajari di ranah aksiologi.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Artinya, bahwa iman yang benar dan kuat kepada Allah SWT,
akan melahirkan perbuatan (amal) yang baik dan benar, dalam bentuk ibadah (pengabdian) kepada-
Nya. Ibadah yang benar kepada Allah SWT, akan melahirkan perilaku atau akhlak yang baik. Kalau
diibaratkan pohon, aspek pertama adalah ibarat akar, aspek kedua ibarat daun, dan aspek ketiga ibarat
buah. Kalau akarnya (iman) kuat, akan menumbuhkan daun (amal) yang baik dan lebat, dan daun yang
lebat akan menumbuhkan buah (ikhsan, akhlak) yang baik.

Namun dalam eksistensi hukum dan pergaulan masyarakat indonesia dikenal istilah pluralisme baik hukum
maupun aspek sosial religi, sehingga memungkinakan menjadi pemicu bentrokan norma.

Penjelasan :
Pluralisme adalah Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran
setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya
agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.

Berikut adalah hukum maupun aspek sosial religi dari Islam

Dua kunci dalam hukum Islam, adalah Syariah dan Fikih. ketidakpahaman mengenai syariah dan fikih
berpotensi menimbulkan konflik, misalnya terkait dengan gerakan sholat, penentuan hari raya, dan sebagainya.
Oleh karena itu, simaklah pemaparan syariah dan fikih berikut :

1. Syariah
Syariah secara terminologi berarti jalan ke sumber (mata) air sedangkan secara etimologi adalah
pedoman hidup bagi manusia yang langsung berasal dari Tuhan YME dan/atau berasal dari Nabi Muhammad
selaku Rasul-Nya yang terletak dalam Al-Qur’an dan As-sunnah.
2. Fikih
Fikih secara terminologi berarti paham, mengerti, pintar, cerdas sedangkan secara etimologi adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang diambildari dalil-dalilnya
secara detail.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa istilah syariah lebih umum dibandingkan fikih
karena ruang lingkupnya bukan hanya syariah tetapi juga akidah dan akhlak.

Al-Ahkam Al-Khamsah
Al-Ahkam Al-Khamsah sering dikenal dengan istilah Hukum Taklifi yaitu 5 macam kategori penilaian
mengenai benda dan tingkah laku manusia dalam Islam. Al-Ahkam Al-Khamsah terdiri dari:
a. Jaiz, ialah ukuran penilaian yang diserahkan kepada pertimbangan dan kemauan untuk melakukan atau tidak
seseorang.
b. Sunah, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang dianjurkan, digemari, disukai dalam masyarakat karena
baik tujuannya.
c. Makruh, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang tidak diinginkan,dibenci, dicela oleh masyarakat karena
tujuanya adalah buruk.
d. Wajib, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang harus dilakukan karena memang masyarakat
menginginkannya.
e. Haram, ialah ukuran penilaian bagi perbuatan yang harus ditinggalkan karena masyarakat memandang
perbuatan tersebut tercela sehingga menjadi perbuatan terlarang.

Al-Maqasid As-Syariah
Al-Maqasid As-Syariah dapat diartikan dengan tujuan diberlakukannya Syariah. Abu Ishaq al-Syatibi
merumuskan 5 tujuan hukum Islam, yaitu:
1. Memelihara agama (Hifz Al-Din);
2. Memelihara jiwa (Hifz Al-Nafs);
3. Memelihara akal (Hifz Al-Aql);
4. Memelihara keturunan (Hifz Al-Nasl);
5. Memelihara harta (Hifz Al-Maal).

Sumber-sumber Hukum Islam


Sumber hukum Islam adalah asal atau tempat dimana pengambilan Hukum Islam yaitu berupa dalil.
Sumber-sumber Hukum Islam adalah Al-Quran, As-sunah/Al-Hadits, dan Ijtihad.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an secara terminologi adalah bacaan sedangkan menurut etimologi adalah al-Quran adalah kalam Allah
yang menjadi mukjizat, yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, yang dituliskan di mushaf, yang
dinukilkan secara mutawatir, dan dipandang ibadah bagi yang membacanya.
Kandungan al-Quran menurut para ahli adalah tauhid; ibadah; janji dan ancaman; jalan untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat; dan riwayat dan cerita. Hukum yang ada dalam al-Quran adalah hukum
I’tiqadiyyah; hukum moralitas; dan hukum amaliyah (terdiri dari ibadah dan muamalah)
b. As-sunah/Al-Hadits
Pengertian Sunnah lebih umum dari pada pengertian hadits. Sunnah secara terminologi adalah perjalanan hidup,
jalan/cara, tabi’at, syari’ah sedangkan secara etimologi adalah sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW,
baik perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat kemahlukan, akhlak atau perjalanan hidupnya, baik hal tersebut
terjadi ketika beliau belum menjadi rasul atau sesudah menjadi rasul. Sedangkan pengertian hadits secara
terminologi berarti kabar, kejadian, sesuatu yang baru, perkataan, hikayat dan cerita. Sedangkan secara
etimologi adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah baik perkataan (qauliyah), perbuatan (fi’liyah), dan
ketetapannya (taqririyah) setelah beliau diangkat sebagai Nabi.
Fungsi hadits terhadap al-Quran adalah bayan tafsir (menerangkan ayat yang umum); bayan taqrir
(memperkokoh dan menguatkan pernyataan al-Quran); dan bayan taudhih (menerangkan maksud dan tujuan al-
Quran). Jenis hadits dibagi dua yaitu Pertama, berdasarkan kualitas perawi (orang yang meriwayatkan), dibagi 3
yaitu hadits shahih; hadits hasan; dan hadits dhaif. Kedua, berdasarkan kuantitas atau jumlah orang yang
meriwayatkan, dibagi 3 yaitu hadits mutawattir; hadits masyhur; dan hadits ahad
c. Ijtihad
Ijtihad merupakan usaha yang sungguh-sungguh seorang mujtahid untuk merumuskan garis hukum dari Al-
Qur’an dan Sunah Rasul. Syarat-syarat Mujtahid menurut Muhammad Al-Syaukani, adalah
1) Mengetahui Al-Qur’an dan As-sunnah tentang hukum;
2) Mengetahui Ijma;
3) Mengetahui bahasa arab;
4) Mengetahui Ilmu Ushul fiqih;
5) Mengetahui nasakh-mansukh.
Diantara metode-metode ijtihad adalah Ijma; Qiyas; Marsalah mursalah; istihsan; istishab; urf, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai