Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 HKUM4307

Berikanlah jawaban dan analisis anda atas beberapa pertanyaan berikut:

1. Jelaskanlah Urgensi Pentingnya persaingan dalam dunia usaha dan perlunya pengaturan
tentang praktik persaingan usaha di Indonesia?
2. Berikanlah pemahaman anda tentang monopoly by nature! Bagaimana menentukan
bahwa tidak ada praktik persaiangan usaha tidak sehat yang dilakukan?
3. Berikanlah pemahaman anda terkait metode pendekatan apa saja yang dapat digunakan
oleh KPPU dalam memeriksa perkara persaingan usaha? Berikanlah contoh kasus serta
dasar hukum yang konkrit!

JAWAB

1. Munculnya Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan puncak dari berbagai
upaya yang mengatur masalah persaingan antar pelaku usaha dan larangan melakukan
praktik monopoli. Dalam sejarahnya Upaya untuk membentuk hukum persaingan usaha
telah dimulai sejak tahun 1970-an .Berbagai
rancangan Undang – Undang dan naskah akademis telah dimunculkan, namun baru pada
tahun 1998,sebagian karena desakan Internasional Monetary Fund (IMF ),pembicara
untuk membentuk undang – undang yang mengatur masalah persaingan secara serius
dilakukan.
Bagi Negara yang ingin atau setidaknya mengurangi konsentrasi kegiatan perekonomian
yang mendasarkan pada kondisi pasar yang tidak ideal, dan penuh persaingan yang
curang, Undang – Undang Antimonopoli merupakan sesuatu yang sangat penting dan
berharga. Bahkan begitu pentinggnya Undang – Undang Antimonopoli bagi suatu Negara
sehingga peraturan mengenai Antitrust Law bagi Amerika Serikat adalah seperti Magna
Charta bagi free enterpise untuk menjaga kebebasan ekonomi dan sistem free enterprise
atau seperti Bill of Right bagi hak asasi Manusia dalam rangka melindungi kebebasan –
kebebasan pribadi yang fundamental.
Dibandingkan dengan sejarah Hukum yang lain, sejarah tentang antimonopoli ini relatif
baru. Baik sejarahnya dalam dunia Internasional,maupun sejarahnya di Indonesia,bahkan
di Indonesia sudah amat ketinggalan start bila dibandingkan dengan banyak negara
lainnya.
Dimasa pemerintahan Orde Baru, dimasa itu sangat banyak terjadi monopoli,oligopoli
dan perbuatan lain yang menjurus kepada persaingan tidak sehat,seperti monopoli
terigu,monopoli cengkeh,monopoli pengedaran film,dan masih banyak lagi lainnya.
Oleh karena itu,tidak mengherankan jika cukup banyak para praktisi maupun teoritis
hukum dan ekonomi saat itu yang menyerukan agar segera dibuat sebuah Undang –
Undang Anti Monopoli.Seruan tersebut terasa tidak bergeming sampai dengan lengsernya
rezim mantan Prisiden Soeharto,dimana baru ada pada masa reformasi diundangkan
sebuah Undang- Undang Antimonopoli sebagaimana termuat dalam Undang – Undang
Antimonopoli sebagaimana yang termuat dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Undang –undang tersebut masih sangat relevan karena mengatur beberapa kegiatan yang
dilarang dalam praktek usaha Adapun beberapa kegiatan yang dilarang seperti monopoli,
monopsoni, penguasaan pasar, dan persekongkolan. Pelaku usaha yang melanggar
ketentuan UU 5/1999 atau UU Anti Monopoli dapat dikenakan sanksi administratif
berupa penghentian kegiatan, pembayaran ganti rugi, hingga denda paling sedikit Rp1
miliar
2. Natural Monopoly adalah jenis pasar monopoli yang terjadi secara alamiah dan kadang
tidak disengaja. Kondisi ini bisa terjadi karena perusahaan monopoli tersebut memiliki
sesuatu yang khas dan tidak dimiliki kompetitornya. Misalnya, biaya produksi yang
paling efisien dan penggunaan teknologi tertentu
1. Persaingan usaha yang tidak sehat akan melahirkan monopoli. Bagi para ekonom
defenisi monopoli adalah suatu struktur pasar dimana hanya terdapat satu
produsen atau penjual.
Berikut ciri-ciri persaingan sehat: Melindungi kepentingan dan menjamin
kesejahteraan konsumen. Membuka peluang pasar yang lebih luas dan menjaga
agar tidak terjadi konsentrasi kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu.
Menjamin persaingan di pasar yang mencapai efisiensi ekonomi di semua bidang
kegiatan usaha.

3.Pendekatan yang digunakan oleh KPPU dalam memeriksa perkara persaingan usaha

Pendekatan Per Se Illegal

Pendekatan per se illegal adalah metode pendekatan yang menganggap setiap perjanjian atau
kegiatan usaha tertentu sebagai ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atau menyelidiki lebih
dahulu dampak yang ditimbulkan oleh perjanjian atau kegiatan usaha tersebut terhadap
persaingan.

Kegiatan yang dianggap sebagai per se illegal biasanya meliputi penetapan harga secara kolusif
atas produk tertentu serta pengaturan harga penjualan kembali.

Pendekatan per se illegal ini dapat diketahui dari ketentuan pasal yang memuat
kata “dilarang” tanpa anak kalimat “yang dapat mengakibatkan”. Misalnya penyelidikan
terhadap beberapa perjanjian atau kegiatan usaha.

Pada prinsipnya, ada 2 syarat melakukan pendekatan per se illegal yaitu:

a. Harus ditujukan kepada perilaku bisnis daripada situasi pasar, karena keputusan melawan
hukum dijatuhkan tanpa disertai pemeriksaan lebih lanjut, misalnya mengenai akibat dan
hal-hal yang melingkupinya. Perbuatan ilegal tersebut merupakan tindakan sengaja pelaku
usaha yang seharusnya dapat dihindari.
b. Adanya identifikasi secara cepat atau mudah terkait dengan jenis praktik atau batasan
perilaku yang terlarang. Artinya, penilaian atas tindakan dari pelaku usaha baik di pasar
maupun dalam proses pengadilan harus dapat ditentukan dengan mudah

Pendekatan Rule of Reason


Apa yang dimaksud dengan rule of reason? Pendekatan rule of reason adalah pendekatan yang
digunakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) untuk mengevaluasi akibat perjanjian
atau kegiatan usaha tertentu yang dilakukan pelaku usaha, guna menentukan apakah perjanjian
atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau mendukung persaingan.[

Dengan kata lain, pendekatan rule of reason adalah pendekatan yang menggunakan analisis
pasar serta dampaknya terhadap persaingan, sebelum dinyatakan sebagai melanggar undang-
undang.

Rule of reason dalam UU 5/1999 dapat diketahui dari ketentuan pasal-pasal yang memuat
frasa “yang dapat mengakibatkan” dan/atau “patut diduga”. Frasa-frasa tersebut menyiratkan
perlunya penelitian terlebih dahulu secara mendalam apakah suatu tindakan dapat menimbulkan
praktik monopoli yang bersifat menghambat persaingan atau tidak. Misalnya tentang kartel yang
diatur di dalam Pasal 11 UU 5/1999 dan ketentuan mengenai larangan penetapan harga di bawah
harga pasar dalam Pasal 7 UU 5/1999.

Anda mungkin juga menyukai