1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Komisi Bahtsul Masail Waqiiyyah
A. Bahaya Sampah Plastik
B. Perusahaan AMDK yang Menyebabkan Sumur Warga Kering
C. Masalah Niaga Perkapalan
D. Bisnis Money Game
E. Legalitas Syariat Bagi Peran Pemerintah
2
MATERI BAHTSUL MA SAIL
KOMISI QONUNIYAH MUNAS 2019 DI BANJAR
3
perilaku anti persaingan dalam platform bisnis baru berbasis digital seperti e-commerce,
e-procurement, e-payment, dan bisnis berbasis online lain.
Kedua, mengubah notifikasi merger dari kewajiban untuk memberitahukan
setelah merger menjadi kewajiban pemberitahuan sebelum merger alias pre merger
notification.
Ketiga, mengubah besaran sanksi. Selama ini sanksi yang tertuang dalam UU No. 5
Tahun 1999 hanya menggunakan nilai nominal besaran tertinggi dalam rupiah. Tetapi
RUU ini sanksinya sekurang-kurangnya hanya 5 persen, sedangkan setinggi-tingginya 30
persen dari nilai penjualan dalam kurun waktu pelanggaran terjadi.
Keempat, terkait dengan mekanisme pengaturan pengampunan dan/atau pengurangan
hukuman atau lazim disebut leniency program. Aturan tersebut sebagai strategi efektif
dalam membongkar kartel dan persaingan usaha yang tidak sehat dalam kurun waktu
jangka panjang.
Kelima, membuat aturan pasal yang mengatur penyalahgunaan posisi tawar yang
dominan terhadap penjanjian kemitraan. Pengaturan itu sebagai instrumen hukum
terhadap perlindungan pelaksanaan kemitraan yang melibatkan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM).
Keenam, peningkatan pelaksanaan fungsi penegakan hukum yang dilakukan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Dalam RUU tersebut mengatur ketentuan yang
memungkinkan KPPU meminta bantuan pihak kepolisian. Tujuannya, dalam rangka
menghadirkan pelaku usaha yang dinilai tidak kooperatif dalam persidangan di KPPU.
Efektivitas putusan KPPU dalam RUU tersebut mengatur kewenangan menjatuhkan
sanksi administratif. Yakni berupa rekomendasi pencabutan izin usaha terhadap pelaku
usaha yang dinilai terbukti melanggar larangan praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat. Sedangkan terhadap putusan KPPU berupa denda yang telah berkekuatan
hukum tetap, namun tak diindahkan para pihak menjadi piutang negara. Dalam RUU
tersebut mengatur pula ketentuan lembaga piutang negara berkewajiban menyelesaikan
pelaksanaan putusan KPPU tersebut.
Ketujuh, dalam rangka berbagai tugas dan kewenangan KPPU ke depannya, maka
diperlukan penguatan terhadap lembaga KPPU. Selain itu, mesti menempatkan KPPU
dalam sistem ketatanegaraan yang sejajar dengan lembaga negara lain. Penguatan KPPU
mesti didukung pula dengan kesekretariatan jenderal (Kesekjenan) yang terintegrasi
dengan tata kelola pemerintahan, sehingga mampu memberikan dukungan pelaksanaan
tugas Anggota KPPU baik secara substansi maupun dalam pengelolaan anggaran yang
bersumber dari APBN.
Masalah Pokok/Krusail
Dalam revisi UU No. 5 Tahun 1999 ini terdapat beberapa masalah pokok pembahasan
yang menjadi perdebatan, antara lain:
1. Pengertian Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Kelompok pelaku usaha menganggap bahwa yang sangat krusial dan menjadi
kunci dari hampir seluruh pasal-pasal dalam RUU ini adalah ketentuan yang
bersifat rule of reason dan sangat sedikit yang bersifat perse ellegal yaitu
dipersyaratkan tentang terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat. Bahwa pelaku usaha dinyatakan bersalah melanggar pasal-pasal dalam UU
ini apabila pelaku usaha terbukti melakukan Praktek Monopoli dan/atau
4
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Mereka melihat pasal ini akan menimbulkan
ketidakpastian hukum karena menimbulkan multi tafsir.
Menurut definisi tersebut pengertian Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat menjadi kabur dan tidak ada tolok ukur yang tegas, karena ujung-
ujungnya adalah perbuatan tidak jujur dan melawan hukum, sehingga pengertian
tersebut telah diartikan sebagai pasal karet, atau dengan kata lain tidak terdapat
standar pembuktian yang jelas atas terjadinya suatu pelanggaran. Baik KPPU
maupun pelaku usaha tidak memiliki batasan baku tentang tindakan apa yang
disebut pelanggaran dan apa yang tidak melanggar, yang kuncinya harus
dibuktikan telah terjadi Praktek Monopoli atau Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Dunia usaha menekankan pentingnya Kode Etik dan Dewan Pengawas KPPU
yang tidak bersifat Ad Hoc untuk penanganan abuse of power atau moral hazard
atau bentuk kesewenangan terhadap terlapor yang diperlakukan tidak wajar.
Adanya argumen yang menyatakan bahwa terlapor dapat mengajukan keberatan
kepada Pengadilan Negeri kurang tepat karena hal itu merupakan prosedur
peradilan yang biasa saja; yang dipersoalkan adalah terjadinya abuse of power
atau moral hazard atau bentuk kesewenangan lain yang bukan merupakan pokok
perkara. Ini dipersoalkan kalangan pelaku usaha yang berpendapat bahwa
ketentuan mengenai kode etik dan Dewan Pengawas harus dirumuskan jelas dan
tegas di dalam RUU dan bukan diserahkan kepada KPPU untuk mengaturnya.
7. Penafsiran & Pengaturan Lebih Lanjut Pasal-Pasal RUU
6
3. Untuk keperluan pembuktian semua instansi pemerintah maupun swasta
diwajibkan memberikan akses data dan informasi yang diperlukan oleh KPPU
dalam penanganan kasus persaingan usaha.
4. Memperkuat dibentuknya dewan pengawas atau dewan etik yang independen
dengan melibatkan komponen masyarakat termasuk para ahli agama.
5. Perlu perbaikan mengenai substansi, struktur pasal-pasal, dan redaksi muatan-
muatan baru yang diperlukan agar kepentingan umum dapat dikedepankan guna
mencapai efisiensi dan kemakmuran rakyat.
6. Mendukung ditetapkannya besaran denda dan hukuman bagi pelaku usaha yang
melanggar aturan sesuai RUU ini yaitu maksimal 30% dari omzet selama
melakukan pelanggaran dan dalam kondisi tertentu merekomendasikan
dicabutnya izin usaha.
7. Apabila diperlukan pengaturan turunan dari Undang-undang yang berlaku maka
diatur lewat peraturan KPPU dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8. Terkait dengan kemungkinan adanya aksi korporasi berupa merger dan akuisisi
yang dilakukan perusahaan melalui Penanaman Modal Asing (PMA), RUU harus
memberikan perlindungan bagi pelaku usaha dalam negeri dari praktek monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat yang diakibatkan oleh aksi korporasi pelaku
usaha modal asing tersebut.
9. Mendorong DPR bersama Pemerintah untuk segera mengesahkan RUU larangan
praktek Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat agar iklim persaingan usaha
yang sehat lebih terjamin.
Landasan Keagamaan:
اض ِّمن ُكمۡۚ َواَل ۡ وا اَلW
َ َرةً عَنWونَ تِ ٰ َجWW ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُكW بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِطW ٰ َولَ ُكمWۡتَأ ُكلُ ٓو ْا َأم ْ Wُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن .1
ٖ تَر
٢٩ ت َۡقتُلُ ٓو ْا َأنفُ َس ُكمۡۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ٗيما
ض يَْأ ِوي إلَْي ِه ُك ُّل َمظْلُ ْوٍم ِ َألر ِ ِ
ْ ْالس ْلطَا ُن ظ ُّل اهلل يِف ا
ُّ .2
ِ ِ َّ ف اِالم ِام علَى
صلَ َحةْ الرعيّة َمُن ْو ٌط بِالْ َم َ َ ُ صُّر َ َت .3
ة--ه ذم--رئت من--د ب--اطئ وق--و خ--لمني فه--د أن يغلى هبا على املس--رة يري--ر حك--من احتك .4
.اهلل ورسوله" رواه أمحد واحلاكم عن أىب هريرة يف روايات يف النهى عن االحتكار
لمني--ر على املس-- من احتك:ول--لم يق--ه وس--لى اهلل علي--ول اهلل ص-- مسعت رس:ر--ال عم--ق .5
طعامهم ضربه اهلل باإلفالس أو جبذام
األصل يف النهي حرام إال ما دل الدليل على خالفه .6
ال شك أن أحاديث الباب تنهض مبجموعها لإلستدالل على عدم جواز اإلحتكار .7
ول اهلل-- - - الوا يارس-- - - لم فق-- - -ه و س-- - - لى اهلل علي-- - -ول اهلل ص-- - -د رس-- - - عرب على عه-- - -غال الس .8
و أن ألقى-- وإين ألرج،عر--رزاق املس--ط ال--ابض الباس--و الق-- إن اهلل ه:ال--عرت؟ فق--لوس
7
اهلل ع --ز وج --ل واليطلب --ين اح --د مبظلم --ة ظلمته --ا اي --اه يف دم والم --ال رواه اخلمس --ة اال
النسائي وصححه الرتمذي
التس--عري س--بب الغالء ،ألن اجلالبني إذا بلغهم ذل--ك مل يق--دموا بس--لعهم بل--داً يكره--ون .9
على بيعه-- -ا في-- -ه بغ-- -ري م-- -ا يري-- -دون ،ومن عن-- -ده البض-- -اعة ميتن-- -ع من بيعه-- -ا ويكتمه-- -ا،
ويطلبها أهل احلاجة إليها فال جيدوهنا إال قليالً ،فريفعون يف مثنها ليصلوا إليها ،فتغل--و
األس-- - -عار وحيص-- - -ل اإلض-- - -رار باجلانبني :ج-- - -انب املالك ،يف منعهم من بي-- - -ع أمالكهم،
ُ
وجانب املشرتي يف منعه من الوصول إىل غرضه ،فيكون حرام ًا
8
RUMUSAN KOMISI QANÛNIYAH
RANCANGAN UU PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL
MUNAS DAN KONBES NU 2019
LBM NU PWNU JAWA TIMUR
1. Mengingat:
a. Telah banyak terjadi tindak pidana kekerasan seksual sehingga dirasa perlu untuk
memprioritasikan sebuah Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2019
yang disusun sebagai upaya pemenuhan rasa aman dan bebas dari segala bentuk
tindak kekerasan dan pelanggaran dan kejahatan HAM berbasis seksual, sesuai
dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indinesia 1945.
b. Berdasar data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) mencatat ada 13.602 kasus kekerasan terhadap perempuan pada 2016. Dari
segala jenis kekerasan, ada sebanyak 3.495 kasus kekerasan seksual di rumah tangga dan
2.290 kasus kekerasan seksual di komunitas atau tempat kerja.
c. Kekerasan seksual menimbulkan dampak luar biasa kepada korban, meliputi
penderitaan psikis, kesehatan, ekonomi, dan sosial hingga politik. Dampak
kekerasan seksual sangat mempengaruhi hidup korban. Dampak semakin
menguat ketika korban adalah bagian dari masyarakat yang marginal secara
ekonomi, sosial dan politik, ataupun mereka yang memiliki kebutuhan khusus,
seperti orang dengan disabilitas dan anak.
d. RUU-Penghapusan kekerasan seksual sendiri disususun berdasarkan data-data
pemantauan komnas perempuan, pengaduan kepada komnas perempuan, data-
data Lembaga mitra Komnas perempuan dan bersumber dari media yang telah
diklarifikasi. Dari kajian Komnas Perempuan sejak sepuluh tahun terahir
ditemukan 15 Jenis kekerasan terhadap perempuan yaitu: [1] perkosaan, [2]
intimidasi, [3] pelecehan seksual, [4] eksploitasi seksual, [5] perdagangan
Perempuan untuk tujuan seksual, [6] prostitusi paksa, [7] perbudakan seksual, [8]
pemaksaan perkawinan, [9] pemanksaan kehamilan, [10] pemaksaan aborsi, [11]
kontarsepsi/sterilpaksa, [12] peyiksaan seksual, [13] penghukuman tidak
manusiawi dan bernuasa seksual, [14] praktek atau tradisi bernuansa seksual
yang membahayakan dan menndiskriminasi Perempuan dan [15] kontrol
seksual. Namun dari 15 jenis kekerasan seksual itu, 9 (sembilan) jenis yang dapat
dikategorikan sebagai tidak pidana yaitu (1) Pelecehan Seksual, (2) Eksploitasi
Seksual, (3) Pemaksaan Kontrasepsi, (4) Pemaksaan Aborsi, (5) Perkosaan, (6)
Pemaksaan Perkawinan, (7) Pemaksaan Pelacuran, (8) Perbudakan Seksual, Dan
(9) Penyiksaan Seksual.
e. Pengaturan 9 (sembilan) jenis kekerasan seksual sebenarnya merupakan solusi
terhadap hukum positif yang belum mampu menanggulangi kerugian korban dan
melindungi hak-hak korban, menangani kasus secara komprehensif, dan
mencegah keberulangan terjadinya kejahatan seksual. Padahal ada dampak yang
mengekor dari seorang korban pelecehan seksual. Selain menanggung malu dan
trauma, perempuan kerap dikucilkan karena dianggap sebagai penggoda. Di
ranah hukum, pembuktian pelecehan seksual juga bukan hal yang mudah.
Umumnya, polisi meminta bukti dan saksi yang sering kali tidak ada.
2. Memperhatikan:
a. Kebutuhan mengetahui jenis-jenis kekerasan menurut literatur Fiqih
b. Kebutuhan mengetahui pandangan fiqih terhadap jenis-jenis kekerasan seksual itu
9
c. Kebutuhan mengetahui siapa yang disebut pelaku dan korban kekerasan seksual serta
hierarki hukuman bagi pelaku kekerasan seksual
d. Mengetahui pandangan fiqih terhadap hak pemulihan korban kekerasan seksual, antara
lain 1) pembebasan dari hukuman, 2) pemulihan fisik, psikis, 3) pemulihan nama baik
(rehabilitasi) dan 4) pemulihan segi ekonomi (restitusi-kompensasi)
e. Kebutuhan mengetahui pandangan Fiqih tentang sikap masyarakat yang menstigma
(pandangan negatif, membulliy, dan tidak melakukan penerimaan) terhadap pelaku dan
korban kekerasan seksual
f. Mengetahui hukum menyebarluaskan, mengumumkan ke publik pelaku ataupun korban
Kekerasan seksual, khususnya perzinahan
3. Menimbang:
1. Definisi kekerasan dalam syariat
a. Rasulullah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abû Tsa’labah:
(إن: عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال،عن أ بي ثعلبة الخشني جرثوم بن ناشر رضي هللا عنه
وسكت، وحرم أ شياء فال تنتهكوها،حدودا فال تعتدوها
ً وحد،هللا فرض فرائض فال تضيعوها
(عن أ شياء رحمة لكم غير نسيان فال تبحثوا عنها) حديث حسن رواه الدارقطني وغيره
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan faraidl (kewajiban-kewajiban),
maka jangan sia-siakan! Allah juga telah menetapkan batasan-batasan, maka jangan
melampauinya! Allah telah haramkan suatu perkara, maka jangan melanggarnya!
Dan Allah telah mendiamkan perkara lainnya sebagai rahmat bagi kalian dan bukan
karena lupa, maka jangan mengorek-ngoreknya!” HR Al-Dâraquthny dan lainnya.
Arti definisi kekerasan adalah melampaui batas batas yang telah ditetapkan oleh
syara’
Berdasarkan hadits ini maka yang dimaksud dengan kekerasan adalah segala
perkara yang keluar dari hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang telah
ditetapkan oleh syara’ mengenai pembagian-pembagiannya.
10
وعن عمرو بن شعيب عن أ بيه عن جده رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
م روا أ والدكم بالص الة وهم أ بن اء س بع س نين واض ربوهم عليه ا وهم أ بن اء عش ر وفرق وا بينهم في
المضاجع حديث حسن رواه أ بو داود بإسناد حسن
Dari ‘Amr ibn syua’ib dari bapaknya dari kakekknya, beliau bersabda: Bersabda
Rasûlullâh saw. Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalât ketika
sudah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka apabila meninggalkan shalât ketika
sudah berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (yang laki-laki
dan perempuan).(HR. Abû Dâwud dengan sanad yang baik)
Pemukulan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak untuk perkara yang baik
tidak disebut sebagai kekerasan
Pemukulan suami terhadap istri yang tidak melukai tidak disebut sebagai
kekerasan.
Kesimpulan:
Berdasarkan dasar keterangan di atas, maka yang dimaksud dengan kekerasan
dalam syariat adalah suatu unsur tindakan yang bersifat melukai baik secara
fisik, psikis maupun mental, yang dilakukan oleh pihak / pelaku (dhâlim) yang
tidak memiliki hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap korban (al-
madhlûm) sehingga berujung pada perbuatan dhalim / aniaya dan melanggar
batas ketentuan syariat.
Berdasarkan ayat ini, maka termasuk jenis kekerasan seksual adalah perbuatan yang
dapat mengantar pada perbuatan zina, atau perbuatan fahisyah (tabu)
11
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS
An-Nur ayat 30)
اَّل َ ُ ّ ْ ُ ْؤ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َأ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ُ ُ َ اَل
ۖ وج ُه َّن َو ُي ْب ِد َين ِز َين َت ُه َّن ِإ َم ا َظ َه َر ِم ْن َه ا ات يغضض ن ِمن بص ِار ِهن ويحفظن ف ر ِ وق ل ِللم ِمن
َو ْل َي ْض ر ْب َن ب ُخ ُم ره َّن َع َل ٰى ُج ُي وبه َّن ۖ َواَل ُي ْب د َين ز َين َت ُه َّن اَّل ل ُب ُع َولته َّن َأ ْو آ َب ا ه َّن َأ ْو آ َب اءِ ُب ُع َولته َّن ْوَأ
ِِ ِ ِئ ِ ِ ِ ِإ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ
َْأ ْب َن اِئ ه َّن َأ ْو َأ ْب َن اءِ ُب ُع َول ِته َّن َأ ْو ْخ َوا ِنه َّن َأ ْو َب ِني ْخ َوا ِنه َّن َأ ْو َب ِني َأ َخ َوا ِته َّن ْو ِن َس اِئ ه َّن ْو َم ا َمل َكت
َ َأ َأ
ِ ِ ِ ِإ ِ ِ ِإ ِ
ْ َ َ ّ َ َأ ّ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ٰ َ ْ َ ّ َ َ اَل ُأ َ َّ َأ ُ َأ
ات ِالنس اءِ ۖ و ِ الطف ِل ال ِذين لم يظهروا على عور ِ ْي َمان ُهن ِو التا ِب ِعين غي ِر و ِلي اِإْل رب ِة ِمن ِالرج ِال ِو
ْ َ َّ
ون َ ون َل َع َّل ُك ْم ُت ْف ِل ُح َ ين ِمن ز َين ِته َّن ۚ َو ُت ُوبوا ِإ َلى َّالل ِه َج ِم ًيعا َأ ُّي َه ْال ُمْؤ ِم ُن
َ َي ْضر ْب َن بَأ ْر ُج ِله َّن ِل ُي ْع َل َم َما ُي ْخ ِف
ِ ِ ِ ِ ِ
“Dan katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” (QS An-Nur ayat 31)
Pengertian dari ayat di atas oleh al-Thabary dalam Kitab Tafsir Jâmi’u al-Bayân li
Ayi al-Qurân: 353 ditafsirkan sebagai:
َ ( ُق ْل ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن:يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى هللا عليه وسلم
ين) باهلل وبك يا محمد ( َي ُغ ُّض وا
مما قد نهاهم هللا عن النظر، يكفوا من نظرهم إلى ما يشتهون النظر إليه:ِم ْن َأ ْب َص ِار ِه ْم) يقول
بلبس ما يسترها عن أ بصارهم َ(ذ ِل َك،يحل له رؤيتها ّ وج ُه ْم ) أ ن يراها من ال َ إليه ( َو َي ْح َف ُظ وا ُف ُر
أل ّ فإن غضها من النظر عما ال:َأ ْز َكى َل ُه ْم) يقول
وحفظ الفرج عن أ ن يظهر بصار،يحل النظر إليه
إن هللا ذو خبرة بما:ون ) يقول َ الناظرين؛ أ طهر لهم عند هللا وأ فضل ( ِإ َّن َّالل َه َخب ٌير ب َم ا َي ْص َن ُع
ِ ِ
وحفظ فروجكم،تصنعون أ يها الناس فيما أ مركم به من غض أ بصاركم عما مركم بالغض عنه
ّ أ
عن إظهارها لمن نهاكم عن إظهارها له
Mafhum mukhalafah dari penafsiran ini adalah, bahwa tindakan yang termasuk
pelecehan seksual adalah: pandangan langsung baik terhadap lawan jenis atau
sejenisnya tanpa perantara media dengan niat melecehkan
Di dalam Tafsir Al-Qurthuby, halaman 342 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
ابتغيadalah:
أل
(ابتغى) أ ي من طلب سوى ا زواج والوالئد المملوكة له
Adapun yang dimaksud dengan العادونadalah:
أ
ف ولئك هم العادون أ ي المجاوزون الحد ؛ من عدا أ ي جاوز الحد وجازه
Berdasarkan keterangan di atas, maka yang termasuk kekerasan seksual, adalah:
“segala tindakan yang melampaui batas syariat yang dilakukan terhadap: 1) orang
yang menjadi hak dan tanggung dari pelaku, dan 2) perzinahan dengan orang lain
yang disertai “ancaman”, dan 3) persetubuhan yang dilakukan tidak pada “Miss
V”-nya dengan dasar paksaan
Kesimpulan:
Termasuk jenis-jenis kekerasan seksual dalam pandangan syariat, adalah meliputi:
a. Segala perbuatan yang dapat mengantar pada perbuatan zina, atau perbuatan
fâhisyah (tabu)
b. Pandangan langsung baik terhadap lawan jenis atau sejenisnya tanpa perantara media
dengan niat melecehkan
c. Segala tindakan yang melampaui batas syariat yang dilakukan terhadap:
1) orang yang menjadi hak dan tanggung dari pelaku
2) perzinahan dengan orang lain yang disertai “ancaman”, dan
3) persetubuhan yang dilakukan tidak dilakukan pada “Miss V” yang disertai
dengan adanya unsur paksaan
d. Adakalanya kejahatan merupakan hasil kombinasi antara tindakan pemerkosaan
yang disertai dengan pembunuhan, atau penghilangan fungsi anggota tubuh.
Ayat ini mendapat penafsiran dari Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya, halaman:
350 sebagai berikut:
آل
فإن الزاني ال يخلو،يعني هذه ا ية الكريمة فيها حكم الزاني في الحد وللعلماء فيه تفصيل
محصنا وهو الذي وطئ في نكاح صحيح وهو حر ً أ و،بكرا وهو الذي لم يتزوج
ً إما أ ن يكون
13
آل
ويزاد على ذلك،بكرا لم يتزوج فإن حده مائة جلدة كما في ا ية ً فأ ما إذا كان،بالغ عاقل
ً أل
خالفا بي حنيفة رحمه اللّه فإن عنده أ ن ً إما أ ن يغرب
،عاما عن بلده عند جمهور العلماء
وحجة الجمهور في ذلك ما ثبت،التغريب إلى رأ ي اإلمام إن شاء ّغرب وإن شاء لم يغرب
أل
يا:في الصحيحين في ا عرابيين اللذين أ تيا رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم فقال أ حدهما
فافتديت ابني منه، فزنى بامرأ ته، على هذا- جيرا
ً يعني أ- عسيفا
ً رسول ّالله إن ابن هذا كان
أ أ
فس لت أ هل العلم ف خبروني أ ن على ابني جلد مائة وتغريب عام وأ ن على،بمائة شاة ووليدة
أل
(والذي نفسي بيده قضين بينكما: فقال رسول ّالله صلى ّالله عليه وسلم،امرأ ة هذا الرجم
واغد يا، وعلى ابنك مائة جلدة وتغريب عام، الوليدة والغنم ٌّرد عليك:بكتاب اللّه تعالى
فإن اعترفت فارجمها) فغدا عليها فاعترفت فرجمها، إلى امرأ ة هذا- لرجل من أ سلم- أ نيس
""أ خرجاه في الصحيحين عن أ بي هريرة
Berdasarkan keterangan di atas, maka pelaku kekerasan seksual dikategori
sebagai pelaku zina dengan catatan, apabila tindakan tersebut dilakukan oleh
pelaku, yang memenuhi syarat:
a) Merdeka
b) Baligh
c) Berakal
d) Terjadi kasus perzinaan dan
e) Adanya saksi dan bukti
Hadits ini menjelaskan bahwa ada kalanya zina yang dilakukan bukan
termasuk dosa besar tapi memenuhi unsur fâhisyah. Zina semacam ini
disebut zina majazi.
14
آ آ
إن هللا سبحانه تعالى كتب على بن دم حظه من الزنى الحديث معناه أ ن بن دم قدر عليه
نص يب من الزنى فمنهم من يكون زناه حقيقيا بإدخال الفرج في الفرج الحرام ومنهم من
يك ون زن اه مج ازا) ب النظر الح رام ونح وه من الم ذكورات فكله ا أ ن واع من ال زنى المج ازي
أ
والف رج يص دق ذل ك أ و يكذب ه أ ي إم ا أ ن يحق ق ال زنى ب الفرج أ و ال يحقق ه ب ن ال ي ولج وإن
أل
قارب ذلك وجعل بن عباس هذه ا مور وهي الصغائر تفسيرا للمم فإن في قوله تعالى الذين
يجتنبون كبائر اإلثم والفواحش إال اللمم النجم عمر فتغفر باجتناب الكبائر
Artinya, “Maksud hadits ‘Allah telah menakdirkan anak Adam sebagian
dari zina’ adalah bahwa setiap anak Adam ditakdirkan melakukan
sebagian dari zina. Sebagian dari mereka ada yang berzina hakiki dengan
memasukkan alat kelamin ke dalam kelamin yang diharamkan. Sebagian
lainnya berzina secara majazi, yaitu memandang yang diharamkan atau
semisalnya yang tersebut dalam hadits. Semua yang tersebut itu
merupakan zina majazi. Sedangkan alat kelamin membuktikan
(membenarkannya) atau mendustakannya, bisa jadi dengan
merealisasikan zina dengan alat kelamin atau tidak merealisasikannya
dengan tidak memasukkan alat kelaminnya meski hanya mendekati. Ibnu
Abbas memahami tindakan itu semua sebagai dosa kecil sebagai tafsiran
atas kata ‘al-lamam’ atau kesalahan kecil. Allah berfirman, ‘Orang yang
menjauhi dosa besar dan perbuatan keji selain kesalahan kecil,’ pada surat
An-Najm. Kesalahan kecil itu dapat diampuni dengan menjauhi dosa
besar,” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Ad-Dibaj, [Saudi, Daru Ibni Affan:
1996 M/1416 H], juz VI, halaman 20
Kesimpulan hukum:
15
Pelaku kekerasan seksual dalam pandangan fikih, disebut sebagai
1) mukrih/mukrihah dan
2) al zâni/zâniyah (haqiqy dan majazy).
3) al-Jâny / Al-Janiyah
Akan tetapi, khusus untuk kategori terakhir ada syarat yang berlaku yaitu:
1) Apabila dilakukan oleh orang yang: merdeka, âqil dan baligh.
2) Apabila disertai tindakan pemaksaan atau ancaman penganiayaan
Maka, berdasarkan tipe “kekerasan seksual” tersebut, secara umum hukum yang
berlaku secara syariat dikelompokkan menjadi 4 (secara berturut-turut) sebagai
berikut sesuai dengan kelompoknya, yaitu:
a. Tindakan pelecehan seksual secara visual (meminta maaf atau ta’zir)
b. Tindakan pelecehan yang disertai fisik (ta’zir dan had jariimah)
c. Menzinai / Pemerkosaan (had zina)
d. Tindakan menzinai dengan disertai pembunuhan masuk had jinayah)
16
tanah dan ketika kamu sebagai janin di dalam perut ibumu. Janganlah
kamu menyucikan diri karena Dia lebih tahu siapa yang lebih
bertakwa di antara kamu (32),” (Surat An-Najm ayat 31-32)
17
Hukum yang berlaku untuk pelaku pelecehan seksual kelompok ini
adalah:
(a) Cukup dengan meminta maaf
(b) Ada kemungkinan untuk melakukan ta’zir ringan, seperti tidak
bergaul dengan pelaku diindikasi belum menyesali perbuatannya
18
3. Untuk kekerasan sehingga menghilangkan fungsi anggota tubuh yang
lain, maka ada kewajiban membayar diyat
4. Pemerkosaan
(a) Ghairu Muhshan
Hukuman:
- Taghrib selama 1 tahun
- Arsyun
(b) Muhshan
- Arsyun
- Rajam (Hukuman Mati
5. Pemerkosaaan dengan disertai pembunuhan
- Rajam
4. Pandangan fiqih terhadap hak pemulihan korban kekerasan seksual, antara lain 1)
pembebasan dari hukuman, 2) pemulihan fisik, psikis, 3) pemulihan nama baik
(rehabilitasi) dan 4) pemulihan segi ekonomi (restitusi-kompensasi)
a) Korban tidak berhak mendapatkan sangsi hukuman apapun
b) Korban memiliki hak untuk menggunakan hak materiilnya dengan menuntut ganti
rugi / arsyun kepada pelaku, atau menuntut denda sebab penghilangan fungsi fisik
c) Korban juga berhak untuk tidak menggunakan hak materiilnya dengan pertimbangan
bahwa unsur pelecehan / kekerasan seksual masih bisa ditolerir
19
(c) Allah SWT berfirman:
لُّ هَّللا ُ الظَّالِ ِمينَ َويَ ْفعَ ُل هَّللا ُ مَاWُض
ِ َر ِة َويW ُّد ْنيَا َوفِي اآْل ِخWت فِي ْال َحيَا ِة ال ْ Wِِّت هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ب
ِ ِالقَوْ ِل الثَّابW ُ (يُثَب
27/يَشَا ُء ) إبراهيم
3) Tidak boleh membully pelaku sebagaimana kandungan dari hadits dan ayat di
atas
b) Perspektif Korban
- Korban layak mendapat pendampingan
- Tidak boleh membully korban
b) Perspektif korban
Tidak boleh mengumumkan korban kekerasan seksual selagi tidak ada
pertimbangan mashlahah yang besar
4. Merekomendasikan:
20
d. Perlunya ada harmonisasi RUU PKS dengan undang-undang terkait lainnya
(seperti UU PKDRT, UU Pornografi, KUHP, UU Perlindungan anak, UU Tindak
Pidana Perdagangan Orang)
e. Mendukung tahapan-tahapan pemidanaan yang telah disebutkan didalam RUU
PKS.
f. Merekomendasikan kepada LBM PBNU untuk menyesuaikan hasil rumusan ini
dengan sistematika manhaj Bahtsul masail qanuniyah yang ditetapkan di Munas
Lombok.
g. Mendorong DPR bersama Pemerintah untuk segera mengesahkan RUU PKS
dengan memperhatikan keputusan dan rekomendasi Munas NU Tahun 2019.
Mengetahui
Pimpinan Sidang Sekertaris
Tim Perumus :
1. KH. Muhammad Syamsuddin (LBM PWNU Jawa Timur)
2. KH. Umar Farouq (LBM PWNU Jawa Tengah)
3. KH. Nurohman (LBM PWNU Jawa Barat)
4. KH. Firmansyah (LBM PBNU)
5. Dr. Hj. Sri Mulyati (PP Muslimat NU)
6. Ai Maryati Sholihah, MSi (PP Fatayat)
21