M
Magister Hukum UPH
1
Sejarah (latar belakang) Hukum Persaingan Usaha
(HPU)
Perusahaan-perusahaan besar
Tidak melakukan perubahan dalam proses produksi:
tidak ada efisiensi dan inovasi.
Pertumbuhan perusahaan cenderung statis, nyaman
dengan posisi yang telah dicapai.
2
Latar Belakang Lahirnya HAPU
Perusahaan melakukan praktek kartel
Terjadi konsentrasi ekonomi ditangan pelaku usaha tertentu
Pertumbuhan ekonomi stagnan dan pembagian pendapatan tidak
merata
Lahirlah Hukum Persaingan Usaha/Antitrust Law pada tahun 1890
dengan judul “Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful
Restraints and Monopolies” di AS yang lebih dikenal dengan Sherman
Act sesuai dengan nama inisiatornya, yaitu Senator John Sherman dari
Partai Republik.
Kemudian diikuti oleh Clayton Act dan Federal Trade Commission Act
tahun 1914.
3
Latar Belakang Lahirnya HAPU
Di Indonesia:
Issu perlunya UU Antimonopoli pertama kali
dilontarkan oleh Christianto Wibisono pada tahun 1984.
Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia mulai
melakukan pemusatan kekuatan ekonomi.
Akan tetapi issu tersebut hilang begitu saja tidak
membawa dampak yang berarti bagi masyarakat.
4
Latar Belakang Lahirnya HAPU
Pada Tahun 1989 muncul kembali issu pentingnya suatu
UU Antimonopoli bagi negara Republik Indonesia, karena
konglomerat semakin banyak, sedangkan pelaku usaha
kecil dan menengah semakin tertekan bahkan banyak yang
gulung tikar.
Perdebatan pentingnya UU Antimonopoli berlangsung
selama enam bulan mulai pertengahan Juli 1989 –
Desember 1989.
Akhirnya diakhiri dengan suatu seminar yang
diselenggarakan oleh Yayasan Prastya Mulia yang
menyimpulkan, bahwa UU Antimonopoli belum
diperlukan.
5
Latar Belakang Lahirnya HAPU
Namun demikian para akademisi tetap mencoba membuat
draft UU Antimonopoli.
Misalnya pada tahun 1992 Litbang PDI yang diketuai oleh
Kwik Kian Gie mengeluarkan konsep UU Antimonopoli.
Pada tahun 1994 Bpk. Normin Pakpahan membuat konsep
UU Antimonopoli yang didukung oleh ELIPS bekerjasama
dengan Dep. Keuangan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Fak. Hukum UI
bekerjasama dengan Dep. Perindustrian dan Perdagangan.
6
Latar Belakang Lahirnya HAPU
Pada pertengahan 1997 Indonesia dilanda krisis
ekonomi.
Untuk memulihkan krisis ekonomi tersebut Pemerintah
Indonesia mendapat tawaran bantuan keuangan dari
IMF sebesar $USA 43 miliar.
Dan salah satu syarat pencairan dana tersebut beberapa
perundang-undangan harus dibuat, antara lain adalah
undang-undang yang mengatur tentang Antimonopoli
dan persaingan usaha yang sehat.
7
Latar Belakang Lahirnya HAPU
Untuk itu, Pemerintah dalam hal ini Deperindag
membuat rancangan undang-undang Antimonopoli dan
DPR juga.
Akhirnya disepakati Rancangan undang-undang
Antimonopoli tersebut disepakati merupakan usul
inisiatif DPR.
Melalui berbagai diskusi antara Pemerintah dan DPR
lahirlah UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
diundangkan pada tgl. 5 Maret 1999.
8
Apa itu persaingan usaha?
Dua atau lebih pelaku usaha melakukan kegiatan usaha
yang sama bersaing untuk menjadi yang lebih unggul di
pasar yang bersangkutan
Di dalam persaingan, mereka mempunyai tujuan yang
sama, untuk menjadi yang lebih besar
Di pasar minimal terdapat dua pelaku usaha sebagai
penjual atau sebagai pembeli
9
Apa itu persaingan usaha
Tidak ada definisi yang baku
Kalau ada, maka perkembangan ekonomi akan
terhambat
Para ahli hukum kartel mempunyai pengertian masing-
masing mengenai apa itu persaingan usaha.
Karena tidak ada definisi baku, maka yang ditetapkan
adalah pengertian persaingan usaha yang tidak sehat
yang dituangkan secara normativ di dalam UU No.
5/1999
10
Apa itu persaingan usaha
Untuk menjelaskan formulasi tujuan dan definisi hukum
persaingan Klaus Herdzina menambahkan suatu sistimatika yang
masing-masing mempunyai sequensi sendiri-sendiri, yaitu:
Persaingan usaha menunjukkan akibat-akibat atau boleh dikatakan
persaingan mengarah kepada suatu hasil pasar tertentu;
Persaingan usaha mendokumentasikan prosedur pasar tertentu
atau dengan kata lain persaingan usaha menunjukkan tingkah laku
pasar tertentu pelaku usaha;
Persaingan usaha terjadi, kalau syarat-syarat persaingan yang
mendasar cukup tersedia, misalnya ada dua atau lebih penjual atau
pembeli pada pasar yang bersangkutan.
11
Apa itu persaingan usaha
Oleh karena tidak adanya suatu kesatuan
pendapat mengenai definisi hukum persaingan
usaha, maka tidak ada jalan lain untuk mengatur
hubungan antara pelaku usaha secara normatif
melalui suatu undang-undang.
Di dalam UU No. 5/1999 tidak ditetapkan definisi
hukum persaingan usaha yang sehat, tetapi
definisi hukum persaingan usaha tidak sehat, yang
ditetapkan di dalam Pasal 1 angka. 6.
12
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Persaingan usaha tidak sehat adalah
persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
13
Persaingan Usaha Tidak Sehat
Dari penjelasan diatas dan dari ketentuan Pasal 1 angka 6
tersebut dapat disimpulkan, bahwa persaingan usaha
adalah hubungan antara pelaku usaha yang satu dengan
yang lain.
Definisi ketentuan Pasal 1 angka 6 mencampur adukkan
persaingan yang tidak sehat yang dilakukan secara tidak
jujur dengan melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.
Sementara ketentuan persaingan usaha yang dilakukan
dengan cara tidak jujur tidak diatur di dalam UU No.
5/1999.
14
Perbuatan tidak jujur?
15
Perbuatan tidak jujur
Oleh karena itu suatu tindakan penipuan yang dilakukan secara
tidak jujur, yang pembuktiannya mensyaratkan pembuktian yang
subjektiv.
Akibat dari perbuatan tersebut dirasakan langsung oleh konsumen,
dan secara tidak langsung oleh pesaingnya.
Hal-hal seperti ini diatur di dalam Pasal 382 bis KUHP, Pasal 1365
KUHPerdata dan UU No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen.
Jadi, hal ini tidak berhubungan dengan persaingan usaha antara
pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha pesaingnya
16
Perbuatan melawan hukum
Persaingan usaha yang melawan hukum adalah
segala kegiatan usaha yang melanggar larangan
ketentuan perundang-undangan.
Sedangkan larangan undang-undang adalah yang
melarang perilaku tertentu dan secara imperatif.
Larangan imperatif biasanya diikuti dengan kata-
kata „dilarang atau tidak boleh“ di dalam suatu
ketentuan perundang-undangan.
17
Perbuatan melawan hukum
Contohnya ketentuan-ketentuan di dalam KUHP, jika ketentuan-
ketentuan tersebut dilanggar langsung dijatuhkan hukuman
tertentu.
Misalnya seseorang dijatuhi hukuman penjara lima tahun, karena
mencuri barang milik orang lain.
Di dalam ketentuan UU No. 5/1999 ada juga ketentuan-ketentuan
yang menggunakan kata-kata „dilarang“ini bararti suatu pelaku
usaha otomatis dijatuhkan hukuman, jika terbukti pelaku usaha
tersebut melakukan pelanggaran ketentuan UU No. 5/1999 (per se
approache); dan
Ketentuan menggunakan kata dilarang, tetapi akibat perbuatan
melawan hukum yang tersebut harus dibuktikan di pasar yang
bersangkutan, ini disebut dengan rule of reason approach.
18
Per se approach
Suatu pendekatan terhadap penerapan ketentuan UU No.
5/1999, jika dilanggara oleh pelaku usaha, jika terbukti,
maka pelaku usaha tersebut langsung diberikan sanksi
oleh KPPU.
Misalnya kalau pelaku usaha dengan pesaingnya
mengadakan perjanjian harga (price fixing) atas suatu
barang tertentu.
Jadi, ketentuan UU No. 5/1999 lebih banyak mengatur
hubungan antara pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya di wilayah Republik Indonesia.
19
Rule of reason approach
Suatu pendekatan dalam penerapan ketentuan
UU No. 5/1999 dengan mempertimbangkan
adanya dampaknya terhadap pasar bersangkutan,
yaitu apakah ada keuntungan ekonomisnya serta
tidak menggangu persaingan usaha.
Ketentuan yang menggunakan pendekatan rule of
reason biasanya di awali dengan kata “dilarang”
dan pada akhir kalimat diakhiri dengan kata-kata
“yang dapat mengakibatkan praktek monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat
20
Menghambat persaingan usaha
adalah praktek-praktek atau perilaku pelaku usaha
yang menghambat persaingan itu sendiri yang
dilakukan oleh pelaku usaha di pasar yang
bersangkutan.
21
Kepada siapakah UU No. 5/1999 dapat
diterapkan?
UU No. 5/1999 berlaku bagi setiap pelaku usaha.
Hal ini ditetapkan di dalam Pasal 1 angka 5.
Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia,
baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang
ekonomi.
Pelaku usaha: orang perorang; badan usaha yang berbadan
hukum (PT) dan yang tidak berbadan hukum (UD, FA, CV)
22
Kepada siapakah UU No. 5/1999 dapat
diterapkan?
Ketentuan Pasal 1 angka 5 tersebut tidak
membedakan antara perusahaan terbuka
dan tertutup.
Artinya, sepanjang pelaku usaha tersebut
melakukan kegiatan usahanya di wilayah
Republik Indonesia, UU No. 5/1999 dapat
diterapkan, jika melanggar ketentuan-
ketentuannya.
Secara geografis UU No. 5/1999 berlaku
seluas wilayah Republik Indonesia.
23
Kepada siapakah UU No. 5/1999 dapat
diterapkan?
Extraterritorial jurisdiction application by KPPU
Hukum Antimonopoli dan
Persaingan Usaha
1
Asas UU No. 5/1999
⚫ Pasal 2 UU No. 5/1999:
⚫ Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan
kegiatan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum.
⚫ Demokrasi ekonomi→ gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban, dan perlakuan
bagi semua warga negara dibidang ekonomi.
2
Tujuan HPU
⚫ Ada banyak daftar tujuan dari HPU yang
ditemukan oleh para ahli hukum kartel, yang
dapat kita baca di dalam literatur-literatur.
⚫ Di sini akan disebutkan hanya dua tujuan
pokok saja, yaitu.
• Untuk melakukan pencegahan hambatan persaingan
usaha, sehingga ekonomi menjadi lebih efisien, demi
kepentingan konsumen dan untuk kepentingan
nasional.
• Secara ekonomi UU No. 5/1999 (HPU) berusaha
supaya pendapatan dibagi-bagi di dalam ekonomi
pasar.
3
Tujuan HPU
⚫ UU No. 5/1999 mempunyai tujuan, yang ditetapkan di
dalam Pasal 3, yaitu
a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui
pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah
dan pelaku usaha kecil;
c. mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
d. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan
usaha.
4
Tujuan HPU
⚫ Dari keempat tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi
dua tujuan pokok yaitu,
⚫ yang pertama tujuan dibidang ekonomi dan
⚫ yang kedua tujuan meta ekonomi atau tujuan diluar
ekonomi.
⚫ Tujuan dibidang ekonomi tersebut antara lain adalah
untuk memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi
setiap pelaku usaha untuk melakukan kegiatan di wilayah
RI; meningkatkan efisiensi bagi pelaku usaha serta
menciptakan persaingan usaha yang sehat dan kondusif.
⚫ Sedangkan tujuan diluar ekonomi adalah untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat (consumer welfare).
5
Fungsi HPU
⚫ Fungsi Kebebasan:
⚫ Setiap orang mempunyai hak akan kebebasan.
⚫ Kebebasan adalah suatu dasar kehidupan yang
manusiawi bagi setiap orang.
⚫ Kebebasan biasanya ditetapkan di dalam setiap undang-
undang dasar setiap negara misalnya Pasal 2 ayat 1
UUD Jerman, pasal 28 A – 28 J UUD 1945.
⚫ Tetapi dia tidak boleh menggunakan kebebasannya atau
kekuasaannya untuk menggangu atau mengurangi hak-
hak orang lain.
6
Fungsi Kebebasan
⚫ Pelaku usaha juga mempunyai kebebasan akan
perencanaan usahanya, bagaimana barang atau jasanya
secara efektif masuk ke pasar dan dijual dengan harga
berapa.
⚫ Maka dibedakan antara kebebasan secara formal dan
secara materiil:
• kebebasan secara formal adalah tidak ada paksaan
melakukan kegiatan usahanya.
• kebebasan secara materiil adalah adanya kemungkinan
untuk merealisasi sendiri tujuan usahanya dalam kaitannya
dengan kebebasan secara formal, jadi kebebasan secara
individual melakukan perdagangan/kegiatan.
7
Fungsi Kebebasan
⚫ Persaingan usaha membuka ruang kebebasan kepada setiap
orang, yang dapat dilakukan untuk kegiatan usahanya.
⚫ Dalam kaitan ini Hoppmann berbicara tentang kebebasan
persaingan sebagai proses tukar menukar dan sebagai proses
yang paralel.
⚫ Persaingan memberikan kemungkinan tersedianya bermacam-
macam barang-barang yang ditawarkan.
⚫ Baik pembeli maupun penjual dalam sektor yang sama
mempunyai kemungkinan yang lebih untuk bertindak secara
kreativ.
⚫ Ruang gerak kebebasan ini yang dibuka oleh persaingan yang
disebut oleh Hoppmann sebagai kebebasan persaingan
⚫ Persaingan mensyaratkan, bahwa kebebasan tetap ada bagi
persaingan dan tetap dipelihara.
8
Fungsi Kebebasan
⚫ Jadi, kebebasan persaingan harus dijamin
melalui kondisi hukum yang sesuai dan melalui
suatu kebijakan persaingan yang
memungkinkan persaingan.
⚫ Di satu pihak persaingan memberikan pelaku
ekonomi kebebasan untuk melaksanakan
kegiatan ekonominya dengan dukungan
kemampuannya sendiri dan keuangannya
sendiri.
⚫ Dan dipihak lain parameter persaingan dibatasi
melalui peraturan perundangan-undangan dan
norma-norma moral dan adat istiadat.
9
Fungsi Pengontrol
⚫ Fungsi pengontrol dilihat dalam kaitannya dengan fungsi
kebebasan
⚫ Negara harus mengupayakan terhadap pemenuhan
lingkungan perundang-undangannya
⚫ Dan disamping itu institusi yang mempunyai sistem yang
immanen dan sarana harus mengontrol tingkah laku
pelaku usaha.
⚫ Proses pengontrolan memperhatikan konflik kepentingan
antara penjual dan pembeli demikian juga persaingan
antara penjual atau antara pembeli.
⚫ Pelaku usaha saling mengontrol.
10
Fungsi Pengontrol
⚫ Di mana mereka saling mengikuti kepentingan mereka sebagai
penjual atau pembeli.
⚫ Penjual ingin menjual barangnya semahal mungkin dan pembeli ingin
membeli suatu barang semurah mungkin.
⚫ Jadi, para pelaku pasar harus bersedia terhadap suatu kompromi, jika
suatu perjanjian ingin terlaksana, kalau tidak, mereka tidak
mempunyai kesempatan di dalam pasar
⚫ Kontrol dalam proses paralel mengupayakan terhadap kontrol pelaku
pasar pada pasar yang sama.
⚫ Kompetitor harus berorientasi dan mengukur kemampuan prestasi dan
aksi yang lain.
⚫ Di dalam ekonomi pasar setiap pelaku usaha sekaligus sebagai
pengontrol dan terkontrol
⚫ Jadi, persaingan usaha mempunyai fungsi pengontrol.
⚫ Tanpa persaingan usaha pelaku pasar tidak cukup dikontrol.
11
Fungsi koordinasi-penyesuaian
⚫ Fungsi koordinasi, bahwa kebutuhan
dikoordinasikan dengan produksi;
⚫ Sehingga hanya barang dan jasa dalam jenis,
kualitas dan jumlah tertentu yang
ditawarkan/dijual yang sesuai dengan
permintaan.
⚫ Maka fungsi penyesuaian persaingan
mengusahakan, bahwa produksi
menyesuaikan dengan kebutuhan yang
berubah-ubah dalam perjalanan waktu.
12
Fungsi koordinasi-penyesuaian
⚫ Permintaan suatu barang melebihi dari pada penawaran, maka harga
naik
⚫ Harga yang naik mengendalikan lebih banyak penjual di pasar,
dengan konsekuensi, bahwa Penawaran menjadi meningkat lagi.
⚫ Pada permintaan yang menurun harga juga akan turun, sehingga
sebagian penjual akan meninggalkan pasar.
⚫ Keseimbangannya dipulihkan kembali otomatis melalui persaingan
⚫ Mekanisme harga ini jaminan dari keseimbangan pasar hanya dapat
berfungsi, jika di semua pasar yang bersangkutan menguasai banyak
persaingan, harga bergerak secara bebas dan akses masuk ke dalam
pasar tetap terbuka bagi semua pelaku usaha.
⚫ Jadi fungsi koordinasi dan penyesuaian mengupayakan supaya
penjual berusaha terhadap pembeli, sesuai dengan bayangan mereka,
produksinya sedapat mungkin memenuhi keinginan pembeli dan
disesuaikan, bahwa produksi juga membutuhkan konfirmasi.
⚫ Produk yang tidak menemukan kepentingan pengguna, tidak dapat
dikurangi, selanjutnya persaingan mengusahakan terhadap
percepatan proses koordinasi
13
Fungsi Alokasi
⚫ Fungsi alokasi adalah terkait dengan fungsi koordinasi
dan fungsi penyesuaian, tetapi mempunyai akibat
tersendiri.
⚫ Dengan adanya tekanan persaingan pelaku usaha akan
selalu mencari akan kombinasi biaya minimal dari
kemampuan faktor-faktor yang digunakan dan
mensubsitusi kemampuan faktor yang relativ mahal
melalui harga yang relativ murah, jika hal ini secara
tehnis memungkinkan.
⚫ Dengan demikian persaingan mengusahakan, bahwa
suatu jumlah produksi tertentu diproduksi dengan biaya
minimum.
⚫ Faktor-faktor produksi akan dibuat sesuai dengan jumlah
ukuran kemampuan yang akan dicapai.
14
Fungsi Alokasi
⚫ Persaingan sendiri dapat membawa pelaku
usaha kepada suatu usaha ekonomi untuk
melakukan penurunan biaya produksi yang
disebut alokasi faktor produksi.
⚫ Persaingan mengusahakan untuk itu, bahwa
kegiatan faktor-faktor dikendalikan dimana
mereka lebih dibutuhkan sesuai dengan
permintaan barang dan ditempatkan dimana
yang lebih efektif.
15
Fungsi pendorong dan
penampian
⚫ Fungsi pendorong adalah berkaitan langsung dengan
fungsi penampian persaingan.
⚫ Penampian dalam proses persaingan berdasarkan
kriteria efisiensi ekonomi.
⚫ Siapa tidak memenuhi standard efisiensi yang diciptakan
dalam proses persaingan otomatis terpaksa keluar dari
pasar.
⚫ Fungsi penampian hanya membiarkan yang paling efisien
akan mejadi maju.
⚫ Pelaku usaha yang tidak efisien atau memproduksi tidak
sesuai dengan kebutuhan harus meninggalkan pasar.
16
Fungsi pembagian pendapatan
⚫ Fungsi pembagian persaingan terkait erat
dengan fungsi alokasi.
⚫ Dalam proses produksi ekonomi nasional
ditransformasikan kemampuan faktor-faktor
produksi, lingkungan hidup dan modal produksi
ke dalam penggunaan barang-brang yang
efektiv.
⚫ Dari segi faktor pasar ditawarkan dari
anggaran faktor kegiatan dan permintaan dari
produsen.
17
Fungsi pembagian pendapatan
⚫ Pendapatan/gaji dibagi berdasarkan cara dan
besarnya prestasi/kemampuan terhadap
produksi dari subjek ekonomi yang ikut ambil
bagian.
⚫ Ini disebut pembagian pendapatan secara
fungsional atau pembagian pendapatan yang
primer.
⚫ Apakah pembagian pendapatan adil, hal ini
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang berbeda-
beda; yaitu:
18
Fungsi pembagian pendapatan
⚫ Prinsip keadilan prestasi: pendapatan
sebaiknya dibayar sesuai dengan prestasi nilai
pasar.
⚫ Prinsip kesamaan: untuk prestasi yang sama
seharusnya juga dibayar dengan pendapatan
yang sama.
⚫ Prinsip keadilan kebutuhan: siapa berdasarkan
situasi ekonomi dan sosialnya memerlukan
kebutuhan yang besar secara objektif, maka
dia seharusnya mendapat gaji/atau
pendapatan yang tinggi.
19
Bentuk perjanjian
⚫ Perjanjian horizontal: pelaku usaha melakukan kegiatan
usaha yang sama, contoh, kartel harga, jumlah produksi,
pembagian wilayah pemasaran
→ hard core cartels
⚫ Perjanjian vertikal : perjanjian antara pelaku usaha
dengan pelaku usaha yang lain yang mempunyai kaitan
usaha, yaitu dari pasar hulu ke hilir
⚫ Perjanjian diagonal: perjanjian antara pelaku usaha
dengan pelaku usaha yang lain yang tidak mempunyai
kaitan usaha sama sekali.
20
Perjanjian horizontal
⚫ Pasal 4-Pasal12;
⚫ Pasal 16-Pasal 18;
⚫ Pasal 22-Pasal 24
21
Perjanjian Vertikal
⚫ Pasal 14-Pasal 15
⚫ Pasal 14 → larangan penguasaan sejumlah
produk yang termasuk dalam rangkaian
produksi barang dan atau jasa tertentu yang
mana setiap rangkaian produksi merupakan
hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik
dalam satu rangkaian langsung maupun tidak
langsung yang dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan
atau merugikan masyarakat.
22
Perjanjian Vertikal
23
Perjanjian Diagonal
⚫ Pasal 28 ayat 2 → Pelaku usaha
dilarang melakukan pengambilalihan
saham perusahaan apabila tindakan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
24
Hambatan Persaingan Usaha
⚫ Horizontal (horizontal restraint of trade)
⚫ Vertikal (vertical restraint of trade)
⚫ Diagonal (diagonal restraint of trade)
25
Jenis hambatan persaingan usaha
dan ciri-cirinya
Jenis Hambatan Persaingan Usaha oleh Pelaku Usaha Hambatan Persaingan Usaha oleh
Negara
Bentuk Hukum Tanpa perjanjian Dengan Gabungan Tanpa perjanjian Melalui Undang-
tertulis perjanjian tertulis perusahaan, trust tertulis, dengan undang,
perjanjian tertulis Peraturan
Pemerintah
26
Apa perjanjian itu menurut HPU?
⚫ Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau
lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri
terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain
dengan nama apa pun, baik tertulis maupun
tidak tertulis (Pasal 1 angka 7 UU No. 5/1999).
⚫ Bandingkan dengan pengertian perjanjian
menurut Pasal 1313 jo Pasal 1320 KUHPer.
⚫ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan amana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih (Pasal 1313 KUH Per.)
27
Apa perjanjian itu menurut HPU?
⚫ Pasal 1320 untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan 4 syarat:
⚫ Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
⚫ Kecakapan untuk membuat sesuatu perikatan;
⚫ Suatu hal tertentu;
⚫ Suatu sebab yang halal.
⚫ Pasal 1338→ kebebasan berkontrak → semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak.
28
Apa perjanjian itu menurut HPU?
⚫ Perjanjian menurut HPU:
⚫ Suatu ikatan→ ikatan tersebut tidak harus
melibatkan semua pihak yang berpartisipasi
dalam perjanjian bersangkutan.
⚫ Ikatan hukum→ suatu pihak terikat menurut
hukum, apabila perjanjian yang dilakukan
mengakibatkan kewajiban hukum
⚫ Ikatan ekonomi→ pihak yang terikat perjanjian
beruntung apabila mengikuti strategi yang
disepakati, sedangkan jika menyimpang dari
strategi tersebut mengalami kerugian.
29
Perjanjian menurut UU No.
5/1999
⚫ Pasal 1 angka 7:
⚫ Perjanjian adalah suatu perbuatan satu
atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau
lebih pelaku usaha lain dengan nama
apapun, baik tertulis maupun tidak
tertulis.
30
Perjanjian menurut UU No.
5/1999
⚫ Perjanjian menurut HPU termasuk
“gentlemen’s agreements”.
⚫ Termasuk dalam perilaku yang saling
menyesuaikan yang perlu dibuktikan
merusak persaingan di pasar yang
bersangkutan.
⚫ Termasuk tindakan bersama yang paralel
(concerted action atau concerted practices).
31
Hukum Antimonopoli dan
Persaingan Usaha
Prof. Dr. jur. Udin Silalahi, SH., LL.M
Magister Hukum UPH
Struktur Pasar
• Monopoli
• Monopsoni
• Oligopoli
• Oligopsoni
• Poli-poli
Monopoli
• Monopoli adalah keadaan suatu pasar dimana
terdapat hanya satu pelaku usaha yang
melakukan penjualan suatu barang atau jasa
tertentu.
• Pasal 1 angka 1: Monopoli adalah penguasaan
atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
• Pasal 17 ayat 2→ menguasai pangsa pasar lebih
dari 50%
Monopoli
• Bentuk-bentuk monopoli:
• Monopoli alamiah (natural monopoly) - Monopoli ini
muncul secara alami tanpa ada rekayasa dan tidak
ada fasilitas serta perlakuan istimewa dari penguasa
sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing
dan menguasai pasar hingga 100%.
• Monopoli berdasarkan Undang-undang (monopoly
by law) yang ditetapkan oleh pemerintah.
• UU No. 5/1999 memberikan wewenang kepada
Pemerintah untuk melakukan monopoli melalui UU
(Pasal 51)
Monopoli
• Aspek hukum
• Dalam menganalisis dari aspek hukum
digunakan pendekatan:
• Teori objek
• Teori sebab akibat
• Teori tujuan
Analisis Terhadap Pasar
• Teori objek → pendekatan berdasarkan fakta perjanjian
yang dilakukan oleh para pihak
• Teori sebab akibat → pendekatan terhadap akibat
perjanjian yang dilakukan para pihak terhadap pasar
yang bersangkutan disebut juga effect doctrine.
• Teori tujuan → pendekatan berdasarkan tujuan dari
perjanjian yang dibuat para pihak dimana sejak semula
para pihak tujuan perjanjian menguntungkan dan
sekaligus merugikan atau mendistorsi pasar.
Cartel Prohibition Article 101 (1) TFEU
➢ „The following shall be prohibited as incompatible with the internal market: all
agreements between undertakings, decisions by associations of undertakings
and concerted practices which may affect trade between Member States and
which have as their object or effect the prevention, restriction or distortion of
competition within the internal market, and in particular those which:
➢ (a) directly or indirectly fix purchase or selling prices or any other trading
conditions;
➢ (b) limit or control production, markets, technical development, or
investment;
➢ (c) share markets or sources of supply;
➢ (d) apply dissimilar conditions to equivalent transactions with other trading
parties, thereby placing them at a competitive disadvantage;
➢ (e) make the conclusion of contracts subject to acceptance by the other
parties of supplementary obligations which, by their nature or according to
commercial usage, have no connection with the subject of such contracts.“
Perjanjian Yang Dilarang Mengenai
Harga
Prof. Dr. jur. Udin Silalahi, SH., LL.M
Magister Hukum UPH
Ketentuan Harga
• Ayat (1):
• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan
atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama.
Penetapan Harga (Price fixing)
• Ayat (2):
• Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak berlaku bagi:
• suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu
usaha patungan; atau
• suatu perjanjian yang didasarkan undang-
undang yang berlaku.
Pasal 6
Principal
Pelaku Usaha C
Diboikot Tidak bisa
Melakukan Kegiatan
Usaha yang sama
Dengan A dan B
Pemboikotan (Pasal 10)
Usaha Patungan
Trust
• Istilah persekongkolan berasal dari hukum antitrust law Amerika Serikat yang
ditetapkan secara umum di Sec. 1 Sherman Act 1890, yang melarang setiap
perjanjian, gabungan dalam bentuk perusahaan atau lainnya, atau konspirasi, dengan
maksud membatasi perdagangan atau bisnis antara negara-negara federal, atau dengan
negara-negara asing, adalah dinyatakan perbuatan melawan hukum.
• Ketentuan Sec. 1 Sherman Act tersebut dapat menjangkau setiap perjanjian atau
persekongkolan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
Persekongkolan merupakan bagian dari larangan kartel secara umum.
Persekongkolan