1 (2019): 73-90
ISSN: 0125-9687 (Cetak)
E-ISSN: 2503-1465 (Online)
Kurnia Toha *
Abstract
This article discusses about how urgent for the holding of an amendment to the
Act No. 5 of 1999 concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair
Business Competition, known as Competition Law. Since the effective force in
2000, the Business Competition Act has given many benefits to the economic
development of Indonesia. However, there are also a lot of criticism both from
academics, practitioners and commissioners of the Business Competition
Supervisory Commission. This research conducted based on normative or
library research using secondary data. In addition, this research was also
based on a field research through interviews and focus group discussions with
stakeholders. The results of the research found that there was an urgent interest
for the amendment of Law No. 5 of 1999.
Abstrak
Artikel ini membahas mengenai seberapa besar kepentingan untuk diadakannya
amandemen terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat atau yang dikenal dengan
UU Persaingan Usaha. Sejak berlaku effektif tahun 2000, Undang-Undang
Persaingan Usaha telah banyak member manfaat pada perkembangan
perekonomian Indonesia. Namun demikian, terdapat juga banyak kritikan baik
dari akademisi, praktisi maupun dari komisioner Komisi Pengawas Persaingan
Usaha akan berbagai kekurangan yang ada dalam UU tersebut. Penelitian ini
termasuk penelitian normative atau kepustakaan dengan menggunakan data
sekunder. Disamping itu merupakan penelitian lapangan melalui wawancara
dan diskusi terfokus dengan pemangku kepentingan. Hasil penelitian
menemukan adanya kepentingan yang sangat mendesak bagi amandemen UU
No. 5 tahun 1999.
I. PENDAHULUAN
hukum persaingan usaha selama ini (problem finding) dan pada akhirnya
dilakukan penelitian untuk menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut.4
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta UI Press, Cet. 3, 2010,
hlm. 44 -45.
5
Diolah dari hasil kajian bersama antara KPPU, LPEM FEUI dan Japan International
Copperation Agency (JICA), 2010.
76 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
6
Phillip Areeda, Antitrust Analysis, third edition, 1981, hlm. 137-138.
7
Thomas D. Morgan, Cases and Materials on Modern Antitrust Law and Its Origins,
second ed. 2001, hal 831. Andi Fahmi Lubis et. al., Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan
Konteks, (Jakarta: Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH,
Oktober 2009), hal 19
8
S.G. Corones, Competition Law In Australia, fourth Edition, 2007, hal. 237.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 77
b. Merger Notifikasi
Istilah penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dalam Hukum
Persaingan Usaha seringkali cukup disebut ‘merger’. Terdapat 3 (tiga) macam
bentuk, yaitu: 12
9
Putusan No. 07/KPPU-L/2007, hal. 270.
10
Putusan No. 07/KPPU-L/2007, hal 126.
11
Responden baik akademisi, penasehat hukum, dan komisioner sepakat agar subjek
Hukum Persaingan Usaha Indonesia meliputi juga pelaku usaha di luar negeri yang mempunyai
dampak terhadap perekonomian nasional. Hasil wawancara, 16 Mei 2016.
78 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
13
T.M. Zakir, Derajat Urgensi Regulasi Merger: Mencegah Pengaturan yang
Berlebihan dalam Efektifitas Regulasi Meger dan Akuisisi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2010), hal. 39.
14
Perdana A. Saputro, Hukum Meger Indonesia dalam Konteks Hukum Persaingan
Usaha, (Tangerang: CR Publishing, 2012), hal. 11
15
Ibid.
16
Lawrence Anthoni Sullivan, Antitrust< West Publishing, 1977, 576.
17
Ibid., hal. 12.
18
Andrew Dunnet, Understanding Market : An Introduction to Microeconomics, 3 rd
Edition, (Indiana: Longman, 1998), hal. 51.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 79
19
John H. Shenefield dan Irwin M. Stelzer, The Antitrust Laws A Primer (Fourth
Edition), (Washington: The AEI Press, 2001), hal. 57.
20
Pasal 4 angka 1 jo. Pasal 1 angka 2 ECMR.
21
Kirsty Middleton, UK & EC Competition Documents 5th Edition, (New York : Oxford
University Press, 2007), hal. 241 dan 243.
80 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
22
Anthony J. Greco, “Premerger Notification In Canada : How Well Is It Working?”,
Commentaries on Law & Economics, Vol. 2 (2006), hal. 72.
23
Shigeyoshi Ezaki dan Vassili Moussis, “Japan : Merger Control”, The Asia-Pacific
Antitrust Review, (2010), hal. 48.
24
Yong Seok Ahn dan Youngjin Jung, “Merger Control in Korea”, The Asia Pacific
Antitrust Review, (2004), hal. 63.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 81
Dari semua notifikasi tersebut belum ada yang dijatuhkan hukuman oleh
KPPU. Dari tahun 2010 sampai dengan 2016 terdapat 6 (enam) kasus
keterlambatan pemberitahuan merger.28 Dari 6 (enam) kasus tersebut 5 kasus
terbukti terjadi keterlambatan pemberitahuan merger, dan dijatuhi hukuman
denda sesuai dengan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 04
tahun 2012, sebesar Rp. 1.000.000.000. (satu milyar rupiah) setiap hari
keterlambatan, dan akumulasi denda paling tinggi Rp.25.000.000.000. (dua
puluh lima milyar). Satu kasus dibebaskan karena tidak terjadi keterlambatan
pemberitahuan yang dikenakan hukuman denda oleh KPPU.29 Sejak berlakunya
Peraturan Pemerintah mengenai merger pada tahun 2010, sampai tahun 2016,
KPPU belum pernah menyatakan sebuah merger melanggar UU Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. KPPU juga belum
pernah membatalkan merger yang sudah terjadi dan diberitahukan pasca-
merger, namun agar tidak menimbulkan kerugian dimasa yang akan datang,
maka perubahan ketentuan mengenai merger notifikasi ini tetap perlu dilakukan.
Hal ini didukung pula oleh Kartte yang mengatakan bahwa dengan menyitir
komentar ringan seorang ahli dari Amerika Serikat, memberikan perumpamaan:
“Sangat sulit membuat telur utuh kembali dari telur dadar.”30 Pendapat serupa
juga diperoleh dari wawancara dengan akademisi, penasehat hukum dan
25
James W. Brock, Antitrust, The “Relevant Market,” and The Vietnamization of
American Merger Policy,” The Antitrust Buletin, Winter 2001, (2001), hal, 744.
26
Diolah dari data KPPU, www.kppu.go.id.
27
Diolah dari data KPPU, www.KPPU.go.id, dikases tanggal 3 Januari 2017.
28
Ibid
29
Ibid.
30
Ibid.
82 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
31
Hasil wawancara dengan responden akademisi, penasehat hukum dan komisioner
KPPU yang semuanya sepakat agar Hukum Persaingan Usaha menganut Pra-Notifikasi,
wawancara dilakukan, 16 Mei 2016.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 83
32
Lihat Pasal 35 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Lihat juga Pasal 4 Keputusan
Presiden Nomor 75 tahun 1999.
33
Lihat Pasal 4-16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
34
Lihat Pasal 17-24 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
35
Lihat Pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
36
Lihat Pasal 25 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
37
Lihat Pasal 35 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
38
Lihat Pasal 35 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
39
Lihat Pasal 38 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
40
Lihat Pasal 39 dan Pasal 43 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
41
Lihat Pasal 43 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
84 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
42
Wawancara dengan 5 (lima) penasehat hukum persaingan usaha, 16 Mei 2016.
43
Ibid.
44
Putusan KPPU, <www.kppu.goi.id>, diakses 21 Mei 2013.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 85
45
Erman Rajagukguk, Butir-butir Hukum Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan
Ekonomi, 2011), hal. 54-55.
46
Wawancara dengan 3 (tiga) akademis pengajar hukum persaingan usaha, 16 Mei
2016.
47
Wawancara dengan responden 3 (tiga) Komisioner, 16 Mei 2016.
48
Wawancara dengan pejabat KPPU, 16 Mei 2016.
49
Wawancara dengan responden, 16 Mei 2016.
50
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, Fungsi Campuran KPPU Sebagai Lembaga Quasi
Peradilan, makalah pada Seminar Penegakkan Ketentuan Hukum Persaingan Perihal Tender,
Jakarta, 2011,hal. 2.
86 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
51
Diolah dari data Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2011.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 87
52
Pasal 30 ayat (3) menyatakan bahwa “Komisi bertanggung jawab kepada Presiden.”
53
Ibid., Pasal 31 ayat (1).
54
Ibid., Pasal 31 ayat (2).
55
Prayoga, Ayudha D., et al. (b), op. cit., hal. 120.
56
Republik Indonesia (b), loc cit., Pasal 14 ayat (3).
57
Ibid., Pasal 37.
58
Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori dan Implikasi
Penerapannya di Indonesia, (Malang: Bayumedia, 2006), hal. 261.
59
Lubis, Andi Fahmi, et al., op. cit., hal. 313.
88 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019
manajemen dan teknis bagi Anggota Komisi, sehingga tugas dan fungsi dari
sekretariat merupakan elaborasi dari tugas, fungsi, dan kewenangan Anggota
Komisi.
Ketidak jelasan pengaturan KPPU sebagai lembaga negara dalam
Undang-Undang No.5 Tahun 1999, membawa implikasi terhadap status
kelembagaan KPPU yang belum terintegrasi dengan sistem kelembagaan dan
kepegawaian nasional, meskipun pembiayaan operasional KPPU bersumber
dari APBN. Sampai saat ini Anggota KPPU belum dianggap sebagai pejabat
negara dan bahkan tidak pernah disumpah atau dilantik oleh Presiden atau
Mahkamah Agung meskipun di dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999
dikatakan dalam Pasal 31 ayat (2) bahwa: Anggota Komisi diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Bagaimana bisa terjadi Komisi yang mempunyai kewenangan untuk
menyatakan pelaku usaha bersalah melanggar suatu UU dan memberikan sanksi
kepada pelaku usaha yang dianggap bersalah melakukan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Akibat ketidak jelasan kedudukan dari KPPU juga
membawa implikasi kepada sekretariat KPPU sebagai pendukung kelancaran
pelaksanaan tugas KPPU, dimana dalam Pasal 34 Undang-Undang No.5 tahun
1999 disebutkan bahwa susunan organisasi, tugas, dan fungsi sekretariat KPPU
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Komisi. Akibatnya pengaturan tersebut
belum dapat terintegrasi dengan sistem kelembagaan dan kepegawaian
nasional. Sehingga sampai saat ini sekretariat KPPU tidak termasuk ke dalam
jabatan negeri, dan belum ada pengakuan/penyetaraan eselonering.
Pada saat ini keberadaan Sekretariat KPPU masih terdapat beberapa
permasalahan, diantaranya; Pertama, tidak jelasnya status pegawai KPPU.
Kedua, tiada jenjang karir yang pasti bagi para pegawai KPPU. Ketiga, beban
kerja yang semakin tinggi. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian
membawa beberapa implikasi yang sudah dan mungkin akan muncul,
diantaranya: Ketidak jelasan status dan level Sekretariat KPPU sangat
mempengaruhi status pegawai KPPU yang melaksanakan upaya penegakan
hukum. Sampai saat ini status pegawai Sekretariat KPPU bukan PNS. Kondisi
ini sangat tidak tepat, mengingat pegawai ini yang melakukan penyelidikan dan
memeriksa suatu laporan terhadap pelanggaran UU No. 5 tahun 1999. Di KPPU
hampir seluruh pegawai yang menjabat struktural adalah Pegawai yang
berstatus “honorer” di APBN. Status pegawai honorer ini tentu saja
menimbulkan keresahan dan sangat berpengaruh terhadap kinerja.
Permasalahan lainnya adalah berdasarkan Keppres No. 75 Tahun 1999
Komisi telah diberikan amanat untuk membentuk Kantor Perwakilan Daerah di
setiap propinsi. Sampai saat ini yang terbentuk baru 5 (lima) KPD. Penambahan
KPD berikutnya menjadi sulit terwujud karena masih menghadapi kendala
kelembagaan. Semua responden baik dari akademisi, penasehat hukum, pelaku
usaha dan komisioner KPPU setuju agar permasalahan kelembagaan dan status
kepegawaian karyawan KPPU jelas, sehingga dapat menjalankan tugas secara
lebih baik lagi.60
60
Hasil wawancara dengan para responden, 21 Juli 2016.
Urgensi Amandemen UU Tentang Persaingan Usaha, Kurnia Toha 89
V. PENUTUP
Pentingnya peranan Hukum Persaingan Usaha dalam perkembangan
perekonomian kita tidak diragukan lagi. UU No. 5 tahun 1999 juga semakin
dipahami baik oleh akademisi, pelaku usaha, parktisi maupun hakim. Namun
belajar dari penegakkan hukum persaingan usaha selama 13 (tiga belas) tahun
ini, semakin membuktikan bahwa terdapat permasalahan-permasalahan yang
disebabkan karena ketidak jelasan dan ketidak lengkapan dari UU No. 5 Tahun
1999 itu sendiri. Kekurangan ini disebabkan pembuatan UU ini dilakukan
secara cepat dan masih minimnya ahli hukum persaingan usaha di Indonesia
pada waktu itu. Apabila kita teliti secara mendalam, maka sebenarnya
diperlukan penggantian UU karena sejauh pengetahuan penulis, hanya Hukum
Persaingan Usaha Indonesia yang didasarkan pada UU No. 5 tahun 1999 yang
menyatakan semua perbuatan dan kegiatan yang menyebabkan terjadinya
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagai perbuatan yang
dapat dikenakan sanksi administrative sekaligus juga dapat diperiksa
berdasarkan tindak pidana oleh Kepolisian Republik Indonesia.
Namun demikian kalau melakukan penggantian UU No. 5 tahun 1999,
dengan UU yang baru mungkin akan memakan waktu yang lama, maka
mengingat pentingnya peran UU ini, apalagi kita pada tahun 2015 akan
melaksanakan pasar tunggal Asean, setidaknya kita dapat melakukan perubahan
beberapa pasal yang sangat penting dan perlu segera dilakukan perubahan,
diantaranya menyangkut subjek dari UU No. 5 tahun 1999, yaitu dengan
memasukkan pelaku usaha di luar negeri yang menimbulkan dampak pada
perekonomian Indonesia sebagai subjek hukum persaingan usaha Indonesia.
Persoalan lain yang juga perlu dilakukan perubahan adalah merubah post
merger notifikasi menjadi pre-merger notifikasi untuk mencegah terjadinya
kerugian bagi pelaku usaha, masyarakat maupun Negara. Perubahan juga perlu
dilakukan mengenai hukum acara, baik mengenai proses beracara maupun
menyangkut alat bukti dalam hukum acara persaingan usaha. Hal lain yang juga
tidak kalah pentingnya adalah mengenai status KPPU dalam sistim
ketatanegaraan kita, serta sekretariat sebagai pendukung pelaksanaan tugas-
tugas KPPU.
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, Yong Seok dan Youngjin Jung, “Merger Control in Korea”, The Asia
Pacific Antitrust Review, (2004).
Andrew Dunnet, Understanding Market: An Introduction to Microeconomics,
3rd Edition, (Indiana: Longman, 1998).
Areeda, Phillip, Antitrust Analysis, third edition, 1981
Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, Fungsi Campuran KPPU Sebagai Lembaga Quasi
Peradilan, makalah pada Seminar Penegakkan Ketentuan Hukum
Persaingan Perihal Tender, Jakarta, 2011.
Basri, Faisal, “Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Ekonomi Indonesia,” (Jakarta: Erlangga,2002).
Brock, James W., Antitrust, The “Relevant Market,” and The Vietnamization of
American Merger Policy,” The Antitrust Buletin, Winter 2001, (2001).
90 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-49 No.1 Januari-Maret 2019