Pendahuluan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
3 Thee Kian Wie; Hukum Persaingan: Aspek-aspek Ekonomi yang Per!u Diperhatikan dalam
Implementasi UU No. 5/1999, 1999, Artikel dalam Jurnal Hukun Bisnis Vokune 7, YPHB,
hlm. 60.
3
B. Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis melalui makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Hukum, khususnya
matakuliah Hukum Persaingan Usaha.
b. Menambah pemahaman peneliti dan sebagai bahan pustaka
Matakuliah Hukum Persaingan Usaha di Program Magister
Hukum, Pascasarjana Universitas Islam As-Syafi’iyyah (UIA).
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan mahasiswa dalam bidang memahami
Hukum Persaingan Usaha, khususnya Pembagian Wilayah
dalam perspektif UU No. 5 Tahun 1999, tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.
b. Sebagai informasi dan sekaligus menjadi salah satu bahan
pengetahuan untuk melakukan analisis tentang praktekpraktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di
Indonesia.
4
Adapun tujuan lain dari UU No. 5 Tahun 1999 sebagai bagian dalam
penegakan hukum persaingan usaha, sebagaimana diatur pada Pasal 3
adalah :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional;
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan
kecil;
c. Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha, sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4 Munir Fuady, 2003, Hukum Anti Monopoli, Menyongsong Era Persaingan Sehat, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 42.
5
sehat adalah :5
5 Arie Siswanto, 2002, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia, Jakarta, Indonesia, hlm.17.
6 Mustafa Kamal Rokan, 2012, Hukum Persaingan Usaha Teori Praktiknya di Indonesia, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 18.
6
lebih besar akan tercapai. Namun, efisiensi ini baru bisa tercapai dengan
adanya perjanjian antar pesaing.”7
11 Veronica G. Kayne, et. al., 2007, Vertical Restraints: Resale Price Maintenance
Territorial and Customer Restraint, Practising Law Institute, hlm. 9. 12 Op.Cit., Munir Fuady,
hlm. 85
9
Larangan yang bersifat per see illegal adalah larangan yang bersifat
jelas, tegas, dan mutlak dalam rangka memberi kepastian bagi para pelaku
usaha. Larangan ini bersifat tegas dan mutlak disebabkan perilaku yang
sangat mungkin merusak persaingan, sehingga perlu lagi melakukan
pembuktian akibat perbuatan tersebut. Tegasnya, pendekatan per see illegal
melihat perilaku usaha atau tindakan yang dilakukan bertentangan dengan
hukum.
Pendekatan per see Illegal harus memenuhi dua syarat. Pertama, harus
ditujukan lebih dahulu kepada perilaku bisnis daripada situasi pasar, karena
keputusan melawan hukum dijatuhkan tanpa disertai pemeriksaan lebih
lanjut. Misalnya, mengenai akibat dan hal-hal melingkupinya. Kedua, adanya
identifikasi secara cepat dan mudah mengenai praktik atau batasan perilaku
yang terlarang. Dengan kata lain, penilaian atas tindakan dari perilaku baik
di pasar maupun dalam proses pengadilan harus dapat ditentukan dengan
mudah. Meskipun demikian, diakui terdapat perilaku yang terlarang dan
perilaku yang sah.
Selain itu, perbedaan penetapan ini juga melihat tingkat efisiensi dan
manfaat bagi masyarakat. Pendekatan ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Ada tiga kelebihannya, yaitu pertama, terjadinya kepastian
10
12 A.M. Tri Anggraini, “Penerapan Pendekatan Rule of Reason dan Per Se Illegal dalam Hukum
Persaingan,” Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 24, No. 2, 2005, hlm. 9-10.
11
“Suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri
terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis
maupun tidak tertulis.”
Persaingan Usaha adalah sangat tepat dan telah sesuai dengan rezim Hukum
Persaingan Usaha yang berlaku di berbagai negara. Pada umumnya para
pelaku usaha tidak akan begitu ceroboh untuk memformalkan kesepakatan
diantara mereka dalam suatu bentuk tertulis, yang akan memudahkan
terbuktinya kesalahan mereka. Oleh karenanya perjanjian tertulis diantara
para pelaku usaha yang bersekongkol atau yang bertentangan dengan
Hukum Persaingan Usaha akan jarang ditemukan.
1. Oligopoli
2. Penetapan harga
a. Penetapan harga (Pasal 5 UU No.5/1999);
b. Diskriminasi harga (Pasal 6 UU No.5/1999);
c. Jual Rugi (Pasal 7 UU No.5/1999);
d. Pengaturan Harga Jual Kembali (Pasal 8 UU No.5/1999);
3. Pembagian wilayah (Pasal 9 UU No.5/1999);
4. Pemboikotan (Pasal 10 UU No.5/1999);
5. Kartel (Pasal 11 UU No.5/1999);
6. Trust (Pasal 12 UU No.5/1999);
7. Oligopsoni (Pasal 13 UU No.5/1999) ;
8. Integrasi vertikal (Pasal 14 UU No.5/1999);
9. Perjanjian Tertutup
a. exclusive distribution agreement (Pasal 15 ayat (1) UU
No.5/1999);
b. tying agreement (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999);
c. vertical agreement on discount (Pasal 15 ayat (3) UU No.5/1999);
10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri.
dan Mekanikal Indonesia (DPD AKLI) Sulawesi Selatan, Terlapor III Dewan
Pengurus Cabang Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (DPC
AKLI) Palopo, Terlapor IV Dewan Pengurus Cabang Asosiasi Kontraktor
Listrik dan Mekanikal Indonesia (DPC AKLI) Luwu Utara, Terlapor V
Dewan Pengurus Cabang Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal
Indonesia (DPC AKLI) Luwu Timur, Terlapor VI Dewan Pengurus Cabang
Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (DPC AKLI) Tana
Toraja.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Tri Anggraini, “Penerapan Pendekatan Rule of Reason dan Per Se
Illegal dalam Hukum Persaingan,” Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 24,
No. 2, 2005.
Arie Siswanto, 2002, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia, Jakarta, Indonesia.
Munir Fuady, 2003, Hukum Anti Monopoli, Menyongsong Era Persaingan
Sehat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Mustafa Kamal Rokan, 2012, Hukum Persaingan Usaha Teori Praktiknya di
Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rachmadi Usman,2004, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
R. Subekti, 1985, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta.
Stephen F. Rose, 1993, Principles of Antitrust Law. Westbury New York: The
Foundation Press, Inc..
Thee Kian Wie; Hukum Persaingan: Aspek-aspek Ekonomi yang Per!u
Diperhatikan dalam Implementasi UU No. 5/1999, 1999, Artikel
dalam Jurnal Hukun Bisnis Vokune 7, YPHB.
Veronica G. Kayne, et. al., 2007, Vertical Restraints: Resale Price
Maintenance Territorial and Customer Restraint, Practising Law
Institute.
Wirjono Prodjodikoro, 1989, Azas-azas Hukum Perjanjian, PT. Eresto,
Bandung.
Perundang-undangan :
1. Undang Undang No 5 Tahun 1999.
2. Hukum Persaingan Usaha, Antara Teks & Konteks, 2009, KPPU.